Anda di halaman 1dari 2

Nama : Sariyani

Konsep Kesatuan Majelis dalam Akad Nikah: Nikah Online bagi Generasi Milineal di Surakarta

A. Bab I
1. Latar Belakang Masalah
Pernikahan adalah akad yang menghalalkan pergaulan dan membatasi hak dan kewajiban
antara seorang laki-laki dan perempuan yang bukan mahram. Akad nikah merupakan suatu ikatan
yang menetapkan keikhlasan kedua belah pihak yang berwujud perkataan ijab dan kabul1. Akad
nikah inilah momentum yang paling sakral dalam pernikahan yang menjadikan pernikahan sah
dan sempurna.
Akad nikah bukanlah ikatan yang main-main tetapi perjanjian yang kuat, seperti yang
tertuang dalam Q.S An-nisa’ 21
          

21. bagaimana kamu akan mengambilnya kembali, Padahal sebagian kamu telah bergaul
(bercampur) dengan yang lain sebagai suami-isteri. dan mereka (isteri-isterimu) telah
mengambil dari kamu Perjanjian yang kuat.
Ayat diatas menjelaskan bahwa akad adalah perjanjian yang kuat bukan perjanjian biasa,
yang membuat laki-laki dan perempuan sebagai suami istri. Karena kesakralan akad nikah,
sehingga dalam pelaksanaannyapun ada aturan-aturan yang mengikat. Aturan-aturan tersebut
termaktub dalam rukun dan syarat sahnya pernikahan. Adapun rukun-rukun pernikahan adalah
calon suami, calon istri, wali nikah, dua orang saksi dan ijab kabul. Ijab dan kabul inilah rukun
yang paling pokok.2
Syarat ijab kabul adalah kedua belah pihak sudah mumayyiz, bersatunya majelis ijab
kabul, makna ijab kabul tidak saling bertentangan, lafaz yang digunakan dalam ijab kabul adalah
lafadz yang memenuhi syarat yang menunjukkan kata nikah seperi tazwij atau nikah atau dalam
bahasa yang berbeda, dan shigat dapat didengar dari kedua belah pihak.3
Perkara nikah di Indonesia diatur dalam UU Perkawinan No. 1 tahun 194 serta dalam
Kompilasi Hukum Islam. Namun, akhir-akhir ini muncul hal baru terkait praktek pelaksanaan
pernikahan yang marak diperincangkan yaitu nikah online. Perkembangan teknologi tidak dapat
dihindari, hingga menimbulkan dampak positif dan negatif. Salah satunya dengan adanya
perkembangan teknologi jarak bukan lagi kendala untuk mewujudkan momentum yang sakral.
Hal ini dibuktikan dengan adanya salah satu fenomena pernikahan melalui telepon. Kabar terbaru
yaitu dari tokoh kepolisian Briptu Andik Rianto dan Briptu Nova, yang melangsungkan
pernikahan melalui vidio call karena keduanyaa terpisah jarak antara Pontianak dan Bogor.
kejadian inipun tidak terlepas dari sorotan beberapa pihak dan perbedaan pendapatpun terjadi
menanggapi hal tersebut. 4

1
Beni Ahmad Saebani. Fiqh Munakahat, Bandung, CV Pustaka Setia, 2013 Hal. 201
2
Ibid. Hal 204
3
Muhammad Sabir, Jurnal Al-Qadaau Volume 2 Nomor 2: Pernikahan Via Telepon, 2015, Hal. 197-208
Status hukum pernikahan dengan cara tersebut menjadi perdebatan di kalangan ulama dan
masyarakat. Adapun perbeadan tersebut muncul karena perbedaan tafsiran dari makna “satu
majelis” yang disyaratkan dalam akad pernikahan. Apakah yang dimaksud “satu majelis” adalah
satu tempat secara fisik dalam prosesi ijab kabul ataukah satu waktu antara pernyataan ijab dan
kabul5.
Adapun golongan hanafiyah mengartikan “satu majelis” adalah kesatuan waktu antara
pernyataan ijab dan kabul yang tidak berselang. Sementara golongan syafi’iyah menafsirkan
“satu majelis” adalah bukan hanya kesatuan waktu, tetapi juga kesatuan tempat secara fisik
sehingga saksi bisa menyaksikan akad pernikahan secara langsung6. Beberapa masalah
kontemporer yang muncul seperti pernikahan online memang belum pernah dibahas dalam kitab-
kitab fikih klasik, sehingga Islam sebagai agama yang memiliki kefleksibelitasan hukum diharap
mampu menjawab permasalahan-permasalahan kontemporer yang muncul7.
Menyikapi masalah kontemporer yang muncul generasi milineal harus cerdas. Agar dapat
memberikan sikap yang bijak dengan analisis mendalam dari sebuah fenomena maka generasi
milineal dituntut selalu memperbanyak khazanah keilmuan dan menjawab masalah kontemporer
dari beberapa sudut pandang.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka menarik untuk diteliti dalam suatu penelitian
dengan judul Konsep Kesatuan Majelis dalam Akad Nikah: Nikah Online bagi Generasi millineal
di Surakarta. Tulisan ini akan memaparkan konsep kesatuan majelis menurut pendapat ulama dan
pandangan generasi milineal di Surakarta terhadap nikah online yang marak diperbincangkan.
2. Rumusan Masalah
a. Bagaimana konsep kesatuan majelis menurut pendapat ulama?
b. Bagaimana konsep nikah online menurut generasi milineal?
3. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui konsep kesatuan majelis menurut pendapat ulama
b. Untuk mengetahui konsep nikah online menurut generasi milineal
4. Manfaat Penelitian
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan wawasan khazanah keilmuan terkait
konsep kesatuan majelis dalam akad nikah
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran pandangan generasi milineal
dalam menyikapi isu kontemporer dalam pernikahan khususnya pernikahan online.

4
Muchlison, NU Online: Penjelasan Kian Cholil soal Nikah Lewat Video Call, diakses dari
http://ww.nu.or.id/post/read/89696/penjelasan-kiai-cholil-soal-nikah-lewat-video-call, pada tanggal 30 April 2018.
5
Satria Effendi M.Zein, Problematika Hukum Keluarga Islam Kontemporer, Jakarta, Prenada Media Grup, 2010, Hal. 3
6
Muh.Amin Ibnu Abidin dalam skripsi Muh.Arif Putra. Penggunaan Media Telekonferensi dalam Akad Nikah, Jakarta: UIN Syarif
Hidayatulah. Hal. 4-5
7
Miftah Farid. Nikah Online dalam perspektif Hukum. Jurnal Jurisprudentie Vol. 5 No 1, 2018, Hal. 174- 186

Anda mungkin juga menyukai