Anda di halaman 1dari 2

REFLEKSI KASUS

1. Deskripsi Masalah
Komuda sudah berjalan sperti yang sudah di jadwalkan, dalam komuda kami
menemukan hal yang menarik. Pertama kali masuk ke RSJ Grhasia kami di bekali sedikit
ilmu terlebih dahulu dalam menangani pasien yang melakukan pemberontakan atau dalam
kedaruratan psikiatrik. Materi yang diberikan hampir sama dengan apa yang sudah
diberiakn di kampus, hanya saja materi yang di sampaikan ada sedikit tambahan dalam
menagani pasien yang melakukan pemberontakan. Penanganan yang diberikan pada pasien
memerlukan sebuah team, yaitu seorang leader dan 4 orang sebagai anggota. Alat yang
diperlukan seperti baju restrain, tali atau kain panjang dan kain selimut. Pada saat
penanganan pasien 2 anggota bertugas memegangi kedua tangan pasien, ada yang dari
kanan dan dari kiri sesuai instruksi leader, dan ada seseorang yang berada di belakan pasien
yang sudah siap membawa kain selimut. Kain selimut tersebut digunakan untuk menutupi
kepala dengan tujuan agar pasien tidak meludahi, menggigit, agar pasien tenang, serta
mempermudah perawat dalam menolong, kemudian pada saat pasien sudah di tutup
kepalanya pasien disuruh untuk jalan dan apabila tetap tidak mau jalan, pasien akan
diangkat dengan bantuan 2 orang perawat yang berada di depan yang akan mengangkat
kedua kaki pasien.

2. Perasaan saat menjumpai kasus tersebut


Perasaan yang kami rasakan saat menjumpai kasus tersebut adalah masih bertanya-
tanya, kenapa harus di lakukan penutupan pada kepala pasien dengan menggunakan kain
selimut tersebut. Namun setelah dijelasken kembali tujuannya agar tidak mencederai diri
dan orang lain menjadi paham.

3. Hal Positif dan negative


Hal positif dari masalah tersebut adalah tindakan restrain dalam menangani pasien
yang amuk atau memberontak dengan menggunakan penutup kepala dapat mempermudah
perawat dalam menangani kasus tersebut.
4. Analisis
Restrain digunakan untuk membatasi pergerakan pasien secara paksa karena
ditakutkan dapat mencederai orang lain maupun dirinya sendiri. mekanisme restrain dapat
bervariasi tergantung situasi pasien. Penanganan pasien dalam kedaruratan pada pasien
amuk boleh dengan memodifikasi suatu tindakan agar mempermudah perawat dalam
menangani suatu kasus yang terjadi di lapangan, namun dalam memodifikasi suatu
tindakan yang dilakukan harus tetap memperhatikan beberapa hal, salah satunya harus
tetap memperhatikan atau memperlakukan pasien secara manusiawi.

5. Kesimpulan dan rencana tindak lanjut


Kesimpulan dari masalah ini adalah memodifikasi tindakan yang digunakan dalam
menangani pasien amuk merupakan suatu inofasi yang dapat mempermudah dan
membantu perawat dalam menangani kasus tersebut namun harus tetap memperhatikan
beberapa hal, salah satunya memanusiakan manusia. Kedepannya mungkin suatu
modifikasi tindakan tersebut bisa dikembangkan lagi namun tetap harus memperhatikan
beberapa hal agar tidak merugikan salah satu pihak antara pasien dengan perawat.

6. Referensi
MENKES RI NO 1627/MENKES/SK/XI/2010 “Kegawatdaruratan Psikiatrik”.

Anda mungkin juga menyukai