Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM

DASAR-DASAR ILMU HAMA TUMBUHAN


ACARA V
TEKNIK PENGAMATAN DAN ANALISIS KERUSAKAN

Oleh :
Nama : Rahmi Sarita
NIM : 17/412891/PN/15213
Gol/Kel : B2/4
Asisten : 1. Elhamida Gusti
2. Ristina Dwi Y.
3. Anita Lestari

DEPARTEMEN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2019
I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Tanaman pangan merupakan komoditi pertanian yang penting karena
menghasilkan bahan pangan yang merupakan kebutuhan pokok manusia.
Dalam usaha budidaya tanaman pangan petani akan selalu berhadapan dengan
gangguan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT). Banyak jenis OPT yang
diketahui menyerang tanaman pangan sehingga menimbulkan kerugian baik
kuantitas maupun kualitas sampai dengan kehilangan hasil panen. Kehilangan
hasil akibat serangan OPT dapat mempengaruhi ketahanan pangan di tingkat
regional maupun nasional (Leatemia dan Rumthe, 2011). Dalam menangani
berbagai gangguan OPT, Indonesia telah memiliki konsep dasar Pengendalian
Hama Terpadu (PHT) yang merupakan landasan strategis dan operasional di
lapangan (Oka, 2005). Menurut Pracaya (2008) Hama merupakan binatang
perusak tanaman budi daya yang berguna untuk kesejahteraan manusia.
pengamatan adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk mendapatkan data
atau keterangan dengan jalan mengamati, melakukan perhitungan atau
pengukuran terhadap objek yang diteliti. Pengamatan tersebut dilakukan dengan
melakukan kegiatan untuk mendapatkan data tentang adanya hama dan
penyakit tanaman, jenis hama dan penyakit yang bersangkutan, tingkat
kerusakan yang diakibatkannya, yang dinyatakan dalam intensitas serangan
hama adan intensitas penyakit. Menurut Surahman et al., (1989) pengamatan
bertujuan untuk mengetahui intensitas serangan atau kepadatan populasi OPT,
luas serangan, daerah penyebaran, dan faktor-faktor yang mempengaruhi
perkembangan OPT.
Analisis kerusakan akibat serangan hama dapat dilakukan berdasarkan
pengamatan langsung pada hama yang menyerang pada tanaman. Menurut
Novizan (2003), kerusakan tanaman oleh serangan hama pada suatu areal
belum dapat dikatakan sebagai hama dan penyakit jika jumlahnya masih dapat
dikendalikan oleh musuh alaminya. Selanjutnya, Mardji (2003) menyatakan
bahwa kerusakan yang ditimbulkan secara ekonomis tidak begitu berarti.
Ambang ekonomi hama dan penyakit yaitu batasan jumlah tertentu dari
populasi organisme pengganggu tanaman yang cukup membuat kerusakan
tanaman dan secara ekonomis mulai merugikan.
Fluktuasi populasi hama sifatnya dinamis, dapat naik turun tergantung
ketersediaan pakan di lapangan dan lingkungan yang mendukung
(Natawigena, 1990), serta adanya migrasi dari tempat lain yang
populasinya tinggi dan ketersediaan pakan kurang. Selain itu dapat juga
disebabkan karena berkurangnya musuh alami (predator dan parasitoid)
sehingga terjadi ketidakseimbangan ekosistem. Menurut Usyati (2018) untuk
menekan serangan hama, beberapa teknik pengendalian telah diterapkan
diantaranya pengendalian secara kultur teknis (cara budidaya), fisik,
mekanik, dan kimia.

B. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mengetahui populasi nisbi hama
2. Mengetahui populasi mutlak hama
3. Mengetahui intensitas kerusakan akibat hama
II. METODE PELAKSANAAN

Praktikum Acara V yang berjudul Teknik Pengamatan dan Analisis Kerusakan


dilaksanakan pada tanggal 27 Maret 2019 bertempat di PIAT (Pusat Inovasi Agro
Teknologi) Universitas Gadjah Mada, Jl. Tanjung Tirto, Kali Tirto, Kecamatan
Berbah, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Bahan-bahan yang diperlukan yaitu
kloroform, lahan sawah komoditas tanaman padi dan lahan terbuka. Sedangkan
alat-alat yang digunakan adalah alat tulis, clip board, kantong plastik, karet dan
jaring ayun (sweep net).

Pada praktikum ini dilakukan tiga kegiatan, dengan cara kerja sebagai berikut:
1. Pengamatan Populasi Nisbi
Praktikan melakukan pengamatan populasi nisbi dengan cara mengayunkan
jaring pada lahan terbuka yang ditumbuhi vegetasi rerumputan, jaring sweep
net diayunkan kekiri dan kekanan sambil selangkah maju kedepan sebanyak 10
langkah sambil mengayunkan jaing. Setelah dilakukan percobaan, serangga
yang terjaring dimasukkan kedalam plastik. Kemudian dimasukkan kloroform
untuk membuat serangga pingsan/tidak sadar. Percobaan ini diulang sebanyak
anggota kelompok. Setelah serangga terkumpul lalu di identifikasi serangga
yang terjaring dan dihitung jumlah serangga. Lalu dimasukkan data kedalam
tabel yang telah disediakan. Kemudian dihitung jumlah serangga dan rata-rata
serangga yang terjaring.

2. Pengamatan Populasi Mutlak


Praktikan melakukan pengamatan pada lahan yang ditanamai padi.
Pengambilan dilakukan terhadap rumpun tanaman sebagai unit sampel secara
acak menurut garis diagonal petak lahan yang dibagi berdasarkan kelompok.
Pengamatan dilakukan secara perorangan pada satu rumpun tanaman padi.
Pengamatan ditujukan kepada populasi hama yang menyerang saat itu, antara
lain kepik, wereng, belalang, walang sangit serta hama lain. Jenis hama yang
ditemukan kemudian dicatat dan dihitung tiap unit sampel. Selanjutnya tingkat
kerusakan ditafsirkan dengan rumus IS.
Perhitungan prosentase serangan pada tanaman padi dapat dihitung dengan
rumus sebagai berikut :
20
ai
a
i 0 i  bi
IS = 100 %
N

Keterangan :
IS : intensitas kerusakan (%)
ai : jumlah batang terserang pada rumpun ke i
bi : jumlah batang tidak terserang pada rumpun ke i
N : jumlah rumpun/unit sampel

3. Pengamatan Intensitas Kerusakan


Praktikan melakukan pengamatan pada lahan yang ditanamai padi.
Pengambilan dilakukan terhadap rumpun tanaman sebagai unit sampel secara
acak menurut garis diagonal petak lahan yang dibagi berdasarkan kelompok.
Pengamatan dilakukan secara perorangan pada satu rumpun tanaman padi.
Pengamatan ditujukan pada jumlah total batang, jumlah batang bergejala
(sundep), dan jumlah batang sehat yang terjadi saat itu. Hasil pengamatan
ditemukan kemudian dicatat dan dihitung tiap unit sampel. Selanjutnya tingkat
kerusakan ditafsirkan dengan rumus IS.
Perhitungan prosentase serangan pada tanaman padi dapat dihitung dengan
rumus sebagai berikut :

20
ai
a
i 0 i  bi
IS = 100 %
N

Keterangan :
IS : intensitas kerusakan (%)
ai : jumlah batang terserang pada rumpun ke i
bi : jumlah batang tidak terserang pada rumpun ke i
N : jumlah rumpun/unit sampel
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan didapatkan hasil sebagai berikut:

Tabel 1. Populasi nisbi hama tanaman padi (Oryza sativa)


Ulangan Jumlah (ekor/10 kali ayunan kanan dan kiri)
Sweeping Kupu/ Walang Laba- Belalang
Kepik Wereng Belalang Jangkrik Kutu Kumbang
(mahasiswa) Ngengat sangit laba Sembah
1 3 1 2 0 10 0 3 3 0 0
2 1 1 1 0 2 0 1 2 0 0
3 2 0 1 0 0 1 2 1 0 0
4 0 1 0 0 4 1 3 5 0 1
5 4 2 0 0 1 0 0 6 1 0
6 0 1 1 0 6 4 5 0 0 0
Jumlah 10 6 5 0 23 6 14 17 1 1
Rerata 1,67 1,00 0,83 0,00 3,83 1,00 2,33 2,83 0,17 0,17

Tabel 2. Populasi mutlak hama padi


Kelompok Intensitas Serangan (%)
1 8,26
2 -
3 5,53
4 1,28
5 3,61
Rerata 3,74

Tabel 3. Intensitas serangan penggerek batang padi (sundep/beluk)


Jumlah
No. Jumlah Jumlah Intensitas
Batang
Rumpun Batang Total Batang Sehat Serangan (%)
Bergejala
1 27 1 26 3,70
2 25 3 22 12,00
3 36 4 32 11,11
4 22 5 17 22,73
5 29 0 29 0,00
6 29 0 29 0,00
7 24 0 24 0,00
8 33 0 33 0,00
9 25 0 25 0,00
10 28 0 28 0,00
11 27 0 27 0,00
12 11 0 11 0,00
13 30 2 28 6,67
14 21 0 21 0,00
15 13 1 12 7,69
16 18 2 16 11,11
17 26 0 26 0,00
18 26 2 24 7,69
19 22 0 22 0,00
20 25 0 25 0,00
21 26 2 24 7,69
22 20 0 20 0,00
23 20 0 20 0,00
24 15 0 15 0,00
25 21 0 21 0,00
26 23 0 23 0,00
27 21 2 19 9,52
28 17 1 16 5,88
29 20 0 20 0,00
30 16 1 15 6,25

B. PEMBAHASAN
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1. Populasi Nisbi Hama Tanaman Padi (Oryza sativa)
Populasi nisbi hama pada tanaman padi dapat didapatkan dengan metode
nisbi. Metode nisbi yaitu metode pengambilan sampel yang menghasilkan
angka penduga. Populasi yang sulit untuk dikonversikan dalam unit permukaan
tanah karena banyaknya faktor yang mempengaruhi angka penduga tersebut.
Metode indeks populasi yaitu mengukur dan menghitung apa yang ditinggalkan
oleh serangga tersebut (Untung, 2001). Contoh pengamatan dengan metode
nisbi yaitu cara pengambilan sampel dengan menggunakan alat perangkap
serangga seperti perangkap lampu (light trap) atau perangkap jebakan (pitfal
trap). Demikian juga cara pengambilan sampel dengan jaring ayun (sweep net)
dapat dimasukkan kedalam metode nisbi.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan didapatkan histogram populasi
nisbi sebagai berikut:
10
8
6
4 1
2
0 2

Kepik

Belalang

Jangkrik
Wereng

Walang sangit

Laba-laba

Kutu

Kumbang
Belalang Sembah
Kupu/ Ngengat
3
4
5
6
Jumlah (ekor/10 kali ayunan kanan dan kiri)

Gambar 1. Populasi nisbi hama tanaman padi (Oryza sativa)

Dari gambar 1. Dapat diketahui bahwa populasi nisbi hama padi yang
ditemukan yaitu kupu/ngengat, kepik, wereng, walang sangit, belalang,
jangkrik, laba-laba, kutu-kutuan, belalang sembah, dan kumbang. Populasi
nisbi hama yang paling banyak ditemukan yaitu belalang dengan jumlah total
dari enam ulang sebanyak 23 ekor/10 kali ayunan kekanan dan kekiri. Populasi
serangga yang tidak ditemukan yaitu walang sangit, sebanyak enam kali
ulangan tidak ditemukan walang sangit.
Hama yang paling banyak ditemukan pada metode nisbi adalah belalang.
Belalang adalah serangga herbivor yang termasuk dalam Ordo Orthoptera
dengan jumlah spesies 20.000 (Borror, 2005). Menurut Rowell (1987),
belalang dapat ditemukan hampir di semua ekosistem terestrial. Sebagian besar
spesies belalang berada di ekosistem hutan (Rowell, 1987). Mereka makan
hampir setiap tanaman yang liar ataupun yang dibudidayakan (Probe dan
Scalpel, 1980). Belalang (Orthoptera) lebih banyak terdapat di ekosistem
persawahan dibandingkan pada ekosistem perkebunan (Sugiarto, 2018). Pola
distribusi belalang pada suatu ekosistem salah satunya terkait dengan
ketersediaan makan pada berbagai jenis vegetasi (Almeida dan Camara, 2008).
Hal ini lah yang menyebabkan jumlah belalang banyak ditemukan dilokasi
pengamatan.
Hama belalang merusak padi dengan cara memakan bagian daun,
kemunculan hama belalang biasanya terjadi secara terus menerus dari awal
padi ditanam sampai musim panen. Namun dalam pengelolaan ekosistem
normal kerusakan yang ditimbulkan tidak begitu berarti karena kebanyakan
belalang pada tanaman padi berukuran kecil, sehingga daun padi yang dimakan
tidak terlalu banyak, selain itu bersamaan dengan sebagian daun yang dimakan
muncul daun yang lain dalam waktu relatif singkat, sehingga tidak
menyebabkan kematian padi (Suroto et al., 2012).
Tanaman padi menjadi sumber makanan bagi hama disekitarnya, sehingga
tanaman padi menjadi inang serangga yang ada di komunitas tersebut.
Tanaman inang adalah semua jenis tanaman yang dapat terinfeksi oleh
patogen. Menurut Manueke (2017) Ngengat, kepik, wereng, walang sangit,
belalang, jangkrik, dan kutu-kutuan merupakan hama bagi tanaman padi, yang
dapat merugikan produktivitas tanaman padi apabila jumlah hama di atas
ambang ekonomi. Pathak (1977) mengemukakan bahwa kurang lebih 70
spesies hama yang merusak tanaman padi dan sekitar 20 spesis yang
merupakan hama utama.
Sedangkan laba-laba, belalang sembah dan kumbang koksi merupakan
musuh alami. Pathak (1977) juga mengemukakan bahwa Selain hama,
ditemukan juga organisme lain yang berperan sebagai musuh alami yaitu
belalang sembah (Mantis sp.), capung (Sympetrum flaveolum), kumbang
Coccinelid (Coccinella septempunctata), dan laba-laba pemburu (Pardosa sp)
Musuh alami adalah suatu organisme yang dalam kelangsungan hidupnya
memangsa atau menumpang pada pada tubuh organisme lain. Musuh alami
sebagai factor pengendali secara alami terhadap OPT (hama) sangat diperlukan
keberadaanya didalam ekosistem atau agroekosistem.
Bioekologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan atau interaksi makhluk
hidup (tanaman dan patogen) dengan lingkungan hidupnya. Hama menjadikan
tanaman padi sebagai sumber makanannya. Sebagai contohnya Wereng coklat
dan wereng punggung putih (Sogatella furcifera H.) seringkali menyerang
tanaman secara bersamaan pada tanaman stadia vegetatif. Pengendaliannya
adalah dengan cara di daerah endemis wereng coklat, pada musim hujan harus
ditanam varietas tahan wereng, gunakan berbagai cara pengendalian, mulai
penyiapan lahan, tanam legowo, pengairan inttermitten, takaran pupuk sesuai
BWD, monitor perkembangan hama wereng punggung putih dan perimbangan
populasi wereng coklat dan musuh alami pada umur 2 minggu setelah tanam
sampai 2 minggu sebelum panen (Mulyana, 2017).
2. Populasi Mutlak Hama Padi
Populasi mutlak menggunakan metode mutlak dalam pelaksanaannya.
Menurut Untung (2001) metode mutlak yaitu metode pengambilan sampel
yang menghasilkan angka pendugaan. Populasi dalam bentuk jumlah individu
persatuan unit permukaan tanah atau .habitat serangga yang diamati. Metode
pengambilan sampel ini dikatakan mutlak karena metode ini menghasilkan
angka pendugaan populasi dalam bentuk jumlah individu per satuan unit
permukaan tanah atau habitat serangga yang kita amati. Dengan angka
kepadatan populasi yang kita peroleh tersebut langsung dapat kita adakan
pendugaan kepadatan populasi pada suatu wilayah pengamatan tertentu.
Pada pengamatan populasi mutlak banyak ditemukan telur keong mas yang
menempel dibatang padi. Hal ini disebabkan Keong mas dewasa meletakkan
telur pada tempat-tempat yang tidak tergenang air (tempat yang kering) dan
melakukan bertelur pada malam hari pada rumpun tanaman, tonggak, saluran
pengairan bagian atas dan rumput-rumputan. Telur keong mas diletakkan
secara berkelompok berwarna merah jambu seperti buah murbei sehingga
disebut juga keong murbei. Keong mas selama hidupnya mampu menghasilkan
telur sebanyak 15-20 kelompok, yang tiap kelompok berjumlah kurang lebih
500 butir, dengan persentase penetasan lebih dari 85% (Dinas Pertanian D.I
Yogyakarta, 2015).
Tanaman padi yang diamati dilokasi adalah tanaman padi yang masih
berada pada fase vegetatif. Fase vegetatif adalah fase dari awal pertumbuhan
sampai pembentukan malai. Ketersediaan air selama fase pertumbuhan
vegetatif sangat dibutuhkan untuk mendukung proses pertumbuhan dan
perkembangan tanaman. Tanaman padi yang kekurangan air pada fase vegetatif
akan mengalami gangguan pertumbuhan sehingga tinggi tanaman dan jumlah
anakan berkurang.

3. Intensitas Kerusakan
Rondonuwu (2007) menyatakan bahwa intensitas kerusakan pada umumnya
mengikuti keadaan populasi organisme penyebab kerusakan. Makin tinggi
populasi organisme peng- ganggu tanaman maka semakin besar kerusakan yang
ditimbulkannya. Huffaker and Messenger (1976) menyatakan bahwa beberapa
jenis serangga dapat menyebabkan kerusakan yang sangat serius walaupun
populasinya di alam sedikit. Tinggi nya kerusakan tanaman oleh organisme
pengganggu tanaman dapat dipengaruhi oleh populasi dan kemampuan merusak
dari organisme tersebut. Kalshoven (1981) menyatakan bahwa serangga vektor
penyakit seperti hama wereng kerusakan akibat tusukan alat mulutnya terhadap
bagian tanaman tidak berarti dibandingkan jenis virus yang ditularkan yang
dapat mengakibatkan puso.
Pengamatan intensitas serangan dilakukan pada tanaman padi fase vegetatif,
berdasarkan gejala serangan sundep. Menurut Baehaki (2013) gejala serangan
hama penggerek pada fase vegetatif disebut sundep (deadhearts) dengan gejala
titik tumbuh tanaman muda mati. Gejala sundep sudah kelihatan sejak 4 hari
setelah larva penggerek masuk. Larva penggerek selalu keluar masuk batang
padi, sehingga satu ekor larva sampai menjadi ngengat dapat menghabiskan 6-
15 batang padi.
Pada pengamatan intensitas serangan didapatkan intensitas serangan sundep
sebesar 3,74%. Persentase ini masih dalam kategori ringan karena batang padi
yang terserang hama penggerek masih sangat sedikit yaitu hanya 3,74% dari
jumlah semua rumpun padi yang diamati dengan sampel acak. Hal ini sesuai
dengan literatur dari BPT (Badan Litbang Pertanian) (2018) yaitu bila serangan
sundep terjadi <5%, kehilangan hasil akibat serangan penggerek batang padi
pada stadia vegetatif tidak terlalu besar karena tanaman masih dapat
mengkompensasi dengan membentuk anakan baru.
IV. KESIMPULAN
Berdasarkan pengamatan pada praktikum, dapat disimpulkan bahwa:
1. Populasi nisbi hama padi yang ditemukan yaitu kupu/ngengat, kepik, wereng,
walang sangit, belalang, jangkrik, laba-laba, kutu-kutuan, belalang sembah, dan
kumbang. Populasi nisbi hama yang paling banyak ditemukan yaitu belalang
dan populasi serangga yang tidak ditemukan yaitu walang sangit.
2. Populasi mutlak menggunakan metode mutlak yaitu metode pengambilan
sampel yang menghasilkan angka pendugaan. Populasi dalam bentuk jumlah
individu persatuan unit permukaan tanah atau .habitat serangga yang diamati
secara langsung.
3. Intensitas serangan sebesar 4,49% persentase ini masih dalam kategori ringan
karena batang padi yang terserang hama penggerek masih sangat sedikit.
DAFTAR PUSTAKA

Almeida, A.V., dan Camara, C.A.G. 2008. Distribution of Grasshoppers (Othoptera:


Acridoidea) in The Tapacurá Ecological Station (São Lourenço da Mata, PE /
Brazil). Braz. J. Biol. 68(1): 21- 24.
Badan Litbang Pertanian. 2018. Prosedur Pengendalian Penggerek Batang Padi.
Kementarian Pertanian, Jakarta.
Baehaki. 2013. Hama Penggerek Batang Padi dan Teknologi Pengendalian. Balai Besar
Penelitian Tanaman Padi, Jawa Barat.
Borror, D. J., Triplehor, N., and Johnson, N. F. 2005. Study of Insect.Ed-7. Amerika:
Thomson Brook/ Cole.
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta. 2015. Teknik Mengendalikan Keong Mas
Pada Tanaman Padi. http://distan.jogjaprov.go.id/teknik-mengendalikan-keong-
mas-pada-tanaman-padi/. Diakses pada tanggal 3 Maret 2019.
Huffaker, C. B. and P. S. Messenger. 1976. Theory and Practice of Biological Control.
Academic Press. Inc, London
Kalshoven, L.G.E. 1981. Pests of crop in Indonesia. Revised and translatet by P.A, van der
laan, University of Amsterdam with the assistance of G.H.L. Rothchild, CSIRO,
Canberra. P.T. Ichtiar Baru-van houve, Jakarta.
Leatemia, J.A, dan R.Y. Rumthe., Studi kerusakan akibat serangan hama pada tanaman
pangan di Kecamatan Bula, Kabupaten Seram Bagian Timur, Propinsi Maluku.
Jurnal Agroforestri. 6(2):52-56.
Manueke, J., B.H. Assa., dan E.A Pelealu. 2017. Hama-hama pada tanaman padi sawah
(Oryza sativa L.) di Kelurahan Makalonsow Kecamatan Tondano Timur Kabupaten
Minahasa. Eugenia. 23(3):120-127.
Mardji, D. 2003. Identifikasi dan Penanggulangan Penyakit pada Tanaman Kehutanan.
Pelatihan Bidang Perlindungan Hutan di PT ITCI Kartika Utama, Samarinda.
Mulyana, Y. 2017. Pengendalian Hama Terpadu Tanaman Padi.
http://penyuluhpertanian.net/2017/02/02/pengendalian-hama-terpadu-tanaman-
padi/. Diakses pada tanggal 3 Maret 2019.
Natawigena, H. 1990. Pengendalian Hama Terpadu (Integrated Pest Control). Armico,
Bandung.
Novizan. 2003. Petunjuk Pemakaian Pestisida. Agro Media Pustaka. Jakarta.
Oka, I. N. 2005. Pengendalian hama Terpadu dan Implementasinya di Indonesia. Gadjah
Mada University Press, Yogyakarta.
Pathak, M.D. 1977. Insect Pest of Rice. The International Rice Research Institute, Los
Banos, Philippines. 68 p
Pracaya, 2008. Hama dan Penyakit Tanaman. Penebar Swadaya, Jakarta.
Probe and Scalpel, 1980. How To Dissect, William Berman, Arco Publishing Company.
Rondonuwu, S. L. 2007. Ekologi Serangga. Bahan Ajar Program Semi-Que. Fakultas
Pertanian, Universitas Sam Ratulangi, Manado.
Rowell, C.H.F. 1987. The biogeography of Costa Rican acridid grassoppers in relation to
their putative phylogenetic origins and ecology. Pp. 470-482 in Baccetti, B. (eds).
Evolutionary biology of Orthopteroid insects, Chichester.
Sugiarto, A. 2018. An Inventory of Grasshoppers (Orthoptera: Acrididae) in the Plantation
and Rice Field Ecosystems of Serdang Menang Village, Sirah Pulau Padang Sub-
district, Ogan Komering Ilir District. (Online). https://osf.io/preprints/inarxiv/
hfxp9/. Diakses pada tanggal 3 Maret 2019.
Suroto, R., B. Kiswardianta, dan S. Utami. 2012. Dentifikasi berbagai jenis hama padi di
Kecamatan Ngrayun Kabupaten Ponorogo sebagai sumber belajar siswa SMP Kelas
VIII semester gasal pokok bahasan hama dan penyakit. IKIP PGRI Madiun.
Untung, K. 2001. Pengendalian Hama Terpadu. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarata.
Usyati, N., N. Kurniawati, A. Ruskandar dan O. Rumasa. 2018. Populasi hama dan musuh
alami pada tiga cara budidaya padi sawah di Sukamandi. Jurnal Agrikultura.
29(1):35-42.

Anda mungkin juga menyukai