Disusun Oleh:
Kelompok 5
Dosen Pengampu:
Dr. Lita Darmayanti, ST., MT
Penyusun
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah ............................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan .................................................................................... 2
1.4 Batsan Masalah ...................................................................................... 2
ii
2.6.7 Waste Water Basin ......................................................................... 20
2.6.8 Service Building ............................................................................. 21
2.7 Penerapan Teknologi PT. Aetra Air Jakarta ......................................... 21
2.8 Penerapan Teknologi PT. Aetra Air Jakarta ......................................... 21
2.8.1 Service Business Utara ................................................................... 23
2.8.2 Service Business Tengah ................................................................ 23
2.8.3 Service Business Selatan ................................................................ 24
2.9 Tarif Air Minum Pelanggan PT. Aetra Air Jakarta .............................. 25
2.10 Kualitas Air Minum ............................................................................ 26
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
berasal dari Waduk Jatiluhur. Air tersebut dialirkan ke Jakarta melalui saluran
terbuka Kanal Tarum Barat (Kali Malang). Di sepanjang aliran sungai itu,
masyarakat seringkali membuang sampah di sungai, sehingga air baku tercemar.
Setelah sampai di Instalasi Pengolahan Air (IPA) Aetra Jakarta, air baku tersebut
melewati serangkaian proses pengolahan sampai menjadi air minum yang siap
didistribusikan ke pelanggan.
Untuk memenuhi pasokan air bersih bagi pelanggan, Aetra memproduksi
air dengan standar kualitas air minum. Standar kualitas air minum tersebut dapat
dicapai dengan melakukan proses yang baik terhadap air baku. Proses pengolahan
yang dilakukan terhadap air baku tersebut seharusnya sesuai dengan kualitas air
baku. Dengan semakin meningkatnya pencemaran terhadap air baku, proses yang
dilakukan juga harus ditingkatkan mutunya. Oleh karena itu, akan dibahas profil
perusahaan serta sistem pengolahan air bersih yang digunakan pada PDAM PT
Aetra Jakarta.
2
BAB II
PEMBASAHAN
3
3. Membangun Lingkungan Kerja Yang Kondusif Untuk Meningkatkan
Profesionalisme Dan Kepuasan Karyawan
NILAI-NILAI AETRA
1. Mengutamakan Pelanggan
2. Berkualitas
3. Berintegritas
4. Inovatif
5. Peduli
6. Terbuka
7. Bersinergi
PERJANJIAN KERJASAMA
PAM JAYA menserahkelolakan aset yang ada (termasuk produksi dan
distribusi) kepada Aetra untuk mengoperasikan termasuk memberikan
hak eksluusif kepada Aetra untuk mengelola layanan air bersih di area
Timur Jakarta.
PAM JAYA membayar kepada Aetra, imbalan air untuk setiap m³ air
yang terjual dan tertagih.
Kewajiban Aetra:
Mencapai Technical Target dan Service Standars.
Memelihara dan meningkatkan Assets.
4
2.3 Sumber Air
Untuk kebutuhan air baku, Aetra menggunakan sumber air baku yang
berasal dari Waduk Jatiluhur yang dikelola oleh Perum Jasa Tirta II (PJT II), yang
dialirkan ke Jakarta melalui saluran terbuka Kanal Tarum Barat (Kali Malang).
Gambar 2.3 Sumber Air Baku PT Aetra Air Jakarta
Sumber: http://www.aetra.co.id
5
Instalasi Buaran II. Fungsi dari instalasi ini adalah untuk mengolah air baku yang
diambil dari Kanal Tarum Barat, mendistribusikan air bersih ke seluruh wilayah
Timur Jakarta dan mentransmisikannya ke Pusat Distribusi Cilincing (PDC). Air
bersih dari PDC didistribusikan ke seluruh wilayah Jakarta Utara.
6
Gambar 2.5 Waduk Ir. H. Djuanda (Jatiluhur)
Sumber: http://www.aetra.co.id
2.5.2 Intake
Air baku masuk melalui bar screen ke intake secara gravitasi. Unit bar
screen berada di depan Instalasi Pengolahan Air Buaran tepat di tepi Kanal Tarum
Barat atau Kali Malang.
Setelah melewati bar screen, air baku melewati coarse screen. Air bak tersebut
terbagi menjadi dua aliran menuju coarse screen Buaran I dan coarse screen
Buaran II. Coarse screen berfungsi menyaring sampah kasar yang terbawa oleh
air baku.
7
Gambar 2.7 Coarse Screen
Sumber: http://www.aetra.co.id
Setelah melewati coarse screen, air baku melewati fine screen Buaran I dan fine
screen Buaran II sesuai dengan aliran. Fine screen berfungsi menyaring sampah
halus yang terbawa oleh air baku.
Setelah melewati fine screen, sebagian kecil air baku dialirkan menuju
laboratorium proses melalui pipa dengan bantuan pompa. Sedangkan air baku
yang lain mengalami pembubuhan bahan kimia pertama yaitu karbon aktif,
prekhlor, dan prelime.
8
Gambar 2.9 Pembubuhan Karbon Aktif Gambar 2.10 Pembubuhan Prekhlor
Sumber: http://www.aetra.co.id
Setelah melewati pembubuhan bahan kimia, air baku melewati emergency valve.
Emergency valve ada dua buah yaitu untuk Buaran I dan Buaran II. Emergency
valve digunakan apabila terjadi pemadaman listrik oleh PLN. Emergency valve
secara otomatis akan menutup saluran masuk air baku jika terjadi pemadaman
listrik dari PLN.
9
Setelah melewati emergency valve, air baku melewati valve flowmeter air baku.
Valve flowmeter air baku berfungsi mengukur dan mengontrol aliran air baku.
Valve tersebut juga berfungsi menutup aliran air baku yang masuk jika terjadi
pemadaman listrik dari PLN dan emergency valve mengalami gangguan atau tidak
bekerja otomatis.
10
2.5.4 Pulsator
Pulsator adalah sebagai tempat terjadinya flokulasi dan sedimentasi.
Flokulasi adalah proses terbentuknya flok akibat dengan adanya pembubuhan
bahan koagulan, dari proses flokulasi tersebut akan dihasilkan gumpalan partikel
lumpur. Sedimentasi adalah proses pengendapan flok-flok yang terjadi secara
gravitasi, proses pengendapan ini terjadi karena berat jenis flok lebih berat dari
berat jenis air.
11
2. Nozzle dengan ukuran diameter dan jarak tertentu yang berfungsi untuk
menahan agar lapisan kerikil dan pasir tidak terbawa dalam aliran. Nozzle
ini juga berfungsi untuk memberikan tekanan udara dan tekanan air yang
merata pada saat pencucian saringan pasir dilaksanakan.
12
2.5.7 Pompa
Untuk mendistribusikan air minum kepada konsumen, dipergunakan pompa
distribusi yang dipakai secara bergantian dengan kapasitas 5000 l/detik yang
ditunjang oleh pompa distribusi sebanyak:
5 unit, 3600 m3/jam, head 16 m (pompa transmisi)
4 unit, 2880 m3/jam, head 50 m
2 unit, 1440 m3/jam, head 50 m
13
2.5.9 Sludge Drying Bed
Sludge drying bed atau bak pengering lumpur berfungsi mengeringkan
lumpur yang dihasilkan dari Sludge Extraction (SE) dan Sludge Draining (SD).
Lumpur dari SE dan SD yang sudah dikumpulkan di waste basin kemudian
dipompakan menuju sludge drying bed. Pada ujung bak pengering terdapat
saluran menuju Kali Jati Kramat yang mengalirkan air yang sudah terpisah dari
lumpur. Sebagian air yang terkandung dalam lumpur akan menguap. Lama
kelamaan lumpur tersebut akan mengering. Setelah lumpur kering, lumpur kering
tersebut di angkut dan dikumpulkan pada satu tanah lapang dan nantinya dibuang
ke tempat pembuangan akhir sampah. Bak yang sudah kosong lalu diisi kembali
dengan lumpur.
14
a) Laboratorium Kimia dan Bakteriologi merupakan laboratorium tempat
pemeriksaan parameter lengkap untuk air baku dan air minum.
Untuk air baku, parameter yang dianalisis setiap hari adalah daya
hantar listrik, amonia, besi, mangan, kandungan organik, total coliform, E.
Coli. Parameter yang dianalisis setiap minggu adalah total hardness, nitrit,
nitrat, sulfat, SS, TDS, BOD, COD. Parameter yang dianalisis setiap bulan
adalah air raksa, arsenik, barium, kadmium, kromium 6+, selenium, seng,
sulfat, sulfida, surfactant, tembaga. Parameter yang diperiksa setiap 6 jam
adalah kekeruhan, pH, temperatur, warna. Parameter lainnya diperiksa setiap
3 bulan.
b) Laboratorium Proses
Laboratorium Proses dilengkapi dengan keran air yang berasal dari air
baku, air pulsator Buaran I dan II, air filter Buaran I dan II, air minum
Buaran I dan II. Pemeriksaan yang dilakukan setiap jam adalah kekeruhan
air, sisa khlor, dan pH. Selain itu, pada laboratorium proses ini dilakukan
penentuan dosis bahan kimia koagulan yang akan dibubuhkan melalui jar
test.
15
Gambar 2.23 Laboratorium Proses
Sumber: http://www.aetra.co.id
16
Gambar 2.24 Kontainer Khlorin
Sumber: http://www.aetra.co.id
b. Evaporator
Pada evaporator, khlor yang berbentuk likuid diubah menjadi berbentuk gas
dengan pemanasan pada suhu 70-80oC. Sistem evaporasi ada dua yaitu sistem
spiral dengan alat portacel dan sistem plat tabung dengan alat WT. Jika suhu
kurang dari 70oC maka akan terjadi pembekuan khlor. Jika suhu lebih dari 80oC
akan terjadi pelelehan pipa.
17
Gambar 2.26 Sistem Spiral pada Evaporator Portacel
Sumber: http://www.aetra.co.id
c. Khlorinator
Khlorinator merupakan tempat pengaturan dosis pre, intermediate, dan post
khlorinasi. Setelah khlor melalui evaporator, gas yang terbentuk dilewatkan
melalui regulator menuju khlorinator. Regulator berfungsi mengatur tekanan gas
dari evaporator menuju khlorinator. Khlor yang sudah berbentuk gas diatur
dosisnya dalam satuan kg/hari. Setelah diatur dosisnya, khlor yang berbentuk gas
tersebut diinjeksikan dengan air melalui injektor.
d. Netralisasi
Netralisasi merupakan tempat penyedotan gas khlor jika terjadi kebocoran.
Di masing-masing ruangan dilengkapi dengan lubang-lubang ventilasi yang
tersambung dengan pipa-pipa menuju tabung netralisasi. Blower akan menghisap
udara tersebut. Udara yang mengandung gas khlor yang bocor akan masuk ke
18
suatu tabung lalu disemprotkan dengan caustic soda secara otomatis. Udara yang
sudah netral kemudian keluar melalui cerobong di bagian atas tabung. Jika terjadi
kebocoran, alarm akan berbunyi.
Untuk mendeteksi bagian mana yang mengalami kebocoran gas khlor,
digunakan amonia. Petugas harus mengenakan alat pelindung diri lengkap untuk
memasuki ruangan yang mengalami kebocoran. Kemudian, petugas membawa
amonia di dalam botol yang terbuka dan mendekatkannya pada bagian-bagian
pipa. Jika timbul asap di salah satu bagian pipa maka dapat disimpulkan bahwa
bagian pipa tersebut mengalami kebocoran gas khlor.
19
Gambar 2.29 Bak Pencampuran Kapur Powder dengan Air
Sumber: http://www.aetra.co.id
20
2.6.8 Service Building
Service building pada awalnya adalah suatu bangunan sebagai sarana
pelengkap untuk kegiatan lanjutan dari proyek pembangunan Instalasi Produksi
Buaran II. Akan tetapi, bangunan ini sekarang dipergunakan sebagai sarana
kegiatan perkantoran.
21
i Mempunyai 3 Inline Booster Pump (Pompa Tekan) di Tugu (2009),
Kiwi (2010) dan Halim (2011).
Selain itu PT Aetra Air Jakarta juga menerapkan standar internasional yaitu:
a. Salah satu bentuk komitmen Aetra dalam meningkatkan Pelayanan
adalah dengan menerapkan Standard Internasional pada pengoperasian
jaringan distribusi air di wilayah operasional Aetra yang ditandai dengan
penerimaan sertifikat ISO 9001 versi 2008 dari Loyid’s Register Quality
Assurance (LRQA) untuk bidang Sistem Management Operasional,
Produksi, Customer Service dan Laboratorium.
b. Aetra memproduksi Air dengan standar kualitas air minum sesuai dengan
SK Permenkes No. 907/Menkes/SK/VII/2002 di 3 (tiga) Instalasi
Pengolahan Air Aetra.
c. Aetra selalu memonitor kualitas air yang di produksi dengan menguji ±
1000 sampel air dari 1000 titik lokasi yang berbeda setiap bulannya.
d. Untuk mengukur standard kepuasan pelanggan (MCS – Measuring
Customer Satisfaction) yang dilakukan melalui pooling oleh lembaga
survey Independent, pada tahun 2011 Aetra memperoleh point sebesar
69.
2.8 Area Pelayanan PT Aetra Air Jakarta
22
Untuk meningkatkan pelayanan kepada pelanggannya Aetra membagi Area
service pelanggan ke dalam 3 (tiga) SBU - Service Business Unit :
2.8.1 Service Business Utara
Tabel 2.1 Luas Area, Jumlah Pelanggan setiap KPP pada Area Services Business
Utara
Sumber: http://www.aetra.co.id
23
Tabel 2.2 Luas Area, Jumlah Pelanggan setiap KPP pada Area Services Business
Tengah
Sumber: http://www.aetra.co.id
24
Tabel 2.3 Luas Area, Jumlah Pelanggan setiap KPP pada Area Services Business
Selatan
Sumber: http://www.aetra.co.id
Sumber: http://www.aetra.co.id
Sumber: http://www.aetra.co.id
25
2.10 Kualitas Air Minum
Air minum yang dihasilkan dari hasil pengolahan air oleh PT Aetra merupakan air
yang berkualitas air minum sesuai dengan standar air minum Permenkes
907/MENKES/SK/VII/2002.
Tabel 2.6 Beberapa Hasil Pengukuran Air Minum PT Aetra
No Parameter Baku mutu Hasil
Pengukuran
1 Kekeruhan 5 NTU 1 NTU
2 pH 6,5-8,5 6,7-7,5
3 Residu Khlor 0,6-1,0 mg/l 0,3-0,4 mg/l
4 Besi 0,3 mg/l 0,1 mg/l
5 Mangan 0,1 mg/l 0,05 mg/l
6 Ammonia 1,5 mg/l 0,03 mg/l
7 Organik 10 mg/l 3,23 mg/l
Sumber: http://www.aetra.co.id
26
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
PDAM PT Aetra Air Jakarta telah berdiri dari tahun 1998 dan memanfaat
kan air Waduk Jatiluhur. Memiliki pelanggan yang meningkat tiap tahunnya. Dan
memiliki kualitas air minum yang sesuai dengan standar Permenkes
907/MENKES/SK/VII/2002. Unit pengolahan yang digunakan adalah intake,
mixing basin, pulsator, rapid sand filter dan reservoir. Proses yang terjadi adalah
koagulasi pada mixing basin, filtrasi pada rapid sand filter, desinfeksi dan
netralisasi.
3.2 Saran
Penulis menyarankan agar perusahaan air minum di seluruh Indonesia
dapat meningkatkan kerja dan kualitas air yang dihasilkan. Dan diharapkan
perusahaan dapat menginformasikan kualitas air yang dihasilkan secara data yang
lengkap.
27
DAFTAR PUSTAKA
Internet:
http://www.aetra.co.id, di akses pada tanggal 20 April 2013 jam 20:16
Kania, Dewi. Slide kuliah Rekayasa Lingkungan Departemen Teknik Lingkungan,
Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan ITB 2009,
http://aryansah.wordpress.com/2010/12/03/instalasi-pengolahan-air-bersih/,
dikases pada tanggal 20 April 2013 jam 20:35
http://id.wikipedia.org/wiki/PDAM, diakses pada tanggal 20 April 2013 jam
20:40
28