Lap. Lipatan Permanen
Lap. Lipatan Permanen
TEKNOLOGI PENYEMPURNAAN
Grup : 2K3
2. Desti M, S.ST.
I.1. Maksud
Agar praktikan dapat mempelajari prinsip-prinsip dasar proses penyempurnaan lipatan
permanen pada kain kapas dengan variasi katalis dengan evaluasi kekakuan kain.
1.2. Tujuan
1. Memberikan lipatan permanen pada kain kapas.
2. Mengetahui pengaruh variasi katalis pada proses penyempurnaan lipatan permanen
pada kain kapas.
3. Dapat mengevaluasi hasil penyempurnaan lipatan permanen pada kain kapas
dengan evaluasi kekakuan kain.
H OH CH2OH H OH CH2OH
OH H H O OH H H O OH
O
H H H H H H
OH OH H OH OH H
H O H O
O H O H
CH2OH H OH CH2OH H OH
Prakondensat
Saat ini banyak prakondensat yang telah diproduksi oleh pabrik-pabrik kimia dengan
berbagai nama dagang misalnya turunan dari urea, etilena urea, triazon, dan
hidroksietilena urea.
Resin untuk penyempurnaan tesktil dapat digolongkan ke dalam dua kelompok
sebagai berikut:
1. Resin self crosslinking misalnya dimetilol urea (DMU)
Disamping terjadi ikatan yang membentuk resin, resin tersebut juga mengikat gugus
hidroksil serat membentuk jembatan eter. Dengan demikian resin dapat
menghubungkan rantai-rantai molekul selulosa yang berdekatan sehingga terjadi
ikatan silang antar molekul selulosa melalui jembatan resin.
Kain yang disempurnakan dengan zat ini mempunyai sifat lipatan permanen yang
baik, pegangan tidak kaku dan stabilitas dimensinya baik. Senyawa-senyawa tersebut
pada umumnya memiliki dua gugus hidroksil sehingga bersifat bifungsional yang
dapat membentuk ikatan silang dengan selulosa. Kelompok self crosslinking
cenderung berpolimerisasi sendiri dan mengisi ruang-ruang antar molekul selulosa
dengan resin yang sangat kompleks, tetapi hanya sedikit membentuk ikatan silang.
Kelompok reaktan cenderung membentuk polimer-polimer pendek tetapi banyak
berikatan silang dengan molekul selulosa.
Jadi penyempurnaan resin selain lipatan permanen juga dapat mengakibatkan hal-hal
lain yang menguntungkan yaitu:
1. Sifat kering halus setelah pencucian
2. Dapat diperoleh efek awet dengan perlakuan mekanik sebagai tahap antara
4. Menambah kekuatan tarik kering dan kekuatan tarik basah dari rayon
5. Menambah daya tahan luntur terhadap pencucian dan gosokan dari kebanyakan zat
warna
8. Menambah berat
10. Menambah daya tahan terhadap distorsi dari kain, bentuk, dan kesegaran pakaian
dapat dipertahankan
12. Menambah daya tahan terhadap degradasi akibat cahaya dan udara
Masalah Dalam Penyempurnaan Resin
1. Kelarutan kurang baik
4. Bau formaldehida
5. Bau anyir
8. Retensi khlor
9. Penurunan kekuatan
Resin DMDHEU termasuk ke dalam golongan resin siklik yang dikenal sebagai resin
reaktan, karena lebih banyak bereaksi dengan selulosa daripada dengan senyawanya
sendiri. Senyawa resin prakondensat tersebut mempunyai dua gugusan yang aktif
yang apabila dipanaskan dapat bereaksi dengan gugusan hidroksil dari senyawa
selulosa dan membentuk ikatan silang.
DMDHEU juga dikenal dengan nama dimetil glioksal monourea (1,3- dirnetilol -4, 5-
dihidroksi-2-imidazolidinon). DMDHEU dapat diperoleh dengan mereaksikan urea,
glioksal dan formaldehida dengan perbandingan 1:1:2
.
Keuntungan-keuntungan dalam penggunaan reaktan DMDHEU ini adalah :
Ikatan cincinnya yang sangat stabil menyebabkan resin sukar pecah sehingga
tidak terbentuk resin permukaan dan hasil pengerjaannnya tidak kaku.
Ketahanan terhadap serangan klor lebih baik karena tidak meilgandung gugus
-NH- bebas.
Lebih ekonomis karena lebih banyak bereaksi dengan selulosa daripada antar
molekui itu sendiri.
2.5. Katalis
Katalis adalah zat yang dapat mempengaruhi laju reaksi kimia tanpa mengalami
perubahan reaksi kirnia dan pada umumnya berupa asam atau senyawa lain yang
dapat melepaskan asam pada suhu tinggi.
Jadi secara jelas dapat diketahui fungsi katalis adalah untuk membantu terjadinya
reaksi ikatan silang dan pereaksi, dengan efek pendegradasian terhadap tekstil yang
minimum, misalnya pengurangan kekuatan serat karena hidrolisa ikatan rantai
molekul, pewarnaan dan lain-lain. Katalis sebenarnya merupakan donor proton untuk
mendorong terjadinya reaksi polimerisasi darnsenyawa N-metilol dengan gugus-
gugus -OH dari selulosa dengan tidak menurunkan stabilitas larutan prakondensat.
Pemilihan katalis tergantung macam serat atau kain yang akan disempurnakan, dan
jenis dari pengikat silang yang akan dipakai. Konsentrasi donor asam harus diatur
sesui dengan jenis dan jumlah pengikat silang serta kondisi proses, sehingga tercapai
reaksi optimal dari pengikat silang tanpa terjadinya hidrolisa dari selulosa.
Biasanya katalis yang digunakan dalam jumlah seperti yang tertera pada
Tabel berikut:
Merupakan garam-garam klorida, sulfat, nitrat, dan fosfat dimana ion ammonium
akan terdekomposisi dan membebaskan proton dalam suatu tahap reaksi tunggal.
Mempunyai sifat sangat efektif dan sangat cocok untuk mendapatkan kelenturan
optimum yada kain kapas
Seperti etanol amina, penggunaan katalis ini sangat mudah karena lebih stabil danpada
garam asam.Biasanya digunakan sebagai katalis resin melamin dan resin urea.
Kekurangan jenis ini adalah tidak bisa digabungkan dengan tipe resin emulsi
Hidrat-hidrat dari magnesium klorida, seng nitrat, juga seng klorida, merupakan
kompleks air, atau asam air yang pada suhu tinggi, dengan terbentuknya hidrokso
akan melepaskan proton dalam jurnlah kecil yang diperlukan untuk reaksi asetilisasi
dari senyawa-sen),awa N-metilol . Sangat cocok untuk kain kapas, polyester kapas
dan rayon.
Asam organik seperti asam asetat, asam maleat, dan lain-lain . Jenis ini Jarang
digunakan secara tunggal tetapi digabung dengan katalis lain. dan biasanya hanya
membantu fiksasi katalis
Dengan demikian karakreristik garam katalis ditentukan oleh dua hal, antara lain:
Derajat penguraian garam menrpengaruhi kestabilan garam dan kondisi (suhu dan
waktu) penguraian. Garam-garam yang sukar mengurai akarr stabil dalam persediaan
dan memerlukan temperatur yang lebih tinggi serta waktu yang lebih lama untuk
proses penguraiannya, sedangkan derajat ionisasi menentukan kemarnpuan kerja
katalis dan mempengaruhi derafat kerusakan serat kapas yang diproses. Asam-asam
yang mudah terionisasi akan mempermudah laju reaksi, tetapi mudah merusak serat.
Karena ikut menentukan sifat akhir bahan, katalis apapun yang digunakan, yang
penting ialah jumlah penggunaannya. Bila digunakan terlalu banyak resin akan
dihidrolisa oleh kelebihan asam, sedang apabila penggunaannya terlalu sedikit,
kondensat tidak terbentuk menjadi resin dengan semestinya.
III. METODE PRAKTIKUM
III.1. Alat dan Bahan
Alat:
Nampan plastik
Cangkir plastik
Pengaduk kayu
Piala gelas 500ml
Gelas ukur 50ml
Timbangan
Mesin padder
Mesin stenter
Heating press
Bahan:
Kain kapas
Reaktan
Katalis
Air
3.2. Diagram Alir
3.4. Resep
Resep Larutan Resin
Reaktan : 80 g/l
Katalis : 20% dari resin
WPU : 70%, 2 menit
Drying : 100°C, 2 menit
Hot Plate : 170°C, 2 menit
Air : 200 ml
Padding Drying
IV.2. Evaluasi
pH larutan
Dengan Katalis:7
Tanpa Katalis :7
Pengujian Kekakuan
HASIL EVALUASI
Dengan Katalis Tanpa Katalis
D1 2,25 cms 2,55 cms
D2 2,25 cms 2,45 cms
B1 2,1 cmc 2,60 cms
B2 2,1 cms 2,55 cms
V. DISKUSI
Berdasarkan hasil praktikum penyempurnaan lipatan permanen pada empat variasi katalis,
didapat hasil yang berbeda. Proses penyempurnaan lipatan permanen menggunakan resin
DMDHEU sebesar 80 g/l dengan suhu hot plate 170°C. Hasil yang didapat memiliki
perbedaan. Hasil tersebut dapat kita lihat dari evaluasi dan data percobaan. Kain dengan
lipatan permanen yang baik adalah kain yang lipatannya tidak hilang/tidak berubah ketika
lipatan terbuka.
Katalis digunakan mempengaruhi laju reaksi kimia tanpa mengalami perubahan reaksi
kimia dan pada umumnya berupa asam atau senyawa lain yang dapat melepasakan asam
pada suhu tinggi. Katalis merupakan donor proton untuk mendorong terjadinya reaksi
polimerisasi dengan tidak menurunkan stabilitas larutan prakondensat. Pemilihan katalis
tergantung jenis dan kereaktifan resin, jenis serat, sifat-sifat yang diinginkan pada bahan
dan pengaruhnya terhadap derajat putih atau warna bahan.
1. Tanpa penambahan katalis
Sesuai dengan fungsinya, katalis untuk mendorong terjadinya reaksi antara resin
dengan serat. Tanpa di tambahkannya katalispun resin dapat berpolimerisasi karena
pada resin terdapat Prakondensat yang akan menyebabkan ikatan silang dapat terjadi
antara gugus reaktif dari selulosa –OH dan gugus reaktif dari resin. namun butuh
waktu yang lebih lama ketimbang dengan di tambahkannya katalis.
Kain tanpa penambahan katalis pada prosesnya dapat nilai kekakuan rata-rata 2,4 cms
2. Dengan penambahan katalis
Faktor yang mempengaruhi penyempurnaan lipatan permanen pada kain kapas
diantaranya adalah konnsentrasi resin, konsentrasi katalis. Pada prosesnya pembuatan
laruran resin lipatan permanen di perlukan zat pembantu, diantaranya yaitu katalis, zat
ini bekerja mempercepat reaksi polimerisasi dan pembentukan ikatan silang.
Penambahan katalis di lakukan paling akhir sebelum kain di rendam. Hal ini di
lakukan untuk menghindari terjadinya proses polimerisasi dini larutan resin sehingga
kinerja katalis lebih maksimal.
Kain tanpa penambahan katalis pada prosesnya dapat nilai kekakuan rata-rata 2,17
cms
Sesuai pernyataan di atas, kain dengan lipatan permanen yang baik adalah kain yang
lipatannya tidak hilang/tidak berubah ketika lipatan terbuka. Lipatan yang tidak hilang saat
lipatan terbuka adalah kain dengan variasi tanpa katalis. Namun kekakuan lebih tinggi.
Kain dengan variasi tambahan katalis kekakuannya lebih rendah.
Jika sesuai dengan teori seharusnya kain yang lebih permanen lipatannya adalah variasi
kain yang menggunakan katalis. Hal ini dapat terjadi oleh beberapa faktor diantaranya:
resin dengan katalis berpolimerisasi dini, katalis yang di gunakan berkurang
konsentrasinya karena terlalu lama di simpan, ataupun dari faktor praktikan itu sendiri.
VI. KESIMPULAN
Dari hasil praktikum dapat di simpulkan bahwa:
Dengan penambahan katalis pada proses dapat mengakitbatkan turunnya kekakuan pada
hasil evaluasi.
Susyami, N.M., S.Teks., M.Si., dkk. Bahan Ajar Praktek Teknologi Penyempurnaan
Kimia. Bandung : Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil.
Lewedag D, resin finishing of cellulosic fibre materials, BASF, 1968