Disusun Oleh :
B. Material
Pendorong biaya terbesar menara rakitan yang dirakit pabrik adalah bahan utama yang
membentuk casing menara pendingin. Bahan ini tidak hanya berisi air yang disirkulasikan
ulang melalui menara pendingin tapi juga harus secara struktural mendukung sistem kipas
mekanis, komponen internal, dan berat air termasuk satu bah penuh air. Umumnya ada trade-
off antara daya tahan jangka panjang yang dicapai melalui pemilihan bahan konstruksi casing
dan biaya menara pendingin secara keseluruhan.
Menara pendingin logam galvanis yang lebih murah adalah yang paling rentan terhadap korosi
dan, karenanya dapat memiliki umur yang lebih pendek daripada menara stainless steel.
Galvanizing baja akan menunda korosi pada baja yang mendasari karena korosi lebih disukai
pada baja. Namun, begitu bagian atau potongan galvanisasi seng telah dikompromikan,
lembaran tipis di bawahnya bisa berkorosi dengan cepat. Beberapa produsen telah
mempromosikan menara pendingin Hybrid, yang terdiri dari tong sampah stainless steel dan
baskom dan logam galvanis di dinding bagian atas. Ini memberikan daya tahan lebih baik
daripada semua konstruksi galvanis dan tidak semahal menara pendingin stainless steel.
FRP (Fiber Reinforced Polyester) telah digunakan sebagai bahan casing menara
pendingin untuk beberapa waktu. Pultruded FRP bila dibuat cukup berat dapat menangani
beban menara pendingin dan memberikan proteksi korosi yang sangat baik. Menara FRP
berkualitas baik, namun bisa mendekati semahal menara stainless steel. Panel pendingin
pendingin FRP berkualitas rendah telah diimpor dari lokasi manufaktur Dunia ke-3 yang
harganya bisa serendah semua menara pendingin namun tidak berkualitas untuk
dipertimbangkan di sini yang diproduksi di Amerika Serikat.
C. Data Spesifikasi
D. Perhitungan Desain
Untuk kondensor :
𝑄𝑑𝑒𝑠𝑎𝑖𝑛 721.189
𝑘= = = 143,97
√𝑃𝐷𝑑𝑒𝑠𝑎𝑖𝑛 √25,0914
Qaktual = kx √𝑃𝐷𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙
= 143,97 x √13,12
= 521,57
Kalor yang dilepas air pada kondensor:
𝑄𝑐𝑜𝑛𝑑 𝑥 30
𝐺𝑃𝑀 =
∆𝑇
𝐺𝑃𝑀 𝑥 ∆𝑇 521,57 𝑋 7,2
𝑄𝑐𝑜𝑛𝑑 = = = 125,155TR x 3,516
30 30
= 440,22 kW
Dengan mengasumsikan kalor yang dilepas pada kondensor sama dengan kalor yang
diserap refrigerant maka laju aliran massa refrigerant adalah:
Qcond.air = Qcond
440,22 = mr x (h2 – h3)
440,047 𝑘𝑗/𝑠
𝑚𝑟 = = 2,385 𝑘𝑔/𝑠
(432,503 − 247,574)𝑘𝑗/𝑘𝑔
Kerja yang dilakukan kompresor dengan proses kompresi isentropik:
Wkomp = h2 – h1 = (432,503 – 412,05) kj/kg = 20,451 kj/kg
F. Kesimpulan
1. Semakin tinggi temperatur refrigerant di evaporator maka akan semakin bagus juga
nilai COP yang dihasilkan, karena efek refrigerasi yang dihasilkan lebih besar,
sementara kerja kompresor yang dibutuhkan lebih rendah.
2. Semakin rendah temperatur refrigerant di kondensor maka akan semakin bagus juga
nilai COP yang dihasilkan, karena kerja kompresor yang dibutuhkan akan lebih rendah.
3. Apabila temperatur air masuk kondensor semakin rendah (temperatur air yang disuplai
oleh cooling tower) maka effisiensi (COP) akan semakin tinggi (KW/TR semakin
rendah). Hal ini disebabkan oleh condensing temperatur yang semakin rendah.