Anda di halaman 1dari 2

Nama : Endah Fitriyani

Prodi : Manajemen
Kelompok : 12

Peran pemuda dalam menghadapi bonus demografi

Pemuda sebagai generasi penerus bangsa mesti tampil dalam garda terdepan pembangunan.
Partisipasi kaum muda selalu menjadi warna menentukan kemajuan bangsa. Indonesia pada
2020-2030 diperkirakan mendapat bonus demografi, yang berarti selama kurun waktu itu
jumlah penduduk usia produktif (15—60 tahun) lebih tinggi daripada usia nonproduktif.
Fakta itu memungkinkan masyarakat mencapai kemakmuran tinggi. Kemakmuran tentu akan
tercapai jika produktifitas usia produktif tersebut tinggi. Disini kembali pemuda memegang
peran sentral dalam upaya menyongsong dan mewujudkannya.

Fungsi Generasi
Pemuda semestinya jauh dari sikap eksklusif dan apatis terhadap dinamika bangsa, apalagi
berkhianat terhadap amanat rakyat. Kondisi bangsa masih dilanda sakit akibat terpaan krisis
multidimensional yang tidak kunjung reda dan penyakit korupsi yang akut. Kondisi ini
membutuhkan kearifan setiap komponen anak negeri ini untuk berperan serta mengantarkan
Indonesia naik ke podium terhormat dalam kompetisi global. Obsesi tersebut cukup realistis
apabila semangat optimisme mampu ditumbuhkan.
Prinsip filsafat Hegelian menyebutkan bahwa tidak akan besar suatu bangsa tanpa adanya
konflik atau krisis. Sudah semestinya pemuda tidak ketinggalan langkah untuk turun
gelanggang bersama rakyat membangun peradaban bangsa melalui kemampuan kritis dan
akademisnya. ”Jangan tanyakan apa yang kita dapat dari negara namun tanyakan apa yang
telah kita lakukan untuk bangsa ini” inilah falsafah kebangsaan yang harus ditancapkan kuat
dalam setiap diri pemuda. Idealisme ini akan mencapai optimal jika setiap komponen paham
akan fungsi, peran, dan posisinya masing-masing. Setidaknya ada tiga fungsi yang harus
diketahui dan dipahami oleh pemuda untuk diaktualisasikan dalam kehidupannya.
Pertama, Pemuda merupakan cadangan keras (iron stock) yang akan meneruskan estafet
kepemimpinan bangsa. Pemuda sangat diharapkan rakyat untuk mampu
mengimplementasikan idealisme dan kemampuannya dalam memperjuangkan kepentingan
rakyat. Kerasnya sang cadangan apabila direfleksikan dengan perjalanan bangsa banyak yang
menujukkan gejala mulai mencair dan menguap. Gejala tersebut muncul dalam sikap dan
perilaku pemuda menjaga konsistensi pelaksanaaan fungsinya. Idealisme pemuda sering
luntur ketika mulai melepas karakternya, karena tidak kuat menghadapi godaan.
Lebih memprihatinkan lagi, dalam kondisi kekinian pemuda Indonesia mulai ada indikasi
melemah kepekaan dan kepedulian sosial terhadap dinamika lingkungannya. Padahal inilah
yang menyebabkan keberhasilan angkatan 1998 mendobrak rezim orde baru dengan
mengusung agenda reformasi, Pemuda tidak mampu mengawalnya, sehingga keadaan
menjadi semakin tak menentu. Sebuah pembelajaran sebenarnya telah diberikan melalui
pengalaman gagalnya angkatan 1966 mempertahankan idealismenya, hingga malah
menumbuhkan sebuah rezim yang kokoh bercokol selama 32 tahun.
Kondisi di atas sangat kontradiktif bila dikorelasikan dengan fungsi kedua pemuda sebagai
agent of change (agen perubahan). Idealnya dengan fungsi ini pemuda tidak akan rela melihat
setiap ketidakberesan dan penyelewengan. Pemuda akan tampil memperjuangkan perubahan
menuju perbaikan.
Idealisme yang tinggi telah menempatkan pemuda memiliki fungsi ketiga sebagai sang
penyeru kebenaran. Seruan pemuda idealis akan murni tanpa ada keberpihakan terhadap
suatu kepentingan kecuali kepentingan rakyat dan bangsa.

Perbaikan Kontribusi
Pemahaman yang tepat terhadap fungsinya, akan mudah dibuktikan dengan melihat peran
nyata apa yang mampu dimainkan pemuda dalam dinamika bangsa. Melihat fungsi strategis
yang dimiliki, maka semakin mempertegas tuntutan akan eksistensi pemuda dalam
menunjukkan perannya di garda depan perjalanan bangsa. Sekali lagi intelektualitas dan
idealisme merupakan bekal utama untuk beraktualitas yang telah ditunggu-tunggu karya
nyatanya. Idealisme menurut Tan Malaka merupakan kemewahan terakhir yang dimiliki
pemuda
Lebih dari tiga dasawarsa bangsa ini berjalan dalam kungkungan konsep ideologi yang selalu
mengutamakan pertumbuhan dan modernisasi tanpa memeperhatikan aspek pemerataan.
Dobrakan rakyat melalui mahasiswa dan pemuda berhasil membuka pintu bagi lahirnya era
reformasi. Kesuksesan tersebut masih merupakan awalan perjuangan panjang. Pemuda justru
terlena dan terperdaya sehingga menjadi kurang kuat dalam mengawal agenda reformasi.
Sudah saatnya pemuda kembali tampil pada jalannya, melakukan kontrol dan berkontribusi
bagi perjalanan bangsa ini. Relakah kita bangsa yang konon mempunyai nilai budaya
tertinggi di jagad ini terus menerus terbaring dalam kondisi sakit dan hanya menjadi
pecundang dalam tataran kehidupan global?. Apapun peran yang diambil, posisi yang
strategis harus ditempatkan pemuda bila ingin memberikan penghargaan bagi bangsa. Di
pundak pemudalah beban dipikulkan untuk dapat melihat kecerahan di negeri ini. Tuhan yang
Mahakuasa tidak akan mengubah keadaan jika tidak ada usaha dari yang bersangkutan untuk
mengubahnya. Sebantar lagi akan diperingati Hari Sumpah Pemuda yang mesti menjadi
momentum kebangkitan pemuda dalam mengoptimalkan darah mudanya yang segar dan
idealis demi memajukan bangsa. Jika kualitas pemuda baik, maka bonus demografi
merupakan berkah dan tidak akan menimbulkan bencana sosial ekonomi yang berarti. Satu
hal lagi, generasi muda penting disiapkan menjadi generasi berencana. Sejak dini generasi
muda dididik dan dibimbing untuk merencanakan masa depannya, seperti permikahan, anak,
perekonomian keluarga, dan lainnya.

Anda mungkin juga menyukai