Disusun oleh :
Nama : Rahmi Sarita
NIM : 17/412891/PN/15213
Gol/Kel : A4/5
I. TUJUAN
1. Mengetahui dampak salinitas terhadap pertumbuhan tanaman
2. Mengetahui tanggapan beberapa macam tanaman terhadap tingkat salinitas yang
berbeda
A. HASIL PENGAMATAN
Tabel 1.3 Bobot Segar (BS), Bobot Kering (BK), Luas Daun (LD), dan Panjang Akar
(PA) dalam berbagai perlakuan
BS BK PA LD
Komoditas Perlakuan
(gram) (gram) (cm) (cm2)
B. PEMBAHASAN
Salinitas dapat diartikan sebagai kadar garam yang terkandung dalam tanah.
Menurut hukum toleransi Shelford, organisme mempunyai batasan minimum dan
maksimum terhadap setiap faktor lingkungan yang mempengaruhinya. Kutub-kutub
tersebut dikenal sebagai batas toleransi, yang berbeda untuk setiap organisme.
Garam-garam yang terlarut dalam tanah merupakan unsur yang esensial bagi
pertumbuhan tanaman, tapi kehadiran larutan garam yang berlebih didalam tanah akan
meracuni tanaman. Kadar garam yang tinggi akan menghambat perkecambahan benih,
kualitas hasil, produksi dan merusak jaringan tanaman. Kadar garam (salinitas) akan
mempengaruhi proses fisiologi dan morfologi dalam hubungannya dengan
keseimbangan air dalam tubuh tanaman. Dalam kaitannya dengan lingkungan salin,
tanaman tingkat tinggi ada yang toleran terhadap batas-batas tertentu (kelompok
halofit), rentan terhadap kadar garam tinggi (kelompok glikolifit), dan tahan menhadapi
salinitas tinggi (kelompok euhalofit), contohnya adalah mangrove dan kelapa. Dampak
salinitas dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu primer (secara langsung mempengaruhi
tanaman) dan sekunder (tidak secara langsung mempengaruhi tanaman, melalui
beberapa tahap salah satu contohnya adalah melalui proses osmosis).
Adapaun faktor – faktor yang mempengaruhi salinitas tanah antara lain adalah
perputaran air, keberadaan unsur kimia dalam tanah, penguapan, dan curah hujan. Pada
penguapan, makin besar tingkat penguapan, maka salinitasnya akan makin tinggi dan
sebaliknya pada tingkat penguapanyang rendah, maka akan rendah kadar garamnya.
Lalu ada pula faktor dari curah hujan, makin besar atau banyak curah hujan maka
salinitas tanah itu akan rendah dan sebaliknya makin sedikit atau kecil curah hujan
yang turun salinitas akan tinggi.
Pemberian konsentrasi garam yang tidak sesuai mengakibatkan terganggunya
pembesaran sel, pembelahan sel serta metabolisme sel pada tanaman. Unsur-unsur yang
terdapat dalam garam bersifat irreversible dalam artian pada konsentrasi yang rendah
ion Na dan Cl dimanfaatkan tanaman untuk memacu pertumbuhan daun. Tetapi jika
garam pada konsentrasi tinggi justru akan bersifat racun pada tanaman.
Garam-garam yang larut dalam tanah merupakan unsur-unsur yang esensial bagi
pertumbuhan tanaman, tapi kehadiran larutan garam yang berlebih di dalam tanah akan
meracuni tanaman. Kadar garam yang tinggi akan menghambat perkecambahan benih,
kualitas hasil, produksi dan merusak jaringan tanaman. Kadar garam (salinitas) akan
mempengaruhi proses fisiologi dan marfologi dalam hubunganya dengan keseimbangan
air dalam tubuh tanaman. Dalam kaitannya dalam lingkungan salin, tanaman tingkat
tinggi ada yang toleran (kelompok halofit) dan rentan (kelompok glikofit) terhadap
kadar garam tinggi.
Berdasarkan adaptasi tanaman terhadap tingkat salinitas berbeda, maka tanaman
dapat dibagi menjadi:
1. Halofit, yaitu tanaman yang toleran terhadap kadar salinitas yang tinggi.
16
14
12 0 ppm
10 4000 ppm
8 8000 ppm
6
1 2 3 4 5 6 7 8
Pengamatan Hari ke-n
5
4 0 ppm
3 4000 ppm
2 8000 ppm
1
1 2 3 4 5 6 7 8
Hari
Bobot (gram)
4.00
3.00
2.00 Bobot Segar
1.00 Bobot Kering
0.00
0 ppm 4000 ppm 8000 ppm
Perlakuan
15
10
0
0 ppm 4000 ppm 8000 ppm
Perlakuan
95
90
85
80
75
0 ppm 4000 ppm 8000 ppm
Perlakuan
1. Tingkat salinitas tertentu pada tanah tanah akan berdampak pada pertumbuhan
dan perkembangan tanaman. Pada tanaman timun yang ditanam pada tanah salin,
terjadi pemendekan akar, melambatnya laju pertambahan daun dan tinggi
tanaman. Selain itu, bobot segar dan kering tanaman yang hidup pada keadaan
salin akan lebih rendah daripada tanaman yang hidup normal. Akan tetapi, terjadi
penyimpangan hasil, dimana tinggi tanaman pada hari pertama pengamatan
sampai keenam dengan penyiraman 4000 ppm lebih tinggi disbanding perlakuan 0
ppm. Hal ini kemungkinan disebabkan karena kesalahan perngukuran ataupun
perlakuan pada saat penyiraman.
2. Pada perlakuan penyiraman dengan konsentrasi 0 ppm, tanaman timun tumbuh
dengan optimal, sedangkan pada perlakuan penyiraman dengan konsentrasi 4000
dan 8000 ppm, tanaman kedelai mengalami pelambatan pertumbuhan. Akan
tetapi, tanaman kedelai relative toleran terhadap kondisi salin dengan tingkat
tertentu.
SARAN
Jalannya praktikum harus lebih teratur lagi, agar data yang didapatkan lebih
valid dan sesuai dengan teori.
DAFTAR PUSTAKA
Flowers, J., D. Colmer. 2014. Plant salt tolerance: adaptations in halophytes. Annals of
Botany 115: 327 – 331.
Garg, R., Mohit, V., Shashank A., Rama S., Manoj M., and Mukesh, Jain.2013. Deep
transcriptome sequencing of wild halophyterice, Portesia coarctata, provides
novel insights into the salinity and submergence tolerance factors. Journal of
DNA Research 21:69-84.
James, E. 2001. General Ecology. Wm C Brown, United States of Amerika.
Lane, R., Sumin, Kim, A., Thomas, V. A., Parrish D. K. 2012. Salinity Effects on
Germination and Plant Growth of Prairie Cordgrass and Switchgrass.
Department of Crop Sciences, University of Illinois. USA.
Onrizal. 2005. Adaptasi Tumbuhan Mangrove Pada Lingkungan Salin dan Jenuh Air.
Jurusan Kehutanan. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara. Medan.
<http://library.usu.ac.id/donwload/fb/hutan-onrizal9>. Diakses 24 Maret 2018.
Rahmawati. 2012. Status perkembangan dan perbaikan genetik padi menggunakan
teknik transformasi Agrobacterium. Jurnal Agrobiogen 2 : 11-29.
Sutanto, R. 2005. Dasar – Dasar Ilmu Tanah. Kanisius, Yogyakarta.
Suwarno. 1985. Pewarisan dan Fisiologi Sifat Toleran terhadap Salinitas pada Tanaman
Padi.
Disertasi. Program Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor , Bogor.
Woodbury dan A. Michael. 1953Principle of General Ecology. Mc Graw-Hill Book
Company, New York.
LAMPIRAN