Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI PENYEMPURNAAN

Pengaruh Variasi Katalis Pada Proses Penyempurnaan Lipatan Permanen


Menggunakan Kain Kapas

Disusun Oleh Kelompok 3


Nabila Maulidiyah (16020068)

Amalia Yustika (16020074)

Muchdiat Abdul Razak (16020075)

Moch Iklil Hamdani (16020082)

Nur Azizah Nasution (16020088)

Maulya Ekaningtyas (16020095)

Grup : 2K3

Dosen : Wulan S, S.ST, M.T.

Asisten : 1. Ir. Elly K, Bk. Teks, M.Pd.

2. Desti M, S.ST.

PROGRAM STUDI KIMIA TEKSTIL


POLITEKNIK SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TEKSTIL
BANDUNG
2018
I. MAKSUD DAN TUJUAN

I.1. Maksud
Agar praktikan dapat mempelajari prinsip-prinsip dasar proses penyempurnaan lipatan
permanen pada kain kapas dengan variasi katalis dengan evaluasi kekakuan kain.

1.2. Tujuan
1. Memberikan lipatan permanen pada kain kapas.
2. Mengetahui pengaruh variasi katalis pada proses penyempurnaan lipatan permanen
pada kain kapas.
3. Dapat mengevaluasi hasil penyempurnaan lipatan permanen pada kain kapas
dengan evaluasi kekakuan kain.

II. DASAR TEORI

II.1. Serat Kapas


Bentuk serat kapas seperti tulang anjing apabila dilihat secara melintang dan apabila
dilihat membujur akan terlihat berpilin seperti pita.
Kekuatan serat kapas terutama dipengaruhi oleh kadar Selulosa dalam serat, Panjang
rantai dan orientasi. Kekuatan Serat kapas rata-rata adalah 96.700 pound/inchi2
dengan minimum 70.000 dan maksimum 116.000. Kekuatan Serat pada umumnya
menurun pada keadaan basah. Serat kapas mempunyai afinitas yang besar terhadap
air, dan air mempunyai pengaruh yang nyata pada sifat-sifat serat. Serat kapas yang
sangat kering bersifat kasar, rapuh, dan kekuatan rendah. MR Serat kapas bervariasi
dengan perubahan kelembaban relative atmosfir sekelilingnya. MR Serat kapas pada
kondisi standar berkisar antara 7-8,5%.
Mulur saat putus serat kapas sangat tinggi kira-kira 2x Mulur rami diantara serat-serat
alam hanya wol dan sutra yang mempunyai mulur lebih tinggi, mulur serat kapas
berkisar antara 4 – 13%. Serat kapas pada umumnya tahan terhadap kondisi
penyimpanan, pengolahan dan pemakaian yang normal. Asam-asam menyebabkan
hidrolisa ikatan-ikatan glukosa dalam rantai selulosa membentuk hidroselulosa.pada
larutan alkali memiliki sedikit pengaruh pada kapas, kecuali alkali kuat dengan
konsentrasi yang tinggi menyebabkan penggelembungan yang besar pada serat seperti
dalam proses merserisasi.
Serat kapas tersusun atas selulosa. Selulosa merupakan polimer linear yang tersusun
dari kondensasi molekul glukosa. Struktur molekul selulosa dapat dilihat pada gambar
2.1 dibawah ini.

H OH CH2OH H OH CH2OH
OH H H O OH H H O OH
O
H H H H H H
OH OH H OH OH H
H O H O
O H O H
CH2OH H OH CH2OH H OH

Gambar 2.1 SRUKTUR KIMIA SELULOSA


(Sumber : Soepriyono.P,S.Teks, Serat-serat tekstil, ITT, Bandung, 1973, hal 45)

Struktur fisika selulosa


Pada serat kapas terdapat bagian amorf dan kristalin, dimana bagian amorf
mempunyai daya serap yang lebih besar daripada bagian kristalin tetapi kekuatannya
lebih kecil daripada bagian kristalin. Pada bagian kristalin, letak antara, molekul
selulosanya tersusun dengan sangat teratur dan sejajar satu sama lain. Sedangkan pada
bagian amorf, jarak antara molekul selulosanya tidak beraturan dan susunannya acak.

2.2 Penyempurnaan Resin

Penyempurnaan Lipatan permanen (Durable Pleat)


Penyempurnaan resin termasuk penyempurnaan secara kimia. Pada penyempurnaan
ini digunakan resin sintetik, yaitu senyawa organik yang rumit dan mempunyai berat
molekul tinggi. Penggunaan resin sintetik di bidang tekstil mula-mula dilakukan pada
kira-kira tahun 1930 oleh Fould, Marsh, dan Wood dari Tootal Broadhurst Lee Co.
Ltd, Manchester, Inggris, untuk memperbaiki ketahanan kusut bahan-bahan dari kapas
, rayon, linen dan serat-serat selulosa lainnya.
Selanjutnya juga diketahui bahwa resin tidak hanya dapat digunakan untuk
memperbaiki ketahanan kusut tetapi juga stabilitas dimensi bahan, sehingga
mengurangi mengkeret dalam proses pencucian. Resin dapat digunakan untuk
membuat kain menjadi kaku secara permanen, dan dapat pula memberikan sifat
termoplastik yang memungkinkan diperolehnya efek penyempurnaan yang lebih awet
pada proses-proses penempurnaan mekanik seperti luster, calendering, embossing,
dan sebagainya.
Penyempurnaan untuk membuat bahan-bahan dari selulosa menjadi tahan kusut
(crease resistant) merupakan penemuan sangat penting. Penemuan ini merupakan
awal dari produk-produk wash and wear, drip-dry, durable/permanent press. Dewasa
ini resin merupakan salah satu bahan penyempurnaan yang paling banyak dipakai.
Penyempurnaan lipatan permanen merupakan suatu proses pemberian lipatan yang
bersifat permanen pada kain tertentu untuk keperluan tertentu. Proses lipatan
permanen merupakan salah satu proses penyempurnaan tekstil menggunakan resin
yang juga memberikan sifat tahan kusut, kestabilan dimensi dan lain sebagainya.

Hubungan Resin Dengan Struktur Serat


Pada waktu penemuan proses penyempurnaan tahan kusut, resin sintetik yang banyak
dipakai adalah hasil kondensasi urea dan formaldehida. Kemudian terutama di
Amerika, digunakan resin melamin formaldehida. Kedua resin tersebut memiliki
beberapa kelemahan sehingga selanjutnya tidak banyak digunakan lagi dan diganti
dengan resin lain yang umumnya juga digunakan formaldehida sebagai salah satu
komponennya.
Pada proses penyempurnaan resin harus dibentuk di dalam serat karena resin pada
permukaan akan menyebabkan kekakuan bahan yang tinggi. Resin terbentuk bila
sejumlah molekul-molekul sederhana dengan berat molekul rendah bergabung dengan
molekul yang jauh lebih panjang, baik linier maupun siklik. Pada saat berlangsungnya
reaksi penggabungan (polimerisasi) dapat terbentuk cabang-cabang atau ikatan-ikatan
silang.
Agar polimer terbentuk di dalam serat mula-mula serat direndam peras dalam larutan
monomer resin atau molekul-molekul resin yang ukurannya masih kecil
(prakondensat) sehingga memungkinkannya masuk ke dalam serat. Setelah itu
pembentukan resin dapat dilanjutkan dengan memberikan kondisi polimerisasi yang
sesuai.

Prakondensat
Saat ini banyak prakondensat yang telah diproduksi oleh pabrik-pabrik kimia dengan
berbagai nama dagang misalnya turunan dari urea, etilena urea, triazon, dan
hidroksietilena urea.
Resin untuk penyempurnaan tesktil dapat digolongkan ke dalam dua kelompok
sebagai berikut:
1. Resin self crosslinking misalnya dimetilol urea (DMU)

2. Reaktan, misalnya dimetiloldihidroksietilena urea (DMDHEU), dsb

Reaksi yang terjadi pada kondensasi atau polimerisasi resin adalah :


Pembentukan jembatan metilen
N-CH2-N-CH2OH + H2O → N-CH2-N-CH2OH + H2O
Pembentukan jembatan eter
N-CH2OH + CH2OH-N → N-CH2-O-CH2-N + H2O
Pembentukan jembatan metilen dengan pengeluaran air dan formaldehid
N-CH2OH + CH2OH-N → N-CH2-N + H2O + H2O

Disamping terjadi ikatan yang membentuk resin, resin tersebut juga mengikat gugus
hidroksil serat membentuk jembatan eter. Dengan demikian resin dapat
menghubungkan rantai-rantai molekul selulosa yang berdekatan sehingga terjadi
ikatan silang antar molekul selulosa melalui jembatan resin.

2 sell-OH + OH-CH2-resin-CH2-OH → sell-O-CH2-resin-CH2-O-sell + 2H2O

Kain yang disempurnakan dengan zat ini mempunyai sifat lipatan permanen yang
baik, pegangan tidak kaku dan stabilitas dimensinya baik. Senyawa-senyawa tersebut
pada umumnya memiliki dua gugus hidroksil sehingga bersifat bifungsional yang
dapat membentuk ikatan silang dengan selulosa. Kelompok self crosslinking
cenderung berpolimerisasi sendiri dan mengisi ruang-ruang antar molekul selulosa
dengan resin yang sangat kompleks, tetapi hanya sedikit membentuk ikatan silang.
Kelompok reaktan cenderung membentuk polimer-polimer pendek tetapi banyak
berikatan silang dengan molekul selulosa.
Jadi penyempurnaan resin selain lipatan permanen juga dapat mengakibatkan hal-hal
lain yang menguntungkan yaitu:
1. Sifat kering halus setelah pencucian

2. Dapat diperoleh efek awet dengan perlakuan mekanik sebagai tahap antara

3. Mengurangi pengerutan akibat pencucian

4. Menambah kekuatan tarik kering dan kekuatan tarik basah dari rayon

5. Menambah daya tahan luntur terhadap pencucian dan gosokan dari kebanyakan zat
warna

6. Mengurangi imbibisi air dan mempercepat pengeringan

7. Memperbaiki pegangan (handle) dan drape kain

8. Menambah berat

9. Memperbaiki daya tahan terhadap penggelinciran dan pengoyakan

10. Menambah daya tahan terhadap distorsi dari kain, bentuk, dan kesegaran pakaian
dapat dipertahankan

11. Pengemban bagi zat tahan api

12. Menambah daya tahan terhadap degradasi akibat cahaya dan udara
Masalah Dalam Penyempurnaan Resin
1. Kelarutan kurang baik

2. Stabilitas larutan kurang

3. Lapisan permukaan pada bahan berwarna

4. Bau formaldehida

5. Bau anyir

6. Pengaruh pada warna putih akan menjadi kekuningan

7. Perubahan warna atau ketahanan luntur warna terhadap sinar

8. Retensi khlor

9. Penurunan kekuatan

10. Pegangan kaku

2.4 Resin Dimetilol Dihidroksi Etilena Urea ( DMDHEU )

Resin DMDHEU termasuk ke dalam golongan resin siklik yang dikenal sebagai resin
reaktan, karena lebih banyak bereaksi dengan selulosa daripada dengan senyawanya
sendiri. Senyawa resin prakondensat tersebut mempunyai dua gugusan yang aktif
yang apabila dipanaskan dapat bereaksi dengan gugusan hidroksil dari senyawa
selulosa dan membentuk ikatan silang.

DMDHEU juga dikenal dengan nama dimetil glioksal monourea (1,3- dirnetilol -4, 5-
dihidroksi-2-imidazolidinon). DMDHEU dapat diperoleh dengan mereaksikan urea,
glioksal dan formaldehida dengan perbandingan 1:1:2

.
Keuntungan-keuntungan dalam penggunaan reaktan DMDHEU ini adalah :

 Ikatan cincinnya yang sangat stabil menyebabkan resin sukar pecah sehingga
tidak terbentuk resin permukaan dan hasil pengerjaannnya tidak kaku.

 Ketahanan terhadap serangan klor lebih baik karena tidak meilgandung gugus
-NH- bebas.

 Lebih ekonomis karena lebih banyak bereaksi dengan selulosa daripada antar
molekui itu sendiri.

 Hasil pengerjaan tahan terhadap pencucian berulang

Kekurangan dari penggunaan resin reaktarr ini adalah tejadinya penurunan


kekuatan serat yang besar.

2.5. Katalis

Katalis adalah zat yang dapat mempengaruhi laju reaksi kimia tanpa mengalami
perubahan reaksi kirnia dan pada umumnya berupa asam atau senyawa lain yang
dapat melepaskan asam pada suhu tinggi.

Pada saat berlangsungnya proses polimerisasi resin sintetik dalam bentuk


prakondensat, sangat dibutuhkan adanya suasana asam dan pemanasan. Suasana asam
tersebut baru boleh ada pada waktu proses curing, sedangkan sebelum proses tersebut
suasana tidak boleh asam karena akan merusak kestabilan larutan pra kondensat.
Untuk itulah digunakan katalis yaitu sebagai katalisator pada proses polimerisasi.
Sifat tersebut baru timbul setelah katalis menghasilkan suasana asam yaitu pada
waktu curing.

Jadi secara jelas dapat diketahui fungsi katalis adalah untuk membantu terjadinya
reaksi ikatan silang dan pereaksi, dengan efek pendegradasian terhadap tekstil yang
minimum, misalnya pengurangan kekuatan serat karena hidrolisa ikatan rantai
molekul, pewarnaan dan lain-lain. Katalis sebenarnya merupakan donor proton untuk
mendorong terjadinya reaksi polimerisasi darnsenyawa N-metilol dengan gugus-
gugus -OH dari selulosa dengan tidak menurunkan stabilitas larutan prakondensat.
Pemilihan katalis tergantung macam serat atau kain yang akan disempurnakan, dan
jenis dari pengikat silang yang akan dipakai. Konsentrasi donor asam harus diatur
sesui dengan jenis dan jumlah pengikat silang serta kondisi proses, sehingga tercapai
reaksi optimal dari pengikat silang tanpa terjadinya hidrolisa dari selulosa.

Dalam penyempurnaan kapas dengan resin reaksi polikondensasi biasaanya terjadi


pada suhu tinggi srnsana asam. Maka katalisator yang diguna-kan biasanya katalisator
asam laten yang mempunyai sifat netral atau stabil dalam larutan pada suhu kamar,
tetapi dapat melepaskan atau membentuk asain pada suhu tinggi.

Biasanya katalis yang digunakan dalam jumlah seperti yang tertera pada

Tabel berikut:

Banyaknya (%) dari jumlah kondensat


Katalis
yang digunakan
Mono dan diamonium sulfat 4–5
Ammonium Klorida 2–5
Ammonium Nitrat 2–5
Ammonium Sulfat 5–6
Garam Logam 7 – 20
Sumber ; Lewedag D, resin finishing of cellulosic fibre materials, BASF, 1968

Terdapat empat macam katalis, yaitu:

1. Katalis garam ammonium

Merupakan garam-garam klorida, sulfat, nitrat, dan fosfat dimana ion ammonium
akan terdekomposisi dan membebaskan proton dalam suatu tahap reaksi tunggal.
Mempunyai sifat sangat efektif dan sangat cocok untuk mendapatkan kelenturan
optimum yada kain kapas

2. Katalis garam amino

Seperti etanol amina, penggunaan katalis ini sangat mudah karena lebih stabil danpada
garam asam.Biasanya digunakan sebagai katalis resin melamin dan resin urea.
Kekurangan jenis ini adalah tidak bisa digabungkan dengan tipe resin emulsi

3. Katalis garam-garam logam

Hidrat-hidrat dari magnesium klorida, seng nitrat, juga seng klorida, merupakan
kompleks air, atau asam air yang pada suhu tinggi, dengan terbentuknya hidrokso
akan melepaskan proton dalam jurnlah kecil yang diperlukan untuk reaksi asetilisasi
dari senyawa-sen),awa N-metilol . Sangat cocok untuk kain kapas, polyester kapas
dan rayon.

4. Katalis asam organik

Asam organik seperti asam asetat, asam maleat, dan lain-lain . Jenis ini Jarang
digunakan secara tunggal tetapi digabung dengan katalis lain. dan biasanya hanya
membantu fiksasi katalis

Tahapan yang terjadi sebelum berfungsi sebagai katalis:

1. Garam akan mengurai pada temperatur tertentu untuk rnelepaskan asam


2. Kernudran asam yang dilepaskan akan berionisasi menjadi ion-ion hidrogen dan
sisa asam.
3. Ion-ion hidrogen ini kemudian akan bertindak mempercepat laju reaksi.

Dengan demikian karakreristik garam katalis ditentukan oleh dua hal, antara lain:

1. Derajat ionisasi (penguraian) gararn


2. Derajat ionisasi asam yang dilepaskan

Derajat penguraian garam menrpengaruhi kestabilan garam dan kondisi (suhu dan
waktu) penguraian. Garam-garam yang sukar mengurai akarr stabil dalam persediaan
dan memerlukan temperatur yang lebih tinggi serta waktu yang lebih lama untuk
proses penguraiannya, sedangkan derajat ionisasi menentukan kemarnpuan kerja
katalis dan mempengaruhi derafat kerusakan serat kapas yang diproses. Asam-asam
yang mudah terionisasi akan mempermudah laju reaksi, tetapi mudah merusak serat.

Karena ikut menentukan sifat akhir bahan, katalis apapun yang digunakan, yang
penting ialah jumlah penggunaannya. Bila digunakan terlalu banyak resin akan
dihidrolisa oleh kelebihan asam, sedang apabila penggunaannya terlalu sedikit,
kondensat tidak terbentuk menjadi resin dengan semestinya.
III. METODE PRAKTIKUM
III.1. Alat dan Bahan
Alat:

 Nampan plastik
 Cangkir plastik
 Pengaduk kayu
 Piala gelas 500ml
 Gelas ukur 50ml
 Timbangan
 Mesin padder
 Mesin stenter
 Heating press
Bahan:
 Kain kapas
 Reaktan
 Katalis
 Air
3.2. Diagram Alir

Membuat lipatan pada kain

Setrika lipatan pada kain

Menyiapkan larutan padding


dan kain

Proses padding larutan


lipatan permanen, WPU 70%

Proses pengeringan pada


suhu 100°C selama 2 menit

Proses Heating Press pada


suhu 170°C selama 1 menit

Evaluasi (Kekakuan Kain)


3.3. Cara Kerja
1. Melipat kain berbentuk kipas
2. Setrika kain yang sudah dilipat
3. Menghitung dan menimbang resep yang dibutuhkan
4. Menambahkan resin reaktan kedalam air sambil diaduk untuk mencegah
penggumpalan.
5. Merendam kain pada larutan penyempurnaan lipatan permanen ke nampan plastik
6. Memeras kain pada mesin padder dengan WPU 70%
7. Melakukan pengeringan dengan suhu 100oC selama 2 menit
8. Menyetrika kain menggunakan hot plate
9. Melakukan evaluasi kain hasil penyempurnaan lipatan permanen dengan uji
kekakuan

3.4. Resep
Resep Larutan Resin
 Reaktan : 80 g/l
 Katalis : 20% dari resin
 WPU : 70%, 2 menit
 Drying : 100°C, 2 menit
 Hot Plate : 170°C, 2 menit
 Air : 200 ml

3.5 Fungsi Zat


 Reaktan : resin dengan senyawa kimia Dimetilol Dihidroksi Etilen Urea
(DMDHEU) yang akan mengisi pori-pori serat pada saat berpolimerisasi
seehingga setelah diresin menghasilkan kain dengan lipatan permanen.
 Katalis : katalis dari jenis garam asam yang banyak digunakan pada
penyempurnaan resin, menghasilkan HCl untuk memberi suasana asam dalam
polimerisasi resin.
3.5 Skema Proses

Padding Drying

Perendaman Hot plate

IV. DATA PENGAMATAN


IV.1. Perhitungan resep
80
 Reaktan : x 200=16 g/l
1000
20
 Katalis : 16 x =3,2 g/l
100
 Air : 200 ml

IV.2. Evaluasi
 pH larutan
 Dengan Katalis:7
 Tanpa Katalis :7

 Pengujian Kekakuan
HASIL EVALUASI
Dengan Katalis Tanpa Katalis
D1 2,25 cms 2,55 cms
D2 2,25 cms 2,45 cms
B1 2,1 cmc 2,60 cms
B2 2,1 cms 2,55 cms
V. DISKUSI
Berdasarkan hasil praktikum penyempurnaan lipatan permanen pada empat variasi katalis,
didapat hasil yang berbeda. Proses penyempurnaan lipatan permanen menggunakan resin
DMDHEU sebesar 80 g/l dengan suhu hot plate 170°C. Hasil yang didapat memiliki
perbedaan. Hasil tersebut dapat kita lihat dari evaluasi dan data percobaan. Kain dengan
lipatan permanen yang baik adalah kain yang lipatannya tidak hilang/tidak berubah ketika
lipatan terbuka.
Katalis digunakan mempengaruhi laju reaksi kimia tanpa mengalami perubahan reaksi
kimia dan pada umumnya berupa asam atau senyawa lain yang dapat melepasakan asam
pada suhu tinggi. Katalis merupakan donor proton untuk mendorong terjadinya reaksi
polimerisasi dengan tidak menurunkan stabilitas larutan prakondensat. Pemilihan katalis
tergantung jenis dan kereaktifan resin, jenis serat, sifat-sifat yang diinginkan pada bahan
dan pengaruhnya terhadap derajat putih atau warna bahan.
1. Tanpa penambahan katalis
Sesuai dengan fungsinya, katalis untuk mendorong terjadinya reaksi antara resin
dengan serat. Tanpa di tambahkannya katalispun resin dapat berpolimerisasi karena
pada resin terdapat Prakondensat yang akan menyebabkan ikatan silang dapat terjadi
antara gugus reaktif dari selulosa –OH dan gugus reaktif dari resin. namun butuh
waktu yang lebih lama ketimbang dengan di tambahkannya katalis.
Kain tanpa penambahan katalis pada prosesnya dapat nilai kekakuan rata-rata 2,4 cms
2. Dengan penambahan katalis
Faktor yang mempengaruhi penyempurnaan lipatan permanen pada kain kapas
diantaranya adalah konnsentrasi resin, konsentrasi katalis. Pada prosesnya pembuatan
laruran resin lipatan permanen di perlukan zat pembantu, diantaranya yaitu katalis, zat
ini bekerja mempercepat reaksi polimerisasi dan pembentukan ikatan silang.
Penambahan katalis di lakukan paling akhir sebelum kain di rendam. Hal ini di
lakukan untuk menghindari terjadinya proses polimerisasi dini larutan resin sehingga
kinerja katalis lebih maksimal.
Kain tanpa penambahan katalis pada prosesnya dapat nilai kekakuan rata-rata 2,17
cms

Sesuai pernyataan di atas, kain dengan lipatan permanen yang baik adalah kain yang
lipatannya tidak hilang/tidak berubah ketika lipatan terbuka. Lipatan yang tidak hilang saat
lipatan terbuka adalah kain dengan variasi tanpa katalis. Namun kekakuan lebih tinggi.
Kain dengan variasi tambahan katalis kekakuannya lebih rendah.
Jika sesuai dengan teori seharusnya kain yang lebih permanen lipatannya adalah variasi
kain yang menggunakan katalis. Hal ini dapat terjadi oleh beberapa faktor diantaranya:
resin dengan katalis berpolimerisasi dini, katalis yang di gunakan berkurang
konsentrasinya karena terlalu lama di simpan, ataupun dari faktor praktikan itu sendiri.

VI. KESIMPULAN
Dari hasil praktikum dapat di simpulkan bahwa:
Dengan penambahan katalis pada proses dapat mengakitbatkan turunnya kekakuan pada
hasil evaluasi.

VII. DAFTAR PUSTAKA


Hendrodyantopo, S., S.Teks. M.M, dkk. 1998. Teknologi Penyempurnaan. Bandung:
Sekolah Tinggi Tekstil.

Susyami, N.M., S.Teks., M.Si., dkk. Bahan Ajar Praktek Teknologi Penyempurnaan
Kimia. Bandung : Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil.
Lewedag D, resin finishing of cellulosic fibre materials, BASF, 1968

Anda mungkin juga menyukai