Anda di halaman 1dari 79

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN

PENENTUAN STABILITAS ANTIBIOTIK TABLET


AMOKSISILIN 500 mg DI PT KIMIA FARMA Tbk. PLANT
JAKARTA

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh derajat Ahli


Madya Sains (A.Md.Si) di Program Studi D III Analisis Kimia

Disusun oleh:

Devita Wijiyanti
NIM : 15231002

PROGRAM STUDI DIII ANALISIS KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2018
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN

PENENTUAN STABILITAS ANTIBIOTIK TABLET


AMOKSISILIN 500 mg DI PT KIMIA FARMA Tbk. PLANT
JAKARTA

STABILITY OF AMOXICILLIN ANTIBIOTICS 500 mg IN PT


KIMIA FARMA Tbk. PLANT JAKARTA

Disusun oleh:

Devita Wijiyanti
NIM : 15231002

PROGRAM STUDI DIII ANALISIS KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2018

i
ii
iii
iv
MOTTO

‘’Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di


antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu
pengetahuan beberapa derajat ‘’
(Q.s. al-Mujadalah : 11)

“ DREAM IT, WISH IT, DO IT,


YOU’R MY REASON !”

“Kembali dalam keadaan sebaik-


baiknya”

v
HALAMAN PERSEMBAHAN

Laporan akhir ini adalah bagian dari ibadahku kepada Allah SWT, karena
setiap langkah ku gantungkan kepada-Nya. Terima kasih ya Rabb, selalu
mengasihi dan membantuku dalam menyelesaikan setiap tugasku, tanpa “kun
fayakun” dari-Mu ibadah ini tidak mungkin dapat ku kerjakan.
Laporan ini sekaligus sebagai ungkapan terimakasih kepada Malaikat
kehidupanku yaitu kedua orangtuaku mom Sri W dan daddy Sumiran, tak lupa
pula untuk kakak dan adikku Shandy W, Siti Nurkhalimah dan Rudi Aji
Pamungkas, serta keluarga besarku tercinta. Terimakasih atas pengorbanan
materil, motivasi, dan do’a yang selalu dikirimkan untukku.
Ucapan terimakasih yang tiada hentinya pula penulis persembahkan kepada
para sahabat surgaku dan rekan-rekan dekat:
 Keluarga besar DIII Analisis Kimia UII, dosen-dosen, staf-staf prodi, serta
teman-teman angkatan 2015 terkhusus Suratni dan Isti Komah.
 Sahabat-sahabat KODISIA dan Empat Lembaga DPPAI UII, semoga kita
selalu berada dalam kebaikan, saling mengingatkan, saling memotivasi, dan
semoga kita dapat berjumpa di tempat yang sangat indah yaitu surga-Nya.
 Kak Inda, Kak Tomo, Kak Fajar, Kak Tanti, Kak Hera, dan Kak Sania yang
selalu bersabar dan ikhlas dalam memberikan ilmunya kepadaku.
 Selkwifian Oktasya Pangestu dan Shabrina Agustine Maulida yang telah
membantu dalam menyelesaikan tugas-tugas PKL sekaligus sebagai teman
seperjuangan PKL di PT. Kimia Farma Tbk, Plant Jakarta.
 Big thanks kepada seseorang wanita yang yang kini telah menjaga kakakku
tersayang Shandy W semoga pernikahan kalian diberkahi dan bertemu di
jannah-Nya kelak.
 Seseorang yang selalu membuatku termotivasi untuk selalu dekat kepada
Rabbku, semoga kamu adalah hadiah terindah yang Allah SWT siapkan
untukku yang tertulis di Lauhul Mahfuz.

vi
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaykum wr.wb.

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan berkah, rahmat, dan hidayah-Nya. Shalawat dan salam penulis
haturkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, dan sahabat-sahabatnya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktik Kerja Lapangan di PT
Kimia Farma Tbk. Plant Jakarta selama 2 bulan.
Praktik Kerja Lapangan dilakukan di PT Kimia Farma Tbk Plant Jakarta.
Merupakan salah satu program mata kuliah di Program Studi D III Analisis Kimia
Universitas Islam Indonesia yang wajib diabil oleh mahasiswa untuk memenuhi
Sistem Kredit Semester (SKS) dan untuk mendapatkan pengalaman di dunia kerja
sehingga dapat menambah wawasan dan pengetahuan didalam dunia kerja
sehingga membantu kami dalam perihal akademik. Terima kasih kepada pihak
yang telah membantu dan membimbing dalam penyusunan laporan ini. Maka
penulis menyampaikan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Riyanto,S.Pd., M.Si., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Islam Indonesia.
2. Bapak Thorikul Huda, S.Si., M.Sc selaku Ketua Program Sudi DIII Analisis
Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Islam
Indonesia.
3. Tri Esti Purbaningtias, S.Si.,M.Si selaku dosen pembimbing Praktik Kerja
Lapangan yang selalu memberikan masukan, kritikan, arahan, dan saran
sehingga pelaksanaan dan penulisan laporan Praktik Kerja Lapangan ini dapat
selesai.
4. Getya Setyowati, A.Md dan Yogi Sugianto, S.Farm.,Apt selaku pembimbing
praktik kerja lapangan di PT. Kimia Farma Plant Jakarta (Tbk)

vii
5. Kedua orang tua dan saudara-saudari saya yang selalu memberikan semangat,
do’a, dan dukungannya.
6. Kakak-kakak Analis instansi PT. Kimia Farma yang telah membimbing,
memberi arahan dan memberi banyak ilmu selama melaksanakan Praktik Kerja
Lapangan.
7. Semua pihak yang telah membantu sehingga Laporan Praktik Kerja Lapangan
ini dapat terselesaikan dengan baik dan benar.
Akhir kata penulis memohon maaf atas semua kesalahan dan penulis
menyadari bahwa Laporan Praktik Kerja Lapangan ini masih jauh sempurna.
Semoga Allah selalu melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua.
Sehingga apa yang kita lakukan dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu
pengetahuan dan bagi semua pihak yang membutuhkan.
Wassallamu’alaykum .w.w

Yogyakarta, 03 Juli 2018

Penulis

viii
DAFTAR ISI
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN ....................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................... Error! Bookmark not defined.
HALAMAN PENGESAHAN ............................... Error! Bookmark not defined.
PERNYATAAN .................................................... Error! Bookmark not defined.
MOTTO .................................................................................................................. v
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................ vi
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xi
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xiii
INTISARI............................................................................................................. xiv
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang........................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 3
1.3 Tujuan ..................................................................................................... 4
1.4 Manfaat ................................................................................................... 4
BAB II DASAR TEORI ......................................................................................... 5
2.1 Profil Perusahaan .................................................................................... 5
2.2 Amoksisilin Trihidrat ............................................................................. 6
2.3 Analisis Parameter Fisika Pengujian Amoksisilin 500 mg .................... 7
2.4 Analisis Parameter Kimia Pengujian Amoksisilin 500 mg .................. 12
2.5 High Performance Liquid Chromatography (HPLC) .......................... 15
2.5.1 Instrumen ....................................................................................... 15
2.5.2 Penentuan Kadar Amoksisilin Trihidrat dengan High Performance
Liquid Chromatography (HPLC) .................................................. 17
BAB III METODOLOGI PENELITIAN.............................................................. 19
3.1 Alat dan Bahan ..................................................................................... 19
3.1.1 Alat ................................................................................................ 19
3.1.2 Bahan ............................................................................................. 19
3.2 Prosedur Kerja ...................................................................................... 19
3.2.1 Penentuan Parameter Fisika .......................................................... 19

ix
3.2.1.1 Penentuan Bobot Rata-Rata Tablet Amoksisilin 500 mg .... 19
3.2.1.2 Penentuan Keragaman Bobot Tablet Amoksisilin 500 mg.. 19
3.2.1.3 Penentuan Waktu hancur Tablet Amoksisilin 500 mg ........ 19
3.2.1.4 Penentuan Kekerasan Tablet Amoksisilin 500 mg .............. 20
3.2.1.5 Penentuan Keregasan Tablet Amoksisilin 500 mg .............. 20
3.2.1.6 Penentuan Kadar Air Tablet Amoksisilin 500 mg ............... 20
3.2.2 Penentuan Parameter Kimia .......................................................... 20
3.2.2.1 Penentuan Kadar Disolusi Tablet Amoksisilin 500 mg ....... 20
3.2.2.2 Penentuan Kadar Amoksisilin Trihidrat .............................. 21
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 23
4.1 Penentuan parameter fisika tablet amoksisilin 500 mg ........................ 23
4.1.1 Bobot rata-rata tablet amoksisilin 500 mg ..................................... 23
4.1.2 Penentuan Keragaman Bobot Tablet Amoksisilin 500 mg ............ 25
4.1.3 Penentuan Kekerasan Tablet Amoksisilin 500 mg ........................ 27
4.1.4 Penentuan Keregasan Tablet Amoksisilin 500 mg ........................ 28
4.1.5 Penentuan Waktu Hancur Tablet Amoksisilin 500 mg.................. 29
4.1.6 Penentuan kadar air tablet amoksisilin 500 mg ............................. 30
4.2 Penentuan parameter kimia tablet amoksisilin 500 mg ........................ 32
4.2.1 Penentuan Uji Disolusi Tablet Amoksisilin 500 mg ..................... 32
4.2.2 Penentuan Kadar Amoksisilin Trihidrat ........................................ 34
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 38
5.1 Kesimpulan ........................................................................................... 38
5.2 Saran ..................................................................................................... 38
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 39
LAMPIRAN .......................................................................................................... 45

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Struktur Amoksisilin Trihidrat ................................................... 6


Gambar 2.2 Disintegration Tester (pharma test) ........................................... 9
Gambar 2.3 Hardness Tester (pharma test) ................................................... 10
Gambar 2.4 Friability Tester (pharma test) ................................................... 11
Gambar 2.5 Mousture Tester (HC103) .......................................................... 12
Gambar 2.6 Dissolution Tester (hanson elite 8)............................................. 13
Gambar 2.7 HPLC (alliance waters a2695) ................................................... 15
Gambar 4.1 Grafik Kendali Bobot Rata-rata ................................................. 24
Gambar 4.2 Grafik Kendali Keragaman Bobot Minimal ............................... 26
Gambar 4.3 Grafik Kendali Keragaman Bobot Maksimal............................. 26
Gambar 4.4 Grafik Kendali Kekerasan .......................................................... 27
Gambar 4.5 Grafik Kendali Keregasan .......................................................... 29
Gambar 4.6 Grafik Kendali Waktu hancur .................................................... 30
Gambar 4.7 Grafik Kendali Kadar Air ........................................................... 31
Gambar 4.8 Kromatogram Disolusi Amoksisilin .......................................... 32
Gambar 4.9 Grafik Kendali Uji Disolusi ....................................................... 34
Gambar 4.10 Kromatogram Kadar Amoksisilin .............................................. 36
Gambar 4.11 Grafik Kendali Kadar Amoksisilin Trihidrat ............................. 36

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kadar Uji Disolusi Generik ............................................................. 18


Tabel 2.2 Kadar Uji Disolusi Non-Generik ..................................................... 18
Tabel 3.1 Tabel Optimasi HPLC ...................................................................... 21
Tabel 4.1 Bobot Rata-rata tablet ..................................................................... 24
Tabel 4.2 Keragaman Bobot tablet................................................................... 25
Tabel 4.3 Kekerasan Tablet.............................................................................. 27
Tabel 4.4 Keregasan Tablet.............................................................................. 28
Tabel 4.5 Waktu Hancur Tablet ....................................................................... 30
Tabel 4.6 Kadar Air.......................................................................................... 31
Tabel 4.7 Uji Disolusi ...................................................................................... 33
Tabel 4.8 Kadar Zat Aktif Amoksisilin Trihidrat ............................................ 35

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Hasil kromatogram amoksisilin 500 mg umur ...................................45


Lampiran 2 Perhitungan bobot rata-rata ................................................................51
Lampiran 3 Perhitungan keragaman bobot ............................................................52
Lampiran 4 Perhitungan keregasan .......................................................................54
Lampiran 5 Perhitungan kekerasan ........................................................................55
Lampiran 6 Perhitungan waktu hancur .................................................................56
Lampiran 7 Perhitungan kadar air ..........................................................................57
Lampiran 8 Perhitungan disolusi ...........................................................................58
Lampiran 9 Perhitungan kadar zat aktif .................................................................63

xiii
PENENTUAN STABILITAS ANTIBIOTIK TABLET
AMOKSISILIN 500 mg DI PT KIMIA FARMA Tbk. PLANT
JAKARTA
Program DIII Analisis Kimia FMIPA UII
Jl. Kaliurang Km 14,5, Sleman, Yogyakarta 55584
Devita Wijiyanti
15231002
Email : Devita_Wijiyanti@yahoo.com

INTISARI

Telah dilakukan penentuan stabilitas tablet antibiotik amoksisilin 500 mg


di PT Kimia Farma Plant Jakarta. Amoksisilin merupakan antibiotik semi sintetis
golongan betalaktam yang stabil dalam suasana asam dan berkhasiat untuk
mencegah dan membunuh kuman penyebab penyakit. Penentuan stabilitas terdiri
dari dua parameter yakni parameter fisika dan parameter kimia. Parameter fisika
meliputi pengujian bobot rata-rata tablet, keragaman bobot, kadar air, kekerasan
tablet, keregasan tablet, dan waktu hancur sedangkan parameter kimia meliputi
penentuan kadar zat aktif dan uji disolusi. Prinsip dari pengujian fisika untuk
mengetahui kualitas fisik obat sedangkan pengujian kimia berdasarkan High
Performance Liquid Chromatography (HPLC). Penentuan stabilitas obat
bertujuan untuk memberikan bukti bahwa kualitas zat aktif obat yang telah
diproduksi disimpan selama lima tahun masih memiliki karakteristik dan sifat
yang sama seperti awal obat diproduksi selain itu stabilitas juga berfungsi untuk
menentukan batas penggunaan atau kadaluwarsa. Hasil penentuan stabilitas tablet
antibiotik amoksisilin 500 mg berdasarkan parameter fisika obat diperoleh bobot
rata-rata untuk umur 0 hingga 48 bulan tidak ada tablet yang beratnya kurang dari
660±10,56 mg dan satu tablet umur 60 bulan yang bobotnya kurang dari
660±10,56 mg, keragaman bobot yang diperoleh pada umur 0 hingga 60 bulan
keseluruhan memenuhi syarat keragaman antara 85-115%, kadar air yang
diperoleh memenuhi syarat 3,5% dan ada 3 tablet yang kadar airnya melebihi
batas 3,5% yakni umur 24, 48 dan 60 bulan, kekerasan tablet umur 0 hingga 60
bulan keseluruhan telah memenuhi syarat diatas 8 kP, keregasan yang diperoleh
untuk semua tablet umur 0 hingga 60 bulan telah memenuhi syarat 0,8% dan
waktu hancur obat untuk tablet umur 0 hingga 60 bulan keseluruhan telah
memenuhi syarat ≤5 menit sedangkan parameter kimia obat diperoleh kadar zat
aktif umur 0 hingga 48 bulan telah memenuhi syarat 90-115% dan hanya ada satu
tablet umur 60 bulan yang tidak memenuhi syarat 90-115% dan uji disolusi umur
0 hingga 60 bulan keseluruhan telah memenuhi syarat yakni nilai diatas 75%.
Antibiotik amoksisilin tablet 500 mg memiliki nilai stabilitas fisika yang kurang
baik untuk bobot rata-rata pada umur 60 dan kadar air pada umur 24, 48 dan 60
bulan sedangkan untuk parameter kimia hanya ada satu tablet pada penentuan
kadar zat aktif obat umur 60 bulan yang tidak memenuhi syarat.

Kata kunci : Antibiotik, stabilitas, High Performance Liquid Chromatography


(HPLC), parameter fisika dan kimia obat, grafik kendali.

xiv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tablet merupakan bentuk sediaan yang paling banyak digunakan di
masyarakat karena memiliki banyak keuntungan diantaranya dosis tepat, mudah
penggunaannya, stabil dalam penyimpanannya, mudah dalam pendistribusian, dari
segi ekonomi tablet memiliki harga yang lebih rendah dibandingkan bentuk
sediaan lainnya (Wahyuningsih, 2013). Amoksisilin merupakan antibiotik
golongan betalaktam yang termasuk turunan penisilin semi sintetik yang stabil
dalam suasana asam, berspektrum luas dan bersifat bakteriolitik. Amoksisilin
berkhasiat sebagai antibiotik untuk menghambat dan membunuh bakteri penyebab
penyakit (Kemenkes RI, 2014). Amoksisilin trihidrat dipilih sebagai bahan
penelitian ini karena amoksisilin memiliki stabilitas yang kurang baik ketika
sediaan disimpan dalam jangka waktu yang lama dan suhu yang tak terkendali
sehingga perlu dilakukan pengujian stabilitas untuk melihat kestabilan dari
sediaan tersebut berupa sifat fisik dan kimia (Talogo, 2014).
Stabilitas obat merupakan kemampuan suatu produk obat untuk
mempertahankan sifat dan karakteristiknya agar sama dengan saat obat awal
diproduksi (Riyani, 2014). Penentuan stabilitas obat pada penelitian ini dibagi
menjadi dua parameter yakni parameter fisika dan kimia. Parameter fisika
merupakan kemampuan obat dalam mempertahankan bentuk fisik obat dari
tekanan dan goncangan yang didapat ketika obat didistribusikan sedangkan
parameter kimia merupakan kemampuan obat untuk mempertahankan kandungan
zat aktif didalamnya sepanjang periode penyimpanan, pendistribusian dan
penggunaan (Indayanti, 2014). Pengujian stabilitas fisika pada penelitian ini
terdiri dari bobot rata-rata, keragaman bobot, keregasan, kekerasan, kadar air dan
waktu hancur sedangkan pengujian stabilitas kimia terdiri dari uji disolusi dan
kadar zat aktif.
Penentuan bobot rata-rata merupakan metode penentuan fisik tablet yang
yang bertujuan untuk mengetahui besarnya bobot rata-rata dari kedua puluh tablet
yang ditimbang secara acak. Bobot rata-rata yang seragam mencerminkan kadar

1
dosis obat pada tablet dalam keberhasilan mencapai efek terapi (Sugianto dkk,
2016). Menurut Sumargo dan Lennie (2011), keragaman bobot adalah presentase
berat tablet dari sepuluh tablet yang ditimbang satu persatu untuk mengetahui
presentase minimal berat tablet dan presentase berat maksimal tablet sehingga jika
berat minimal tablet terpenuhi diharapkan tablet dalam efek terapi akan terpenuhi.
Keregasan tablet adalah seberapa kuat tablet dalam mempertahankan beratnya
ketika mendapat gonjangan dari luar. Keregasan tablet menunjukkan seberapa
kuat ikatan partikel yang ada pada permukaan tablet semakin kecil nilai kerapuhan
tablet maka ketahanan tablet dalam mempertahankan zat aktif semakin baik (Hana,
2010). Kekerasan tablet merupakan ukuran seberapa kuat tablet ketika mendapat
tekanan selama pengemasan, pendistribusian dan pemakaian. Tablet harus
memiliki kekerasan yang cukup agar mudah dibagi dan melarut dalam tubuh (Sari
dkk, 2011). Waktu hancur adalah waktu yang dibutuhkan tablet untuk dapat
melarut menjadi partikel yang lebih kecil. Tujuan penentuan waktu hancur tablet
untuk melihat seberapa lama obat bisa hancur didalam tubuh atau saluran cerna
yang ditandai dengan sediaan menjadi larut, terdispersi, atau menjadi lunak
(Isnawati, 2003). Kadar air merupakan parameter dalam pengujian fisika yang
bertujuan untuk mengetahui seberapa banyak air yang terkandung didalam tablet.
Kadar air yang tinggi menyebabkan tablet tidak tahan untuk dalam jangka waktu
yang lama dan menyebabkan bentuk sediaan mudah rusak sehingga dapat
mempengaruhi stabilitas dari tablet (Sulastri dkk, 2018).
Uji disolusi adalah suatu meode invitro untuk mengetahui waktu pelepasan
obat dari bentuk sediaan menjadi bentuk terlarut dalam suatu medium. Uji disolusi
menggunakan dua tipe dayung yakni paddle dan basket, paddle digunakan untuk
jenis obat dalam sediaan tablet sedangkan basket digunakan untuk jenis sediaan
obat dalam bentuk kapsul (Kemenkes RI, 2014). Medium yang digunakan pada
disolusi sesuai dengan yang tercantum dalam monografi dan sesuai dengan
kelarutan obat didalam tubuh. Uji disolusi bertujuan untuk mengetahui seberapa
banyak obat melarut dalam medium asam atau basa (lambung dan usus halus) dan
seberapa banyak obat dapat diserap oleh tubuh melalui uji invitro (Nugrahani dkk,
2012). Penentuan kadar zat aktif obat merupakan parameter kimia yang penting

2
dan bertujuan untuk mengetahui kandungan kadar zat aktif pada tablet sesuai
dengan yang tertera pada etiket dan monografinya. Kadar zat aktif yang tidak
memenuhi syarat maka obat tidak akan berefek dan tidak layak untuk dikonsumsi
(Rahayu dkk, 2016). Hasil pengujian rutin tidak selalu mendapatkan hasil yang
baik akan tetapi kemungkinan cacat produk dan penyimpangan nilai pengujian
sehingga perlu dibuat grafik kendali untuk melihat pola hasil pengujiannya
(Arinda dkk, 2016).
Grafik kendali adalah suatu teknik pengendali produksi atau pengulangan
dalam pengujian. Grafik kendali dapat digunakan untuk menaksir parameter suatu
proses produksi dan pengulangan pengujian serta menentukan kemampuan proses
atau pengujian. Bentuk dasar grafik kendali adalah grafik suatu karateristik
kualitas yang telah dihitung dan diukur dari suatu sampel terhadap nomor sampel
ataupun waktu sampel. Grafik ini memuat garis tengah yang merupakan nilai rata-
rata dari hasil pengulangan atau proses serta dua garis mendatar yang dinamakan
batas kontrol atas (BKA) dan batas kontrol bawah (BKB). Batas kendali ini
dikatakan baik dan konsisten apabila proses terkendali dan hampir semua titik-
titik sampel berada pada batas-batas pengendali. Grafik kendali bertujuan untuk
melihat dan mengendalikan proses produksi atau pengujian yang tidak sesuai agar
nantinya produk atau pengujian yang tidak sesuai dapat diminimalisir dan dapat
mencapai target pengujian dan proses yang baik dan konsisten (Asgari, 2017).

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan maka dapat diambil
rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah stabilitas dari antibiotik tablet amoksisilin 500 mg dengan
rentang umur 0-60 bulan berdasarkan sifat fisika melalui uji bobot rata-rata,
keragaman bobot, kekerasan, keregasan dan waktu hancur?
2. Bagaimanakah stabilitas dari antibiotik tablet amoksisilin 500 mg dengan
rentang umur 0-60 bulan berdasarkan sifat kimia melalui uji disolusi dan
penentuan zat aktif obat amoksisilin trihidrat dalam tablet amoksisilin?

3
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah maka dapat diambil tujuan penelitian sebagai
berikut:
1. Dapat menganalisis kestabilan fisika dari antibiotik tablet amoksisilin 500 mg
dan memberikan bukti bahwa kualitas antibiotik tablet amoksisilin 500 mg
berdasarkan umur 0-60 bulan masih stabil dan memenuhi syarat sesuai
Farmakope Indonesia Edisi V tahun 2014.
2. Dapat menganalisis kestabilan kimia dari antibiotik tablet amoksisilin 500 mg
dan memberikan bukti bahwa kualitas antibiotik tablet amoksisilin 500 mg
berdasarkan umur 0-60 bulan masih stabil dan memenuhi syarat sesuai
Farmakope Indonesia Edisi V tahun 2014.

1.4 Manfaat
1. Bagi Masyarakat
Penelitian ini bermanfaat untuk mengetahui nilai dari uji stabilitas fisika dan
kadar dari pengujian kimia pada sampel tablet amoksisillin 500 mg di PT Kimia
Farma Plant Jakarta (Tbk), sehingga dapat diketahui kualitas produknya,
khususnya dalam memberikan efek terapi pada pengobatan yang mana pada saat
ini banyak sekali obat-obatan yang tidak memenuhi syarat terapi sehingga obat
yang telah beredar ditarik kembali oleh Badan Pengawas Obat dan makanan
(BPOM).
2. Bagi Ilmu Pengetahuan
Penelitian yang telah dilakukan ini diharapkan dapat menjadi rujukan untuk
pengembangan dalam penelitian stabilitas kimia dan fisika pada tablet
amoksisillin 500 mg.
3. Bagi Industri
Penenlitian yang telah dilakukan ini diharapkan dapat berguna bagi
perusahaan sebagai data untuk melakukan validasi metode agar hasil dari uji
stabilitas fisika dan kimia hasilnya tetap baik dan memenuhi syarat Farmakope
Indonesia Edisi V 2014 dengan umur obat yang telah ditetapkan selama 5 tahun
atau umur obat lebih lama dari 5 tahun.

4
BAB II

DASAR TEORI

2.1 Profil Perusahaan

PT Kimia Farma Plant Jakarta (Tbk) merupakan Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) berdiri pada tanggal 16 Agustus 1971 yang bergerak dalam bidang
industri farmasi. PT Kimia Farma Plant Jakarta (Tbk) memiliki empat anak
perusahaan yaitu PT Kimia Farma Apotek, PT Kimia Farma Trading and
Distribution, PT Kimia Farma Diagnosis, dan PT Sinkona Indah Lestari yang
bergerak dalam produk bahan baku Quinine turunan Kina. PT Kimia Farma Tbk
memiliki lima cabang pabrik produksi yang tersebar di Indonesia yaitu PT Kimia
Farma Tbk yang teretak di Kawasan Industri Pulogadung Jakarta yang
memproduksi obat jenis granul, kapsul, sirup, suspensi, krim, injeksi, tablet,
narkotik, dan antibiotik. PT Kimia Farma Tbk Semarang memproduksi kosmetik,
minyak nabati dan minyak jarak. PT Kimia Farma Bandung memproduksi obat
alam indonesia atau obat herbal dan alat kontrasepsi dalam rahim, PT Kimia
Farma Tbk Watukadon yang terletak di Jawa Timur memproduksi tablet besi,
kapsul lunak, dan obat untuk pencegahan gondok dan yang terakhir yaitu PT
Kimia Farma Tbk yang terletak di Medan Sumatera Utara dikhususkan untuk
memasok kebutuhan obat yang ada diwilayah Sumatera Utara.
PT Kimia Farma Tbk merupakan BUMN dalam bidang industri farmasi
yang terlengkap di Indonesia dan memiliki kualitas laboratorium dengan alat-alat
yang modern serta canggih sehingga PT Kimia Farma Tbk memperoleh sertifikat
Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) dan Cara Pembuatan Kosmetik yang
Baik (CPKB). PT Kimia Farma Tbk selain memperoleh sertifikat CPOB dan
CPKB juga memperoleh IS0-9002 dan ISO-14001. PT Kimia Farma Tbk untuk
menjamin kualitas hasil produksi menerapkan sistem manajemen mutu ISO-
9001:2008 secara konsisten. Prestasi yang diperoleh PT Kimia Farma Tbk tahun
2017 merupakan perusahaan bidang farmasi yang memiliki inovatif nomor satu di
Inonesia tak heran jika Kimia Farma merupakan pabrik farmasi yang dipercaya
oleh Indonesia dalam melakukan ekspor obat ke Luar Negeri.

5
2.2 Amoksisilin Trihidrat

Amoksisilin trihidrat adalah antibiotik spektrum luas yang digunakan untuk


pengobatan infeksi saluran nafas, saluran empedu, saluran seni, seperti gonorhu,
gastroenteris, meningitis dan infeksi karena bakteri salmonella sp seperti demam
tipoid. Amoksisilin trihidrat aktif melawan bakteri gram positif yang tidak
menghasilkan betalaktamase dan aktif melawan bakteri gram negatif karena
amoksisilin dapat menembus pori-pori dalam mebran fosfolipid luar (Kustanti,
2015). Amoksisilin memiliki rumus molekul C16H19N3O5.3H2O dan berat molekul
sebesar 419,45 dan 365,41 untuk amoksisilin dalam bentuk anhidrat. Pemerian
amoksisilin meliputi serbuk hablur berwarna putih, praktis dan tidak berbau.
Amoksisilin sukar larut dalam air dan metanol dan tidak larut dalam benzene,
karbon tetraklorida dan dalam kloroform. Stabilitas amoksisilin, tidak stabil
terhadap paparan cahaya, terurai pada suhu 30-35ºC serta tidak tahan terhadap
suhu yang tidak terkendali (Permatasari, 2017).

Gambar 2.1 Struktur Amoksisilin Trihidrat (Kemenkes RI, 2014)

Mekanisme kerja amoksisilin adalah menghambat sintesis dinding sel


bakteri dengan mengikat satu atau lebih pada ikatan penisilin-protein sehingga
menyebabkan penghambatan biosintesis dinding sel sehingga bakteri pecah
(Sujadmiko dkk, 2017). Amoksisilin berfungsi untuk pengobatan berbagai jenis
infeksi yang disebabkan oleh bakteri gram positif dan negatif. Infeksi yang dapat
diobati oleh antibiotik amoksisilin antara lain infeksi pada gigi, saluran kemih,
telinga, hidung, tenggorokan, saluran pernapasan, saluran pencernaan, dan
kelamin misalnya gonore (Talogo, 2014).
Amoksisilin dapat digunakan untuk mengobati penyakit seperti amandel,
sinusitis, radang tenggorokan, faringitis, gonore, luka dan untuk mencegah
endokartigis yang disebabkan oleh bakteri pada organ-organ beresiko tinggi pada

6
saat perawatan gigi (BPOM, 2012). Amoksisilin memiliki efek samping yang
tidak diinginkan jika digunakan bersamaan dengan obat lain seperti allupurinol
akan menyebabkan ruam, amoksisilin yang dicampur dengan probenesid dapat
meningkatkan kadar amoksisilin dalam darah, penggunaan antibiotik dengan obat-
obatan kontrasepsi dapat menyebabkan penurunan kemampuan usus untuk
reabsorbsi estrogen, dan amoksisilin yang digabung penggunaannya dengan
antibiotik lain seperti kloramfenikol, sulfonamid dan tetrasiklin dapat menurunkan
efektifitas antibiotik amoksisilin (BPOM, 2012). Amoksisilin merupakan kategori
obat keras yang penggunaannya diatur dan hanya boleh digunakan sesuai dengan
resep dokter sehingga pada penggunaan amoksisilin harus memenuhi petunjuk
dokter dan penggunaan dosis yang telah ditetapkan sesuai dengan etiket yang
tertera pada kemasan (BPOM, 2012).

2.3 Analisis Parameter Fisika Pengujian Amoksisilin 500 mg


Parameter fisika adalah pengujian berupa fisik tablet untuk melihat kualitas
fisik dari tablet. Penentuan parameter fisika tablet amoksisilin trihidrat dalam
tablet amoksisilin 500 mg terdiri dari enam parameter pengujian yakni sebagai
berikut:
a) Bobot rata-rata
Menurut Kuswahyuning dan Soebagyo (2005), bobot rata-rata bertujuan
untuk mengetahui massa tablet amoksisilin antara satu tablet dengan tablet lainnya.
Bobot rata-rata tablet dapat dikatakan baik dan memenuhi syarat menurut
Farmakope Indonesia Edisi V 2014 jika tidak lebih dari 2 tablet yang masing-
masing bobotnya melebihi 5% mg dan tidak ada satupun tablet yang bobotnya
lebih besar dari 10% rata-rata tablet. Bobot rata-rata dilakukan dengan
menimbang sebanyak 20 tablet secara bersamaan menggunakan digital analytical
balance. Menurut Jufri dan Firli (2012), bobot rata-rata pada pengujian fisika
amoksisilin memiliki pengaruh pada sediaan obat dalam mencapai indikator
dalam homogenitas pencampuran formula obat, jika pencampuran formula
homogen diharapkan efek terapi yang ditimbulkan sama antara satu tablet dengan
tablet lainnya.

7
b) Keragaman bobot tablet
Keragaman bobot tablet bertujuan untuk mengetahui apakah kandungan
amoksisilin trihidrat didalam tablet memiliki nilai yang sama atau hampir sama
antara yang satu dengan tablet ainnya. Keragaman bobot tablet dilakukan jika
kandungan dari zat aktif tablet lebih besar dari 25% dan keseragaman kandungan
dilakukan jika kandungan zat aktif didalam tablet kurang dari 25% dengan
menggunakan instrumen karena kadarnya yang kecil (Kemenkes RI, 2014).
Keragaman bobot amoksisilin dilakukan dengan menggunakan alat digital
analitycal balance merk sartorius type BP 210S dilengkapi dengan printer YDP
020DV1 kapasitas 210 gram dan dengan ketelitian 0,1 gram. Keragaman bobot
dilakukan dengan menimbang 10 tablet yang diambil secara acak satu persatu.
Bobot tablet dari hasil penimbangan dihitung kandungan bahan aktif dari masing-
masing penimbangan. Persyaratan keragaman bobot terletak antara 85-115% dari
yang tertera pada etiket (Nugrahani dkk, 2012). Rumus menentukan keragaman
bobot tablet amoksisilin 500 mg sebagai berikut:
Bm
KB = x Kadar
Br
Keterangan:
Bm = Bobot satu tablet (mg)
Br = Bobot rata-rata tablet (mg)
Kadar = Kadar zat aktif dari hasil penentapan HPLC (%)

Keragaman bobot obat berfungsi untuk mengetahui secara fisik berapa


presentasi berat tablet untuk nilai minimal dan maksimal dari kesepuluh tablet
yang ditimbang. Tablet harus memenuhi uji keseragaman bobot yakni
keseragaman bobot ini ditetapkan untuk menjamin keseragaman bobot tiap tablet
yang diuji. Menurut Utomo dan Prabakusuma (2012), tablet yang bobotnya
seragam diharapkan akan memiliki kandungan bahan obat yang sama, sehingga
akan mempunyai efek terapi yang sama ketika obat masuk kedalam tubuh untuk
terapi.
c) Waktu hancur tabet
Waktu hancur adalah waktu yang dibutuhkan oleh tablet untuk pecah atau
hancur menjadi bagian-bagian yang lebih kecil atau granul sebelum diabsorspi
oleh tubuh. Sediaan dinyataan hancur sempurna apabila sisa sediaan yang

8
tertinggal pada kasa alat uji merupakan masa lunak yang tidak memiliki inti yang
jelas kecuali bagian dari penyalut atau cangkang tidak terlarut. Alat uji waktu
hancur yaitu disintregation tester yang terdiri dari 6 buah tabung transparan yang
kedua ujungnya terbuka, pada masing-masing tabung memiliki panjang 8 cm dan
diameter 21,5 cm dan tebal dinding kurang dari 2 cm. Tabung-tabung ditahan
pada posisi vertikal oleh lempengan plastik dengan diameter 9 cm pada
permukaan bawah lempengan dipasang suatu kasa tahan karat berukuran 10 mesh
nomor 23, keranjang yang memiliki 6 tabung yang akan bergerak naik turun
selama waktu yang dibutuhkan. Masing-masing tablet memiliki uji waktu hancur
dan persyaratan tertentu. Uji waktu hancur tidak digunakan untuk tablet kunyah,
tablet hisap, tablet dengan pelepasan zat aktif bertahap dalam jangka waktu
tertentu (Al-Kaff, 2016).

Gambar 2.2 Disintregation Tester

Waktu hancur obat dapat mempengaruhi kualitas obat yang dihasilkan dan
kualitas dalam memberikan efek terapi. Waktu hancur obat yang baik yaitu
memenuhi persyaratan sesuai dengan yang tertera pada monografi yakni tablet
tidak boleh hancur lebih dari 15 menit. Terhadap kualitas penyerapan obat
didalam tubuh obat maka waktu hancur yang cepat akan memberikan efek terapi
yang cepat dan sebaliknya jika waktu hancur lambat maka efek terapi yang
ditimbulkan juga lama, hasil waktu hancur ini diharapkan obat cepat dan tepat
pada sasarannya ketika digunakan (Anwar, 2012).
d) Kekerasan tablet
Kekerasan tablet dalam parameter fisika bertujuan untuk mengetahui
seberapa keras tablet kuat jika menerima tekanan. Tablet harus memiliki
kekerasan yang cukup dan tahan pecah pada saat waktu pengemasan, distribusi

9
dan waktu penyimpanan akan tetapi tablet juga harus cukup lunak untuk hancur
dan melarut dengan sempurna ketika digunakan atau dapat dipatahkan dengan jari
bila tablet perlu dibagi dalam penggunaannya (Cicilia, 2013). Tablet diukur
kekerasannya dinyatakan dengan satuan kP atau N dan alat yang digunakan untuk
menentukan kekerasan tablet adalah hardness tester. Kekerasan tablet dilakukan
dengan mengabil 6 tablet secra acak dan dengan posisi vertikal pada alat hardness
tester kemudia ditekan tombol penekan secara perlahan hingga tablet pecah
dibaca tablet yang telah pecah dalam skala satuan kP atau N (Anwar dkk, 2012).

Gambar 2.3 Hardness Tester

Kekerasan tablet memiliki hubungan dengan waktu hancur tablet. Tablet


yang memiliki nilai kekerasan yang besar maka waktu hancur yang dibutuhkan
semakin lama dan obat semakin lama melebur dan terserap oleh tubuh ketika
dikonsumsi. Tablet yang memiliki nilai kekerasan yang besar maka obat tersebut
akan memberikan efek terapi yang lama dalam tubuh hal ini karena obat akan
lama dalam melepas dan hancur didalam tubuh sehingga efeknya akan lama terasa
ketika di konsumsi (Pradana, 2014).
e) Keregasan tablet
Keregasan tablet bertujuan untuk menegetahui seberapa besar tablet dapat
rapuh ketika terkena goncangan. Keregasan tablet adalah daya tahan tablet ketika
terkena gonjangan ketika proses distribusi dan pengepakan. Keregasan tablet
dapat ditentukan dengan alat friability tester (Banne dkk, 2012). Pengujian
dilakukan dengan kecepatan 25 rpm dan 100 kali putaran. Tablet dilakukan
penimbangan sebelum dimasukkan kedalam friability tester dan dilakukan
penimbangan setelah diputar dalam friability tester, kehilangan berat yang

10
diperbolehkan yaitu tidak lebih dari 0,8%. Rumus penentukan keregasan tablet
sebagai berikut:
Bobot awal(g)−Bobot akhir (g)
Keregasan = x100%
bobot awal (g)

Gambar 2.4 Friability Tester

Uji keregasan tablet (Friabilitas) merupakan uji ketahanan permukaan tablet


terhadap gesekan yang dialami selama pengemasan, pengiriman dan penyimpanan.
Keregasan dapat dievaluasi dengan menggunakan alat uji kerapuhan (friability
tester). Uji keregasan berhubungan dengan kehilangan bobot akibat abrasi
(pengikisan) yang terjadi pada permukaan tablet. Menurut Gusmayadi dan Azwar
(2014), keregasan yang tinggi akan mempengaruhi konsentrasi atau kadar zat aktif
yang masih terdapat pada tablet, jika nilai keregasan besar maka kemungkinan
kehilangan kadar zat aktif semakin besar sehingga berpengaruh terhadap efek
terapi yang ditimbulkan akan semakin kecil atau bahkan tidak berefek.
f) Penentuan kadar air
Penentuan kadar air bertujuan untuk mengetahui berapa banyak kadar air
yang terkandung didalam tablet. Kadar air ini penting dilakukan karena kadar air
merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan obat memiliki kekerasan
dibawah yang telah distandarkan (Khairi dkk, 2010). Penentuan kadar air pada
tablet dilakukan dengan menggerus 5-15 tablet kemudian ditimbang sebanyak 3
gram alat pada HCI 103, dihidupkan electronic top leader dengan parameter yang
telah diisi sebelumnya sesuai dengan protap yang telah tetapkan dan ditutup
dengan lampu infrared yang terdapat pada alat ditunggu hasilnya secara otomatis
akan cetak oleh printer yang telah terhubung oleh alat HC103.

11
Gambar 2.5 Mousture HC103

Kadar air pada penentuan fisik tablet amoksisilin dapat mempengaruhi


ketahan tablet dalam mempertahankan stabilitasnya. Kadar air yang tinggi
berpengaruh terhadap stabilitas tablet yakni semakin kecil kadar air tablet maka
kualitas tablet semakin baik dan tablet semakin stabil untuk penyimpanan dan
penggunaan yang lebih lama. Tablet yang memiliki kadar air yang lebih rendah
maka efek terapi yang ditimbulkan maksimal karena zat aktif yang terkandung
didalamnya masih stabil tidak berubah bioavabilitasnya (Rahmawati dkk, 2016).

2.4 Analisis Parameter Kimia Pengujian Amoksisilin 500 mg


Parameter kimia adalah pengujian sampel obat yang bertujuan untuk
mempertahankan kandungan zat aktif yang ada didalam sampel obat sepanjang
periode penyimpanan, pendistribusian dan penggunaan. Penentuan parameter
kimia tablet amoksisilin trihidrat dalam tablet amoksisilin 500 mg terdiri dari dua
parameter pengujian yakni sebagai berikut:
a) Penentuan uji disolusi tablet amoksisilin 500 mg
Obat yang telah memenuhi waktu hancur, kekerasan, keregasan,
keseragaman bobot, dan kadar air belum dapat menjamin bahwa obat memiliki
efek terapi yang telah ditetapkan, oleh karena itu uji disolusi tablet harus
dilakukan untuk tablet yang telah diproduksi. Uji disolusi bertujuan untuk
menegtahui seberapa banyak kadar tablet amoksisilin yang dapat diserap oleh
tubuh. Cara melakukan uji disolusi yaitu dengan memindahkan bentuk obat yang
semula padat kedalam medium yang sesuai dengan sifat obatnya. Menurut
Sabarijah dan Transitawuri (2012), disolusi juga merupakan proses penentu dari
absorpsi obat dalam tubuh dan disolusi juga memiliki faktor yang mempengaruhi

12
kecepatan penyerapan obat yakni sifat-sifat fisika dan kimia obat, faktor formulasi
sediaan serta faktor alat uji disolusi dan parameter disolusi. Uji disolusi dilakukan
dengan menimbang sebanyak 6 tablet secara acak. Tablet yang telah ditimbang
dimasukkan kedalam alat disolusi tester yang sudah berisi medium dan suhu
sesuai suhu tubuh yakni 37±0,5ºC, ditunggu hingga alat disolusi memberikan
bunyi alaram maka tablet dapat disampling dan disuntikkan dalam HPLC
(Kemenkes RI, 2014). Penentuan uji disolusi dapat dihitung dengan menggunakan
rumus berikut:
𝐴𝑈 𝐵𝑊𝑆 𝐾𝑊𝑆 𝑉 365,41
Kadar = 𝑥 𝑥 𝑥 𝑥 𝑥 100%
𝐴𝑆 100 100 500 419,45

Keterangan:
AU = Luas area larutan uji
AS = Luas area larutan standar
BWS = Berat amoksisilin trihidrat ws yang ditimbang (mg)
KWS/100 = Kadar amoksisilin trihidrat ws (%)
100 = Volume pengenceran larutan standart (mL)
V = Volume medium disolusi (900 mL)
500 = Kandungan amoksisilin yang seharusnya terdapat dalam etiket
365,41 = BM amoksisilin anhidrat
419,45 = BM amoksisilin trihidrat

Gambar 2.6 Dissolution Tester

Uji disolusi tablet merupakan profil uji invitro dari tablet dalam melepaskan
obat kedalam suatu medium yang dibuat sesuai dengan kelarutan obat didalam
tubuh. Menurut Raiani dan Mutiatikum (2010) Uji disolusi merupakan parameter
paling penting dalam obat untuk menentukan seberapa besar kadar obat dalam
tablet dapat diserap oleh tubuh, semakin besar nilai kadar dari profil invitro uji
disolusi yang diperoleh maka menggambarkan seberapa banyak obat dapat
diabsorpsi oleh tubuh dan efek terapi yang diharapkan dapat tercapai, jika hasil uji

13
disolusi tidak memenuhi persyaratan maka obat tidak dapat digunakan dan tidak
dapat memberikan efek terapi (Alegantina dkk, 2003).
b) Penentuan kadar amoksisilin trihidrat dalam tablet amoksisilin 500 mg
Penetapan kadar zat aktif dalam tablet bertujuan untuk mengetahui zat aktif
yang terkandung didalam tablet masih memiliki kandungan yang setara dengan
yang tertera pada etiket dan memenuhi syarat seperti yang tertera didalam
monografi masing-masing. Obat yang tidak memenuhi syarat maka obat tidak
akan berefek dan tidak dapat dikonsumsi. Penentuan kadar tablet ini
menggunakan instrumen High Perforance Liquid Chromatography (HPLC)
karena merupakan instrumen modern dan merupakan alat canggih yang sering
digunakan untuk menetapkan kadar senyawa-senyawa tertentu seperti asam-asam
amino, asam-asam nukleat, dan protein-protein dalam cairan fisiologis,
menentukan kadar senyawa aktif obat, produk hasil samping proses sintesis, atau
produk degradasi salam sediaan farmasi, memonitor sampel-sampel yang berasal
dari lingkungan, memurnikan senyawa dalam suatu capuran, memisahkan polimer
dan menentukan distribusi berat molekul dalam suatu campuran (Al-kaff, 2016).
Penentuan kadar amoksisilin trihidrat dengan menyuntikkan secara terpisah
sejumlah volume yang sama sebanya 20µL larutan standar dan larutan uji
kedalam kromatografi, rekam kromamatogram dan ukur respon puncak utama.
Kadar tablet amoksisilin dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
AU BWS KWS 20/2x25 BR 365,41
Kadar = x x x x x x 100%
AS 20/2x25 100 BU 500 419,45

Keterangan:
AU = Luas area larutan uji
AS = Luas area larutan standar
BWS = Berat amoksisilin trihidrat ws yang ditimbang (mg)
20/2x25 = Volume pengenceran larutan uji (mL)
KWS/100 = Kadar amoksisilin trihidrat ws (%)
20/2x25 = Volume pengenceran larutan standar (mL)
BU = Berat zat uji yang ditimbang (mg)
BR = Berat rata-rata netto per tablet (mg)
500 (mg) = Kandungan amoksisilin yang seharusnya tertera dalam etiket
419,45 = BM amoksisilin trihidrat
365,41 = BM amoksisilin anhidrat
Penentuan kadar zat aktif amoksisilin trihidrat dari amoksisilin tablet 500
mg sangat mempengaruhi efek terapi obat dan kualitas obat. Kadar zat aktif yang

14
telah memenuhi persyaratan maka efek terapi yang dibutuhkan oleh tubuh akan
tercapai. Kadar zat aktif yang nilainya kurang dari yang dipersyaratkan akan tetapi
nilai disolusi memenuhi persyaratan dari tablet tersebut maka obat dapat
dikatakan baik dan masih dapat dikonsumsi. Menurut Mitiatikun dan Raini (2010),
kadar zat aktif dan uji disolusi memiliki hubungan dalam mencapai efek terapi
obat yakni jika kualitas dari hasil uji penentapan kadar yang baik maka efek terapi
obat akan tercapai.

2.5 High Performance Liquid Chromatography (HPLC)


2.5.1 Instrumen
High Performance Liquid Chromatography (HPLC) adalah pengembangan
terkini dari kromatografi cair kolom klasik, dimana pada HPLC ini terdapat
pengembangan teknologi pada kolom, detektor yang lebih sensitiv dan peka serta
kemajuan teknologi pada pompa bertekanan tinggi yang menyebabkan HPLC
menjadi suatu metode dengan sistem pemisahan zat yang cepat dan efisien.
Prinsip HPLC adalah teknik pemisahan suatu campuran zat menggunakan fase
gerak dan fase diam, dimana pemisahan terjadi akibat adanya perbedaan daya
adsorpsi, kelarutan, partisi, ukuran molekul, ukuran ion dan tekanan uap pada
komponen yang dibawa oleh fase gerak melaui fase diam (Ardianingsih, 2010).
Instrumen HPLC terdiri dari 6 bagian yaitu wadah fase gerak, pompa, tempat
injeksi sampel, kolom, detektor, dan perekam atau komputer.

Gambar 2.7 High Performance Liquid Chromatography (Talogo, 2014)

a. Wadah fase gerak


Wadah fase gerak menyimpan sejumlah fase gerak yang terhubung langsung
dengan sistem. Wadah bersifat inert dan bersih, seperti botol pereaksi kosong dan
labu gelas yang penting untuk men-degass fase gerak sebelum digunakan karena

15
gelembung gas kecil yang ada didalam fase gerak dapat terkumpul dipump head
ataupun detektor yang dapat mengganggu HPLC.
b. Pompa
Pompa yang digunakan dalam HPLC harus memiliki sifat yang kokoh dan
dapat menghasilkan tekanan tinggi sebesar 350-500 bar. Tipe pompa yang
digunakan adalah pompa piston bersilinder pendek. Laju alir dapat bervariasi
yakni dari rentang 0,1-10 mL/menit. Kebanyakan dari pompa saat ini telah
memiliki saluran pembilas yang biasanya air dapat bersirkulasi dan larutan ini
berfungsi sebagai pembersih piston dari garam dapar.
c. Tempat injeksi sampel
Tempat injeksi sampel ada tiga macam yakni syringe injector, sampling
valve dan automatic injector. Syringe injector merupakan bentuk injektor yang
paling sederhana , sanpling valve atau manual injector adalah memiliki 6 katup
saluran yang dilengkapi dengan rotor, sample loop dan saluran jarum suntik.
Larutan sampel akan disuntikkan kedalam sample loop dengan jarum suntik pada
posisi load dan larutan sampel yang ada di sample loop akan mengalir kekolom
dengan memutar rotor keposisi inject. Ukuran sample loop bervariasi antara 6µL-
2mL. Automatic injector adalah prinsipnya hamper sama dengan manual injector
hanya saja pada automatic injector ini bekerja otomatis dari alat.
d. Kolom
Kolom merupakan bagian terpenting dalam instrumen HPLC karena proses
pemisahan terjadi disini. Kolom umumnya terbuat dari 316-grade stainless steel
yang relative tahan terhadap karat dan dikemas pada fase diam tertentu. Ukuran
kolom untuk tujuan analitik berkisaran antara panjang 10-25 cm dan diameter
dalam 2-9 mm.
e. Detektor
Detektor merupakan bagian terpenting setelah kolom yang memiliki
karakteristik sensitif , batas deteksi rendah, respon yang linier, mampu mendeteksi
solut secara universal, tidak destruktif, mudah dioperasikan, memiliki dead
volume yang kecil dan tidak sensitif terhadap perubahan temperatur serta
kecepatan fase gerak. Beberapa detektor yang sering digunakan dalam HPLC

16
adalah detektor spektrofotometer UV-Vis, photoiodide array, fluoresensi, indeks
bias dan detektor elektrokimia (Rohman dkk, 2007).
f. Perekam atau komputer
Perekam atau komputer yaitu alat pengumpul data yang terhubung dengan
detektor. Alat ini akan menangkap sinyal elektronik dari detektor dan memplotkan
kedalam kromatogram yang dapat dilihat pada komputer sehingga dapat
dievaluasi oleh analis.

2.5.2 Penentuan Kadar Amoksisilin Trihidrat dengan High Performance


Liquid Chromatography (HPLC)
High Performance Liquid Chromatography (HPLC) merupakan salah satu
metode kimia dan fisikokimia yang digunakan untuk menentukan senyawa satu
atau lebih berdasarkan kepolarannya. HPLC merupakan metode analisis terbaru
yakni suatu teknik kromatografi dengan fasa gerak berupa cairan dan fasa diam
berupa cairan atau padatan (Kustanti, 2015). Kelebihan metode kromatografi
dibandingkan dengan metode lain yaitu:
1. Dapat memisahkan molekul-molekul dari suatu campuran
2. Mudah dalam pengoprasian alatnya
3. Kecepatan analisis dan kepekaan yang tinggi
4. Dapat dihindari terjadinya dekomposisi atau kerusakan bahan yang dianalisis
5. Resolusi yang baik
6. Dapat digunakan bermacam-macam detektor
7. Kolom dapat digunakan kembali/terus-menerus
8. Ideal untuk molekul besar ataupun kecil

Penentuan kadar amoksisilin trihidrat dapat dilakukan dengan metode


HPLC karena amoksisilin trihidrat merupakan senyawa molekul obat yang tidak
mudah menguap, memiliki gugus kromofor dan bersifat organik, serta tidak tahan
terhadap suhu tinggi (Fitriyani, 2017). Penelitian sebelumnya yang telah
dilakukan oleh Sabarijah, (2012) yaitu menentukan kadar disolusi senyawa obat
antibiotik tablet amoksisilin pada obat generik dan non-generik menggunakan
High Performance Liquid Chromatography (HPLC). Hasil penelitian penentuan
kadar disolusi obat antibiotik amoksisilin generik dan non-generik telah

17
memenuhi syarat berdasarkan United States Pharmacopeia XXIV (USP XXIV)
disajikan dalam Tabel 2.1 dan Tabel 2.2

Tabel 2.1 Hasil Kadar Amoksisilin Generik


Kadar Hasil Disolusi (%)
Amoksisilin Amoksisilin Amoksisilin
(Indo Farma) (Kimia Farma) (Phapros)
106,24 104,74 104,90
107,80 105,76 107,72
100,04 103,96 106,70
108,90 105,92 103,02
104,28 105,06 107,18
107,18 104,43 104,36

Tabel 2.2 Hasil Kadar Amoksisilin Non-Genenrik


Kadar Hasil Disolusi (%)
Bintamox Corsamox Dexymox Farmoxyl Bellacid Kalmoxicilin
95,72 96,90 94,00 111,48 97,69 95,66
98,63 95,49 94,71 113,44 99,10 95,26
97,53 96,67 94,86 111,56 97,38 97,69
97,76 96,28 94,08 112,04 96,90 93,69
97,06 97,30 94,00 111,48 96,20 94,08
98,55 96,28 93,54 112,98 97,06 95,18

Penelitian yang telah dilakukan oleh (Sabarijah, 2012) kadar senyawa


amoksisilin tablet generik dan non-generik dilihat dari Tabel 2.1 dan 2.2 adanya
perbedaan kadar yang tidak terlampau jauh. Amoksisilin generik diperoleh kadar
sebesar 103,02-108,90% sedangkan tablet amoksisilin non-generik diperoleh
kadar sebesar 93,69-113,44. Hal ini berarti High Performance Liquid
Chromatography (HPLC) merupakan metode yang akurat dalam penentuan kadar
senyawa obat-obatan (Sabarijah, 2012).

18
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah timbangan digital analytical
balance (Sartorius), disintegrator tester (Pharma test), alat hardness tester (Pharma
test), alat friability tester (Pharma test), loss of drying (HC103), seperangkat alat
HPLC (Alliance waters a2695), pro-pipet, labu ukur 50 mL (Duran tipe A), pipet
volume 25 mL (Duran tipe A), spatula, pipet tetes, pipet volume 2 mL(Duran tipe A),
labu ukur 20 mL (Duran tipe A), penyaring ukuran 0,45 µm, disposable syringe,
vial, dan dissolution tester (Hanson elite 8).

3.1.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada penelitian ini meliputi tablet amoksisilin 500 mg,
standar amoksisilin trihidrat (DSM Sinochem India), akuades, dapar pH 5, fase gerak
(buffer phosphat pH 5 dan asetonitril dengan perbandingan 39:1).

3.2 Prosedur Kerja


3.2.1 Penentuan Parameter Fisika
3.2.1.1 Penentuan Bobot Rata-Rata Tablet Amoksisilin 500 mg
Tablet amoksisilin diambil sebanyak 20 tablet, kemudian ditimbang 20 tablet
tersebut dengan menggunakan digital analytical balance, data akan terekam dan
tercetak secara otomatis oleh printer yang terhubung oleh alat.

3.2.1.2 Penentuan Keragaman Bobot Tablet Amoksisilin 500 mg


Tablet amoksisilin disiapkan sebanyak 10 tablet, kemudian ditimbang satu
persatu dengan menggunakan digital analitycal balance, data akan terekam dan
tercetak secara otomatis oleh printer yang telah terhubung oleh alat.

3.2.1.3 Penentuan Waktu hancur Tablet Amoksisilin 500 mg


Tablet amoksisilin diambil sebanyak 6 tablet, kemudian dimasukkan satu
persatu kedalam tabung selama 60 menit. Alat dinyalakan, setelah selesai data
akan tercetak secara otomatis oleh alat disintegrator tester.

19
3.2.1.4 Penentuan Kekerasan Tablet Amoksisilin 500 mg
Tablet amoksisilin diambil sebanyak 6 tablet, kemudian dimasukkan satu
persatu ke dalam hardness tester. Alat dinyalakan dan data akan tercetak otomatis
oleh printer yang terhubung pada hardness tester.

3.2.1.5 Penentuan Keregasan Tablet Amoksisilin 500 mg


Tablet amoksisilin ditimbang sebanyak 20 tablet, kemudian dimasukkan
kedalam drum friability tester, alat dinyalakan dan akan berhenti secara otomatis,
kemudian diambil tablet tersebut dan ditimbang.

3.2.1.6 Penentuan Kadar Air Tablet Amoksisilin 500 mg


Tablet amoksisilin sebanyak 5 tablet digerus, alat kadar air dihidupkan,
ditimbang sebanyak 3 gram tablet yang sudah digerus, alat ditutup dan data akan
otomatis tercetak oleh printer yang terhubung oleh mousture analyzer.

3.2.2 Penentuan Parameter Kimia


3.2.2.1 Penentuan Kadar Disolusi Tablet Amoksisilin 500 mg
1. Pembuatan larutan standar amoksisilin trihidrat
Standar amoksisilin ditimbang sebanyak 63,81 mg, dimasukkan kedalam
labu ukur 100 mL, ditambahkan pelarut (buffer phosphate pH 5 dan asetonitril)
secukupnya, homogenkan dengan bantuan ultrasonic bath dan dicukupkan hingga
tanda batas. Pelarut buffer phosphat pH 5 ditambahkan hingga tanda batas,
kemudian disaring. Larutan yang telah tersaring dimasukkan kedalam vial, dan
diinjeksikan dalam High Performance Liquid Chromatography (HPLC).

2. Pengujian disolusi amoksisilin tablet 500 mg


Tablet amoksisilin sebanyak 6 tablet, ditimbang satu per satu. Alat disolusi
disiapkan, kemudian larutan akuades sebanyak 900 mL dimasukkan kedalam labu
disolusi. Alat diatur pada suhu 37±0,5ºC, kecepatan 75 rpm, dan waktu selama 30
menit. Pedal dicelupkan secara bersamaan kedalam labu disolusi, kemudian alat
dihidupkan, setelah 30 menit larutan sampel disampling menggunakan auto
sampler dan alat dimatikan. Larutan disaring dengan milipore 0,45 μm,
dimasukkan kedalam vial, dan diinjeksikan larutan uji kedalam High Performance
Chromatography (HPLC) pada panjang gelombang 230 nm.

20
3.2.2.2 Penentuan Kadar Amoksisilin Trihidrat dalam Tablet Amoksisilin
500 mg

1. Penyimpanan Sampel Obat


Sampel obat yang akan diuji disimpan dalam climatic chamber B dengan
suhu 30±2ºC dengan RH 75%+5% yang telah disesuaikan dengan suhu panas
matahari.

2. Optimasi Alat
Pada penentuan kadar amoksisilin alat High Performance Liquid
Chromatography (HPLC) harus dilakukan optimasi dengan kondisi pengerjaan
berdasarkan Tabel 3.1

Tabel 3.1 Optimasi Alat HPLC


Komponen Kondisi
Detektor UV Spektrofotometer
Panjang Gelombang 230 nm
Kolom L1 (Licochart 250-4, RP-18, 5μm)
Flow rate 1,5/menit
Volume injek 20 mL

3. Pembuatan larutan standar amoksisilin trihidrat


Standar amoksisilin ditimbang dengan jumlah tertentu, di masukkan ke
dalam labu ukur, ditambahkan pelarut secukupnya, kemudian dihomogenkan
dengan bantuan ultrasonic bath. Larutan standar dipipet sebanyak 2 mL,
dimasukkan kedalam labu ukur 20 mL, diencerkan dengan pelarut hingga tanda
miniskus dan dihomogenkan. Larutan standar disaring dengan saringan ukuran
0,45 µm dan dimasukkan kedalam vial. Larutan standar diukur dengan
menggunakan High Performance Chromatography (HPLC) pada panjang
gelombang 230 nm.

4. Pembuatan larutan uji amoksisilin tablet 500 mg


Tablet amoksisilin diambil sebanyak 20 tablet, digerus dengan
menggunakan mortar dan alu hingga halus. Tablet yang sudah halus ditimbang
dengan jumlah tertentu, di masukkan ke dalam labu ukur, ditambahkan pelarut
secukupnya, kemudian dimasukkan kedalam ultrasonic bath hingga larut dan

21
dicukupkan dengan pelarut hingga tanda miniskus pada labu. Larutan uji dipipet
sebanyak 2 mL, dimasukkan kedalam labu ukur 20 mL, diencerkan dengan pelarut
hingga tanda miniskus dihomongen. Larutan uji disaring dengan menggunakan
saringan 0,45 µm dan dimasukkan vial. Larutan uji diukur dengan menggunakan
High Performance Chromatography (HPLC) pada panjang gelombang 230 nm.

22
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penentuan stabilitas tablet amoksisilin trihidrat 500 mg di PT Kimia Farma


Tbk. Plant Jakarta dengan parameter fisika dan kimia yang dilakukan di
laboratorium sistem mutu (QA). Parameter fisika yaitu parameter dalam pengujian
obat untuk mengetahui kualitas fisik dari sediaan obat. Parameter fisika pada
penelitian ini terdiri dari enam parameter yaitu bobot rata-rata, keragaman bobot,
kekerasan, keregasan, kadar air dan waktu hancur sedangkan parameter kimia
terdiri dari dua parameter yakni uji disolusi dan kadar zat aktif yang terkandung
didalam obat.
Amoksisilin trihidrat merupakan antibiotik spektrum luas golongan beta-
laktam yang tidak tahan terhadap paparan cahaya secara langsung dan suhu yang
tak terkendali. Tujuan analisis stabilitas ini untuk memberikan bukti bahwa
kualitas zat aktif obat yang telah diproduksi dengan waktu yang bervariasi juga
dibawah pengaruh berbagai faktor seperti suhu, kelembapan dan penyimpanan
yang lama masih memiliki karakteristik dan sifat yang sama seperti awal obat
diproduksi dan uji stabilitas obat juga berfungsi untuk menentukan batas expired
obat yakni batas kadaluwarsa dapat diperpanjang atau diperpendek. Sampel obat
yang akan diuji stabilitasnya disimpan dalam climatic chamber B dengan suhu
30±2ºC dengan RH 75%+5% yang disesuaikan dengan suhu yang sesuai pada
panas matahari. Penentuan stabilitas obat tidak mendapatkan hasil selalu baik oleh
karena itu dalam penenlitian ini dibuat grafik kendali untuk melihat pola dari hasil
stabilitasnya.

4.1 Penentuan parameter fisika tablet amoksisilin 500 mg

4.1.1 Bobot rata-rata tablet amoksisilin 500 mg

Penentuan bobot rata-rata tablet amoksisilin, dilakukan untuk mengetahui


berat rata-rata dari suatu batch tablet yang diproduksi. Bobot rata-rata tablet
dikatakan baik dan dapat digunakan jika memenuhi syarat nilainya sebesar 660 ±
10,56 mg. Tujuan dari penentuan bobot rata-rata ini yaitu untuk melihat berat

23
tablet antara satu dengan yang lainnya yang sama atau hampir sama, jika bobot
rata-rata tablet homogen dengan berat yang hampir sama maka diharapkan ketika
obat digunakan memiliki efek terapi yang sama antara satu dengan yang lainnya.
Hasil dari pengujian bobot rata-rata tablet amoksisilin 500 mg disajikan dalam
Tabel 4.1
Tabel 4.1 Bobot Rata-rata Tablet Amoksisilin 500 mg
Umur (Bulan) Massa 20 tablet (mg) Rata-rata (mg)
0 13233,13 661,66
6 13185,90 659,29
9 13218,30 661,20
12 13162,10 658,11
18 13120,40 656,02
24 13311,34 665,57
36 13037,70 651,88
48 13256,29 662,81
60 12542,77 627,13

Hasil pengujian bobot rata-rata tablet berdasarkan Tabel 4.1 menunjukkan


bahwa tablet memiliki bobot rata-rata yang telah memenuhi syarat yakni tidak ada
satu tablet yang nilainya dibawah dari yang telah dipersyaratkan oleh Farmakope
Indonesia Edisi V 2014.

690
Bobot Rata-rata (mg)

Bobot rata-rata(mg)
680
670
UCL
660
650 LCL
640
630 Rata-rata
620
0 20 40 60
Umur (Bulan)

Gambar 4.1 Grafik Kendali Bobot Rata-rata

Hasil grafik kendali berdasarkan Gambar 4.1 menunjukkan bahwa


pengulangan pengujian bobot rata-rata tablet amoksisilin masih memiliki
keterulangan yang baik hingga umur 48 bulan sedangkan pada umur 60 bulan

24
grafik menunjukkan perbedaan yang signifikan hal ini disebabkan karena umur
obat yang telah mencapai batas kadaluarsa sehingga kehilangan berat karena
faktor lamanya penyimpanan dan suhu yang tidak stabil selama penyimpanan
sehingga pengendalian harus diperhatian karena hasil pengujian mendekati nilai
cacat karena tepat pada batas garis UCL (Arifianti, 2013).

4.1.1 Penentuan Keragaman Bobot Tablet Amoksisilin 500 mg

Keragaman bobot amoksisilin merupakan presentasi massa dari suatu tablet.


Presentasi ini dilihat dari batas minimal tablet dan batas maksimal tablet.
Keragaman bobot dapat diterima dan memenuhi syarat jika nilainya tidak kurang
dan lebih dari 85-115%. Keragaman bobot bertujuan untuk mengetahui presentase
nilai minimal dan maksimal dari tablet, keragaman yang tidak kurang dan lebih
dari yang disyaratkan maka akan mencapai efek terapi yang baik sedangkan jika
tablet memiliki nilai keragaman yang diatas batas yang dipersyaratkan maka efek
yang ditibulkan adalah over dosis atau toksisitas. Hasil dari penentuan keragaman
bobot amoksisilin 500 mg disajikan dalam Tabel 4.2
Tabel 4.2 Keragaman Bobot Tablet Amoksisilin 500 mg
Umur Presentasi Berat (%)
M1 (mg) M2 (mg) M3 (mg) Kadar (%)
(Bulan) Minimal Maksimal
0 654,8 666,1 661,66 100,16 99,12 100,83
6 644,0 677,8 659,29 92,84 90,69 95,45
9 654,3 676,4 661,20 99,10 98,07 101,37
12 649,7 671,6 658,11 96,85 95,71 95,93
18 651,2 669,8 656,02 96,64 98,84 98,67
24 645,8 681,1 665,57 93,46 90,69 95,64
36 633,6 669,3 651,88 90,38 87,84 92,79
48 654,5 671,8 662,81 92,07 90,91 93,32
60 653,6 657,5 627,13 88,65 92,38 97,68

Hasil keragaman bobot pada Tabel 4.2 menunjukkan bahwa penentuan


keragaman bobot telah memenuhi syarat sesuai Farnakope Indonsia Edisi V tahun
2014 yakni nilai pengujian tidak ada yang dibawah 85% dan tidak ada yang
melebihi 115% sehingga obat telah memenuhi persyaratan keragaman bobot. Obat
yang telah memenuhi syarat maka dalam pencapaian efek terapi akan baik dan
dosis terpenuhi didalam tubuh.

25
105
Keragaman Bobot (%)
Keragaman Bobot
100
95 UCL

90 LCL
85
Rata-rata
80
0 20 40 60
Umur (Bulan)

Gambar 4.2 Grafik Kendali Keragaman Bobot Minimal

Hasil grafik kendali keragaman bobot minimal berdasarkan Gambar 4.2


telah memenuhi persyaratan yang berarti tablet amoksisilin ini memiliki nilai
batas keragaman terkecil yang baik dalam mencapai efek terapi obat sesuai yang
telah disyaratkan oleh FI Edisi V 2014.
Keragaman Bobot (%)

105
Keragaman Bobot
100
UCL
95
LCL
90
Rata-rata
85
0 20 40 60
Umur (Bulan)

Gambar 4.3 Grafik Kendali Keragaman Bobot Maksimal

Hasil keragaman bobot maksimal berdasarkan Gambar 4.3 menunjukkan


bahwa tablet memiliki batas tertinggi yang tidak melebihi yang telah disyaratkan
sehingga tablet dalam mencapai efek terapi tepat. Grafik kendali dari kedua nilai
keragaman yang diperoleh juga memiliki nilai keterulangan pengujian yang baik

26
yakni hasil pengulangan tidak melebihi batas grafik kendali dan tidak ada
pergeseran keragaman yang terlampau jauh (Rusdianto, 2011).

4.1.2 Penentuan Kekerasan Tablet Amoksisilin 500 mg


Penentuan kekerasan tablet dilakukan dalam penentuan fisik tablet karena
kekerasan tablet merupakan salah satu syarat tablet dapat dikatakan baik untuk
dapat pecah sesuai dengan tekanan yang sudah disyartakan. Tablet harus cukup
keras dan tidak terlalu lunak agar dapat dibagi menjadi beberapa bagian ketika
sediaan tablet dikonsumsi. Uji kekerasan tablet bertujuan untuk mengetahui
ketahanan sediaan dalam menghadapi tekanan yang didapatkan baik ketika proses
pengemasan, distribusi dan penyimpanan. Hasil uji kekerasan tablet amoksisilin
500 mg disajikan pada Tabel 4.3
Tabel 4.3 Kekerasan Tablet
Umur Pengulangan Rata-rata
(Bulan) 1 2 3 4 5 6 (kP)
0 11,3 8,9 10,0 10,7 11,2 8,1 10,18
6 7,8 9,2 9,0 10,9 9,1 7,8 8,97
9 10,0 11,4 7,7 8,2 9,2 8,3 9,13
12 6,5 8,2 11,2 7,2 8,3 9,7 8,52
18 8,4 11,0 11,7 10,2 8,9 7,7 9,65
24 6,5 10,0 9,2 8,1 8,1 8,2 8,10
36 6,6 9,7 6,7 9,2 8,0 8,5 8,12
48 8,4 8,9 9,3 8,3 8,1 9,7 8,78
60 14,4 12,2 14,6 14,6 11,2 14,8 13,63

Tabel 4.3 menujukkan bahwa hasil pengujian kekerasan telah memenuhi


sesuai syarat tidak ada satu rata-rata tablet yang nilainya kurang dan melebihi
syarat sehingga pengujian dapat diterima (Kemenkes RI, 2014).

14 Kekerasan (kP)
Kekerasan (kP)

12
UCL
10
8 LCL
6
4 Rata-rata
0 10 20 30 40 50 60
Umur (Bulan)

Gambar 4.4 Grafik Kendali Kekerasan Tablet

27
Hasil grafik kendali pada gambar 4.4 menunjukkan bahwa pengulangan
pengujian memiliki keterulangan yang baik tidak ada satu tablet yang hasilnya
melebihi batas kendali, akan tetapi hasil pengujian pada umur 60 memiliki nilai
kekerasan yang sangat besar dibandingkan dengan tablet lainnya kekerasan tablet
yang nilainya besar dipengaruhi oleh faktor tekanan kompresi dan sifat bahan
yang dikompresi. Hasil pengujian kekerasan umur 60 bulan berdasarkan grafik
kendali tepat pada garis UCL yang berarti hasil tablet mendekati out of line
sehingga pengujian harus diperhatikan agar hasil tetap baik dan tidak ada produk
yang cacat (Haq, 2012).

4.1.3 Penentuan Keregasan Tablet Amoksisilin 500 mg


Penentuan keregasan tablet dilakukan untuk mengetahui seberapa regas
tablet ketika mendapat tekanan dari proses pengemasan. Keregasan dikatakan
memenuhi persyaratan sesuai dengan prosedur tetap PT Kimia Farma Tbk.Plant
Jakarta yang mengacu pada FI Edisi V 2014, maksimal nilai dari keregasan
sebesar 0,8%. Tujuan dari penentuan keregasan untuk mengetahui ketahanan
permukaan tablet terhadap gesekan yang dialami ketika tablet dilakukan
pengemasan, distribusi dan penyimpanan. Hasil uji keregasan tablet amoksisilin
500 mg disajikan pada Tabel 4.4
Tabel 4.4 Uji Keregasan Tablet Amoksisilin 500 mg
Umur (Bulan) W1 (g) W2 (g) Keregasan (%)
0 1 3,687 13,180 0,05
6 13,211 13,195 0,12
9 13,216 13,202 0,10
12 13,186 13,184 0,01
18 13,188 13,181 0,05
24 13,187 13,173 0,11
36 13,097 13,053 0,30
48 13,059 13,001 0,44
60 12,543 12,533 0,08

Hasil pengujian keregasan tablet berdasarkan Tabel 4.4 menunjukkan bahwa


tablet amoksisilin 500 mg memiliki nilai keregasan yang memenuhi syarat sesuai
dengan FI Edisi V 2015. Menurut Wulandari dan Sugiono (2017), keregasan

28
tablet yang nilainya tidak lebih dari yang disyaratkan maka tablet baik dalam
mempertahankan zat aktifnya.

0,5 Keregasan (%)


Keregasan (%)

0,3 UCL

0,1 LCL

-0,1 0 10 20 30 40 50 60
Rata-rata

-0,3
Umur (Bulan)

Gambar 4.5 Grafik Kendali Keregasan Tablet

Hasil grafik kendali berdasarkan Gambar 4.5 menunjukkan bahwa


pengulangan pengujian keregasan tablet amoksisilin memiliki keterulangan yang
baik karena garis kendali tidak melebihi batas garis kendali sehingga pada
pengujian keregasan ini dapat dinyatakan konstan (Daryanto dkk, 2009).

4.1.4 Penentuan Waktu Hancur Tablet Amoksisilin 500 mg


Penentuan waktu hancur tablet dilakukan untuk melihat berapa lama tablet
dapat hancur dalam medium akuades sebagai parameter obat dapat hancur dalam
tubuh dengan suhu 37±0,5ºC sesuai dengan suhu normal pada tubuh. Waktu
hancur obat bertujuan untuk mengetahui seberapa cepat obat dapat melarut
didalam medium. Menurut Wulandari dan Sugiono (2017), waktu hancur tablet
yang semakin cepat maka respon terapi yang ditimbulkan semakin cepat dirasakan
oleh tubuh. Waktu hancur dapat diterima jika memenuhi syarat sesuai prosedur
tetap yang mengacu pada FI Edisi V 2014 yakni maksimal waktu hancur tablet
amoksisilin selama 5 menit. Hasil pengujian waktu hancur tablet amoksisilin 500
mg disajikan dalam Tabel 4.5

29
Tabel 4.5 Waktu Hancur Tablet
Umur
Waktu Hancur (Menit)
(Bulan)
0 1:03 1:03 1:04 1:01 1:05 1:00
6 1:33 1:33 1:21 1:45 1:33 1:37
9 4:22 5:20 5:14 3:16 5:20 4:38
12 1:40 2:02 3:44 2:14 2:32 3:34
18 2:11 1:53 2:03 2:27 2:13 2:01
24 2:13 3:15 3:15 2:22 3:02 3:30
36 2:08 1:28 2:26 1:50 1:24 1:16
48 0:45 1:09 1:29 0:59 0:41 0:59
60 2:03 3:25 3:17 5:15 2:09 4:07

Hasil pengujian waktu hancur tablet amoksisilin 500 mg berdasarkan


Tabel 4.5 memenuhi syarat yang telah ditetapkan karena tidak ada satu tablet yang
waktu hancurnya melebihi 5 menit sehingga waktu hancur tablet dapat diterima.
Waktu hancur yang cepat maka efek terapi yang akan ditimbulkan oleh tubuh
akan cepat dirasakan dan sebaliknya jika waktu hancur tablet lama maka efet
terapi yang dirasakan tubuh juga lama dirasakan (Lucida ddk, 2017).
7
Waktu Hancur (Menit)

Waktu hancur
5

3 UCL

1 LCL

-1 0 20 40 60 Rata-rata

-3
Umur (Bulan)

Gambar 4.6 Grafik Kendali Waktu Hancur

Hasil grafik kendali pada Gambar 4.6 menunjukkan bahwa penggulangan


pengujian waktu hancur tablet baik karena tidak ada satu tablet yang nilainya
melebihi batas kendali ( Tisnowati dkk, 2010).

4.1.5 Penentuan kadar air tablet amoksisilin 500 mg


Penentuan kadar air merupakan parameter fisik yang penting untuk melihat
seberapa banyak kadar air yang ada dalam tablet. Kadar air dapat dikatakan

30
memenuhi persyaratan apabila besarnya ≤ 3,5 %. Hasil penentuan kadar air tablet
amoksisilin 500 disajikan dalam Tabel 4.6
Tabel 4.6 Kadar Air Amoksisilin Trihidrat 500 mg
Umur (Bulan) W1 (g) W2 (g) Kadar (%)
0 3,000 2,958 1,40
6 5,133 5,032 1,97
9 5,058 4,957 1,99
12 6,389 6,693 2,84
18 5,482 5,431 2,57
24 3,023 2,824 6,58
36 5,046 4,902 2,85
48 3,000 2,974 5,89
60 3,031 2,844 6,17

Kadar air yang diperoleh berdasarkan Tabel 4.6 menunjukkan bahwa


antibiotik tablet amoksisilin 500 mg pada umur 24, 48 dan 60 bulan tidak
memenuhi syarat sesuai dengan Farmakope Indonesia Edisi V 2014. Kadar air
pada tablet umur 24, 48 dan 60 bulan melebihi batas yang telah ditetapkan karena
umur obat yang telah mendekati kadaluwarsa dan lamanya waktu penyimpanan
dengan suhu yang tidak terkendali (Wulandari, 2013). Kadar air yang melebihi
batas tidak berarti tablet rusak dan tidak dapat dikonsumsi. Kadar air yang tinggi
berpengaruh terhadap kualitas fisik tablet yakni tablet akan mudah rapuh dan tidak
tahan terhadap tekanan yang didapat akan tetapi untuk kualitas kimia tablet masih
memiliki khasiat yang sama sesuai yang telah disyaratkan (BPOM, 2014).

9
LOD(%)
7
Kadar Air (%)

UCL
5

3 LCL

1 Rata-rata

-1 0 10 20 30 40 50 60

-3
Umur (Bulan)

Gambar 4.7 Grafik Kendali Kadar Air

31
Hasil grafik kendali berdasarkan Gambar 4.7 menunjukkan bahwa
pengulangan pengujian masih memiliki keterulangan yang baik dan dapat
dikatakan stabil karena hasil tidak ada yang melebihi batas UCL dan LCL hanya
saja dari hasil pengujian kadar air ada 3 tablet pada umur 24, 48 dan 60 yang
hasilnya lebih besar dari yang disyaratkan sehingga hal ini dapat mempengaruhi
kualitas dari tablet yakni obat mudah rusak dan kehilangan zat aktif.

4.2 Penentuan parameter kimia tablet amoksisilin 500 mg


4.2.1 Penentuan Uji Disolusi Tablet Amoksisilin 500 mg

Uji disolusi merupakan parameter paling penting pada uji stabilitas obat
karena uji ini yang menentukan obat dapat beredar dipasaran, menentukan efek
terapi obat smenggambarkan efek obat secara invitro. Penentuan uji disolusi
menggunakan medium akuades. Akuades merupakan medium disolusi yang sama
sifatnya dengan cairan yang ada didalam tubuh. Hasil disolusi berupa cairan diuji
dengan menggunakan High Performance Liquid Chromatography (HPLC) untuk
menghitung kadar senyawa zat aktif yang terkandung didalamnya. Hasil
kromatogram uji disolusi amoksisilin trihidrat disajikan dalam Gambar 4.8

(a) (b)
Gambar 4.8 Hasil Kromatogram Amoksisilin (a) Standar (b) Sampel

Waktu retensi yang muncul berdasarkan Gambar 4.8 adalah untuk standar
amoksisilin selama 4.4290 menit sedangkan untuk sampel selama 4.298 menit.

32
Tabel 4.7 Hasil Uji Disolusi Tablet Amoksisilin 500 mg
Waktu Retensi (Menit)
Umur (Bulan) Luas Area Sampel Luas Area Standar Kadar (%)
Sampel Standar
(0)* 57390,2179 57294,64184 3,613 3,608 95,33
57282,5195 3,609 3,609 89,93
57276,7086 3,612 3,609 98,48
57227,5343 3,610 3,607 95,71
6 10181507 10207932 4,328 4,326 90,41
10196277 4,327 4,337 89,80
10235206 4,330 4,337 87,87
10207370 4,328 4,339 90,21
10222641 4,328 4,340 88,99
10204591 4,324 4,338 87,44
9 9505022 11248975,67 4,679 4,685 83,78
9420758 4,676 4,687 83,04
9574908 4,677 4,688 84,39
10087498 4,679 4,687 88,91
9872685 4,676 4,688 87,02
9633247 4,678 4,689 84,90
12 9681928 11383371,5 4,779 4,781 84,87
9716290 4,779 4,780 85,17
9810394 4,780 4,777 85,10
9692744 4,779 4,774 84,97
9659260 4,779 4,777 84,67
9408848 4,779 4,779 84,48
18 9583732 11227706,83 4,298 4,300 85,14
9494378 4,299 4,301 84,34
10020822 4,299 4,302 89,02
9819802 4,300 4,303 87,23
9909100 4,298 4,302 88,03
9802015 4,229 4,290 87,08
24 9265763 11225738,67 4,438 4,426 82,39
8615237 4,438 4,433 76,61
9489772 4,439 4,438 84,38
9450482 4,440 4,437 84,03
9487853 4,440 4,436 84,37
8982763 4,443 4,436 79,88
36 9727557 10207932 4,326 4,326 85,06
9652757 4,328 4,337 84,40
9506170 4,325 4,337 83,12
9710978 4,325 4,339 84,91
9357228 4,326 4,340 81,82
9661082 4,327 4,338 84,48
48 9114732 11223820,17 4,489 4,491 81,10
9087688 4,490 4,491 80,86
9091029 4,491 4,489 80,89
9079128 4,491 4,491 80,78
9100240 4,490 4,490 80,97
9075195 4,490 4,492 80,75
60 9290645 10385554,5 4,184 4,183 85,25
9205693 4,208 4,179 88,44
9404931 4,221 4,178 90,35
9456164 4,186 4,179 90,45
9278792 4,209 4,180 89,14
9328444 4,188 4,177 89,62
*Penelitian dilakukan pada laboratorium diluar PT Kimia Farma Plant Jakarta dengan instrumen yang
berbeda.

Hasil uji disolusi berdasarkan Tabel 4.7 telah memenuhi persyaratan sesuai
dengan Farmakope Indonesia Edisi V tahun 2014 hal ini berarti amoksisilin telah

33
memenuhi efek terapi obat dan efek obat akan tercapai dalam tubuh dengan kadar
yang diserap tidak kurang dari 75% dan berdasarkan hasil kromatogram pada
Gambar 4.8 menunjukkan bahwa senyawa yang terukur dalam HPLC adalah
amoksisilin trihidrat karena standar dan sampel memiliki waktu retensi yang
hampir sama.

98

93 Disolusi(%)
Disolusi (%)

88 UCL
LCL
83
Rata-rata
78
0 20 40 60
Umur (Bulan)

Gambar 4.9 Grafik Kendali Uji Disolusi

Grafik kendali berdasarkan Gambar 4.9 menunjukkan bahwa


penggulangan pengujian stabil dan konstan untuk umur 6 hingga 60 bulan tidak
ada titik pengujian yang melewati batas kendali sedangkan pada umur 0 bulan
kadar disolusi telah melebihi batas grafik kendali. Tablet umur 0 bulan yang telah
melebihi batas kendali bukan berarti tablet cacat ataupun rusak. Tablet pada umur
0 bulan merupakan tablet awal diproduksi dan bahan-bahan zat aktif yang
terkandung didalam tablet masih baru. Umur tablet yang masih baru produksi
cenderung memiliki kandungan zat aktif yang sesuai dengan komposisi saat
pembuatan. Obat yang telah jadi lansung dianalisis dan tidak ada penyimpanan
atau karantina (BPOM, 2014).

4.2.2 Penentuan Kadar Amoksisilin Trihidrat dalam Tablet Amoksisilin 500


mg

Uji penentuan kadar zat aktif amoksisilin trihidrat dalam amoksisilin 500
mg bertujuan untuk mengetahui kadar zat aktif yang terkandung didalam tablet.
Kadar zat aktif obat diawali dengan preparasi standar amoksisilin yakni dengan
menimbang sebanyak 68,95 mg amoksisilin trihidrat kemudian ditambahkan

34
pelarut dan dilarutkan dengan bantuan ultrasonic bath yang bertujuan untuk
menghomogenkan. Standar yang sudah jadi disaring dengan menggunakan
saringan 0,45μL untuk menghilangkan senyawa lain yang tidak diharapakan.
Penyiapan larutan uji amoksisilin digerus hingga halus agar yang bertujuan untuk
memudahkan sampel larut. Kadar zat aktif yang terkandung dalam tablet dapat
dikatakan memenuhi syarat jika nilainya antara 90-115%. Hasil pengujian kadar
amoksisilin trihidrat disajikan dalam Tabel 4.9
Tabel 4.9 Kadar Amoksisilin Trihidrat
Waktu Retensi
Umur Luas Area Luas Area Kadar
(Menit)
(Bulan) Sampel Standar (%)
Sampel Standar
0 524504830 5178993684 3,453 3,460 99,84
527820339 3,453 100,47
6 9183661 1020348817 4,008 3,990 93,68
9021329 4,001 92,08
9 9898340 9990969 4,018 3,960 98,31
9839515 4,022 97,57
12 7875484 1002919517 3,956 3,970 96,83
7875450 3,957 96,87
18 9703267 1001652067 5,020 5,341 96,08
9736620 5,024 96,41
24 2439382 2442701167 3,050 3,071 99,71
2434792 3,060 99,70
36 8959187 102034865 4,033 3,990 90,36
8987166 4,039 90,39
48 9650407 1055912167 3,70 3,660 91,53
9807037 3,70 92,02
60 1150122 1323866714 2,21 2,259 82,48
1164364 2,21 83,52

Hasil uji penentapan kadar zat aktif obat amoksisilin trihidrat dalam
sampel amoksisilin 500 mg berdasarkan Tabel 4.9 diperoleh bahwa kadar zat aktif
obat tidak memenuhi syarat pada tablet umur 60 bulan hal ini disebabkan karena
umur obat yang sudah lama dan mendekati waktu kadaluwarsa sehingga
kehilangan kadar obat sangat memungkinkan yang disebabkan oleh beberapa
faktor seperti suhu, kelembaban, dan adanya perubahan bioavability tablet.
Bioavability adalah banyaknya jumlah zat obat dapat diserap oleh tubuh. Grafik
kendali yang diperoleh pada penetapan kadar masih memiliki keterulangan yang
baik karena hasilnya tidak melebihi batas garis kendali. Hasil ini dapat
disimpulkan bahwa obat yang telah beredar dipasaran masih dapat memenuhi efek

35
terapi karena dilihat dari hasil disolusi obat berdasarkan Tabel 4.8 obat yang
terserap masih 88,44%≥75% sehingga hasil analisa pada uji stabilitas ini dapat
dinyatakan bahwa parameter fisika dan kimia yang telah dilakukan masih stabil
dan memenuhi syarat serta keterulanagan pengujian masih baik hal ini dibuktikan
dari hasil grafik kendali dari masing-masing parameter yang telah dibuat (Ivanto,
2012).

(a) (b)

Gambar 4.10 Hasil Kromatogram Amoksisilin (a) Standar (b) Sampel

Hasil kromatogram amoksisilin trihidrat yang disajikan dalam Gambar


4.10 menunjukkan bahwa waktu retensi amoksisilin standar hampir sama dengan
waktu retensi sampel, yakni standar amoksisilin pada menit 3.607 menit dan
sampel pada menit 3.619 menit dapat disimpulkan bahwa senyawa yang terukur
adalah amoksisilin trihidrat.
110
Kadar (%)
Kadar Amoksisilin (%)

105
100
UCL
95
90 LCL
85
80 Rata-rata
75
0 10 20 30 40 50 60
Umur (Bulan)

Gambar 4.11 Grafik Kendali Kadar Amoksisilin

36
Hasil grafik kendali berdasarkan Gambar 4.11 keterulangan pengujian
kadar amoksisilin baik dan konstan kerena tidak ada hasil pengujian yang
melebihi batas kendali sehingga grafik dapat dikatakan terkendali dan pengujian
terjaga tidak ada produk yang cacat dalam pengujian (Winarno dkk, 2010). Hasil
penelitian stabilitas tablet amoksisilin 500 mg dengan rentang umur 0-48 bulan
telah memenuhi persyaratan tidak ada satu tablet dari pengujian fisik dan kimia
yang cacat dan tidak sesuai syarat, akan tetapi untuk tablet umur 60 bulan banyak
pengujian fisik dan kimia yang tidak sesuai persyaratan yakni penentuan bobot
rata-rata, kekerasan, kadar air dan kadar zat aktif. Hasil penelitian tablet
amoksisilin 500 mg umur 60 bulan ini tidak memenuhi syarat karena batas waktu
yang telah mencapai kadaluwarsa sehingga kemungkinan besar tablet sudah
banyak kehilangan massa karena penyimpanan yang cukup lama dan dibawah
tekanan udara serta kelembapan yang tidak stabil selama lima tahun, massa obat
yang berkurang memiliki hubungan dengan kandungan kadar zat aktif obat
sehingga dari penelitian ini massa tablet berkurang maka kadar zat aktif yang ada
didalam tablet juga hasilnya berkurang dan tidak memenuhi syarat sesuai dengan
monografi yang diacu dalam Farmakope Indonesia Edisi V tahun 2014.

37
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pengujian stabilitas fisika dan kimia tablet amoksisillin 500 mg
di PT Kimia Farma Tbk. Plant Jakarta maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Pengujian stabilitas fisika tablet amoksisillin umur 0 bulan hingga 48 bulan
dengan parameter bobot rata-rata, keragaman bobot, kekerasan, keregasan, dan
waktu hancur telah memenuhi persyaratann akan tetapi di umur 24, 48 dan 60
kadar air tidak memenuhi syarat hal ini dapat terjadi karena umur obat yang
telah lama.
2. Pengujian stabilitas kimia tablet amoksisillin 500 mg umur 0 bulan hingga 60
bulan dengan parameter kimia meliputi uji disolusi dan penentuan kadar zat
aktif obat telah memenuhi persyaratan yakni uji disolusi hasilnya Q≥75%, rata-
rata nilai Q=80% dan kadar zat aktif obat hasilnya masuk kedalam range
antara 90-120% dan hanya ada satu obat umur 60 bulan yang tidak masuk
range antara 90-120% yakni sebesar 80,44%. Hal ini terjadi karena umur yang
lama menyebabkan komponen zat aktif berubah bioavabilitynya sehingga
kadarnya menurun.

5.2 Saran
Perlu dilakukan validasi metode untuk penentuan stabilitas amoksisillin
trihidrat 500 mg untuk semua parameter sehingga dengan adanya faktor
lingkungan dengan perubahan suhu pada penyimpanan dan pendistribusian obat
akan tetap stabil hingga batas.

38
DAFTAR PUSTAKA

Alegantina, S., Lastari, P., dan Mutiatikum, D. 2003. Penelitian disolusi dan
penetapan kadar isosorbid dinitrat dalam sediaan generik dan sediaan
inovator. Jurnal Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 13(4),
1-8.

Al-Kaff, Z. S., 2016, Perbandingan Kadar dan Profil Disolusi serta Mutu Fisik
Tablet Glimepirid 2 mg Generik dan Generik Bermerek, Skripsi, FKIK,
Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah.

Anwar, E., Djajadisastra, J., Yanuar, A., dan Bahtiar, A., 2012, Pemanfaatan
Maltodekstrin Pati Terigu sebagai Ekspesien dalam Formula Sediaan
Tablet dan Niosom. Jurnal Pharmaceutical Sciences and research (PSR).,
1(1), 34-46.

Anwar, E., 2015, Pemanfaatan Maltodekstrin dari Pati Singkong Sebagai Bahan
Penyalut Lapis Tipis Tablet. Jurnal Makara Sains., 6(1), 1-5.

Aprilia, T., 2015, Uji Stabilitas Kalium Losartan Terhadap Pengaruh Perubahan
pH dan Cahaya Menggunakan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi, Skripsi,
FKIK, Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah.

Ardianingsih, R., 2010. Penggunaan High Performance Liquid chromatography


(HPLC) dalam proses analisa deteksi ion. Berita Dirgantara, 10(4), 1-4.

Arinda, A., Mustafid, M., dan Mukid, M. A., 2016, Penerapan Diagram Kontrol
Multivariate Exponentially Weigted Moving Average Pada Pengendalian
Karakteristik Kualitas Air (Studi Kasus Pengolahan Air III PDAM Tirta
Moedal Kota Semarang). Jurnal Gaussian, 5(1), 31-40.

Asgari, F., 2017. Pengaruh Ukuran Perusahaan dan Corporate Governance


Terhadap Pengungkapan Pengendalian Internal. Disertasi. Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah.

Banne, Y., Ulaen, S. P., dan Lombeng, F., 2012, Uji Kekerasan, Keregasan, dan
Waktu Hancur Beberapa Tablet Ranitidin. Jurnal Ilmiah Farmasi
Poltekkes Manad, 3(2), 1-5.

Cicilia, E., 2013, Formulasi Tablet Kunyah Attapugit dengan Variasi Konsentrasi
Bahan Pengikat Gelatin Menggunakan Metode Granulasi Basah. Jurnal
Mahasiswa Farmasi Fakultas Kedokteran UNTAN, 3(1), 8-12.

Daryanto, M. dan Sidik, U., 2009, Usulan Perbaikan Kualitas Produk Dudukan
Magnet Dengan Metode Enam Sigma. Skripsi. Fakultas Teknik Industri,
Jakarta Pusat: Universitas Gunadarma.

39
Fitriyani, E., 2017, Validasi Merode Penentapan Kadar Ketokonazol
Menggunakan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi dan Aplikasinya dalam
Sediaan Krim. Disertasi. Fakultas Farmasi, Semarang: Universitas Wahid
Hasyim.

Gusmayadi, I. dan Azwar, N., 2014. Pengaruh Kombinasi Aspartam-Sorbitol


Sebagai Bahan Pemanis Terhadap Sifat Fisik Tablet Hisap Ekstrak Daun
Sirih (Piper betle L.) Secara Granulasi Basah. Jurnal Prospek Farmasi
Indonesia (JPFI), 1(1), 32-39.

Hamsinah, H., Jufri J., dan Pakki, E., 2017, Formulasi dan Evaluasi Granul
Gastroretentive Mukoadhesif Amoksisilin. Jurnal Farmasi UIN Alauddin
Makasar, 4(3), 83-89.

Hana, N., 2010, Formulasi Tablet Hisap Ekstrak Etanol Gambir (uncaria gambir
roxb) dengan Variasi Konsentrasi Polyninyl Pyrrolidone (PVP) sebagai
Pengikat dan Pengaruhnya Terhadap Kadar CD4 Dalam Darah. Skripsi,
FKIK, Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Haq, A., 2012, Pengukuran Kualitas Produk Dengan Motode Statistical Process
Control (Studi Kasus Pt. Intermasa).

Indayanti, D., 2014, Uji Stabilitas Fisik dan Komponen Kimia pada Minyak Biji
Jinten Hitam (Nigella sativa L.) dalam Bentuk Emulsi Tipe Minyak dalam
Air Menggunakan GCMS. Skripsi, FKIK, Jakarta: UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.

Isnawati, A., Alegantina, S., dan Arifin, K. M. 2003. Profil Disolusi dan
Penetapan Kadar Tablet Kotrimoksazol Generik Berlogo dan Tablet
dengan Nama Dagang. Jurnal Media Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan, 13(2), 1-5.

Ivanto, M., 2012, Pengendalian Kualitas Produksi Koran Menggunakan Seven


Tools pada PT. Akcaya Pariwata Kabupaten Kubu Raya.

Jufri, M. dan Firli, R. D. A. R., 2012, Studi Kemampuan Pati Biji Durian Sebagai
Bahan Pengikat Dalam Tablet Ketoprofen Secara Granulasi Basah. Jurnal
Pharmaceutical Sciences and Research (PSR), 3(2), 78-86.

Khairi, N., Latifah, R., dan Marianti, A., 2010, Studi Formulasi Tablet Effervesen
Ekstrak Angkak Dengan Variasi Konsentrasi Bahan Pengikat
Polivinilpirilidon Sebagai Sediaan Terapi Suportif Demam Berdarah.

Kustanti, T., 2015, Uji Stabilitas Fisik dan Kimia Sediaan Sirup Racikan yang
Mengandung Amoksisilin. Disertasi, Fakultas Farmasi, Purwokerto:
Universitas Muhamadiyah Purwokerto.

40
Kuswahyuning, R. dan Soebagyo, S. S. 2005. Pengaruh Laktosa dan Povidon
Dalam Formula Tablet Ekstrak Kaemferia Galanga L. Secara Granulasi
Basah. Majalah Farmasi Indonsia, 16(2) 110-115.

Lita, A. N. dan Fitria, A., 2016, Penentuan Tramadol pada Tablet Obat Batuk.
PKL, FIKS, Jakarta: Universitas Muhammad Husni Tamrin.

Lucida, H., Ben, E. S., dan Delita, E., 2017. Pengembangan Kulit Buah Kering
Asam Kandis sebagai Herbal Medicine: Optimasi Formulasi Tablet
Effervesen dan Uji Efeknya Terhadap Kenaikan Berat Badan dan Pola
Makan Tikus. Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi, 17(2), 126-136.

Mitiatikum, D. dan Raini, M., 2010, Profil Disolusi dan Penentapan Kadar Tablet
Meloksikam Inovator dan Generik Bermerek dengan Kromatografi Cair
Kinerja Tinggi. Buletin Penelitian Kesehatan, 38(3), 140-146.

Nugrahani, I., Rahmat, H., dan Djajadisastra, J., 2012, Karaterisasi Granul dan
Tablet Propanolol Hidriklorida dengan Metode Granulasi Peleburan.
Jurnal Pharmaceutical Sciences and Research (PSR), 2(2), 100-109.

Peace, N., Olubukola, O. dan Moshood, A., 2012, Stability of reconstituted


amoxicillin clavulanate potassium under simulated in-home storage
conditions. http://japsonline.com/admin/php/uploads/336_pdf.pdf.

Permatasar, A. M. A., 2017, Optimasi Konsentrasi Etil Selulosa dan Kecepatan


Pengadukan pada Preparasi Microspheres Amoksisilin Trihidrat. Skripsi,
Fakultas Farmasi, Jember: Universitas Jember.

Putra, E. D. L., 2004, Kromatografi Cair Kinerja Tinggi dalam Bidang Frmasi.
Skripsi. Fakultas Farmasi. Medan: Universitas Sumatera Utara.

Pradana, T. S., 2014. Optimasi Kombinasi Matriks Sodium Karboksimetilselulosa


dan Etilselulosa Untuk Formula Tablet Kaptopril Lepas Lambat Dengan
Sistem Mucoadhesive. Skripsi. Fakultas Farmasi, Surakarta:Universitas
Muhamaddiyah Surakarta.

Primastuti, N. B., Sudarno, S., dan Suparti, S., 2014, Pengontrolan Kualitas
Produk Menggunakan Metode Diagram Kontrol Multivariat np (Mnp)
dalam Usaha peningkatan Kualitas (Studi Kasus di PT Coca-Cola Amatil
Indonesia (CCAI) Semarang). Jurnal Gaussian, 3(1), 111-120.

Rahayu, W. S., Utami, P. I., dan Fajar, S. I. 2016. Penetapan Kadar Tablet
Ranitidin Menggunakan Metode Spektrofotometri UV-Vis dengan Pelarut
Metanol. Jurnal Pharmacy, 6(3), 10-22.

41
Rahmawati, I., Pribadi, P., dan Hidayat, I. W., 2016, Formulasi dan Evaluasi
Granul Effervescent Ekstrak Daun Binahong (Anredera cordifolia tenore
steen). Majalah Pharmaciana, 6(2) 139-148.

Raiani, M., Mutiatikum, D., dan Lastari, P., 2010, Uji Disolusi dan Penentapan
Kadar Tablet Loratadin Inovator dan Generik Bermerek. Media Penelitian
dan Penggembangan Kesehatan, 20(2), 1-6.

Riyani, N., 2014, Uji Stabilitas Kadar Kloramfenikol dan Deksametason Sodium
Fosfat dalam Sediaan Tetes Mata dengan Metode Kromatografi Cair
Kinerja Tinggi. Disertasi. Fakultas Farmasi. Purwokerto: Universitas
Muhammadiyah Purwokerto.

Rohman, A., dan Triwahyudi, T., 2012, Simultaneous Determinations of


Aflatoxins B, B, G, And G Using Hplc with Photodiode-Array (PDA)
Detector in Some Foods Obtained from Yogyakarta, Indonesia. Jurnal
Agritech, 28(3), 1-4.

Rusdianto, A. S., Novijanto, N., dan Alihsany, R., 2011, Penenrapan Statistical
Quality Control (SPQ) pada Pengolahan Kopi Robusta Cara Semi Basah.
Jurnal Agroteknologi, 5(2), 1-10.

Rusgiyono, A. 2012. Penerapan Grafik Pengendalian Demerit Terhadap Data


Kualitatatif. Jurnal Media Statistika, 2(1), 49-56.

Sabarijah, W. dan Transitawuri, F., 2012, Perbandingan Mutu dan Harga Tablet
Amoksisilin 500 mg Generik dengan Non-Generik yang Beredar
Dipasaran. Jurnal Pharmaceutical Sciences and Research (PSR), 3(3),
127-142.

Sari, K. L. K., Prasetia, I. G., dan Arisanti, C. I. S., 2011. Pengaruh Rasio
Amilum: Air dan Suhu Pemanasan terhadap Sifat Fisik Amilum Singkong
Pregelatin yang Ditujukan Sebagai Eksipien Tablet.

Sugianto, L., Yetti, O. K., dan Handayani, S. 2016, Uji Kesesragaman Bobot dan
Keseragaman Kadar Sediaan Pulveres yang Dibuat Apotek. Motorik
Jurnal Ilmu Keseshatan,3(6), 1-5.

Sujadmiko, W. K. K. Y dan Wikandari, P. R., 2017, Resistensi Antibiotik


Amoksisilin pada Strain Lactobacillus Plantarum B1765 Sebagai Kandidat
Kultur Probiotik. UNESA Journal of Chemistry, 6(1), 1-5.

Sumargo, F., dan Lannie, H., 2011. Optimasi Formula Tablet Lepas Lambat
Ibuprofen. Jurnal Farmasi Indonesia, 5(4), 195-2014.

Susanto, A. M., dan Haryono, H., 2016. Analisis Pengendalian Kualitas Statistika
pada Proses Produksi Pipa Electric Resistance Welded (ERW) di PT.
X. Jurnal Sains dan Seni ITS, 5(2).

42
Talogo, A. S. M., 2014, Pengaruh Waktu dan Temperatur Penyimpanan Terhadap
Tingkat Degradasi Kadar Amoksisilin dalam Sediaan Suspensi
Amoksisilin–Asam Klavulanat. Skripsi. FKIK, Jakarta: UIN Syarif
Hidayatullah.

Tisnowati, H., Hubeis, M., dan Hardjomidjojo, H., 2010. Analisis pengendalian
mutu produksi roti (Kasus PT. AC, Tangerang). Jurnal Manajemen
Pengembangan Industri Kecil Menengah, 3(1), 51-61.

Tjay, T. H., 2015, Obat-obat Pentin. Edisi ketujuh, Jakarta: Elex Media
Komputindo.

Utami, E. R., 2012, Antibiotika, resistensi, dan rasionalitas terapi. el–Hayah, 1(4),
1-8.

Utami, P., 2012, Antibiotik Alami untuk Mengatasi Aneka Penyakit. Jakarta
Selatan: Agro Media.

Utomo, M. T. S. dan Prabakusuma, A. S., 2012, Formulasi Pembuatan Tablet


Hisab Berbahan Dasar Mikroalga Spiuralina Platensis Sebagai Sumber
Antioksidan Alami. Jurnal Sains MIPA Universitas Lampung,7(3), 1-5.

Wahyuningsih, I., 2013, Formulasi Tablet Serbuk Pisang Raja (Musa xparadisia
AAB) Sebagai Penutup Tukak Lambung Pada Tikus. Pharmaciana, 2(1),
1-8.

Waney, R. dan Abidjulu, J., 2012, Pengaruh Suhu Terhadap Stabilitas Serta
Penetapan Kadar Tablet Furosemida Menggunakan Spektrofotometer Uv-
Vis. Jurnal Pharmacon, 1(2), 1-5.

Winarno, E. K., Andayani, W., dan Sumartono, A. 2010. Distribution of


surfactant and phenol in coastal waters of Jakarta Gulf. Indonesian Journal
of Chemistry, 6(3), 251-255.

Wulandari, A., dan Sugiono, S. 2017. Formulasi Tablet Hisap Ekstrak Etanol
Daun Pare (Momordica charantia L) Dengan Peanis Sukrosa-Laktosa-
Aspartam. Jurnal Cendekia Eksata, 2(1), 6-8.

Wulandari, D. A., 2013. Formulasi tablet hisap Spirulina platensis sebagai


suplemen makanan.

43
44
LAMPIRAN

HASIL KROMATOGRAM AMOKSISILLIN TRIHIDRAT 500 MG

45
46
47
48
49
50
Lampiran 2

Perhitungan Bobot Rata-rata Tablet

Umur (Bulan) Massa 20 tablet (mg) Rata-rata (mg)*


0 13233,13 661,66
6 13185,90 659,29
9 13218,30 661,20
12 13162,10 658,11
18 13120,40 656,02
24 13311,34 665,57
36 13037,70 651,88
48 13256,29 662,81
60 12542,77 627,13

Rumus mencari nilai bobot rata-rata:


𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 (𝑚𝑔)
*Rumus = 𝑛
13233,13 13311,34
0 = 24 =
20 20
= 661,66 = 665,57
13185,90 13037,70
6 = 36 =
20 20
= 659,29 = 651,88
13218,30 13256,29
9 = 48 =
20 20
= 661,20 = 662,81
13162,10 12542,77
12 = 60 =
20 20
= 658,11 = 627,13
13120,40
18 = 20
= 656,02

51
Lampiran 3

Perhitungan keragaman bobot tablet

Umur Kadar Presentasi Berat (%)*


B1 (mg) B2 (mg) B3 (mg)
(Bulan) (%) Minimal Maksimal
0 654,8 666,1 661,66 100,16 99,12 100,83
6 644,0 677,8 659,29 90,69 90,69 95,45
9 654,3 676,4 661,20 99,10 98,07 101,38
12 649,7 671,6 658,11 96,85 95,61 98,84
18 651,2 669,8 656,02 96,64 95,93 98,67
24 645,8 681,1 665,57 93,46 90,69 95,64
36 633,6 669,3 651,88 90,38 87,84 92,79
48 654,5 671,8 662,81 92,07 90,91 93,32
60 653,6 657,5 627,13 88,65 92,39 92,94
Rumus keragaman bobot
𝐵1
*Presentase minimal (%) = 𝐵3 𝑥 𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟
𝐵2
*Presentase maksimal (%) = 𝐵3 𝑥 𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟
B1 = Bobot minimal (mg)
B2 = Bobot maksimal (mg)
B3 = Bobot rata-rata (mg)

A. Keragaman bobot minimal:


𝐵1
*Presentase minimal (%) = 𝐵3 𝑥 𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 (%)

654,8 = 90,69%
0 = 661,66 x 100,16%
= 99,12% 36
633,6
= 651,88 x 90,38%
644,0
6 = 659,29 x 92,84%
= 90,69% = 87,84
654,3
9 = 661,20 x 99,10% 654,5
48 = 662,81 x 92,07%
= 98,07
649,7
12 = 658,11 x 96,85% = 90,91%
= 95,61% 653,6
651,2 60 = 627,13 x 88,65%
18 = 656,02 x 96,64%
= 92,39%
= 95,93%
645,8
24 = 665,57 x 93,46%

52
B. Keragaman bobot maksimal
𝐵2
*Presentase maksimal (%) = 𝐵3 𝑥 𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 (%)

666,1
0 = 661,66 x 100,16%
= 100,83%
677,8
6 = 659,29 x 92,84%
= 95,45%
676,4
9 = 661,20 x 99,10%
= 101,38
671,6
12 = 658,11 x 96,85%
= 98,84
669,8
18 = 656,02 x 96,64%

= 98,67%
681,1
24 = 665,57 x 93,46%

= 95,64%
669,3
36 = 651,88 x 90,38%

= 92,79%
671,8
48 = 662,81 x 92,07%

= 93,32%
657,5
60 = x 88,65%
627,13

= 92,94

53
Lampiran 4

Perhitungan Keregasan Tablet

Umur (Bulan) W1 (g) W2 (g) Keregasan (%)*


0 13,187 13,180 0,05
6 13,211 13,195 0,12
9 13,216 13,202 0,10
12 13,186 13,184 0,01
18 13,188 13,181 0,05
24 13,187 13,173 0,11
36 13,097 13,053 0,30
48 13,059 13,001 0,44
60 12,543 12,533 0,08
w1−w2
*Keregasan = w1 x 100%
W1 = Massa awal (g)
W2 = Massa akhir (g)

13,187−13,180 13,187−13,173
0 = 13,687
x 100% 24 = x 100%
13,187
= 0,05% = 0,11%
13,211−13,195 13,097−13,053
6 = 𝑥 100% 36 = x 100%
13,211 13,097
= 0,12% = 0,30%
13,216−13,202 13,059−13,001
9 = x 100% 48 = x 100%
13,216 13,059
13,186−13,184
12 = x 100% = 0,44%
13,186 12,543−12,533
= 0,01% 60 = 12,543
x 100%
13,188−13,181
18 = 𝑥 100% = 0,08%
13,188
= 0,05%

54
Lampiran 5
Perhitungan Kekerasan Tablet

Umur Pengulangan Rata-rata


(Bulan) 1 2 3 4 5 6 (kP)
0 11,3 8,9 10,0 10,7 11,2 8,1 10,18
6 7,8 9,2 9,0 10,9 9,1 7,8 8,97
9 10,0 11,4 7,7 8,2 9,2 8,3 9,13
12 6,5 8,2 11,2 7,2 8,3 9,7 8,52
18 8,4 11,0 11,7 10,2 8,9 7,7 9,65
24 6,5 10,0 9,2 8,1 8,1 8,2 8,35
36 6,6 9,7 6,7 9,2 8,0 8,5 8,12
48 8,4 8,9 9,3 8,3 8,1 9,7 8,78
60 14,4 12,2 14,6 14,6 11,2 14,8 13,63

𝐾𝑒𝑘𝑒𝑟𝑎𝑠𝑎𝑛
*Rumus = 𝑛
61,1 50,1
0 = 24 =
6 6
= 10,18 kP = 8,35 kP
53,8 48,7
6 = 36 =
6 6
= 8,97 kP = 8,12 kP
54,8 52,7
9 = 48 =
6 6
= 9,13 kP = 8,78
51,1 81,8
12 = 60 =
6 6
= 8,52 kP = 13,63 kP
57,9
18 = 6
=9,65 kP

55
Lampiran 6
Penentuan waktu hancur tablet

Umur (Bulan) Waktu Hancur (Menit)


0 1:03 1:03 1:04 1:01 1:05 1:00
6 1:33 1:33 1:21 1:45 1:33 1:37
9 4:22 5:20 5:14 3:16 5:20 4:38
12 1:40 2:02 3:44 2:14 2:32 3:34
18 2:11 1:53 2:03 2:27 2:13 2:01
24 2:13 3:15 3:15 2:22 3:02 3:30
36 2:08 1:28 2:26 1:50 1:24 1:16
48 0:45 1:09 1:29 0:59 0:41 0:59
60 2:03 3:25 3:17 5:15 2:09 4:07

56
Lampiran 7
Penentuan kadar air

Umur (Bulan) W1 (g) W2 (g) Kadar (%)


0 3,000 2,958 1,40
6 5,133 5,032 1,97
9 5,058 4,957 1,99
12 6,389 6,693 2,84
18 5,482 5,431 2,57
24 3,023 2,824 6,58
36 5,046 4,902 2,85
48 3,000 2,974 5,89
60 3,031 2,844 6,17

𝑤1−𝑤2
Rumus 𝐤𝐚𝐝𝐚𝐫 𝐚𝐢𝐫 = 𝑥 100 %
𝑤1

3,000−2,958 3,023−2,824
0 = x 100% 24 = X 100%
3,00 3,023
= 1,40% = 6,58%
5,133−5,032 5,048−4,902
6 = x 100% 36 = X 100%
5,133 5,048
= 1,97% = 2,85%
5,058−4,957 3,000−2,844
9 = X 100% 48 = X 100%
5,058 3,000
= 1,99% = 5,89%
6,389−6,693 3,031−2,844
12 = X 100% 60 = X 100%
6,389 3,031
= 2,84% = 6,17%
5,482−5,431
18 = X 100%
5,482
= 2,57%

57
Lampiran 8
Perhitungan kadar disolusi
Rumus:
𝐴𝑈 𝐵𝑊𝑆 𝐾𝑊𝑆 𝑉 365,41
Kadar disolusi = 𝑥 𝑥 𝑥 𝑥 𝑥 100%
𝐴𝑆 100 100 500 419,45
AU = Luas area larutan uji
AS = Luas area larutan standar
BWS = Berat amoksisilin trihidrat ws yang ditimbang (mg)
KWS/100 = Kadar amoksisilin trihidrat ws (%)
100 = Volume pengenceran larutan standart (mL)
V = Volume medium disolusi (900 mL)
500 = Kandungan amoksisilin yang seharusnya terdapat dalam etiket
365,41 = BM amoksisilin anhidrat
419,45 = BM amoksisilin trihidrat
Umur 0 Bulan:
562729657 63,8 𝑚𝑔 99,5 900 𝑚𝐿 365,41
1 = 5729464184 x x x 500 𝑚𝑔 x 419,45 x 100%
100 𝑚𝐿 100
= 97,33%
519972267 57,5 𝑚𝑔 99,5 900 𝑚𝐿 365,41
2 = 5729464184 x x x 500 𝑚𝑔 x 419,45 x 100%
250 𝑚𝐿 100
= 89,93%
569418791 63,8 𝑚𝑔 99,5 900 𝑚𝐿 365,41
3 = 5729464184 x x x 500 𝑚𝑔 x 419,45 x 100%
100 𝑚𝐿 100
= 89,93%
553385886 63,8 𝑚𝑔 99,5 900 𝑚𝐿 365,41
4 = 5729464184 x x x 500 𝑚𝑔 x 419,45 x 100%
100 𝑚𝐿 100
= 95,71%
555586422 63,8 𝑚𝑔 99,5 900 𝑚𝐿 365,41
5 = 5729464184 x x x 500 𝑚𝑔 x 419,45 x 100%
100 𝑚𝐿 100
= 96,09%

Umur 6 bulan:
10340133 28,67 𝑚𝑔 99,27 900 𝑚𝐿 365,41
1 = 10207932 x x x 500 𝑚𝑔 x 419,45 x 100%
50 𝑚𝐿 100
= 90,41%
10269570 28,67 𝑚𝑔 99,27 900 𝑚𝐿 365,41
2 = 10207932 x x x 500 𝑚𝑔 x 419,45 x 100%
50 𝑚𝐿 100
= 89,80%
10049330 28,67 𝑚𝑔 99,27 900 𝑚𝐿 365,41
3 = 10207932 x x x 500 𝑚𝑔 x 419,45 x 100%
50 𝑚𝐿 100
= 87,87%
10316517 28,67 𝑚𝑔 99,27 900 𝑚𝐿 365,41
4 = 10207932 x x x 500 𝑚𝑔 x 419,45 x 100%
50 𝑚𝐿 100
= 90,21%

58
10177233 28,67 𝑚𝑔 99,27 900 𝑚𝐿 365,41
5 = 10207932 x x x 500 𝑚𝑔 x 419,45 x 100%
50 𝑚𝐿 100
= 88,99%
10340133 28,67 𝑚𝑔 99,27 900 𝑚𝐿 365,41
6 = x x x 500 𝑚𝑔 x 419,45 x 100%
9999471 50 𝑚𝐿 100
= 87,44%

Umur 9 bulan:
9505022 32,12 99,06 900 𝑚𝐿 365,41
1 = 11248975,67 x 50 𝑚𝐿 x 100 x 500 𝑚𝑔 x 419,45 x 100%
= 83,78%
9420758 32,12 99,06 900 𝑚𝐿 365,41
2 = 11248975,67 x 50 𝑚𝐿 x x 500 𝑚𝑔 x 419,45 x 100%
100
= 83,04%
9574908 32,12 99,06 900 𝑚𝐿 365,41
3 = 11248975,67 x 50 𝑚𝐿 x x 500 𝑚𝑔 x 419,45 x 100%
100
= 84,39%
10087498 32,12 99,06 900 𝑚𝐿 365,41
4 = 11248975,67 x 50 𝑚𝐿 x x 500 𝑚𝑔 x 419,45 x 100%
100
= 88,91%
9872685 32,12 99,06 900 𝑚𝐿 365,41
5 = 11248975,67 x 50 𝑚𝐿 x x 500 𝑚𝑔 x 419,45 x 100%
100
= 87,02%
9633247 32,12 99,06 900 𝑚𝐿 365,41
6 = 11248975,67 x 50 𝑚𝐿 x x 500 𝑚𝑔 x 419,45 x 100%
100
= 84,91%

Umur 12 bulan:
9681928 32,12 99,06 900 𝑚𝐿 365,41
1 = 11383371,5 x 50 𝑚𝐿 x 100 x 500 𝑚𝑔 x 419,45 x 100%
= 84,87%
9716290 32,12 99,06 900 𝑚𝐿 365,41
2 = x x x x x 100%
11383371,5 50 𝑚𝐿 100 500 𝑚𝑔 419,45
= 85,17%
9810394 32,12 99,06 900 𝑚𝐿 365,41
3 = 11383371,5 x 50 𝑚𝐿 x x 500 𝑚𝑔 x 419,45 x 100%
100
= 85,10%
9692744 32,12 99,06 900 𝑚𝐿 365,41
4 = 11383371,5 x 50 𝑚𝐿 x x 500 𝑚𝑔 x 419,45 x 100%
100
= 84,97%
9659260 32,12 99,06 900 𝑚𝐿 365,41
5 = 11383371,5 x 50 𝑚𝐿 x 100
x 500 𝑚𝑔 x 419,45 x 100%
= 84,67%
9408848 32,12 99,06 900 𝑚𝐿 365,41
6 = 11383371,5 x 50 𝑚𝐿 x x 500 𝑚𝑔 x 419,45 x 100%
100

59
= 84,48%

Umur 18 bulan:
9583732 63,88 99,76 900 𝑚𝐿 365,41
1 = 11227706,83 x 100 𝑚𝐿 x x 500 𝑚𝑔 x 419,45 x 100%
100
= 85,14%
9494378 63,88 99,76 900 𝑚𝐿 365,41
2 = 11227706,83 x 100 𝑚𝐿 x x 500 𝑚𝑔 x 419,45 x 100%
100

= 84,34%
10020822 63,88 99,76 900 𝑚𝐿 365,41
3 = x x x 500 𝑚𝑔 x 419,45 x 100%
11227706,83 100 𝑚𝐿 100

= 89,02%
9819802 63,88 99,76 900 𝑚𝐿 365,41
4 = x 100 𝑚𝐿 x x 500 𝑚𝑔 x 419,45 x 100%
11227706,83 100

= 87,23%
9909100 63,88 99,76 900 𝑚𝐿 365,41
5 = x 100 𝑚𝐿 x x 500 𝑚𝑔 x 419,45 x 100%
11227706,83 100

= 88,03%
9802015 63,88 99,76 900 𝑚𝐿 365,41
6 = 11227706,83 x 100 𝑚𝐿 x x 500 𝑚𝑔 x 419,45 x 100%
100
= 87,08%

Umur 24 bulan:
9265763 63,81 99,76 900 𝑚𝐿 365,41
1 = 11225738,67 x 100 𝑚𝐿 x x 500 𝑚𝑔 x 419,45 x 100%
100
= 82,39%
8615237 63,81 99,76 900 𝑚𝐿 365,41
2 = 11225738,67 x 100 𝑚𝐿 x x 500 𝑚𝑔 x 419,45 x 100%
100

= 76,61%
9489772 63,81 99,76 900 𝑚𝐿 365,41
3 = 11225738,67 x 100 𝑚𝐿 x x 500 𝑚𝑔 x 419,45 x 100%
100

= 84,38%
9450482 63,81 99,76 900 𝑚𝐿 365,41
4 = 11225738,67 x 100 𝑚𝐿 x x 500 𝑚𝑔 x 419,45 x 100%
100
= 84,03%
9265763 63,81 99,76 900 𝑚𝐿 365,41
5 = 11225738,67 x 100 𝑚𝐿 x x 500 𝑚𝑔 x 419,45 x 100%
100
= 84,37%

60
8982763 63,81 99,76 900 𝑚𝐿 365,41
6 = 11225738,67 x 100 𝑚𝐿 x x 500 𝑚𝑔 x 419,45 x 100%
100
= 79,88%

Umur 36 bulan:
9727557 28,67 99,27 900 𝑚𝐿 365,41
1 = 10207932 x 50 𝑚𝐿 x x 500 𝑚𝑔 x 419,45 x 100%
100
= 85,06%
9652757 28,67 99,27 900 𝑚𝐿 365,41
2 = x x x x x 100%
10207932 50 𝑚𝐿 100 500 𝑚𝑔 419,45
= 84,40%
9506170 28,67 99,27 900 𝑚𝐿 365,41
3 = 10207932 x 50 𝑚𝐿 x x 500 𝑚𝑔 x 419,45 x 100%
100
= 83,12%
9710978 28,67 99,27 900 𝑚𝐿 365,41
4 = 10207932 x 50 𝑚𝐿 x 100
x 500 𝑚𝑔 x 419,45 x 100%
= 84,91%
9357228 28,67 99,27 900 𝑚𝐿 365,41
5 = 10207932 x 50 𝑚𝐿 x x 500 𝑚𝑔 x 419,45 x 100%
100
= 81,82%
9661082 28,67 99,27 900 𝑚𝐿 365,41
6 = 10207932 x 50 𝑚𝐿 x x 500 𝑚𝑔 x 419,45 x 100%
100
= 84,48%

Umur 48 bulan:
9114732 63,84 99,76 900 𝑚𝐿 365,41
1 = 11223820,17 x 100 𝑚𝐿 x x 500 𝑚𝑔 x 419,45 x 100%
100
= 81,10%
9087688 63,84 99,76 900 𝑚𝐿 365,41
2 = 11223820,17 x 100 𝑚𝐿 x x 500 𝑚𝑔 x 419,45 x 100%
100

= 80,86%
9091029 63,84 99,76 900 𝑚𝐿 365,41
3 = 11223820,17 x 100 𝑚𝐿 x x 500 𝑚𝑔 x 419,45 x 100%
100

= 80,89%
9079128 63,84 99,76 900 𝑚𝐿 365,41
4 = 11223820,17 x 100 𝑚𝐿 x x 500 𝑚𝑔 x 419,45 x 100%
100

= 80,78%
9100240 63,84 99,76 900 𝑚𝐿 365,41
5 = 11223820,17 x 100 𝑚𝐿 x x 500 𝑚𝑔 x 419,45 x 100%
100

= 80,97%

61
9075195 63,84 99,76 900 𝑚𝐿 365,41
6 = 11223820,17 x 100 𝑚𝐿 x x 500 𝑚𝑔 x 419,45 x 100%
100

= 80,75%

Umur 60 bulan:
9290645 31,89 99,76 900 𝑚𝐿 365,41
1 = 10385554,5 x 50 𝑚𝐿 x x 500 𝑚𝑔 x 419,45 x 100%
100
= 85,25%
9205693 31,89 99,76 900 𝑚𝐿 365,41
2 = 10385554,5 x 50 𝑚𝐿 x x 500 𝑚𝑔 x 419,45 x 100%
100

= 88,44%
9404931 31,89 99,76 900 𝑚𝐿 365,41
3 = 10385554,5 x 50 𝑚𝐿 x x 500 𝑚𝑔 x 419,45 x 100%
100

= 90,35%
9456164 31,89 99,76 900 𝑚𝐿 365,41
4 = 10385554,5 x 50 𝑚𝐿 x x 500 𝑚𝑔 x 419,45 x 100%
100

= 90,45%
9278792 31,89 99,76 900 𝑚𝐿 365,41
5 = 10385554,5 x 50 𝑚𝐿 x x 500 𝑚𝑔 x 419,45 x 100%
100

= 89,14%
9328444 31,89 99,76 900 𝑚𝐿 365,41
6 = 10385554,5 x 50 𝑚𝐿 x x 500 𝑚𝑔 x 419,45 x 100%
100

= 89,62%

62
Lampiran 9
Perhitungan kadar amoksisilin trihidrat dalam sampel amoksisilin 500 mg
Rumus:
𝐴𝑈 𝐵𝑊𝑆 𝐾𝑊𝑆 20/2𝑥25 𝐵𝑅 365,41
Kadar = 𝑥 𝑥 𝑥 𝑥 𝑥 𝑥 100%
𝐴𝑆 20/2𝑥25 100 𝐵𝑈 500 419,45
Keterangan :
AU = Luas area larutan uji
AS = Luas area larutan standar
BWS = Berat amoksisilin trihidrat ws yang ditimbang (mg)
20/2x25 = Volume pengenceran larutan uji (mL)
KWS/100 = Kadar amoksisilin trihidrat ws (%)
20/2x25 = Volume pengenceran larutan standar (mL)
BU = Berat zat uji yang ditimbang (mg)
BR = Berat rata-rata netto per tablet (mg)
500 (mg) = Kandungan amoksisilin yang seharusnya tertera dalam etiket
419,45 = BM amoksisilin trihidrat
365,41 = BM amoksisilin anhidrat

Umur 0 bulan:
52450,483 57,5 𝑚𝑔 99,05 % 250 𝑚𝐿 661,6 365,41
1 = 51789,93684 x x 100 𝑚𝐿 x 66,6 𝑚𝑔 x x 419,45 x 100%
250 𝑚𝐿 500
= 99,84%
52782,0339 57,5 𝑚𝑔 99,05 % 250 𝑚𝐿 661,6 365,41
2 = 51789,93684 x x 100 𝑚𝐿 x 66,6 𝑚𝑔 x x 419,45 x 100%
250 𝑚𝐿 500
= 100,47%

Umur 6 bulan:
9183661 28,67 𝑚𝑔 99,27 250 𝑚𝐿 659,295 365,41
1 = 1020348817 x x x 31,41 𝑚𝑔 x x 419,45 x 100%
250 𝑚𝐿 100 500
= 93,68%
9021329 28,67 𝑚𝑔 99,27 250 𝑚𝐿 659,295 𝑚𝑔 365,41
2 = 1020348817 x x x 31,41 𝑚𝑔 x x 419,45 x 100%
250 𝑚𝐿 100 500 𝑚𝑔
= 92,08%

Umur 9 bulan:
10004897 57,58 𝑚𝑔 99,06 250 𝑚𝐿 661,20 𝑚𝑔 365,41
1 = 9990968,17 x x x 66,08 𝑚𝑔 x x 419,45 x 100%
250 𝑚𝐿 100 500 𝑚𝑔
= 99,74%
9952890 28,67 𝑚𝑔 99,06 250 𝑚𝐿 661,20 𝑚𝑔 365,41
2 = 9990968,17 x x x 31,41 𝑚𝑔 x x x 100%
250 𝑚𝐿 100 500 𝑚𝑔 419,45
= 99,23%

63
Umur 12 bulan:
7875484 35,84 𝑚𝑔 99,06 250 𝑚𝐿 658,11 𝑚𝑔 365,41
1 = 1002919517 x x x 66,03 𝑚𝑔 x x 419,45 x 100%
125 𝑚𝐿 100 500 𝑚𝑔
= 96,83%
7875480 35,84 𝑚𝑔 99,06 250 𝑚𝐿 658,11 𝑚𝑔 365,41
2 = 1002919517 x x x 66,03 𝑚𝑔 x x 419,45 x 100%
125 𝑚𝐿 100 500 𝑚𝑔
= 96,87%

Umur 18 bulan:
9703267 57,45 𝑚𝑔 99,76 250 𝑚𝐿 656,02 𝑚𝑔 365,41
1 = 1001652067 x x x 66,05 𝑚𝑔 x x 419,45 x 100%
250 𝑚𝐿 100 500 𝑚𝑔
= 96,08%
9736620 57,45 𝑚𝑔 99,76 250 𝑚𝐿 656,02 𝑚𝑔 365,41
2 = 1001652067 x x x 66,05 𝑚𝑔 x x 419,45 x 100%
250 𝑚𝐿 100 500 𝑚𝑔

Umur 24 bulan:
2439382 34,45 𝑚𝑔 99,76 250 𝑚𝐿 658,52 𝑚𝑔 365,41
1 = 2442701167 x x x 39,64 𝑚𝑔 x x 419,45 x 100%
250 𝑚𝐿 100 500 𝑚𝑔
= 99,71%
2434792 34,45 𝑚𝑔 99,76 250 𝑚𝐿 658,52 𝑚𝑔 365,41
2 = 2442701167 x x x 39,64 𝑚𝑔 x x 419,45 x 100%
250 𝑚𝐿 100 500 𝑚𝑔
= 99, 70%

Umur 36 bulan:
8959187 28,67 𝑚𝑔 99,27 50 𝑚𝐿 651,88 𝑚𝑔 365,41
1 = 102034865 x x x 31,41 𝑚𝑔 x x 419,45 x 100%
250 𝑚𝐿 100 500 𝑚𝑔
= 90,36%
9650407 28,67 𝑚𝑔 99,27 50 𝑚𝐿 651,88 𝑚𝑔 365,41
2 = 102034865 x x x 33,5 𝑚𝑔 x x 419,45 x 100%
250 𝑚𝐿 100 500 𝑚𝑔
= 90,39%

Umur 48 bulan:
9650407 72,21 𝑚𝑔 99,76 50 𝑚𝐿 662,81 𝑚𝑔 365,41
1 = 1055912167 x x x 33,1 𝑚𝑔 x x 419,45 x 100%
125 𝑚𝐿 100 500 𝑚𝑔
= 91,53%
9807037 72,21 𝑚𝑔 99,76 50 𝑚𝐿 662,81 𝑚𝑔 365,41
2 = 1055912167 x x x 33,46 𝑚𝑔 x x 419,45 x 100%
125 𝑚𝐿 100 500 𝑚𝑔
= 92,02%

Umur 60 bulan:
1150122 68,95 𝑚𝑔 99,76 100 𝑚𝐿 627,14 𝑚𝑔 365,41
1 = 1323866714 x x x 79,16 𝑚𝑔 x x 419,45 x 100%
100 𝑚𝐿 100 500 𝑚𝑔
= 82,48%
1164364 68,95 𝑚𝑔 99,76 100 𝑚𝐿 627,14 𝑚𝑔 365,41
2 = 1323866714 x x x 79,15 𝑚𝑔 x x 419,45 x 100%
100 𝑚𝐿 100 500 𝑚𝑔

64

Anda mungkin juga menyukai