Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENYEMPURNAAN I

Penganjian Kain Poliester Menggunakan Variasi Kanji PVA, Tapioka, dan CMC

Nama Anggota : Insan Nur Alam S 15020068

Maria Siahaan 15020070

M.Bintang S 15020074

Yulia Anggraeni 15020090

Dinosius Daniel 15020122


Dosen : Wulan S.ST.M.T.

Asisten Dosen : - Yayu E. Y,. S.S.T

- Destriana

POLITEKNIK STTT BANDUNG

2017

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Praktikum Penyempurnaan bahan tekstil atau sering disebut dengan proses Finishing,
merupakan salah satu proses basah tekstil yang bertujuan untuk menambah daya jual dipasaran.
Proses tersebut dilakukan sesuai dengan tujuan akhir pemakain produk yang diinginkan. Proses
penyempurnaan tekstil sangat beragam. Salah satunya adalah Penyempurnaan Penganjian.
Penyempurnaan penganjian ini bertujuan diantaranya sebagai berikut, untuk memperbaiki
kenampakan kain, memperbaiki kekakuan dan untuk menambah kekuatan tarik pada bahan.
Bahan yang diberikan penyempurnaan penganjian diantaranya kain kapas, serat campuran
poliester-kapas serta poliester-rayon. Sementara kanji yang biasa dipakai untuk proses ini adalah
kanji Tapioka ,kanji PVA dan CMC.
Proses penyempurnaan penganjian ini diberikan variasi terhadap resep penggunaan
kanjinya. Yaitu menggunakan kanji Tapioka, kanji PVA, dan campuran keduanya. Proses tersebut
sangat sederhana, setelah pembuatan larutan kanji sesuai dengan resep dan variasi bahan
dimasukkan kedalam larutan tersebut secara merata kemudian di pad dan dilakukan proses
pemanasan awal. Lalu pada akhirnya bahan disetrika. Setelah proses penyempurnaan
penganjian selesai dilakukan evaluasi terhadap bahan hasil penganjian tersebut. Pengujian yang
dilakukan adalah perhitungan besar penambahan berat bahan, dan pengujian nilai kekakuan
pada bahan hasil resep penggunaan kanji yang bervariasi.

1.2 Maksud
Untuk mengetahui dan memahami bagaimana cara proses penyempurnaan penganjian dengan
menggunakan kanji PVA terhadap kain polyester.

1.3 Tujuan
Untuk mengetahui bagaimana hasil dari evaluasi kain polyester setelah dilakukan proses
penganjian
Untuk memberikan lapisan film yang rata pada kain yang akan memperbaiki. kenampakkan,
memperbaiki kekuatan tarik dan menambah kekakuan bahan.
1.4 Hipotesa
Proses penyempurnaan penganjian bertujuan untuk memperbaiki kenampakan
kain,memperbaiki kekakuan, dan menambah kekuatan tarik pada bahan. Bahan yang diberikan
penyempurnaan penganjian diantaranya kain polyester. Sementara kanji yang kami gunakan
adalah kanji PVA.
Variasi yang digunakan oleh kelompok kami perbedaan penggunaan zat pelapis polyester,
dari kanji PVA, kanji tapioca, dan CMC. Perbedaan penggunaan zat kanji mempengaruhi kekauan
hasil kain polyester. PVA ditujukan untuk penganjian benang-benang lusi yang terbuat dari serat-
serat sintetik. PVA banyak digunakan pada industri tekstil karena sifat fleksibilitas dan ketahanan
terhadap abrasinya berkat gugus-gugus OHnya yang membentuk dwikutub.
BAB II

TEORI DASAR

2.1 Serat poliester

Poliester pertama kali mulai dikembangkan oleh J.R. Whinfield dan J.T. Dickson, yaitu para
ahli dari perusahaan Inggris Calico Printers Association Ltd . Pembuatan serat poliester yang pertama
kali dilakukan pada tahun 1944, kemudian pada tahun 1952 perusahaan ICI (Imperial Chemical
Industries, Ltd ) di Inggris mulai memproduksi serat poliester secara komersial. Oleh Imperial
chemical Industries,Ltd 9ICI), hasil penelitian J.R

Whinfield dan J.T Dickson ini diberi nama “Terylene”. Menyusul kemudian pada tahun 1953, E.I Du
pont de Numours di Amerika Serikat memberi nama “Dacron”. Kedua
poliester tersebut memiliki senyawa kimia pembentuk yang sama yaitu etilena tereftalat. Proses
polimerisasi asam tereftalat dan etilena glikol dilakukan dalam kondisi suhu tinggi dan ruang hampa.

Sumber : academia.edu.com/laporanpenganjian

Susunan rantai molekul Poliester terbentuk secara kondensasi menghasilkan polietena tereftalat
yang merupakan satu ester dari komponen dasar asam dan alkohol, yaitu asam tereftalat dan etilena
glikol. Ini merupakan pengembangan pembuatan poliester yang pada mulanya terbuat dari dimetil
teraftalat sebagai asamnya dan etilena glikol sebagai alkoholnya dan dikenal dengan nama Terylene.
Penggunaan asam tereftalat sebagai bahan baku poliester menyebabkan beberapa perbedaan sifat
poliester, diantaranya titik leleh poliester yang dihasilkan lebih tinggi dan hampir larut dalam glikol.
Pembuatan poliester dari asam tereftalat lebih menguntungkan dibandingkan poliester dari metil
tereftalat. Serat poliester dibuat dengan cara pemintalan leleh. Serpihan-serpihan poliester
dilelehkan dan dilewatkan melalui lubang spineret yang mempunyai bentuk dan diameter tertentu.
Filamen yang terjadi ditarik dalam keadaan panas sampai lima kali panjang semula, sedangkan untuk
filamen yang kasar ditarik dalam keadaan dingin. Untuk memperoleh benang stapel, dapat dilakukan
dengan mengeritingkan filamen dan dipotong-potong dengan panjang tertentu. Sifat kimia poliester
adalah sebagai berikut :
1. Larut dalam meta-kresol panas, asam trifluoro asetat-orto-klorofenol.
2. Tahan terhadap zat-zat oksidator, alkohol, keton dan sabun dan zat –zat pencucian kering.
3. Tahan terhadap asam lemah, meskipun pada suhu didih dan tahan terhadap asam kuat dalam
keadaan dingin.
4. Tahan terhadap alkali lemah, tetapi kurang tahan terhadap alkali kuat.
5. Mempunyai kritalinitas yang tinggi, bersifat hidrofob dan tidak mengandung gugus –gugus
aktif sehingga sukar untuk dicelup.

Sifat fisika Poliester Sifat fisika merupakan sifat yang berhubungan dengan kukuatan, sifat fisika
poliester meliputi :
1. Kekuatan dan mulur Serat poliester mempunyai kekuatan dan mulur yang tinggi, yang dalam
keadaan kering dan basah tidak mengalami perubahan. Kekuatan serat poliester sebesar 4,0
-6,9 g/d dan mulur poliester sebesar 11 –20%.
2. Elastisitas Poliester mempunyai elastisitas yang baik sehingga kain poliester bersifat tahan
kusut. Jika benang pliester ditarik kemudian dilepaskan pemulihan yang terjadi dalam 1 menit
adalah :
Penarikan 2% ………. Pemulihan 97% Penarikan
4% ………. Pemulihan 90%
Penarikan 8% ………. Pemulihan 80%
3. Moisture regain Moisture regain poliester pada kondisi standar (27 0C dan RH 65%) sebesar
0,4%. Dalam RH 100% moisture regainnya hanya 0,6 – 0,8%.
4. Berat jenis Berat jenis poliester adalah 1,38 gram/cm3
5. Titik leleh Poliester tidak akan menguning pada suhu tinggi. Poliester mulai meleleh pada
suhu 250 – 2900C dan terbakar, namun tidak meneruskan nyala api.
6. Ketahanan sinar Poliester berkurang kekuatannya dalam penyinaran yang cukup lama, tetapi
ketahanan sinarnya masih lebih baik dibandingkan dengan serat lain.
7. Mengkeret Serat poliester jika direndam dalam air mendidih akan mengkeret sampai 7%.
Beberapa zat organik seperti aseton, kloroform, trikloretilen pada titik didihnya akan
mengakibatkan serat poliester mengkeret.
8. Morfologi Penampang melintang serat poliester berbentuk bulat dan di dalamnya terdapat
bintik-bintik, sedangkan penampang membujurnya berbentuk silinder dinding kulit yang
tebal 9. Pembakaran Poliester meskipun dapat dibakar tetapi nyala api tidak dapat menjalar
karena serat yang terbakar akan meleleh sehingga tidak meneruskan pembakaran.

2.2 Kanji

Zat kanji / pati (starch) atau bahasa latinnya amylum, yang berarti tepung halus, adalah suatu
substansi glukosida. Zat kanji tersebut terdiri dari butiran-butiran sferik yang kecil sekali dengan
ukuran dan bentuk beragam.

Konstitusi kimia zat kanji sangat beragam. Bila diberi air panas kemudian didinginkan maka zat-zat
kanji tersebut akan membentuk pasta atau gel, yang terjadi oleh adanya hidrasi, penggembungan dan
akhirnya perekahan butir zat kanji tersebut. Zat kanji merupakan campuran dua polisakarida, yaitu
amilosa dan amilopektin yang berasal dari penambahan molekul-molekul glukosa. Air panas dapat
menyebabkan zat kanji terpisah menjadi dua bagian, yaitu yang bersifat tidak larut (amilopektin) dan
yang larut dalam air (amilosa). Rantai molekul amilosa berbentuk linier dengan ikatan pada 1,4 (1,4 –
linkage), sedangkan amilopektin juga linier tapi dengan ikatan pada posisi 1,6.

Kesesuaian suatu zat kanji untuk penganjian (juga dalam penghilangan kanji) sangat bergantung
pada jenis kanji tersebut berasal dan kandungan amilosa dan amilopektinnya. Zat kanji dengan
amilopektin tinggi dapat menimbulkan masalah pada proses penghilangan kanjinya, bahkan dengan
enzim amylase sekalipun.

2.2.1. Macam-Macam Zat Kanji

Berdasarkan komposisi kimia maka kanji dapat digolongkan sebagai berikut :

Kanji/pati.
Kanji yang dimodifikasi.
Turunan-turunan selulosa, CMC.
Kanji dengan bahan dasar PVA (polivinilalcohol).
Poliakrilat (PAC).
Galaktomanan (GM).
Kanji-kanji polyester (PES).
Homopolimer dan kopolimer dari vinil, akrilat dan stirena.
Lilin dan lemak.
Paraffin, silicon, pelembut, fungisida dan lain-lain.

2.2.2. Kanji Tapioka

Larutan tapioka berbentuk gel yang transparan dan memberikan hasil akhir yang tipis,
mengkilap dan fleksibel. Dalam penggunaannya sering dicampur dengan kanji lain untuk
mendapatkan modifikasi sifat-sifat yang diinginkan, umpama dengan kanji kentang akan
mendapatkan hasil akhir dengan pegangan yang fleksibel dan keras.

2.2.3. Kanji Polivinilalkohol (PVA)

Polivinilalkohol atau PVA tidak dibuat dari monomer, tetapi dari polimerisasi monomer vinil
asetat. Bila reaksi hidrolisanya dikendalikan maka akan diperoleh PVA yang terhidrolisis penuh. Bila
reaksi hidrolisanya tidak terkendali maka akan diperoleh PVA yang terhidrolisa sebagian. PVA yang
terhidrolisa penuh masih mengandung 1 - 2 % gugus eter, dan jumlah tersebut menunjukan
banyaknya – (OCOCH3) yang diganti oleh gugus –OH. PVA yang terhidrolisa sebagian, misalnya PVA
88% lebih mudah larut dalam air. Semakin panjang rantai makromolekulnya makin tinggi
viskositasnya.

PVA terutama ditujukan untuk penganjian benag-benang lusi yang terbuat dari seratserat sintetik,
disamping juga untuk benang-benang kapas dan rayon viskosa. PVA adalah polimer yang dibuat dari
asetilena dan asam asetat. Asetilena dibuat dari kalsium karbida yang berasal dari batu kapur dengan
mereaksikannya dalam air. Reaksi pembuatan asetilena dapat dituliskan sebagai berikut:

CaCO32
3 C + CaO CaC2 + CO

CaC2Ca(OH)2 + C2H2

Sebagian asetilena dirubah menjadi asam asetat dengan penambahan air dan oksidasi :
C2H2+ H2O + O CH3COOH

Asam asetat kemudian direaksikan dengan asetilena dengan menggunakan seng asetat sebagai
katalisator dan terbentuk vinil asetat :

CH3COOH + C2H2 Seng Asetat CH3COCN:CH2

Vinil asetat dilarutkan dalam methanol dan dipolimerisasikan menjadi polivinil asetat dengan
penambahan katalisator peroksida:

n CH3COOH : CH2 (-CH2CH-OCOCH3) n

Kemudian kedalam larutan methanol ditambahkan natrium hidroksida untuk menyabunkan polivinil
asetat menjadi polivinil alcohol yang mengendap.

(-CH2CH-OCOCH3) n + n NaOH (CH2CH-OH)n + CH3COONa

PVA kemudian dijadikan bentuk bubuk dan dikeringkan. Bubuk berwarna putih, tetapi
jika dilarutkan didalam air akan menjadi larutan tembus cahaya.PVA banyak digunakan
pada industri tekstil karena sifat fleksibilitas dan ketahanan terhadap abrasinya berkat gugus-gugus
OH-nya yang membentuk dwikutub.Pemanasan akan menyebabkan
kristalisasi kanji dimana bentuk terkristalisasi ini membuatnya menjadi tidak mudah larut dalam air.
Oleh sebab itu, perlakuan panas pada suhu tinggi sebelum penghilangan kanji harus dihindari. Prinsip
penghilangan kanji adalah :

PEMBASAHAN PENGGEMBUNGAN PENDISPERSIAN

(Wetting) (Swelling) (Dispersion)

Makin tinggi suhu makin baik untuk kondisi penghilangan kanji. Penghilangan PVA juga akan lebih
baik dengan penambahan surfaktan dan pelunak air. Dengan adanya zat-zat tersebut serat menjadi
lebih mudah terbasahi dan ini akan menyebabkan penggembungan kanji sehingga akan terdispersi
dengan mudah.PVA tidak dapat dibiodegradasi tetapi dapat dengan mudah didaur-ulang dengan
ultrafiksasi. Sifat lain yang kurang menguntungkan adalah sangat peka terhadap elektrolit dan pH
alkali.

2.2.4 CMC
CMC adalah ester polimer selulosa yang larut dalam air dibuat dengan mereaksikan Natrium
Monoklorasetat dengan selulosa basa (Fardiaz, 1987). Menurut Winarno (1991), Natrium
karboxymethyl selulosa merupakan turunan selulosa yang digunakan secara luas oleh industri
makanan adalah garam Na karboxyl methyl selulosa murni kemudian ditambahkan Na kloroasetat
untuk mendapatkan tekstur yang baik.

Selain itu juga digunakan untuk mencegah terjadinya retrogradasi dan sineresis pada bahan
makanan. Adapun reaksi pembuatan CMC adalah sebagai berikut:
ROH + NaOH R-Ona + HOH
R-ONa + Cl CH2COONa RCH2COONa + NaCl
Carboxy Methyl Cellulose (CMC) merupakan turunan selulosa yang mudah larut dalam air.
Oleh karena itu CMC mudah dihidrolisis menjadi gulagula sederhana oleh enzim selulase dan
selanjutnya difermentasi menjadi etanol oleh bakteri (Masfufatun, 2010).
Carboxy Methyl Cellulose (CMC) adalah turunan dari selulosa dan ini sering dipakai dalam
industri makanan untuk mendapatkan tekstur yang baik. Fungsi CMC ada beberapa terpenting, yaitu
sebagai pengental, stabilisator, pembentuk gel,sebagai pengemulsi, dan dalam beberapa hal dapat
merekatkan penyebaran antibiotik (Winarno, 1985).
Sebagai pengemulsi, CMC sangat baik digunakan untuk memperbaiki kenampakan tekstur.
Sebagai pengental, CMC mampu mengikat air sehingga molekulmolekul air terperangkap dalam
struktur gel yang dibentuk oleh CMC (Manifie, 1989).
Untuk industri-industri makanan biasanya digunakan sukrosa dalam bentuk kristal halus atau
kasar dan dalam jumlah yang banyak dipergunakan dalam bentuk cairan sukrosa (sirup). Pada
pembuatan sirup gula pasir (sukrosa) dilarutkan dalam air dan dipanaskan, sebagian sukrosa akan
terurai menjadi glukosa dan sukrosa yang disebut gula invert (Winarno, 1995).

2.2.5. Penyempurnaan Kanji pada Kain

Tujuan penyempurnaan kanji pada kain adalah untuk memberkan lapisan film yang rata pada kain,
menyempurnakan kenampakan, menstabilkan dimensi dan menambah berat kain. Hasil penganjian
sangat dipengaruhi oleh viskositas larutan kanji dan penetrasinya pada serat.

2.2.6. Fiksasi Zat Kanji

Penyempurnaan menggunakan campuran zat kanji merupakan pelapisan serat dengan


lapisan film pelindung yang pada akhirnya lapisan tersebut harus mudah dihilangkan pada saat
proses penghilangan kanji. Oleh sebab itu, suatu ikatan yang terlalu kuat antara serat dan zat kanji
bukan merupakan hal yang utama. Lebih disukai ikatan tersebut berupa ikatan hidrogen atau van der
waals atau jenis ikatan elektrostatik yang relatif lemah, dan sifatnya fisik. Fiksasi tersebut dapat
berbentuk gaya-gaya dwikutub atau elektrolit. Suatu dwikutub listrik terdiri dari dua pusat dengan
muatan sama tapi berlawanan. δ+ dan δ -, terpisahkan dengan jarak yang kecil sekali. Banyak
molekul-molekul yang memperlihatkan sifat-sifat dwikutub karena bentuk geometri dan distribusi
dari muatan dalam ikatan intra-atomnya. Hal ini terlihat jelas pada molekul air yang memperlihatkan
karakter dwikutub yang kuat sekali.

Pada penghilangan kanji

Substansi kimia yang dikenal dengan elektrolit merupakan komposit ionic (asam, basa, garam) dan
disebut kation bila ionnya positif dan anion bila ionnya negatif. Zat-zat tersebut bersama dalam
bentuk terlarut dan mampu berlaku sebagai medium konduktif. Hal penting pada elaktrolit adalah
kelarutannya yang cepat berkat afinitasnya yang tinggi terhadap air, sehingga mudah dihilangkan
dalam pencucian.

Untuk kopolimer-kopolimer tertentu, pertambahan sifat kelarutannya diperoleh dengan konjugasi


dua gugusan, yaitu gugus dwikutub dan elektrolit yang berada pada molekul yang sama.
BAB III

PROSEDUR

3.1 Alat dan Bahan.

3.1.1. Alat :
Baker gelas 500 ml
Pengaduk
Mesin stenter
Setrika
Mesin padder
Timbangan digital
Kasa
3.1.2. Bahan :

Kain Poliester
Kanji PVA 5%
Tapioka 5%
CMC 5%

3.3 Fungsi Zat


PVA : Untuk memperbaiki kenampakan kain,memperbaiki kekakuan dan untuk menambah
kekuatan tarik pada bahan
Tapioka : Untuk memperbaiki kenampakan kain,memperbaiki kekakuan dan untuk menambah
kekuatan tarik pada bahan
CMC : Untuk memperbaiki kenampakan tekstur, mengikat air sehingga molekulmolekul air
terperangkap dalam struktur gel yang dibentuk oleh CMC

3.4 Diagram Alir


BAB IV

DATA PERCOBAAN

Tabel berat bahan kain


4.2 Hasil perhitungan evaluasi

Tabel evaluasi kekuatan Tarik dan mulur

Tabel evaluasi kelengkungan


Tabel kekauan

Kain contoh uji Kekakuan kain contoh uji


1 (Tapioka) 0,1 × 130 × (0,5 × 2,1)= 13,65 mg/cm 2 (CMC) 0,1 × 120 × (0,5 × 3,3)= 19,80 mg/cm
3 (PVA) 0,1 × 130 × (0,5 × 2,8)= 18,20 mg/cm

Tabel penambahan berat

Grafik kekuatan Tarik


BAB V
DISKUSI DAN KESIMPULAN

5.1. DISKUSI
Pada praktikum kali ini, dilakukan proses penyempurnaan penganjian pada kain poliester
dengan variasi kanji yang berbeda. Kain tersebut adalah kain yang belum dilakukan proses
pencelupan atau pencapan (kain masih putih) sehingga pori – pori serat belum tertutup zat –
zat apapun.
1. Penganjian dengan Tapioka
Larutan tapioka berbentuk gel yang transparan dan memberikan hasil finis yang tipis, mengkilap,
dan fleksibel pada serat, Namun kanji ini memiliki kelemahan yaitu stabilitas yang rendah, sangat
tergantung pada perubahan temperature dan cepat menggumpal (proses gellatinisasi), dan juga
lapisan film nya kurang kuat serta jika dilakukan penghilangan kanji akan sangat sulit melihat dari
daya rekat yang dihasilkan sangat tinggi. Penambahan kekuatan tariknya pun bisa dibilang lebih
rendah dibandingkan dengan jenis kanji PVA dan CMC, sehingga bisa disimpulkan bahwa
penggunaan kanji tapioca dengan jenis serat polyester kurang cocok, melihat dari syarat proses
sizing dianggap baik apabila:
- Mampu meningkatkan tahan gesek benang, walau pada mesin dengan rpm tinggi
- Mampu meningkatkan kekuatan tarik benang (standart: meningkat 75%) - Mampu
mempertahankan kelembutan (soft surface) dan fleksibilitas.
- Mampu mempertahankan daya mulur
- Mampu menyimpan kandungan air yang cukup untuk mencegah static electricity
- Mampu dihilangkan kanjinya dengan mudah
- Mampu bertahan dari serangan jamur dan cendawan.

2. Penganjian dengan PVA dan CMC


PVA merupakan kanji sintetik yang bersifat mudah larut dalam air, viskositas rendah, kekuatan
filmnya tinggi sehingga membuat penambahan kekuatan tariknya pun tinggi. Kanji ini pun
mudah dihilangkan dengan non-ionik surfaktan , proses oksidasi akan menyebabkan gugusan
alkohol berubah menjadi gugus aldehid, pada pembentukan gugus aldehid terjadi pemutusan
rantai molekul sehingga size PVA mudah larut dalam pencucian. Sifat dari kanji PVA hampir
sama dengan kanji CMC sehingga jika dilhat dari grafiknya sendiri pun perbedaan kekuatan
tariknya lebih baik dibandingkan dengan tapioca
5.2. KESIMPULAN
Dari hasil evaluasi yang didapatkan dapat disimpulkan bahwa pentingnya pemilihan
jenis kanji yang tepat terhadap serat tertentu.Dari data tersebut menunjukan nilai dari
penambahan kekuatan tarik berbanding lurus dengan mulur kainnya. Dan juga
penggunaan kanji PVA lebih baik digunakan untuk kain polyester dibandingkan dengan
tapioca dan CMC.
DAFTAR PUSTAKA

Miwitiingsun.blogspot.co.id/2013/01/sizing-process-proses-penganjian.html?m=1 (4 April
2016 21:20 WIB)
S. Hendroyantopo, dkk. 1998. Teknologi Penyempurnaan. Bandung : Sekolah Tinggi
Teknologi Tekstil.
Soeparman, Surdia, Budiarti, Hendrodyantopo. 1973. Teknologi Penyempurnaan. Bandung,
ITT.
Soeparman, Dkk. 1977. Teknologi Penyempurnaan Tekstil. Bandung : Institut Teknologi
Tekstil.

Anda mungkin juga menyukai