Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

TUMOR PARU

KONSEP TEORI
A. PENGERTIAN
Tumor adalah neoplasma pada jaringan yaitu pertumbuhan jaringan baru
yang abnormal. Paru merupakan organ elastis berbentuk kerucut dan letaknya
didalam rongga dada. Sel tumor pada tumor jinak bersifat tumbuh lambat,
sehingga tumor jinak pada umumnya tidak cepat membesar. Sel tumor mendesak
jaringan sehat sekitarnya secara serempak sehingga terbentuk simpai (serabut
pembungkus yang memisahkan jaringan tumor dari jaringan sehat). Oleh karena
bersimpai maka pada umumnya tumor jinak mudah dikeluarkan dengan cara
operasi (Robin dan Kumar, 1995). Menurut Brooker, 2001 pertumbuhan tumor
dapat digolongkan sebagai ganas (malignant) atau jinak (benign).
Tumor paru merupakan keganasan pada jaringan paru. Jenis tumor paru
dibagi untuk tujuan pengobatan, meliputi SCLC (Small Cell Lung Cancer) dan
NSLC (Non Small Cell Lung Cancer/Karsinoma Skuamosa, adenokarsinoma,
karsinoma sel besar) (Sylvia & Price, 2006).
B. EPIDEMIOLOGI
Pada umumnya tumor paru terbagi atas tumor jinak (5 %) antara lain
adenoma, hamartoma dan tumor ganas (90%) adalah karsinoma bronkogenik.
Karena pertimbangan klinis maka yang dibahas adalah kanker paru atau
karsinoma bronkogenik. Kanker paru masih menjadi salah satu keganasan
yang paling sering, berkisar 20% dari seluruh kasus kanker pada laki-laki
dengan risiko terkena 1 dari 13 orang dan 12% dari semua kasus kanker pada
perempuan dengan risiko terkena 1 dari 23 orang. Di Inggris rata-rata 40.000
kasus baru dilaporkan setiap tahun. Perkiraan insidensi kanker paru pada laki-
laki tahun 2005 di Amerika Serikat adalah 92.305 dengan rata-rata 91.537
orang meninggal karena kanker.

0
C. ETIOLOGI
Seperti kanker pada umumnya, etiologi yang pasti dari kanker paru
masih belum diketahui, namun diperkirakan bahwa inhalasi jangka panjang
dari bahan – bahan karsiogenik merupakan faktor utama, tanpa
mengesampingkan kemungkinan peranan predisposisi hubungan keluarga
ataupun suku bangsa atau ras serta status imunologis (Smeltzer, 2001). Ada
beberapa faktor yang berperan dalam peningkatan insiden kanker paru, antara
lain:
a. Merokok.
Tak diragukan lagi merupakan faktor utama. Suatu hubungan statistik
yang defenitif telah ditegakkan antara perokok berat (lebih dari dua puluh
batang sehari) dari kanker paru (karsinoma bronkogenik). Perokok seperti
ini mempunyai kecenderung sepuluh kali lebih besar dari pada perokok
ringan. Selanjutnya orang perokok berat yang sebelumnya dan telah
meninggalkan kebiasaannya akan kembali ke pola resiko bukan perokok
dalam waktu sekitar 10 tahun. Hidrokarbon karsinogenik telah ditemukan
dalam ter dari tembakau rokok yang jika dikenakan pada kulit hewan,
menimbulkan tumor.
b. Iradiasi.
Insiden karsinoma paru yang tinggi pada penambang kobalt di Schneeberg
dan penambang radium di Joachimsthal (lebih dari 50 % meninggal akibat
kanker paru) berkaitan dengan adanya bahan radioaktif dalam bentuk
radon. Bahan ini diduga merupakan agen etiologi operatif.
c. Kanker paru akibat kerja
Terdapat insiden yang tinggi dari pekerja yang terpapar dengan karbonil
nikel (pelebur nikel) dan arsenic (pembasmi rumput). Pekerja pemecah
hematite (paru – paru hematite) dan orang – orang yang bekerja dengan
asbestos dan dengan kromat juga mengalami peningkatan insiden.
d. Polusi udara
Mereka yang tinggal di kota mempunyai angka kanker paru yang lebih
tinggi dari pada mereka yang tinggal di desa dan walaupun telah diketahui

1
adanya karsinogen dari industri dan uap diesel dalam atmosfer di kota
(Thomson, 1997).
e. Genetik
Terdapat perubahan/ mutasi beberapa gen yang berperan dalam kanker
paru, yakni :
1) Proton oncogen.
2) Tumor suppressor gene.
3) Gene encoding enzyme.
f. Diet
Dari beberapa penelitian melaporkan bahwa rendahnya konsumsi terhadap
betakarotene, selenium, dan vit. A menyebabkan tingginya risiko terkena
kanker paru (Suyono, 2001)
D. PATOFISIOLOGI
Initiati agen biasanya bisa berupa unsur kimia, fisik atau biologis yang
berkemampuan bereaksi langsung dan merubah struktur dasar dari komponen
genetik (DNA). Keadaan selanjutnya diakibatkan keterpaparan yang lama
ditandai dengan berkembangnya neoplasma dengan terbentuknya tumor, hal
ini berlangsung lama mingguan sampai tahunan. Kanker paru bervariasi sesuai
tipe sel daerah asal dan kecepatan pertumbuhan. Empat tipe sel primer pada
kanker paru adalah karsinoma epidermoid (sel skuamosa), karsinoma sel kecil
(sel oat), karsinoma sel besar (tak terdeferensiasi) dan adenokarsinoma.
Sel skuamosa dan karsinoma sel kecil umumnya terbentuk di jalan napas
utama bronkial. Karsinoma sel kecil umumnya terbentuk dijalan napas utama
bronkial. Karsinoma sel besar dan adenokarsinoma umumnya tumbuh
dicabang bronkus perifer dan alveoli. Karsuinoma sel besar dan karsinoma sel
oat tumbuh sangat cepat sehigga mempunyai progrosis buruk. Sedangkan pada
sel skuamosa dan adenokar. Paru merupakan organ yang elastis, berbentuk
kerucut dan letaknya didalam rongga dada prognosis baik karena pertumbuhan
sel ini lambat.
Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/ sub bronkus
menyebabkan cilia hilang dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan

2
karsinogen. Dengan adanya pengendapan karsinogen maka menyebabkan
metaplasia, hyperplasia dan displasia. Bila lesi perifer yang disebabkan oleh
metaplasia, hyperplasia dan displasia menembus ruang pleura, biasa timbul
efusi pleura, dan bisa diikuti invasi langsung pada kosta dan korpus vertebra.
Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang
terbesar. Lesi ini menyebabkan obstuksi dan ulserasi bronkus dengan diikuti
dengan supurasi di bagian distal. Gejala – gejala yang timbul dapat berupa
batuk, hemoptysis, dispneu, demam, dan dingin.Wheezing unilateral dapat
terdengan pada auskultasi. Pada stadium lanjut, penurunan berat badan
biasanya menunjukkan adanya metastase, khususnya pada hati. Kanker paru
dapat bermetastase ke struktur – struktur terdekat seperti kelenjar limfe,
dinding esofagus, pericardium, otak, tulang rangka (Sylvia & Price, 2006).
E. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinik pada penderita tumor paru yaitu (Mansjoer, 2007) :
a. Batuk yang terus menerus dan berkepanjangan
Kemungkinan akibat iritasi yang disebabkan oleh massa tumor. Batuk
mulai sebagai batuk kering tanpa membentuk sputum, tetapi berkembang
sampai titik dimana dibentuk sputum yang kental dan purulen dalam
berespon terhadap infeksi sekunder.
b. Napas pendek-pendek dan suara parau
c. Batuk berdarah dan berdahak/Hemoptisis
Sputum bersemu darah karena sputum melalui permukaan tumor yang
mengalami ulserasi.
d. Nyeri pada dada, ketika batuk dan menarik napas yang dalam
e. Hilang nafsu makan dan berat badan
F. KLASIFIKASI
Klasifikasi menurut WHO untuk neoplasma pleura dan paru (Mansjoer,
2007) :
a. Karsinoma Bronkogenik.
1) Karsinoma epidermoid (skuamosa).Kanker ini berasal dari permukaan
epitel bronkus. Perubahan epitel termasuk metaplasia, atau displasia

3
akibat merokok jangka panjang, secara khas mendahului timbulnya
tumor. Terletak sentral sekitar hilus, dan menonjol kedalam bronki
besar. Diameter tumor jarang melampaui beberapa centimeter dan
cenderung menyebar langsung ke kelenjar getah bening hilus, dinding
dada dan mediastinum.
2) Karsinoma sel kecil (termasuk sel oat).
Biasanya terletak ditengah disekitar percabangan utama bronki.Tumor
ini timbul dari sel – sel Kulchitsky, komponen normal dari epitel
bronkus. Terbentuk dari sel – sel kecil dengan inti hiperkromatik pekat
dan sitoplasma sedikit. Metastasis dini ke mediastinum dan kelenjar
limfe hilus, demikian pula dengan penyebaran hematogen ke organ –
organ distal.
3) Adenokarsinoma (termasuk karsinoma sel alveolar).
Memperlihatkan susunan selular seperti kelenjar bronkus dan dapat
mengandung mukus. Kebanyakan timbul di bagian perifer segmen
bronkus dan kadang – kadang dapat dikaitkan dengan jaringan parut
local pada paru – paru dan fibrosis interstisial kronik. Lesi seringkali
meluas melalui pembuluh darah dan limfe pada stadium dini, dan
secara klinis tetap tidak menunjukkan gejala – gejala sampai terjadinya
metastasis yang jauh.
4) Karsinoma sel besar.
5) Merupakan sel – sel ganas yang besar dan berdiferensiasi sangat buruk
dengan sitoplasma yang besar dan ukuran inti bermacam – macam. Sel
– sel ini cenderung untuk timbul pada jaringan paru - paru perifer,
tumbuh cepat dengan penyebaran ekstensif dan cepat ke tempat –
tempat yang jauh.
6) Gabungan adenokarsinoma dan epidermoid.
7) Lain – lain (Sylvia & Price, 2006)
a) Tumor karsinoid (adenoma bronkus).
b) Tumor kelenjar bronchial.
c) Tumor papilaris dari epitel permukaan.

4
d) Tumor campuran dan Karsinosarkom
e) Sarkoma
f) Tak terklasifikasi.
g) Mesotelioma.
h) Melanoma.
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Radiologi.
1) Foto thorax posterior – anterior (PA) dan leteral serta Tomografi dada.
Merupakan pemeriksaan awal sederhana yang dapat mendeteksi
adanya kanker paru. Menggambarkan bentuk, ukuran dan lokasi lesi.
Dapat menyatakan massa udara pada bagian hilus, effuse pleural,
atelektasis erosi tulang rusuk atau vertebra.
2) Bronkhografi.
Untuk melihat tumor di percabangan bronkus.
b. Laboratorium.
1) Sitologi (sputum, pleural, atau nodus limfe).
Dilakukan untuk mengkaji adanya/ tahap karsinoma.
2) Pemeriksaan fungsi paru dan GDA
Dapat dilakukan untuk mengkaji kapasitas untuk memenuhi kebutuhan
ventilasi.
3) Tes kulit, jumlah absolute limfosit.
Dapat dilakukan untuk mengevaluasi kompetensi imun (umum pada
kanker paru).

c. Histopatologi.
1) Bronkoskopi
Memungkinkan visualisasi, pencucian bagian,dan pembersihan sitologi
lesi (besarnya karsinoma bronkogenik dapat diketahui).
2) Biopsi Trans Torakal (TTB).
Biopsi dengan TTB terutama untuk lesi yang letaknya perifer dengan
ukuran < 2 cm, sensitivitasnya mencapai 90 – 95 %.

5
3) Torakoskopi.
Biopsi tumor didaerah pleura memberikan hasil yang lebih baik
dengan cara torakoskopi.
4) Mediastinosopi.
Umtuk mendapatkan tumor metastasis atau kelenjar getah bening yang
terlibat.
5) Torakotomi.
Totakotomi untuk diagnostic kanker paru dikerjakan bila bermacam –
macam prosedur non invasif dan invasif sebelumnya gagal
mendapatkan sel tumor.
d. Pencitraan.
1) CT-Scanning, untuk mengevaluasi jaringan parenkim paru dan pleura.
2) MRI, untuk menunjukkan keadaan mediastinum.
H. PENATALAKSANAAN
Tujuan pengobatan kanker dapat berupa :
a. Kuratif. Memperpanjang masa bebas penyakit dan meningkatkan angka
harapan hidup pasien.
b. Paliatif. Mengurangi dampak kanker, meningkatkan kualitas hidup.
c. Rawat rumah (Hospice care) pada kasus terminal. Mengurangi dampak
fisis maupun psikologis kanker baik pada pasien maupun keluarga.
d. Supotif. Menunjang pengobatan kuratif, paliatif dan terminal sepertia
pemberian nutrisi, tranfusi darah dan komponen darah, obat anti nyeri dan
anti infeksi.
(Doenges, 2000)

Penatalaksanaan Medis
a. Pembedahan.
Tujuan pada pembedahan kanker paru sama seperti penyakit paru lain,
untuk mengankat semua jaringan yang sakit sementara mempertahankan
sebanyak mungkin fungsi paru – paru yang tidak terkena kanker.
1) Toraktomi eksplorasi. Untuk mengkomfirmasi diagnosa tersangka
penyakit paru atau toraks khususnya karsinoma, untuk melakukan
biopsy.
2) Pneumonektomi pengangkatan paru). Karsinoma bronkogenik bilaman
dengan lobektomi tidak semua lesi bisa diangkat.

6
3) Lobektomi (pengangkatan lobus paru). Karsinoma bronkogenik yang
terbatas pada satu lobus, bronkiaktesis bleb atau bula emfisematosa;
abses paru; infeksi jamur; tumor jinak tuberkulois.
4) Resesi segmental. Merupakan pengankatan satau atau lebih segmen
paru.
5) Resesi baji. Tumor jinak dengan batas tegas, tumor metas metik, atau
penyakit peradangan yang terlokalisir. Merupakan pengangkatan dari
permukaan paru – paru berbentuk baji (potongan es).
6) Dekortikasi. Merupakan pengangkatan bahan fibrin dari pleura
viscelaris)
b. Radiasi
Pada beberapa kasus, radioterapi dilakukan sebagai pengobatan
kuratif dan bisa juga sebagai terapi adjuvant/ paliatif pada tumor dengan
komplikasi, seperti mengurangi efek obstruksi/ penekanan terhadap
pembuluh darah/ bronkus.
c. Kemoterafi.
Kemoterapi digunakan untuk mengganggu pola pertumbuhan
tumor, untuk menangani pasien dengan tumor paru sel kecil atau dengan
metastasi luas serta untuk melengkapi bedah atau terapi radiasi.
I. KOMPLIKASI
a. Hematorak
b. Pneumotorak
c. Empiema
d. Endokarditis
e. Abses paru

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1) Keadaan Umum: lemah, sesak yang disertai dengan nyeri dada.
2) Tanda-tanda Vital
3) Riwayat penyakit sebelumnya
Penyakit paru kronis sebelumnya yang telah mengakibatkan pembentukan
jaringan parut dan fibrosis pada jaringan paru.
4) Anamnesa dan observasi

7
a) Aktivitas/ istirahat.
Gejala : Kelemahan, ketidakmampuan mempertahankan kebiasaan
rutin,dispnea karena aktivitas.
Tanda : Kelesuan( biasanya tahap lanjut).
b) Sirkulasi.
Gejala : JVD (obstruksi vana kava).
Bunyi jantung : gesekan pericardial (menunjukkan efusi).
Takikardi/ disritmia.
Jari tabuh.
c) Integritas ego.
Gejala : Perasaan takut, takut dilakukan pembedahan.
Menolak kondisi yang berat/ potensi keganasan.
Tanda : Kegelisahan, insomnia, pertanyaan yang diulang – ulang.
d) Eliminasi.
Gejala : Diare yang hilang timbul (karsinoma sel kecil).
Peningkatan frekuensi/ jumlah urine (ketidakseimbangan hormonal,
tumor epidermoid)
e) Makanan/ cairan.
Gejala : Penurunan berat badan, nafsu makan buruk, penurunan
masukan makanan, kesulitan menelan, haus/ peningkatan masukan
cairan.

Tanda : Kurus, atau penampilan kurang berbobot (tahap lanjut)


Edema wajah/ leher, dada punggung (obstruksi vena kava), edema
wajah/ periorbital (ketidakseimbangan hormonal, karsinoma sel kecil)
Glukosa dalam urine (ketidakseimbangan hormonal, tumor
epidermoid).
f) Nyeri/ kenyamanan.

8
Gejala : Nyeri dada (tidak biasanya ada pada tahap dini dan tidak
selalu pada tahap lanjut) dimana dapat/ tidak dapat dipengaruhi oleh
perubahan posisi.
Nyeri bahu/ tangan (khususnya pada sel besar atau adenokarsinoma)
Nyeri abdomen hilang timbul.
g) Pernafasan.
Gejala : Batuk ringan atau perubahan pola batuk dari biasanya dan
atau produksi sputum, nafas pendek Pekerja yang terpajan polutan,
debu industry Serak, paralysis pita suara.
Riwayat merokok: Perokok berat dan kronis
Tanda : Dispnea, meningkat dengan kerja
Peningkatan fremitus taktil (menunjukkan konsolidasi)
Krekels/ mengi pada inspirasi atau ekspirasi (gangguan aliran udara),
krekels/ mengi menetap; pentimpangan trakea ( area yang mengalami
lesi).
Hemoptisis.
h) Keamanan.
Tanda : Demam mungkin ada (sel besar atau karsinoma)
Kemerahan, kulit pucat (ketidakseimbangan hormonal, karsinoma sel
kecil)
i) Seksualitas.
Tanda : Ginekomastia (perubahan hormone neoplastik, karsinoma
sel
besar)
Amenorea/ impotent (ketidakseimbangan hormonal, karsinoma sel
kecil)
j) Penyuluhan.
Gejala : Faktor resiko keluarga, kanker (khususnya paru),
Tuberculosis Kegagalan untuk membaik.
(Doenges, 2000).

9
5) Pemeriksaan Fisik
a) Sistem pernafasan
 Sesak nafas, nyeri dada
 Batuk produktif tak efektif
 Suara nafas: mengi pada inspirasi
 Serak, paralysis pita suara.
b) Sistem kardiovaskuler
 tachycardia, disritmia
 menunjukkan efusi (gesekan pericardial)
c) Sistem gastrointestinal
 Anoreksia, disfagia, penurunan intake makanan, berat badan
menurun.
d) Sistem urinarius
 Peningkatan frekuensi/jumlah urine.
e) Sistem neurologis
 Perasaan takut/takut hasil pembedahan
 Kegelisahan
6) Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang

B. DIAGNOSA
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan obstruksi jalan
napas
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan kapiler alveoli
3. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologi (tumor paru)
4. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan metabolisme
5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan tidak adekuatnya asupan
6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan suplai O2 ke jaringan

C.INTERVENSI
No Diagnosa Tujuan Intervensi
Keperawatan
1 Bersihan jalan NOC:  Pastikan kebutuhan oral
 Respiratory status : / tracheal suctioning.

10
napas tidak efektif Ventilation  Berikan O2 ……l/mnt,
 Respiratory status : metode………
berhubungan
Airway patency  Anjurkan pasien untuk
dengan obstruksi  Aspiration Control istirahat dan napas
Setelah dilakukan dalam
jalan napas
tindakan keperawatan  Posisikan pasien untuk
selama memaksimalkan
…………..pasien ventilasi
menunjukkan  Lakukan fisioterapi
keefektifan jalan nafas dada jika perlu
dibuktikan dengan  Keluarkan sekret
kriteria hasil : dengan batuk atau
 Mendemonstrasika suction
n batuk efektif dan  Auskultasi suara nafas,
suara nafas yang catat adanya suara
bersih, tidak ada tambahan
sianosis dan  Monitor status
dyspneu (mampu hemodinamik
mengeluarkan  Berikan pelembab udara
sputum, bernafas Kassa basah NaCl
dengan mudah, Lembab
tidak ada pursed
 Atur intake untuk cairan
lips)
mengoptimalkan
 Menunjukkan jalan
keseimbangan.
nafas yang paten
 Monitor respirasi dan
(klien tidak merasa
status O2
tercekik, irama
nafas, frekuensi  Pertahankan hidrasi
pernafasan dalam yang adekuat untuk
rentang normal, mengencerkan sekret
tidak ada suara  Jelaskan pada pasien
nafas abnormal) dan keluarga tentang
 Mampu penggunaan peralatan :
mengidentifikasika O2, Suction, Inhalasi.
n dan mencegah
faktor yang
penyebab.
 Saturasi O2 dalam
batas normal
Foto thorak dalam
batas normal
2 Gangguan NOC: NIC :
 Respiratory Status :  Posisikan pasien untuk
pertukaran gas
Gas exchange memaksimalkan
berhubungan  Keseimbangan asam ventilasi
Basa, Elektrolit

11
dengan kapiler  Respiratory Status :  Pasang mayo bila perlu
ventilation  Lakukan fisioterapi
alveoli
 Vital Sign Status dada jika perlu
Setelah dilakukan  Keluarkan sekret
tindakan keperawatan dengan batuk atau
selama …. Gangguan suction
pertukaran pasien  Auskultasi suara nafas,
teratasi dengan catat adanya suara
kriteria hasi: tambahan
 Mendemonstrasika  Berikan pelembab
n peningkatan udara
ventilasi dan  Atur intake untuk
oksigenasi yang cairan mengoptimalkan
adekuat keseimbangan.
 Memelihara
 Monitor respirasi dan
kebersihan paru
status O2
paru dan bebas dari
 Catat pergerakan
tanda tanda distress
dada,amati
pernafasan
kesimetrisan,
 Mendemonstrasika
penggunaan otot
n batuk efektif dan
tambahan, retraksi otot
suara nafas yang
supraclavicular dan
bersih, tidak ada
intercostal
sianosis dan
dyspneu (mampu  Monitor suara nafas,
mengeluarkan seperti dengkur
sputum, mampu  Monitor pola nafas :
bernafas dengan bradipena, takipenia,
mudah, tidak ada kussmaul,
pursed lips) hiperventilasi, cheyne
 Tanda tanda vital stokes, biot
dalam rentang  Auskultasi suara nafas,
normal catat area penurunan /
 AGD dalam batas tidak adanya ventilasi
normal dan suara tambahan
Status neurologis  Monitor TTV, AGD,
elektrolit dan ststus
dalam batas normal mental
 Observasi sianosis
khususnya membran
mukosa
 Jelaskan pada pasien
dan keluarga tentang
persiapan tindakan dan
tujuan penggunaan alat
tambahan (O2, Suction,

12
Inhalasi)

3 Nyeri akut NOC :  Lakukan pengkajian


 Pain Level, nyeri secara
berhubungan
 pain control, komprehensif termasuk
dengan agen cedera  comfort level lokasi, karakteristik,
Setelah dilakukan durasi, frekuensi,
biologi
tinfakan keperawatan kualitas dan faktor
selama …. Pasien presipitasi
tidak mengalami  Observasi reaksi
nyeri, dengan kriteria nonverbal dari
hasil: ketidaknyamanan
 Mampu mengontrol  Bantu pasien dan
nyeri (tahu penyebab keluarga untuk mencari
nyeri, mampu dan menemukan
menggunakan tehnik dukungan
nonfarmakologi  Kontrol lingkungan
untuk mengurangi yang dapat
nyeri, mencari mempengaruhi nyeri
bantuan) seperti suhu ruangan,
 Melaporkan bahwa pencahayaan dan
nyeri berkurang kebisingan
dengan  Kurangi faktor
menggunakan presipitasi nyeri
manajemen nyeri  Kaji tipe dan sumber
 Mampu mengenali nyeri untuk menentukan
nyeri (skala, intervensi
intensitas, frekuensi  Ajarkan tentang teknik
dan tanda nyeri) non farmakologi: napas
 Menyatakan rasa dalam, relaksasi,
nyaman setelah nyeri distraksi, kompres
berkurang hangat/ dingin
  Berikan analgetik untuk
 Tanda vital dalam mengurangi nyeri:
rentang normal ……...
 Tingkatkan istirahat
 Tidak mengalami
 Berikan informasi
gangguan tidur
tentang nyeri seperti
penyebab nyeri, berapa
lama nyeri akan
berkurang dan antisipasi
ketidaknyamanan dari
prosedur
Monitor vital sign
sebelum dan sesudah

13
pemberian analgesik
pertama kali
4 Hipertermi Thermoregulasi NIC :
 Monitor suhu
berhubungan
Setelah dilakukan sesering mungkin
dengan tindakan keperawatan  Monitor warna dan
selama………..pasien suhu kulit
metabolisme
menunjukkan :  Monitor tekanan
Suhu tubuh dalam darah, nadi dan RR
batas normal dengan  Monitor penurunan
kreiteria hasil: tingkat kesadaran
 Suhu 36 – 37C  Monitor WBC, Hb,
 Nadi dan RR dan Hct
dalam rentang  Monitor intake dan
normal output
Tidak ada perubahan  Berikan anti piretik:
warna kulit dan tidak  Kelola Antibiotik:
 Selimuti pasien
ada pusing, merasa  Berikan cairan
nyaman intravena
 Kompres pasien
pada lipat paha dan
aksila
 Tingkatkan sirkulasi
udara
 Tingkatkan intake
cairan dan nutrisi
 Monitor TD, nadi,
suhu, dan RR
 Catat adanya
fluktuasi tekanan
darah
Monitor hidrasi seperti
turgor kulit, kelembaban
membran mukosa)
5 Ketidakseimbangan NOC:  Kaji adanya alergi
a. Nutritional status: makanan
nutrisi kurang dari
Adequacy of  Kolaborasi dengan ahli
kebutuhan tubuh nutrient gizi untuk menentukan
b. Nutritional Status : jumlah kalori dan nutrisi
food and Fluid yang dibutuhkan pasien
Intake  Yakinkan diet yang
c. Weight Control dimakan mengandung
Setelah dilakukan tinggi serat untuk

14
tindakan keperawatan mencegah konstipasi
selama….nutrisi  Ajarkan pasien
kurang teratasi dengan bagaimana membuat
indikator: catatan makanan harian.
 Monitor adanya
 Albumin serum penurunan BB dan gula
 Pre albumin serum darah
 Hematokrit  Monitor lingkungan
 Hemoglobin selama makan
 Total iron binding  Jadwalkan pengobatan
capacity dan tindakan tidak
Jumlah limfosit selama jam makan
 Monitor turgor kulit
 Monitor kekeringan,
rambut kusam, total
protein, Hb dan kadar Ht
 Monitor mual dan
muntah
 Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan jaringan
konjungtiva
 Monitor intake nuntrisi
 Informasikan pada klien
dan keluarga tentang
manfaat nutrisi
 Kolaborasi dengan
dokter tentang
kebutuhan suplemen
makanan seperti NGT/
TPN sehingga intake
cairan yang adekuat
dapat dipertahankan.
 Atur posisi semi fowler
atau fowler tinggi
selama makan
 Kelola pemberan anti
emetik:.....
 Anjurkan banyak
minum

6 Intoleransi aktivitas NOC : NIC :


 Self Care : ADLs  Observasi adanya
berhubungan
 Toleransi aktivitas pembatasan klien
dengan penuruan  Konservasi dalam melakukan
eneergi aktivitas
suplai 02 ke

15
jaringan Setelah dilakukan  Kaji adanya faktor
tindakan keperawatan yang menyebabkan
selama …. Pasien kelelahan
bertoleransi terhadap  Monitor nutrisi dan
aktivitas dengan sumber energi yang
Kriteria Hasil : adekuat
 Berpartisipasi  Monitor pasien akan
dalam aktivitas adanya kelelahan fisik
fisik tanpa disertai dan emosi secara
peningkatan berlebihan
tekanan darah,  Monitor respon
nadi dan RR kardivaskuler terhadap
 Mampu aktivitas (takikardi,
melakukan disritmia, sesak nafas,
aktivitas sehari diaporesis, pucat,
hari (ADLs) perubahan
secara mandiri hemodinamik)
 Monitor pola tidur dan
 Keseimbangan lamanya tidur/istirahat
aktivitas dan pasien
istirahat  Kolaborasikan dengan
Tenaga Rehabilitasi
Medik dalam
merencanakan progran
terapi yang tepat.
 Bantu klien untuk
mengidentifikasi
aktivitas yang mampu
dilakukan
 mengidentifikasi
aktivitas yang disukai
 Bantu klien untuk
membuat jadwal
latihan diwaktu luang
 Bantu pasien/keluarga
untuk mengidentifikasi
kekurangan dalam
beraktivitas
 Sediakan penguatan
positif bagi yang aktif
beraktivitas
 Bantu pasien untuk
mengembangkan
motivasi diri dan
penguatan

16
PENYIMPANGAN KDM TUMOR PARU

Faktor Predisposisi : Genetik. Polusi Ketidakefektifan bersihan


udara. Kanker paru akibat kerja, Iradiasi, jalan napas

Merokok, Diet

Secret Eksudat, Trauma,


Neoplasma
Alveolus Kaku
akibat Fibrotik

Tumor Paru Tekanan Negativ dlm


Alveolus

Karsinoma sel oat pada


Cairan Kapiler menuju
Bronkus
Alveolus
Penekanan saluran Napas

Alveolus berisi cairan


Obstruksi Bronkus
edema
17
Tahanan Aliran Udara Peningkatan Jumlah
Sekret
Udara dlm Alveolus terperangkap

Ketidakefektifan
Lentur, terjadi absobsi udara bersihan jalan nafas
ke Kapiler paru

Kolaps Alveoli
Hipertermi
Paru tidak Mengembang

Metabolisme Meningkat
Perubahan membran Alveolar

Gangguan Transfer O2 dan CO2 O2 dalam darah menurun

Gangguan Pertukaran gas Suplai O2 ke sel jaringan


menurun
Pembuluh darah Koroner
Gangguan Metabolisme

Iskemia Miokard
Pembentukan ATP
Nyeri berkurang

Kelemahan
Intake Lemah Anoreksia

Intoleransi Aktivitas
Ketidakseimbangan Nutris
Kurang dari Kebutuhan

18

Anda mungkin juga menyukai