Aspek Kefarmasian Terapi Transplantasi Ginjal PDF
Aspek Kefarmasian Terapi Transplantasi Ginjal PDF
Nunuk Mardiana
Sub Departemen Ginjal & Hipertensi, Departemen-SMF Ilmu Penyakit Dalam
FK. UNAIR – RSUD Dr. Soetomo
Surabaya
PENDAHULUAN
Transplantasi ginjal merupakan pilihan terapi terbaik bagi pasien Penyakit Ginjal Kronis
(PGK) tahap akhir. Hal utama yang banyak dibicarakan terkait transplantasi organ adalah
bagaimana menekan terjadinya rejeksi. Sebagian besar keberhasilan transplantasi ginjal
diperankan oleh obat obat imunosupresif yang digunakan sebagai terapi induksi, terapi
pemeliharaan serta terapi untuk rejeksi akut. Dengan demikian perkembangan imunosupresant
merupakan kunci keberhasilan mempertahankan fungsi ginjal cangkok.
RESPON ALLOIMMUNE
Respon imunologi yang terjadi setelah transplantasi ginjal dimulai pada saat ginjal
diambil dari donor dan selanjutnya ditransplantasikan pada resipien, yang dikenal sebagai
ischemia reperfusion injury (IRI). Patogenesis IRI melibatkan faktor faktor biokimiawi, seluler,
endotel vaskuler dan faktor spesifik jaringan dengan gambaran umum terjadinya inflamasi.
Iskhemia akut akan menyebabkan kerusakan jaringan dan aktivasi sel endotel yang akan meng
inisiasi respon imun bawaan maupun antigen spesifik.
Pada ginjal cangkok dan jaringan disekitarnya, sel sel dendrit yang berasal dari resipien
maupun donor akan mengalami aktivasi dan kemudian berpindah ke sel T di daerah organ
limfoid sekunder.Antigen Presenting Cells (APCs) akan mempresentasikan antigen donor pada
sel T naifdan sel T memori sentral yang beredar diantara kompartemen limfoid. Terjadinya
rejeksi membutuhkan aktivasi sel T.
Interaksi antara T-Cell Receptor (TCR)- Major Histocompatibility Complex (MHC) akan
mengawali suatu proses terbentuknya sinyal dari kompleks CD3 yang dikenal sebagai sinyal 1.
Sel sel dendrit juga berperan pada tersedianya ko-stimulasi atau sinyal 2. Sinyal 2 ini terjadi
ketika CD80 dan CD 86 yang ada di permukaan sel Dendrit berinteraksi dengan CD 28 yang ada
pada sel T. Sinyal 1 dan sinyal 2 ini akan mengaktifkan 3 jaras yaitu : jaras calsium-calcineurin,
jaras RAS-mitogen-activated protein (MAP) kinase, dan jaras nuclear factor- κβ. Jaras-jaras
tersebut akan mengaktivasi faktor-faktor transkripsi yang akan menghasilkan banyak molekul
baru, termasuk interleukin (IL) 2. Bersama sama dengan sitokin lainnya, IL-2 akan menghasilkan
sinyal 3 melalui jaras molecular-target-of-rapamycin (mTOR) yang akan menginisiasi proliferasi
sel.
Proliferasi dan diferensiasi sel akan menghasilkan sel T efektor dalam jumlah besar, yang
akan menginfiltrasi ginjal cangkok dan menyebabkan respon inflamasi.Sel B mengalami aktivasi
ketika antigen berikatan dengan reseptor antigennya, biasanya di folikel limfoid atau di luar
folikel seperti red pulp limpa atau mungkin di transplant menghasilkan alloantibodi yang
ditujukan pada antigen HLA donor.
OBAT IMUNOSUPRESAN
Transplantasi ginjal merupakan salah satu terapi pilihan pada pasien PGK stadium 5 atau
stadium gagal ginjal, selain dialisis. Obat obat imunosupresif merupakan bagian dari
keberhasilan modalitas terapi ini, yang diberikan sebagai terapi induksi, terapi pemeliharaan dan
terapi pada saat terjadi episode rejeksi akut. Dewasa iniangka kejadian rejeksi akut lebih rendah
dan outcomes jangka pendek lebih baik, akan tetapi outcomes jangka panjang belum
menunjukkan perbaikan yang berarti sehingga perlu pengkajian lebih dalam termasuk
penggunaan obat imunosupresif sebagai terapi pemeliharaan.
Sumber: nengl j med 351;26 www.nejm.org december 23, 2004
Gambar 2. Kerja obat imunosupresif
BIOLOGIC AGENTS
Bahan biologi ada dalam bentuk antibodi poliklonal dan monoklonal yang digunakan
pada transplantasi ginjal sebagai terapi induksi. Berdasarkan panduan konsensus Transplantasi
Ginjal Pernefri tahun 2013, untuk terapi induksi dianjurkan menggunakan antibodi monoklonal
Basiliximab. Pada sel T yang teraktivasi, IL-2R (CD25) akan mengalami upregulation sehingga
menyebabkan ekpresi IL-2R yang berhubungan dengan IL-2 memicu sel T yang teraktivasi
mengalami proliferasi. Basiliximab mempunyai spesifisitas pada CD25. Antibodi ini
menginduksi imunosupresi yang relatif ringan dan digunakan sebagai bahan induksi untuk
mencegah rejeksi tetapi tidak dapat mengobati rejeksi yang sudah terjadi. Basiliximab diberikan
2 jam sebelum operasi dan hari ke 4 pasca operasi dengan dosis 20 mg (untuk berat badan >
35kg) secara IV.
Kortikosteroid
CNIs terdiri dari cyclosporine dan tacrolimus, termasuk molekul kecil berasal dari
fungus. Kedua CNIs bisa berikatan dengan protein sitoplasma yang disebut immunophillins.
Cyclosporine berikatan dengan cyclophilin, sedangkan tacrolimus berikatan dengan FK-binding
protein 12 (FKBP12). Ikatan tersebut akan meningkatkan afinitas dan selanjutnya efek
penghambatan immunophillins terhadap calcineurin yang akan menyebabkan nuclear factor of
activated T cells (NF-AT) menjadi tidak aktif. NF-AT yang aktif akan dikaitkan dengan faktor
transkripsi lain , yang akan menginisiasi peristiwa peristiwa yang menyebabkan aktivasi sel T.
Kompleks aktif Tacrolimus:FKBP12 menghambat calcineurin dengan kekuatan yang lebih besar
dari pada kompleks cyclosporin yang sesuai. Cyclosporin dan Tacrolimus juga dapat
mengganggu aktivasi calcineurin pada substrat selain NF-AT. CNIs juga menyebabkan
upregulation dari sitokin transforming growth factor β (TGF β) yang selain mempunyai
kemampuan imunosupresif juga dapat meningkatkan deposisi protein matriks dan fibrosis
jaringan. CNIs juga dapat menekan respon imun melalui jaras yang tidak tergantung calcineurin,
umumnya melalui penghambatan terhadap jaras sinyaling intraseluler spesifik untuk sel T.
Mycophenolate
Azathioprine
mTor Inhibitor
mTOR adalah pengontrol utama pertumbuhan dan proliferasi sel. Inhibitor mTOR adalah
obat yang menghambat sinyal proliferasi dengan aktivitas imunosupresif yang kuat, yaitu
Sirolimus atau juga dikenal sebagai Rapamycin. Everolimus merupakan analog Rapamycin yang
mempunya mekanisme kerja, perangkat imunosupresif dan profil efek samping yang serupa.
Tabel 1.1 Terapi pemeliharaan obat imunosupresan pada resipien transplan ginjal stabil
Samaniego et all, 2006
RINGKASAN
DAFTAR PUSTAKA