1454 4022 1 PB PDF
1454 4022 1 PB PDF
Kontak person:
Tito Endramawan
e-mail: titoendramawan@gmail.com
Abstrak
Tujuan dari penelitian ini mengetahui jenis discontinuity yang terjadi pada hasil pengelasan
SMAW dan menentukan acceptance criteria berdasarkan standar American Society of Mechanical
Engineer (ASME). Material yang digunakan mild steel 98.713%Fe dengan nilai kekerasan 230 HVN
dengan ukuran diameter 25cm x 20cm x 1.0cm yang disambungkan dengan proses pengelasan SMAW
posisi 3G buttjoint dengan elektroda rooting LB 52U diameter 2.6 mm menggunakan arus 70 Amper
dan tegangan 380 volt, sedangkan untuk filler menggunakan elektroda LB 5218 diameter 3,2 mm
dengan arus 80 Amper dan tegangan 380 volt. Metode yang digunakan pada penelitian untuk
menganalisa discontinuity dari hasil pengelasan SMAW 3G buttjoint dengan melakukan uji tidak
merusak metode ultrasonik dengan teknik 6dB drop dengan probe sudut 700 frekuensi 4 MHz yang
hasilnya akan merujuk pada standar ASME 2013 Section VIII Division I Mandatory Appendix 12
Ultrasonic Examination Of Weld (UT). Dari hasil pengujian tiga material, pada spesimen 1 terdapat 6
buah discontinuity yang 2 diantaranya accepted yaitu pada jarak 93 mm dan 102 mm sehingga yang
lainnya harus direjected. Pada spesimen 2, terdapat 5 buah discontinuity akan tetapi masih dalam batas
acceptance criteria sehingga dinyatakan accepted. Pada spesimen 3 terdapat 5 indikasi discontinuity
dan hanya 1 yang diluar acceptance criteria yaitu pada jarak 62 mm sehingga rejected. Pada spesimen
1 dan 3 bagian yang dinyatakan rejected dapat dilakukan perbaikan dengan cara di gouging dan dilas
ulang.
1. Pendahuluan
Indonesia adalah negara besar yang memiliki jumlah pertumbuhan penduduk yang cukup
signifikan yaitu terbesar keempat di dunia (setelah Republik Rakyat Tiongkok, India dan Amerika
Serikat). Berdasarkan pada proyeksi pemerintah pada tahun 2014, jumlah penduduk Indonesia akan
meningkat dari 237,6 juta orang di 2010 menjadi 271,1 juta orang di 2020 dan menjadi 305,6 juta orang
di 2035[1].
Disamping itu, masih berdasarkan data Badan Pusat Statistik, jumlah kendaraan yang
beroperasi aktif di seluruh Indonesia pada 2013 adalah 104,118 juta unit, Populasi jumlah kendaraan
terbanyak adalah sepeda motor dengan jumlah 84,732 juta unit di seluruh Indonesia, Jumlah terbesar
kedua adalah mobil penumpang dengan 11,48 juta unit, Populasi mobil barang (truk, pikap, dan lainnya)
adalah 5,615 juta unit dan populasi mobil penumpang adalah 2,286 juta unit[2].
Produk konstruksi dirancang untuk melakukan fungsi atau tugas tertentu dalam memenuhi
kebutuhan pengguna. Seorang pengguna produk konstruksi memiliki harapan bahwa produk tersebut
dapat memenuhi kebutuhannya. Pengguna juga berharap produk tersebut berfungsi tanpa ada
kerusakan dalam jangka waktu tertentu atau memiliki keandalan (reliabilitas). Keandalan suatu produk
rakitan atau mesin missal pada pembangkit listrik, pabrik industri kimia, industri migas, mesin
transportasi, dan sebagainya memiliki komponen-komponen yang kompleks. Komponen kompleks
tersebut sangat sangat tergantung pada keandalan komponen jangka waktu tertentu menjadi satu
keandalan mesin atau industri tersebut.
Keandalan yang diperoleh berbanding lurus dengan tingkat kualitas komponen atau produk.
Kualitas komponen maupun produk bergantung pada banyak faktor seperti desain, jenis bahan mentah
yang digunakan, dan teknik pembuatannya. Kualitas terkait dengan keberadaan cacat dan ketidak
sempurnaan di dalam suatu komponen atau produk yang dapat mengurangi kinerja. Usaha
mendapatkan informasi tentang cacat penting dilakukan untuk mencapai tingkat kualitas komponen
atau produk yang meningkat atau dapat diterima. Usaha tersebut dilakukan melalui suatu pengamatan
SENTRA 2016 IV - 1
Seminar Nasional Teknologi dan Rekayasa (SENTRA) 2017
ISSN (Cetak) 2527-6042
eISSN (Online) 2527-6050
untuk mendeteksi, mengevaluasi, dan meminimalkan cacat tersebut. Peningkatan kualitas komponen
atau produk dapat meningkatkan keandalan dan keamanan mesin, peralatan, bahkan pabrik, sehingga
membawa keuntungan ekonomi. Oleh karena itu diperlakukan suatu metode untuk mengetahui adanya
cacat dalam suatu produk atau komponen konstruksi tanpa mempengaruhi kinerja komponen tersebut.
Metode untuk menginspeksi hasil pengelasan salah satunya adalah dengan uji Non Destructive Test
(NDT). NDT adalah teknik analisis yang digunakan dalam ilmu pengetahuan dan industri untuk
mengevaluasi sifat dari komponen, material atau sistem tanpa menyebabkan kerusakan, karena NDT
tidak mengubah komponen yang diperiksa, metode ini merupakan teknik yang dapat menghemat uang
dan waktu dalam evaluasi produk, pemecahan masalah, dan penelitian. Yang termasuk uji NDT adalah
uji ultrasonik, magnetik-partikel, penetran cair, radiografi, dan pengujian eddy[6].
Ultrasonik Testing (UT) merupakan pengujian yang menggunakan frekuensi suara untuk
mendeteksi cacat pad benda padat. Hal ini didasari kenyataan bahwa benda padat merupakan
penghantar gelombang suara yang baik. Perinsip pengujian ini diakukan dengan memantulkan
gelombang suara ultrasonik ke suatu benda kemudian pantulan gelombang dari benda tersebut akan
ditangkap oleh probe. Perbedaan kedalaman permukaan merupakan indikasi adanya cacat pada
benda[3].
Hasil yang diharapkan pada penelitian ini adalah menentukan acceptance criteria pada hasil
pengelasan SMAW dengan menggunakan Non Destructive Test Ultrasonic Testing (NDT UT)
berdasarkan standar American Society and Mechanical Engineering (ASME).
2. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan material dari plat baja karbon dengan ukuran 30 cm x 20 cm x 1,2
cm lalu dibevel pada sisi panjangnya sebesar 300, kemudian dilas posisi 3G SMAW. Mesin las yang
digunakan merk maxstar 200 dengan parameter pengelasan berupa elektroda rooting LB 52U diameter
2,6 mm sedangkan filler menggunakan elektroda LB 5218 diameter 3,2 mm dengan arus 80 Amper dan
tegangan 380 volt[7].
Pengujian komposisi menggunakan alat uji spektrometer dengan mesin uji type ARL 3460 Optical
Emission Spectrometer dengan ukuran spesimen 50 mm x 25 mm x 10 mm.
Pengujian kekerasan base material dengan alat uji innovatest tipe verzus 700AS metode vickers dengan
pembebanan 20 Kgf dan waktu indentasi 10 detik. Berdasarkan ASTM E-384 menetapkan sudut
indentor intan sebesar 136° (gambar 1).
1.8544
= (1)
d. Pilih beban yang akan digunakan, dalam hal ini penguji menggunakan beban 20 kg.
e. Pilih dwel time, dalam hal ini penulis menggunakan dwel time sebesar 10 detik
f. Jika membutuhkan konversi ke satuan lain maka pilih jenis satuan yang diinginkan, jika tidak maka
cukup ceklis bagian vickers saja
g. Pada miskroskop akan muncul dua buah garis, himpitkan dua garis tersebut, kemudian tekan ok
h. Proses kalibrasi sudah selesai, lakukan pengujian kekerasan material dengan menekankan
indentor pada permukaan material
i. Tentukan nilai d1 dan d2, tunggu untuk dwel time, catat nilai kekerasan yang muncul pada layar
SENTRA 2016 IV - 3
Seminar Nasional Teknologi dan Rekayasa (SENTRA) 2017
ISSN (Cetak) 2527-6042
eISSN (Online) 2527-6050
j. Pilih next, maka akan muncul layar utama dan meminta untuk menentukan seting path 1 dan path
2
k. Tentukan range layar 100 mm
l. Letakan probe tersebut pada ketebalan 25 dai V1 dan atur gain hingga amplitudo indikasi pertama
100%. Atur tombol range hingga pada layar muncul 4 buah indikasi. Jumlah indikasi = Range /t.
Jumah indikasi = 100/25 = 4 buah
m. Cek kebenaran kalibrasi dengan meletakan probe pada tebal/lebar 100 mm dari V1, amati indikasi
yang muncul pada layar.
Proses pengujian komposisi dilakukan untuk mengetahui unsur unsur yang ada dalam material
uji (gambar 2). Pengujian ini dilakukan di Laboratorium Pengujian Material Politeknik Negeri Bandung
pada tanggal 26 juli 2017, dengan menggun-akan alat uji jenis ARL 3460 Optical Emission
Spectrometer metode FELAST. Adapun untuk data hasil pengujian akan di jabarkan dalam tabel berikut
1 Carbon ( C ) 0.212
2 Silicon ( Si ) 0.189
3 Sulfur ( S ) 0.014
4 Phosphorus ( P ) 0.121
5 Manganese ( Mn ) 0.716
6 Nickel ( Ni ) 0.02
7 Chromium ( Cr ) 0.06
8 Molybdenum ( Mo ) 0.005
9 Vanadium ( V ) 0.001
11 Wolfram/Tungstan ( W ) 0.001
12 Titanium ( Ti ) 0.002
14 Alumunium ( Al ) 0.034
15 Ferrodium ( Fe ) 98.713
Dari hasil pengujian seperti pada tabel 1, dapat diketahui bahwa unsur utama yang terdapat
dalam material tersebut adalah Besi (Fe) yaitu sebesar 98.713 persen dan dengan kandungan karbon
sebesar 0.212 persen. Dengan ini baja yang mengandung karbon kurang dari 0.25 persen maka
tergolong kedalam baja karbon rendah[5].
Uji Kekerasan
Material yang digunakan untuk spesimen adalah baja karbon rendah, dengan ukuran panjang 40
mm x lebar 30 mm dengan beban sebesar 20 kilogram dan waktu indentasi 10 detik, sebanyak tiga
buah dan diuji dengan alat uji keras vikckers merk Innovatest tipe verzus 700AS metode Vickers
dengan hasil sebagai berikut:
SENTRA 2016 IV - 5
Seminar Nasional Teknologi dan Rekayasa (SENTRA) 2017
ISSN (Cetak) 2527-6042
eISSN (Online) 2527-6050
230
test 1
Test 2
205 Test 3
180
-1 1 3 5 7 9 11 13 15
Jumlah pengujian
250
245
240
VHN (Kg/mm^2)
235
230
225
220
215
210
0 1 2 3
Spesimen
Berdasarkan gambar 3 diatas, menunjukkan nilai kekerasan rata-rata dari tiga sampel yang diuji
adalah 230 VHN dengan nilai kekerasan minimum 221 VHN dan kekerasan maksimum 247 VHN.
IV - 6 SENTRA 2016
Seminar Nasional Teknologi dan Rekayasa (SENTRA) 2017
ISSN (Cetak) 2527-6042
eISSN (Online) 2527-6050
Pada pengujian pertama pada spesimen 1 didapatkan enam buah discontinuity, dimana lokasi
cacat tersebar sepanjang lasan. Secara umum lokasi cacat terletak pada bagian root lasan yaitu
berkisar pada kedalaman antara 8.7 mm sampai dengan 9.6 mm. Panjang cacat terpendek adalah 5
mm dan panjang cacat terpanjang adalah 14 mm. Mengacu pada Mandatory Appendix 12 Ultrasonic
Examination Of Weld (UT) maka discontinuity yang diterima (accepted) ada dua buah yaitu terletak
pada jarak, 93 mm, 102 mm, sedangkan yang rejected ada 4 yaitu terletak pada jarak 52 mm, 123 mm,
150 mm dan 205 mm.
Pada pengujian kedua pada spesimen 2 surface 2 didapatkan lima buah discontinuity (cacat),
dimana lokasi cacat tersebar sepanjang lasan. Secara umum lokasi cacat terletak pada bagian root
lasan yaitu berkisar pada kedalaman antara 8.8 mm sampai dengan 9.7 mm. Panjang cacat terpendek
adalah 3 mm dan panjang cacat terpanjang adalah 6 mm. Mengacu pada Mandatory Appendix 12
Ultrasonic Examination Of Weld (UT) maka semua indikasi cacat yang diterima (accepted).
Berdasarkan tabel 4 diatas, pengujian ketiga pada spesimen 3 didapatkan lima buah discontinuity
(cacat), dimana lokasi cacat tersebar sepanjang lasan. Secara umum lokasi cacat terletak pada bagian
root lasan yaitu berkisar pada kedalaman antara 8.9 mm sampai dengan 9.8 mm. Panjang cacat
terpendek adalah 5 mm dan panjang cacat terpanjang adalah 7 mm. Mengacu pada Mandatory
Appendix 12 Ultrasonic Examination Of Weld (UT) maka cacat yang diterima (accepted ) ada 4 buah
yaitu terletak pada jarak 52 mm, 66 mm, 97 mm dan 278 mm. sedangkan yang rejected ada 1 yaitu
terletak pada jarak 62 mm.
SENTRA 2016 IV - 7
Seminar Nasional Teknologi dan Rekayasa (SENTRA) 2017
ISSN (Cetak) 2527-6042
eISSN (Online) 2527-6050
4. Kesimpulan
Setelah dilakukan proses penelitian, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan diantaranya adalah:
1. Material yang digunakan merupakan baja karbon rendah dengan kandungan 98.713% Fe dan
0.212%C.
2. Kekerasan rata-rata base material adalah 230 VHN
3. Dari hasil pengujian tiga material, didapatkan hasil:
- Spesimen 1 terdapat 6 buah discontinuity yang 2 diantaranya accepted yaitu pada jarak 93
mm dan 102 mm sehingga yang lainnya harus direjected.
- Spesimen 2, terdapat 5 buah discontinuity akan tetapi masih dalam batas acceptance criteria
sehingga dinyatakan accepted.
- Spesimen 3 terdapat 5 indikasi discontinuity dan hanya 1 yang diluar acceptance criteria yaitu
pada jarak 62 mm sehingga rejected.
4. Spesimen yang dinyatakan rejected dapat diperbaiki dengan cara di gouging dan dilas ulang.
IV - 8 SENTRA 2016
Seminar Nasional Teknologi dan Rekayasa (SENTRA) 2017
ISSN (Cetak) 2527-6042
eISSN (Online) 2527-6050
Referensi
[1] Badan Pusat Statistik. 2017. Statistik Indonesia. https://www.bps.go.id. Diakses pada tanggal 10
Agustus 2017
[2] Badan Pusat Statistik. 2017. Jumlah kendaraan bermotor. https:// www.bps.go.id/dataset.
Diakses pada tanggal 10 Agustus 2017
[3] Raj, T. Jayakumar, and M. Thavasimuthu, Practical Non-destructive Testing, Second Edition:
Woodhead Publishing, 2002.
[4] Mechanical Testing and Evaluation Volume 8 of the ASM Handbook Committee, 2000.
[5] Wiryosumarto dan Okumura. Teknologi pengelasan logam Jakartab : Pradnya Paramita, 1991.
[6] Anonim, "Modul Pelatihan NDT Level I dan II", Balai Besar bahan dan Barang Teknik (B4T), 2014.
[7] T. Endramawan, Emin H., Felix D., Yuliana P., “Aplikasi Non Destructive Test Penetrant Testing
(Ndt-Pt) Untuk Analisis Hasil Pengelasan Smaw 3g Butt Joint”. Jurnal Teknologi Terapan,
Volume 3, Nomor 2
[8] ASME Boiler and Pressure Vessel Committee, " ASME Boiler and Pressure Vessel Code Section
VIII Division I", New York (2013).
[9] Anonimus. Instruction Manual ECHOGRAPH 1090. German, Karl Deutch, 2012.
[10] A.Sifa, T. Endramawan, and Badruzzaman. “Identification of the Quality Spot Welding used Non
Destructive Test-Ultrasonic Testing: (Effect of Welding Time)”. IOP Conference Series: Materials
Science and Engineering, Volume 180, Number 1
[11] Rafael Martínez, et.al., “Ultrasonic inspections in the fabrication of the ITER vacuum vessel
sectors”, Fusion Engineering and Design 88 (2013) 2155– 2159.
SENTRA 2016 IV - 9