Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

DASAR MANAJEMEN KOORDINASI

Untuk memenuhi tugas kelompok Mata Kuliah Metodologi Penelitian


Yang di bimbing oleh :

H. Yitno, SKp, MPd*)

Disusun Oleh :
Tingkat IV-B
KELOMPOK III

1. ADELIA WIDYA A. ( 01.12.058 )


2. DANANG KURNIAWAN ( 01.12.065 )
3. HENDRIK SETIAWAN ( 01.12.081 )
4. ICHA NOVIA R. ( 01.12.082 )
5. NOVEBRI KRISTANTO ( 01.12.092 )
6. WENI ELA E. ( 01.12.111 )
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN TINGKAT IV B

STIKES HUTAMA ABDI HUSADA

TULUNGAGUNG

TAHUN AKADEMIK 2014 / 2015


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya maka penulis
dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Dasar Manajemen Koordinasi “

Dalam penulisan makalah ini kami menyampaikan ucapan terima kasih yang tak
terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya
kepada :

1. Bapak H. Sukanto, SPd., Skep, Ners, M.Kes selaku ketua Stikes Hutama Abdi
Husada Tulungagung.
2. Bapak H. Yitno, SKp, MPd*) selaku dosen pembimbing mata kuliah
Kegawatdaruratan II
3. Karyawan perpustakaan STIKes Hutama Abdi Husada yang telah memberikan bahan
materi dalam pengerjaan makalah ini.
4. Teman - teman kami Mahasiswa S1 Ilmu keperawatan Stikes Hutama Abdi Husada
Tulungagung.
5. Rekan-rekan dan semua pihak yang telah banyak membantu dalam pembentukan
makalah ini.

Dalam makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis penulisan
maupun materi,mengingat akan kemampuan yang dimiliki kami .untuk itu kritik dan saran
dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini

Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua utamanya mahasiswa keperawatan
amien.

Tulungagung, September 2015

( Penyusun )
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .................................................................................................................. 1


Daftar Isi .......................................................................................................................... 2
Pengertian koordinasi ....................................................................................................... 3
Kebutuhan akan koordinasi .............................................................................................. 3
Masalah-masalah pencapaian koordinasi yang efektif ..................................................... 3
Pendekatan-pendekatan untuk mencapai koordinasi yang efektif ................................... 4
Mekanisme-mekanisme pengkoordinasian dasar ............................................................ 4
Peningkatan koordinasi potensial ..................................................................................... 5
Pengurangan kebutuhan akan koordinasi ......................................................................... 6
Penutup ..............................................................................................................................7
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kata Manajemen berasal dari bahasa Perancis kuno ménagement, yang memiliki arti
"seni melaksanakan dan mengatur. Manajemen belum memiliki definisi yang mapan dan
diterima secara universal. Mary Parker Follet, misalnya, mendefinisikan manajemen sebagai
seni menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Definisi ini berarti bahwa seorang manajer
bertugas mengatur dan mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan organisasi. Ricky W.
Griffin mendefinisikan manajemen sebagai sebuah proses perencanaan, pengorganisasian,
pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran secara efektif dan
efesien. Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan perencanaan, sementara
efisien berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara benar, terorganisir, dan sesuai
dengan jadwal.
Pada makalah ini, kami akan membahas secara spesifik tentang salah satu bagian dari
manajemen yaitu pengkoordinasian/koordinasi. Koordinasi merupakan daya upaya untuk
mensinkronkan dan menyatukan tindakan-tindakan kelompok tugas dalam suatu manajemen.
Koordinasi (coordination) mengandung makna menjaga agar tugas-tugas yang telah dibagi,
tidak dikerjakan menurut kehendak yang mengerjakan saja, tetapi menurut aturan sehingga
menyumbang penyampaian tujuan.Pengkoordinasian menurut The Liang Gie merupakan
rangkaian aktivitas menghubungkan, menyatupadukan dan menyelaraskan orang-orang dan
pekerjaannya sehingga semuanya berlangsung secara tertib dan seirama menuju kearah
tercapainya tujuan tanpa terjadi kekacauan,percekcokan, kekembaran kerja atau kekosongan
kerja.

B. RUMUSAN MASALAH
a. Defenisi Pengkoordinasian/koordinasi
b. Karakter Koordinasi
c. Syarat-Syarat Koordinasi
d. Fungsi Koordinasi
e. Kebutuhan akan koordinasi dalam organisasi
f. Masalah-masalah yang akan timbul dalam pencapaian koordinasi yang efektif
g. Pendekatan-pendekatan untuk mencapai koordinasi yang efektif
h. Cara meningkatkan koordinasi potensial
i. Penyebab pengurangan kebutuhan akan koordinasi

C. TUJUAN PENULISAN
a. Kita dapat mengetahui apa itu koordinasi
b. Kita dapat mengetahui karakter koordinasi
c. Kita dapat mengetahui apa saja yang menjadi syarat-syarat koordinasi
d. Kita dapat mengetahui fungsi koordinasi
e. Mahasiswa diharapkan dapat mengetahui apa saja kebutuhan dalam koordinasi.
f. Mahasiswa mengetahui masalah-masalah yang timbul dalam pencapaian koordinasi
yang efektif.
g. Mahasiswa dapat mengetahui pendekatan-pendekatan untuk mencapai koordinasi
efektif.
h. Mahasiswa mengetahui cara-cara apa saja yang dapat meningkatkan koordinasi
potensial.
i. Mahasiswa dapat mengetahui penyebab pengurangan kebutuhan akan koordinasi.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Koordinasi
Koordinasi menurut Chung & Megginson (1981) dapat didefinisikan sebagai proses
motivasi, memimpin, dan mengkomunikasikan bawahan untuk mencapai tujuan organisasi.
Sutisna (1989) mendefinisikan koordinasi ialah proses mempersatukan sumbangan-
sumbangan dari orang-orang, bahan, dan sumber-sumber lain ke arah tercapainya maksud-
maksud yang telah ditetapkan.
Anonim (2003) mendefinisikan koordinasi ialah suatu sistem dan proses interaksi untuk
mewujudkan keterpaduan, keserasian, dan kesederhanaan berbagai kegiatan inter dan antar
institusi-institusi di masyarakat melalui komunikasi dan dialog-dialog antar berbagai individu
dengan menggunakan sistem informasi manajemen, dan teknologi informasi.
Berdasarkan pendapat para pakar dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan
koordinasi ialah proses mengintegrasikan (memadukan), mensinkronisasikan, dan
menyederhanakan pelaksanaan tugas yang terpisah-pisah secara terus-menerus untuk
mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Tanpa adanya koordinasi, individu-individu dan
bagian-bagian akan tidak dapat melihat peran mereka dalam suatu organisasi.
Mereka akan terbawa untuk mengikuti kepentingan-kepentingan sendiri (ego sektoral)
dan bahkan sampai mengorbankan sasaran-sararan organisasi yang lebih luas.
Koordinasi adalah bagian penting di antara anggota-anggota atau unit-unit organisasi yang
pekerjaannya saling bergantung. Semakin banyak pekerjaan individu-individu atau unit-unit
yang berlainan yang erat hubungannya, semakin besar pula kemungkinan terjadinya masalah-
masalah koordinasi.Koordinasi adalah penyatuan, integrasi, sinkronisasi upaya anggota
kelompok sehingga memberikan kesatuan tindakan dalam mengejar tujuan bersama. Ini
adalah kekuatan tersembunyi yang mengikat semua fungsi lain dari
manajemen.Menurut Mooney dan Reelay, "koordinasi adalah Co susunan teratur dari upaya
kelompok untuk memberikan kesatuan tindakan dalam mengejar tujuan bersama".

Menurut Charles Worth, "koordinasi adalah Co integrasi dari beberapa bagian ke dalam
lubang teratur untuk mencapai tujuan pengertian". Manajemen berupaya untuk mencapai
koordinasi melalui fungsi dasar perencanaan, pengorganisasian, staffing, memimpin dan
mengendalikan. Itulah sebabnya, koordinasi bukan merupakan fungsi yang terpisah dari
manajemen karena mencapai keselarasan antara usaha-usaha individu terhadap pencapaian
tujuan kelompok merupakan kunci keberhasilan manajemen. Koordinasi adalah inti dari
manajemen dan implisit dan melekat pada semua fungsi manajemen.

Terdapat 3 (tiga) macam saling ketergantungan di antara satuan-satuan organisasi


seperti diungkapkan oleh James D. Thompson (Handoko,2003:196), yaitu:
1. Saling ketergantungan yang menyatu (pooled interdependence)
Bila satuan-satuan organisasi tidak saling tergantung satu dengan yang lain
dalammelaksanakan kegiatan harian tetapi tergantung pada pelaksanaan kerja
setiapsatuan yang memuaskan untuk suatu hasil akhir.
2. Saling ketergantungan yang berurutan (sequential interdependece)
Dimana suatu satuan organisasi harus melakukan pekerjaannya terlebih dulu
sebelumsatuan yang lain dapat bekerja.
3. Saling ketergantungan timbal balik (reciprocal interdependence)

B. Karakter Koordinasi
Karakteristik Koordinasi yang Efektif :
1) Tujuan berkoordinasi tercapai dengan memuaskan semua pihak terkait.
2) Koordinator sangat proaktif dan stakeholders kooperatif.
3) Tidak ada yang mementingkan diri sendiri atau kelompoknya (egosektoral).
4) Tidak terjadi tumpang tindih tugas.
5) Komitmen semua pihak tinggi.
6) Informasi keputusan mengalir cepat ke semua pihak yang ada dalam sistem jaringan
koordinasi.
7) Tidak merugikan pihak-pihak yang berkoordinasi.
8) Pelaksanaan tepat waKepala Sekolah.
9) Semua masalah terpecahkan.
10) Tersedianya laporan tertulis yang lengkap dan rinci oleh masing-masing stakeholder.

C. Syarat-Syarat Koordinasi

Adapun syarat-syarat khusus umum yang ada dalam koordinasi adalah sebagai berikut:
1. Sense of cooperation (perusahaan untuk bekerja sama), ini harus dilihat dari sudut bagian
per bagian bidang pekerjaan, bukan orang per orang.
2. Rivalry, dalam perusahaan-perusahaan besar sering diadakan persaingan antara bagian-
bagian, agar bagian-bagian ini berlomba-lomba untuk mencapai kemajuan
3. Team Spirit, artinya satu sama lain pada setiap bagian saling menghargai
4. Esprit de corps, artinya bagian-bagian yang diikut sertakan atau dihargai, umumnya akan
menambah kegiatan yang bersemangat.

Ringkasnya kekuatan suatu organisasi ditentukan oleh spirit-esprit atau semangatnya.


Semangat ini ditentukan oleh tujuans dan cara-cara mencapai tujuan itu dan ini meliputi
doktrin. Selain semangat koordinasi juga harus mempunyai aspek-aspek formal yaitu metode-
metode, teknik yang ditunjukan untuk mengeja/mencapai sasaran tersebut.

D. Fungsi Koordinasi
Koordinasi adalah mengarahkan kegiatan seluruh unit dengan tujuan memberikan
sumbangan yang maksimal unutk tercapainya tujuan tertentu. Kegiatn koordinasi sangat perlu
di lakukan hal itu bertujuan agar terciptanya kopersi yang sebagai berikut :
 Terkoordinir
 Harmonis
 Terarah
 Terintegrasi
 Tersinkronisasi
Koordinasi merupakan langkah langkah kerja yang sangat ideal di antara mereka yang
bekerja di berbagai bagian guna menciptakan hasil yang nyata.
Dalam koordinasi sangat di perlukan sikap – sikap sebagai berikut :
- System komunikasi yang baik
- Umpan balik yang positif

E. Manfaat Koordinasi
1. Untuk mewujudkan KISS (koordinasi, integrasi, sinkronisasi, dan simplifikasi) agar
tujuan organisasi tercapai secara efektif dan efisien;
2. Memecahkan berbagai konflik kepentingan berbagai pihak yang terkait;
3. Agar manajer pendidikan mampu mengintegrasikan dan mensinkronkan pelaksanaan
tugas-tugasnya dengan stakeholders pendidikan yang saling bergantungan, semakin besar
ketergantungan dari unit-unit, semakin besar pula kebutuhan akan pengkoordinasian;
4. Agar manajer pendidikan mampu mengkoordinasikan pembangunan sektor pendidikan
dengan pengembangan sektor-sektor lainnya
5. Agar manajer pendidikan mampu mengintegrasikan kegiatan fungsional dinas pendidikan
dan tujuan-tujuan dari unit organisasi yang terpisah-pisah untuk mencapai tujuan
bersama dengan sumberdaya yang terbatas secara efektif dan efisien;
6. Adanya pembagian kerja di mana semakin besar pembagian kerja, semakin diperlukan
pengkordinasian/penyerasian sehingga tidak terjadi duplikasi atau tumpang tindih
pekerjaan yang menyebabkan pemborosan;
7. Untuk mengembangkan dan memelihara hubungan yang baik dan harmonis di antara
kegiatan-kegiatan baik fisik maupun nonfisik dengan stakeholders;
8. Untuk memperlancar pelaksanaan tugas dalam rangka mencapai tujuan pendidikan
dengan sumberdaya pendidikan yang terbatas;
9. Mencegah terjadinya konflik internal dan eksternal sekolah yang kontra produktif;
10. Mencegah terjadinya kekosongan ruang dan wakepala Sekolah; dan
11. Mencegah terjadinya persaingan yang tidak sehat.

F. Kebutuhan akan organisasi

Kebutuhan akan koordinasi tergantung pada sifat dan kebutuhan komunikasi dalam
pelaksanaan tugas dan derajat saling ketergantungan bermacam-macam satuan
pelaksanaannya. Koordinasi sangat dibutuhkan bagi organisasi-organisasi yang menetapkan
tujuan yang tinggi.

Menurut James D. Thompson, ada tiga macam saling ketergantungan di antara satuan-satuan
organisasi, yaitu :

1. Saling ketergantungan yang menyatu ( pooled interdependence ), bila satuan-satuan


organisasi tidak saling tergantung satu dengan yang lain dalam melaksanakan
kegiatan harian tetapi tergantung pada pelaksanaan kerja setiap satuan yang
memuaskan untuk suatu hal akhir.
2. Saling ketergantungan yang berurutan ( sequential interdependence ), dimana suatu
satuan organisasi harus melaksanakan pekerjaannya relebih dahulu sebelum satuan
yang lain dapat bekerja.
3. Saling ketergantungan timbal balik ( reciprocal independence ), merupakan hubungan
memberi dan menerima antar satuan organisasi.
G. Masalah-masalah pencapaian koordinasi yang efektif

Paul R. Lawrence dan Jay W. Lorch telah mengemukakan empat tipe perbedaan dalam
sikap dan cara kerja di antara bermacam-macam individu dan departemen-departemen dalam
organisasi yang mempersulit tugas pengkoordinasian bagian-bagian organisasi yang efektif,
yaitu :

1. Perbedaan dalam orientasi terhadap tujuan tertentu. Para anggota dari departemen
yang berbeda mengembangkan pandangan mereka sendiri tentang bagaimana cara
mencapai kepentingan organisasi yang baik. Bagian penjualan menganggap bahwa
diversifikasi produk harus lebih diutamakan daripada kualitas produk. Bagian
akuntansi melihat pengendalian biaya sebagai faktor paling penting sukses organisasi.
Bagian pemasaran mengemukakan desain produk sebagai yang paling esensial.
2. Perbedaan dalam orientasi waktu. Manajer produksi akan lebih memperhatikan
masalah-masalah yang harus dipecahkan segera atau dalam periode waktu pendek.
Bagian penelitian dan pengembangan lebih terlibat dengan masalah-masalah jangka
panjang.
3. Perbedaan dalam orientasi antar pribadi. Kegiatan produksi mengemukakan
komunikasi dan pembuatan keputusan yang cepat agar prosesnya lancar, sedang
bagian penelitian dan pengembangan mungkin dapat lebih santai dan setiap orang
dapat mengemukakan pendapat serta berdiskusi satu dengan yang lain.
4. Perbedaan dalam formalitas struktur. Dalam departemen produksi di mana kuantitas
dan kualitas diawasi secara ketat, proses evaluasi dan balas jasa dilakukan formal.
Dalam departemen personalia standar pelaksanaan dapat lebih longgar, di mana
karyawan dievaluasi kualitas kerjanya selama periode waktu tertentu.

H. Pendekatan-pendekatan untuk mencapai koordinasi yang efektif


Komunikasi adalah kunci koordinasi yang efektif. Koordinasi secara langsung
tergantung pada perolehan, penyebaran, pemrosesan informasi. Semakin besar ketidak
pastian tugas yang koordinasi , semakin membutuhkan informasi. Untuk alasan ini,
koordinasi pada dasarnya merupakan tugas pemrosesan informasi.

Ada tiga pendekatan untuk pencapaian koordinasi yang efektif, yaitu :


Pendekatan 1 : TEKNIK-TEKNIK MANAJEMEN DASAR
 Aturan dan prosedur
 Hirarki manajerial
 Penerapan tujuan dan rencana
Pendekatan 2 : MENINGKATKAN KOORDINASI POTENSIAL
 Investasi dalam sistem infrmasi vertikal
 Penciptaan hubungan-hubungan ke samping
Pendekatan 3 : MENGURANGI KEBUTUHAN AKAN KOORDINASI
 Penciptaan sumber daya-sumber daya tambahan
 Penciptaan tugas-tugas yang dapat berdiri sendiri

I. Mekanisme-mekanisme pengkoordinasian dasar


Mekanisme-mekanisme dasar untuk pencapaian koordinasi adalah komponen-
komponen vital manajemenyang secara ringkas dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Hirarki manajerial yaitu rantai perintah, aliran informasi dan kerja, wewenang formal,
hubungan tanggung jawab dan akuntabilitas yang jelas dapat menumbuhkan integrasi
bila dirumuskan secara jelas serta dilaksanakan dengan pengarahan yang tepat.
2. Aturan dan prosedur yaitu keputusan-keputusan manajerial yang dibuat untuk
menangani kejadiankejadian rutin, sehingga dapat juga menjadi peralatan yang efisien
untuk koordinasi dan pengawasan rutin.
3. Rencana dan penetapan tujuan yaitu pengembangan rencana dan tujuan dapat
digunakan untuk pengkoordinasian melalui pengarahan seluruh satuan organisasi
terhadap sasaran-sasaran yang sama.

J. Peningkatan koordinasi potensial


Koordinasi potensial dapat ditingkatkan dalam dua cara, vertikal dan menyamping
(horizontal) :
1. Sistem informasi vertikal yaitu peralatan melalui mana data disalurkan melewati
tingkatan-tingkatan organisasi. Komunikasi dapat terjadi di dalam atau di luar rantai
perintah. Sistem informasi manajemen telah dikembangkan dalam kegiatan-kegiatan
seperti pemasaran, keuangan, produksi dan operasi-operasi internasional untuk
meningkatkan informasi yang tersedia bagi perencanaan, koordinasi dan pengawasan.
2. Hubungan-hubungan lateral (horizontal) yaitu melalui pemotongan rantai perintah,
hubungan-hubungan lateral membiarkan informasi di pertukarkan dan keputusan
dibuat pada tingkat hirarki dimana informasi yang dibutuhkan ada.
Ada beberapa hubungan lateral, yang dapat diperinci sebagai berikut :
a. Kontak langsung antara individu-individu yang dapat meningkatkan efektifitas dan
efisiensi kerja.
b. Peranan penghubung, yang menangani komunikasi antar departemen sehingga
mengurangi panjangnya saluran komunikasi.
c. Panitia dan satuan tugas. Panitia biasanya diorganisasi secara formal dengan
pertemuan yang dijadwalkan teratur. Satuan tugas dibentuk bila dibutuhkan untuk
masalah-masalah khusus.
d. Pengintegrasian peranan-peranan, yang dilakukan oleh misal manajer produk atau
proyek, perlu diciptakan bila suatu produk, jasa atau proyek khusus memerlukan
tingkat koordinasi yang tinggi dan perhatian yang terus menerus dari seseorang.
e. Peranan penghubung manajerial, yang mempunyai kekuasaan menyetujui perumusan
anggaran oleh satuan-satuan yang diintegrasikan dan implementasinya. Ini diperlukan
bila posisi pengintegrasian yang dijelaskan diatas tidak secara efektif
mengkoordinasikan tugas tertentu.
f. Organisasi matriks, dikembangkan pertama kali dalam industri ruang angkasa. Tetapi
akhir-akhir ini konsep organisasi matriks banyak dikembangkan terutama pada
perusahaan-perusahaan konstruksi, kontraktor, perusahaan-perusahaan konsultan,
kantor-kantor akuntan dan organisasi-organisasi lain yang bekerja dengan banyak
proyek yang mempunyai waktu penyelesaian terbatas dan bersamaan, memerlukan
koordinasi dan prestasi teknis tinggi, serta membutuhkan berbagai keterampilan dan
keahlian khusus.

K. Pengurangan kebutuhan akan koordinasi


Ada dua metode pengurangan kebutuhan koordinasi, yaitu :
1. Penciptaan sumber daya-sumber daya tambahan yaitu memberikan kelonggaran bagi
satuan-satuan kerja. Penambahan tenaga kerja, bahan baku atau waktu, tugas
diperingan dan masalah-masalah yang timbul berkurang.
2. Penciptaan tugas-tugas yang dapat berdiri sendiri yaitu teknik ini mengurangi
kebutuhan koordinasi dengan mengubah karakter satuan-satuan organisasi. Kelompok
tugas yang dapat berdiri sendiri diserahi suatu tanggung jawab penuh salah satu
organisasi operasi (perusahaan).
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Koordinasi adalah inti dari manajemen dan implisit dan melekat pada semua fungsi
manajemen. Jika tidak ada koordinasi pada suatu manajemen, maka manajemen itu kita
anggap telah gagal. Jika tidak ada koordinasi maka manajemen tersebut akan berantakan
karena tidak nyambungnya informasi yang di dapat dari individu satu ke individu yang lain
yang ada di dalam satu manajemen.
Koordinasi sangatlah dibutuhkan dalam setiap organisasai ataupun kelompok apapun,
demi tercapainya segala tujuan yang hendak dicapai. Komunikasi merupakan suatu kunci
utama dalam tercapainya suatu koordinasi yang efektif. Pada dasarnya koordinasi merupakan
suatu pemrosesan informasi. Di sini peranan menejer sangat dibutuhkan dalam melaksanakan
tugasnya dalam bidang pengontrolan, pengawasan dan evaluasi. Kedekatan hubungan dan
kelancaran informasi antara menejer dengan bawahan pun juga sangat perlu diperhatikan agar
dalam pelakasanaan tugas tidak terdapat kesalahan informasi (miss comunications) ataupun
tekanan dalam bekerja.
Sehingga dengan koordinasi yang baik dapat mempermudah suatu organisasi menjadi
lebih maju karena tercapainya tujuan dari organisasi tersebut.

B. Saran
1) Kepada pembaca agar dapat dimanfaatkan sebaik mungkin atas kepentingan yang
berhubungan dengan materi ini serta dapat menambah wawasan yang berkaitan dengan
fungsi manajemen.
2) Kepada penulis berikutnya agar dapat dijadikan referensi untuk menunjang penulisan
berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA

 Chung, K.H. & Megginson, L.C. 1981. Organizational Behavior Developing


Managerial Skills. New York: Harper & Row, Publishers.
 Gibson, J.L., Ivancevich, J.M., Donnelly, J.H., & Konopaske, R. 2003.
Organizations: Behavior, Structure, Processes. 11th Edition. New York: McGraw-Hill
Irwin.

Anda mungkin juga menyukai