Anda di halaman 1dari 11

E.

Tujuan Pembelajaran
1. M4 tentang komposisi darah dan fungsinya
2. M4 tentang gangguan oembekuan darah
3. M4 tentang prinsip hemostatis, homeostatis dan hemodinamika
4. M4 tentang makro dan mikro sirkulasi
5. M4 golongan-golongan darah

F. Kumpulan Informasi
1. Komposisi darah dan fungsinya
Plasma Darah :

 Memili warna jernih kekuning-kuningan ( terletak dibagian atas dari darah yg


mengendap ) kadang kuning keruh bila mengandung banyak lemak
 95% plasma terdiri atas garam & air
 Memiliki pH 6,8-7,7
 Berisi molekul kecil dari nutrien ( karbohidrat , lemak , protein ) vitamin , mineral ,
faktor pembekuan , dan sisa metabolisme
 Molekul protein misalnya albumin & globulin ( imunoglobulin , Ig A, Ig M, Ig G , Ig D ,
Ig E )
 Plasma darah pada dasarnya adalah larutan air yang mengandung : albumin, bahan
pembeku darah, immunoglobin , horm on, berbagai jenis protein dan garam.

Macam-macam sel darah :

 Sel darah merah ( Eritrosit)


- Bentuk eritrosit diskus bikonkaf dengan diameter 8,6 µm
- Mengandung haemoglobin (Hb) yaitu suatu protein yang mengandung zat
besi dan karbonik anhidrase (suatu enzim yang terlibat dalam transport
O2)
- Jumlah normal : pria : 4,5 juta – 5,5 juta / mm2, dan wanita : 4 juta – 5
juta / mm2
- Lama hidup :100 - 120 hari ( setelah keluar dari stem cell ). Sisa sel darah
merah didaur ulang oleh limpa & hati
- Fungsi eritrosit adalah mengangkut O2 dari paru-paru ke seluruh sel
tubuh, sedang CO2 juga diangkut oleh eritrosit dan plasma darah.
- Daya angkut O2 tersebut akibat Hb mempunyai afinitas terhadap O2,
dimana 1 g Hb mampu mengangkut 1,34 cc O2, atau 100 cc darah
mengangkut 20 cc O2
- Harga normal Hb : pria : 13 – 16 g%, sedang wanita : 12 – 14 g%
Ada beberapa fungsi dari sel darah merah didalam tubuh kita, anatara lain :

a. Penghantar oksigen keseluruh tubuh


b. Penentu golongan darah
c. Menjaga system kekebalan tubuh
d. Membantu pelebaran pembuluh darah

 Sel darah putih ( leukosit)


- Disebut leukocye ( white blood cells )
- Bersifat amoboid
- Berinti
- Macam sel darah putih : granulocyte , lympocyte , monocyte
- Ukuran : diameter bervariasi 5-15 mikron
- Jumlah : 4000-11000/mm3
- Alat pertahanan tubuh atau kekebalan terhadap benda asing , infeksi
mikroorganisme , virus dll
- Lama hidup : 18 - 36 jam ( setelah keluar dari stem cell )
- Khusus memory cell : Hidup bertahun-tahun / puluhan tahun misalnya
sehabis vaksinasi / infeksi organisme tertentu
- Tersebar ke seluruh jaringan
- Fungsi sel darah putih untuk melindungi tubuh terhadap infeksi, jika ada
kuman sel darah putih akan memakan kuman tersebut, apabila kalah akan
berubah menjadi nanah.
Granulosit mempunyai banyak nucleus. Macam-macamnya yaitu :
 Neutrofil : - diameternya 10-12 µm
-disebut juga leukosit polimurfonuklear
-mempunyai butiran sitoplasma
-melindungi tubuh dari infeksi bakteri dan jamur dengan cara
Fagositosis dan dapat ditemukan pada nanah
 Eusinofil : - berperan pada reaksi alergi
-diameter 10-12 µm
-mengalami peningkatan pada jumlah saat alergi, asma, demam
 Bosofil : -juga berhubungan dengan reaksi alergi
-memiliki butiran besar dan kasar berwarna biru
-diameternya 12-15 µm
 Monosit : - berfungsi menghancurkan dan menghapus sel-sel mati yang
telah rusak dari tubuh
-tetap dalam aliran darah selama 10-20 jam, setelah itu masuk
Ke jaringan dan tinggal disana selama beberapa hari
 Limfosit : -Tidak motil
- inti satu
- berfungsi untuk kekebalan.
-Limfosit membentuk 25% dari seluruh jumlah sel darah putih.
-Sel ini dibentuk di dalam kelenjar limfa dan dalam sumsum tulang.
-Selain itu dibagi lagi menjadi limfosit besar dan kecil
 Keping darah ( Trombosit)
- Disebut Thrombocyte ( plateles )
- Berupa serpihan
- Tak berinti
- Ukuran diameter rata-rata 3 mikron
- Jumlah : 150000-350000/mm3
- Fungsin dari sel darah pembeku yaitu menghentikan pendarahan pada
jaringan
- Lama hidup : 7 - 10 hari.
- Sisa sel darah pembeku dikeluarkan melalui limpa & hati

Fungsi utama darah

- Respirasi = pengangkutan O2 dan CO2


- Nutrisi = pengangkutan hasil absorpsi usus
- Ekskresi = pengangkutan sisa metabolic ke ginjal, paru-paru kulit dan
usus
- Keseimbangan asam-basa
- Keseimbangan air ; antara sirkulasi darah dan njaringan

- Pengaturan suhu tubuh


 Suhu dingin = - pembuluh darah mengkerut (mengecil)
-aliran darah berkurang
-darah berkumpul ditengah.
- Pertahanan terhadap infeksi; oleh sel darah putih dan antibody
- Pengangkutan hormoin dan pengangkutan metabolisme’
- Pengangkutan metabolit
- Koagulasi

2. Gangguan pembekuan darah

a. Gangguan pada tingkat pembuluh darah


Dinding pembuluh darah dikelilingi dan dipertahanakn keutuhannya oleh serat-serat
protein kalogen. Protein ini mengandung asam amino khas, yaitu OH-prolin
(hidroksiprolin). Asam amini ini berasal dari asam aminon prolin. Pembentukan OH-
prolin dari prolin ini memerlukan asam askorbat atau vitamin C. kekurangan vitamin C
dalam jumlah yang banyak dan jangka waktu yang agak lama akan menyebabkan
kerapuahan kapiler. Akibatnya, mudah terjadi pendarahan, bahkan oleh trauma yang
ringan sekalipun.
b. Gangguan pada tingkat trombosit
Trombosit mempunyai peran yang sangat penting dalam penggumpalan darah.
Penurunan jumlah trombosit ataupun perubahan sifatnya akan menyebabkana gangguan
pada proses penggumpalan darah. Jumlah trombosit dapat berkurang kerana kekurangan
pembentukan sel asalnya di sumsum tulang, yaitu megakaryosit. Keadaan ini dinamai
sebagai Amegakaryocyte thrombopenia purpura (ATP). Akan tetapi, dapat pula jumlah
megakaryosit di dalam sumsum tulang tetap normal, akan tetapi jumlah trombosit darah
tepi tetap berkurang. Keadaan ini dinamai sebagai Idiopathic thrombocytopenia purpura
(ITP), yang mungkin sekali suatu kelainan otoimun. Beberapa penyakit virus dapat
menyebabkan penurunan jumlah trombosit. Diantara penyakit-penyakit tersebut, yang
terkenal ialah penyakit deman berdarah dengue (DBD). Pada DBD ini terjadi penurunan
yang tajam dari jumlah trombosit di dalm darah tepi, sehingga penderita tiap saat
terancam oleh bahaya pendarahan.

c. Gangguan pada factor penggumpalan


Semua factor penggumpalan darah adalah protein, kecuali Ca2+. Kelainan yang
menyangkut suatu protein, termasuk factor penggumpalan, dapat disebabkan oleh salah
satu dari 3 penyebab. Pertama kelainan genetic, kedua kelainan karena kerusakan dari
organ yang membuatnya dan yang ketiga, kelainan yang disebabkan oleh adanya
masalah pada factor pendukung proses sintesis.

Ada beberapa nama penyakit pada gangguan pembekuan darah

 Von Willebrand Disease


- Adalah suatu penyakit yang diakibatkan oleh kekurangan atau kelebihan
pada faktor von willebrand didalam darah dan mempengaruhi fungsi
trombosit
- Menyerang pria dan wanita
- Keturunan
- Hampir sama dengan hemophilia ( darah sulit membeku)
- Disebabkan oleh von willebrand, faktor yang tidak berfungsi sempurna
atau kurang jumlahnya
- Terbagi 3 tipe, yaitu : a. tipe 1 : mudah memar,mimisan, gusi berdarah
b.tipe 2 : mudah memar, mimisan, gusi berdarah
c.tipe 3 : pendarahan tanpa sebab, hemathrosis
(pendarahan dlm sendi), pembengkakan
 Disseminated Intravascular Coagulation
- Darah mulai membeku dieluruh tubuh, menghasilkan platelets dan faktor-
faktor koagulasi
- Biasa terjadi pada pasien kritis, promyelocytic leukemia akut
-

 Hemophilia
- Protein dalam darah rendah bahkan tidak ada sehingga darah tidak bisa
membeku, luka kecil bisa fatal
- Turunan dari ibu ke anak laki-laki
- Ada 2 tipe, yaitu : tipe A= kekurangan factor VIII
Tipe B = Kekurangan factor IX

 Factor V leiden
- Keturunan
- Hypercoagulation disorder disebabkan oleh variasi dari faktor V mutasi
yang tidak bisa di aktifasi

3. Prinsip Hemostasis, Prinsip Homeostasis, dan Prinsip Hemodinamika

 Prinsip Hemostasi

a. Vasokontriksi
Ketika pembuluh darah sobek dan sel endothelial rusak, otot halus pada dinding
pembuluh darah berkontraksi sehingga terjadi penyempitan pembuluh darah untuk
memanilisir aliran darah bahkan menghentikannya jika ukuran pembuluh darah
kecil.
b. Pembentukan jaringan penutup oleh platelets
Dalam waktu 20 detik setelah luka terjadi, koagulasi dimulai yang diaktifasi
oleh Aollagen di sel endothelial. Platelets mengen]mbang dan tumbuh ekstensi
yang dapat mengikat satu sama lain. Platelets yang teraktifasi mengeluarkan zat-
zat yang dapat membantu proses koagulasi seperti Thromboxanne , ADP, dll

c. Penggumpalan darah
Jika luka cukup besar dan jaringan penutup yang dibentuk oleh platelets tidak
dapat menghentikan pendarahan maka penggumpalan darah akan terjadi. Darah
akan berubah dari cair menjadi gel. Ada ±12 faktor pengentalan darah yang akan
membentuk serabut protein dalam darah. Yang akan dijelaskan ada 2, yaitu :
 Prothrombin : Ketika pembuluh darah rusak, platelets mengeluarkan
prothrombin activator. Zat ini mengaktifadi konversi
prothrombin yang merupakan plasma protein menjadi
enzim thrombin. Ion kalsium dibutuhkan dalam reaksi ini.
Thrombin : Thrombin memfasilitasi konversi plasma protein yang disebut
Fibrinogen menjadi serat protein yang tidak mudah larut.
 Fibrin : Serat fibrin membelit jaringan platelets yang sudah
terbentuk sehingga dapat mengikat erat sel darah dan
molekul-molekul lainnya. Jaringan ini dapat dibentuk
dalam waktu kurang dari 1 menit.
Setelah itu platelets akan mengkerut, membuat jaringan
bertambah erat dan menarik dinding pembuluh darah agar
menyatu. Pembentukan jaringan fibrin sampai penyatuan
dindingnya pembuluh darah memakan waktu kurang dari
30 menit.
 Prinsip Hemostasis

Homeostasis merupakan suatu keadaan tubuh untuk mempertahankan keseimbangan


dalam mempertahankan kondisi yang dialaminya.

Dalam mempelajari cara tubuh melakukan proses homeostasis ini dapat melalui empat
cara yaitu :

 Self regulation
Sistem ini dapat terjadi secara otomatis pada orang yang sehat seperti dalam
pengaturan proses sistem fisiologis tubuh manusia.
 Cara kompensasi
Tubuh akan cenderung bereaksi terhadap ketidaknormalan dalam tubuh.
Sebagai contoh, apabila secara tiba-tiba lingkungan menjadi dingin, maka
pembuluh darah perifer akan mengalami konstriksi dan merangsang pembuluh
darah bagian dalam untuk meningkatkan kegiatan (misalnya menggigil) yang
dapat menghasilkan panas sehingga suhu tetap stabil, pelebaran pupil untuk
meningkatkan persepsi visual pada saat terjadi ancaman terhadap tubuh,
peningkatan keringat untuk mengontrol kenaikan suhu badan.
 Cara umpan balik negatif
Proses ini merupakan penyimpangan dari keadaan normal. Dalam keadaan
abnormal tubuh secara otomatis akan melakukan mekanisme umpan balik untuk
menyeimbangkan penyimpangan yang terjadi.
 Umpan balik untuk mengoreksi ketidakseimbangan fisiologis.
Sebagai contoh apabila seseorang mengalami hipoksia akan terjadi proses
peningkatan denyut jantung untuk membawa darah dan oksigen yang cukup ke
sel tubuh.
Homeostasis psikologis berfokus pada keseimbangan emosional dan
kesejahteraan mental. Proses ini didapat dari pengalaman hidup dan interaksi
dengan orang lain serta dipengaruhi oleh norma dan kultur masyarakat. Contoh
homeostasis psikologis adalah mekanisme pertahanan diri seperti menangis,
tertawa, berteriak, memukul.

a. Reseptor
Reseptor adalah faktor yang menerima dan mengolah setiap rangsang yang
timbul dari setiap perubahan lingkungan sekitar, untuk dijadikan stimulus dan
dikirim (dilaporkan) ke pusat kontrol.

b. Pusat control
Pusat kontrol adalah faktor yang menerima stimulus dari reseptor untuk
diolah dan diinterpretasi dan dijadikan stimulus balik sebagai reaksi-reaksi untuk
menjawab (mengendalikan) perubahan lingkungan yang dilaporkan reseptor.
c. Efektor
Efektor adalah faktor penerima stimulus balik dari pusat kontrol, yang
mengolah stimulus tersebut menjadi suatu aktifitas gerak untuk menjawab
(mengendalikan) perubahan lingkungan sesuai yang dikehendaki pusat
kontrolnya.

 Prinsip Hemodinamika

Hemodinamika merupakan pertukaran energi secara terus-menerus antara manusia


dan lingkungan sekitarnya. Pada proses ini manusia tidak hanya melakukan penyesuaian
diri, tetapi terus berinteraksi dengan lingkungan agar mampu mempertahankan
hidupnya.

Adapun beberapa prinsip hemodinamik adalah sebagai berikut :

 Prinsip integralitas
Prinsip utama dalam hubungan antara manusia dengan lingkungan yang tidak
dapat dipisahkan. Perubahan proses kehidupan ini terjadi secara terus-menerus
karena adanya interaksi manusia dengan lingkungan yang saling mempengaruhi.
 Prinsip resonansi
Prinsip bahwa proses kehidupan manusia selalu berirama dan frekuensinya
bervariasi, mengingat manusia memiliki pengalaman beradaptasi dengan
lingkungan
 Prinsip helicy
Prinsip bahwa setiap perubahan dalam proses kehidupan manusia
berlangsung perlahan-lahan dan terdapat hubungan antara manusia dan
lingkungan.

Faktor penentu hemodinamik


1. Pre load : menggambarkan tekanan saat pengisian atrium kanan selama diastolic
digambarkan melalui Central Venous Pressure (CVP). Sedangkan pre l oad ventricle kiri
digambarkan melalui Pulmonary Arterial Pressure (PAP).
2. Contractility : menggambarkan kekuatan otot jantung untuk memompakan darah ke
seluruh tubuh.
3. After load : menggambarkan kekuatan/tekanan darah yang dipompakan oleh jantung.
After load dipengaruhi oleh sistemik:
1. sistemik vascular resistance
2. sistemik pulmonary vascular resistance.
Hemodinamika diatur oleh 3 komponen penting, yaitu :

 Aliran darah
Adalah jumlah darah yang melalui suatu titik tertentu didalam suatu periode
Dipengaruhi oleh 2 faktor, yaitu:
a. Perbedaan tekanan darah diantara kedua ujung pembuluh disepanjang
pembuluh darah
b. Tahanan bagi aliran darah yang melalui pembuluh(resistensi)
 Tekanan darah
Daya yang dihasilkan oleh darah terhadap setiap satuan luas dinding pembuluh.
Biasanya diukur dengan manometer air raksa dgn satuan mmHg.
 Resistensi aliran darah
Hambatan aliran terhadap aliran darah melalui suatu pembuluh yang
ditimbulkan oleh gesekan antara cairan yang mengalir dan dinding pembuluh
yang stasioner.
Faktor yang mempengaruhinya:
- Viskositas : semakin besar viskositas maka semakin besar resistensi
- Luas permukaan pembuluh : semakin besar luas permukaan pembuluh
maka semakin besae resistensi.

4. Makro sirkulasi darah dan mikro sirkulasi darah

 Makro sirkulasi darah


Makro sirkulasi darah nama lainnya yaitu peredaran darah besar.
Dimulai dari darah yang kaya akan O2 masuk ke atrium kiri lalu ke
ventrikel kiri kemudian dipompakan ke seluruh tubuh melewati aorta ke
arteri lalu ke kapiler sampai ke jaringan tubuh. Kemudian darah yang kaya
akan CO2 balik lagi kejantung melewati pembuluh vena dan masuk ke
jantung, tepatnya di atrium kanan, lalu vena cava. Darah dari tubuh bagian
atas melewati vena cava superior, kemudian tubuh bagian bawah melewati
vena cava inferior, lalu masuk ke vena kanan dan diteruskan lagi ke paru-
paru ( mikrosirkulasi).
 Mikro sirkulasi darah
Mikro sirkulasi darah nama lainnya yaitu peredaran darah kecil.
Dimulai dari seluruh yang kaya akan O2 masuk ke atrium kanan ke
ventrikel kanan melalui katup trikuspidalis lalu ventrikel berkontraksi.
Kemudian katup trikuspedalis tertutup, tetapi katup pulmonalis yang ada
pada lubanga arteri pulmonalis terbuka kemudian darah masuk ke arteri
pulmonalis yang bercabang ke kiri dan kekanan yang masing2 menuju
paru-paru kiri dan kanan. Arteri pulmonalis bercabang menjadi arteriol.
Arteriol mengalirkan darah menuju kapiler di paru-paru( disini darah
melepaskan CO2 dan mengambil O2). Kemudian darah masuk ke venula,
lalu vena pulmonalis membawa darah yang kaya 02 ke atrium kiri.

Ada 3 hal yang terjadi dalam system mikrosirkulasi, yaitu :


- Menghantarkan zat penting keseluruh tubuh
- Mengawal keluarnya zat berbahaya dari dalam tubuh
- Tempat terjadinya proses mekanisme tubuh

Apabila mikrosirkulasi rusak, maka gejalanya seperti penuaan, sakit-


sakitan, stroke, dan jantung koroner. Dan apabila mikrosirkulasi tidak berjalan
lancer maka akan terjadi jantung koroner, kanker paru-paru, serviks, dan
payudara.

5. Golongan-golongan darah

Golongan darah adalah ciri khusus darah dari suatu individu karena adanya
perbedaan jenis karbohidrat dan protein pada permukaan membran sel darah
merah. Dengan kata lain, golongan darah ditentukan oleh jumlah zat (kemudian
disebut antigen) yang terkandung di dalam sel darah merah.

Sistem OAB
Karl Landsteiner, seorang ilmuwan asal Austria yang menemukan 3 dari 4 golongan darah
dalam sistem OAB pada tahun 1900 dengan cara memeriksa golongan darah beberapa teman
sekerjanya. Percobaan sederhana ini pun dilakukan dengan mereaksikan sel darah merah dengan
serum dari para donor.
Hasilnya adalah dua macam reaksi (menjadi dasar antigen tipe A dan B, dikenal dengan
golongan darah A dan B) dan satu macam tanpa reaksi (tidak memiliki antigen, dikenal dengan
golonga darah O). Kesimpulannya ada dua macam antigen A dan B di sel darah merah yang
disebut golongan A dan B, atau sama sekali tidak ada reaksi yang disebut golongan O.
Kemudian Alfred Von Decastello dan Adriano Sturli yang masih kolega dari Landsteiner
menemukan golongan darah AB pada tahun 1901. Pada golongan darah AB, kedua antigen A
dan B ditemukan secara bersamaan pada sel darah merah sedangkan pada serum tidak ditemukan
antibodi.
Dalam sistem OAB, golongan darah dibagi menjadi 4 golongan:
Golongan Darah Antigen/Aglutinogen Antibodi/Aglutinin
A A Anti B
B B Anti A
AB A dan B -
O - Anti A dan B
Bila seseorang tidak mempunyai aglutinogen tipe A didalam darahnya, maka dalam
plasmanya akan terbentuk antibodi yang dikenal sebagai aglutinin anti-A.
Pada bayi yang baru lahir, tidak ada aglutinin pada plasma. Setelah dua sampai delapan bulan
baru terbentuk aglutinin di plasma. Aglutinin merupakan gama globulin dan dihasilkan oleh sel-
sel yang sama di sumsum tulang dan kelenjae limfe yang menghasilkan antibodi terhadap
antigen yang lain.

Sistem Rhesus (Rh)


Rh atau Rhesus (juga biasa disebut Rhesus Faktor) pertama sekali ditemukan pada
tahun 1940 oleh Landsteiner dan Weiner. Dinamakan rhesus karena dalam riset
digunakan darah kera rhesus (Macaca mulatta), salah satu spesies kera yang paling
banyak dijumpai di India dan Cina.
Perbedaan sistem OAB dengan sistem rhesus yaitu pada sistem OAB aglutinin
plasma bertanggung jawab atas timbulnya reaksi transfusi yang terjadi secara spontan,
sedangkan pada sistem Rh, reaksi aglutinin spontan hampir tidak pernah terjadi.
Pada sistem ABO, yang menentukan golongan darah adalah antigen A dan B, sedangkan
pada Rh faktor, golongan darah ditentukan adalah antigen Rh (dikenal juga sebagai
antigen D). Terdapat enam tipe antigen Rh yang umum, setiap tipe disebut faktor Rh.
Tipe-tipe ini ditandai dengan C, D, E, c, d, dan e. Setiap orang hanya mempunyai satu
dari ketiga pasangan anti gen tersebut.
Jika hasil tes darah di laboratorium seseorang dinyatakan tidak memiliki antigen Rh
atau antigen D, maka ia memiliki darah dengan Rh negatif (Rh-), sebaliknya bila
ditemukan antigen Rh atau antigen D pada pemeriksaan, maka ia memiliki darah dengan
Rh positif (Rh+).
Pada umumnya orang berkulit putih memiliki darah Rh negatif (Rh-), sedangkan
pada orang yang mempunyai kulit hitam pada umumnya memiliki darah Rh positif
(Rh+).
Penyakit yang berhubungan dengan sistem rhesus yaitu :
Eritroblastosis Fetalis (Penyakit Hemolitik pada Bayi Baru Lahir)
Eritroblastosis Fetalis adalah penyakit pada janin dan bayi baru lahir yang ditandai oleh
aglutinasi dan fagositosis pada sel darah merah janin. Ibu mempunyai darah Rh negatif
dan ayah darah Rh positif. Bayi mempunyai antigen Rh positif yang diturunkan dari
ayahnya, dan ibu membentuk aglutinin anti-Rh akibat terpajan dengan antigen Rh janin.
Kemudian, aglutinin ibu berdifusi ke dalam tubuh janin melalui plasenta dan
menimbulkan aglutinasi sel darah merah.
Sel darah merah yang teraglutinasi akan mengalami hemolisis sesudahnya, dan
melepaskan hemoglobin dalam darah. Makrofag janin kemudian mengubah hemoglobin
menjadi bilirubin, yang menyebabkan kulit bayi kekuningan (ikterik). Jaringan
hematopoitik bayi mencoba untuk mengganti sel-sel darah merah yang mengalami
hemolisis. Karena cepatnya produksi sel darah merah, banyak bentuk sel darah merah
yang muda, meliputi banyak bentuk blastik yang berinti, dilepas dari sumsum tulang bayi
ke dalam sirkulasi, dan karena adanya sel darah merah dalam bentuk blas berinti ini,
penyakit tersebut dinamakan eritroblastosis fetalis.
Pada kehamilan permata, antirhesus mungkin hanya akan menyebabkan si bayi lahir
kuning (karena proses pemecahan sel darah merah menghasilkan bilirubin yang
menyebabkan warna kuning pada kulit).
Tapi pada kehamilan kedua, problemnya bisa menjadi fatal jika anak kedua juga
memiliki rhesus positif. Saat itu, kadar antirhesus ibu sedemikian tinggi, sehingga daya
rusaknya terhadap sel darah merah bayi juga hebat. Ini bisa menyebabkan janin
mengalami keguguran.

G. Sintesa dan Uji informasi yang telah diperoleh


Untuk mendapatkan langkah ini, masing-masing anggota kelompok menyatukan informasi
pada proses tutorial hari kedua yang dibantu oleh tutor.

Anda mungkin juga menyukai