Anda di halaman 1dari 25

FAKTOR-FAKTOR YANG MENENTUKAN

EARNINGS RESPONSE COEFFICIENT

Jurica Lucyanda
Program Studi Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Bakrie
Jl. H.R. Rasuna Said Kav. C-22, Kuningan, Jakarta Selatan 12920

Aisha Homy Nahomy


Program Studi Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Bakrie
Jl. H.R. Rasuna Said Kav. C-22, Kuningan, Jakarta Selatan 12920

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk menguji faktor-faktor apa saja yang memengaruhi earnings
response coefficient (ERC). Faktor-faktor yang digunakan dalam penelitian ini adalah
kualitas audit, persistensi laba, struktur modal, kesempatan bertumbuh, ukuran
perusahaan, dan konservatisma. Populasi penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2008-2010. Pemilihan sampel
dilakukan menggunakan metode purposive sampling. Total sampel yang digunakan
berjumlah 117 sampel. Hipotesis pada penelitian ini diuji menggunakan analisis regresi
berganda (multiple regression analysis). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas
audit dan persistensi laba berpengaruh positif terhadap ERC, sedangkan struktur modal
berpengaruh negatif terhadap ERC. Faktor lain seperti konservatisma, kesempatan
bertumbuh, dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap ERC.

Kata kunci: earnings response coefficient (ERC), konservatisma, kualitas audit,


persistensi laba, kesempatan bertumbuh, struktur modal, ukuran perusahaan.

Abstract

The objective of this study is to examine factors that affect earnings response coefficient
(ERC). These factors consist of audit quality, earnings persistence, capital structure,
growth, and firm size. The study added one variable, which is conservatism. It is often
claimed that the practice of conservatism in accounting produces higher earnings quality,
meanwhile the others said that conservatism will understate earnings, and make earnings
become biased for investor. Sample used in this study are 117 firms year listed in
Indonesia Stock Exchange from 2008-2010. The hypotheses in this study are tested by
using muliple regression analysis. The results of the study show that audit quality and
earnings persistence have positive influence on earnings response coefficients, while
capital structure influence ERC negatively. On the other hand, conservatism, growth,
and firm size are not statistically significant to influence earnings response coefficient.

Key words: earnings response coefficient, conservatism, audit quality, persistence,


growth, capital structure, firm size.

1
1. Pendahuluan yang akan diambil dan akan
Berdasarkan Pernyataan Standar meninggalkan investasi berisiko tinggi
Akuntansi Keuangan (PSAK) No.1, namun memberikan return yang rendah.
tujuan laporan keuangan adalah Earnings Response Coefficient
memberikan informasi mengenai posisi (ERC) merupakan bentuk pengukuran
keuangan, kinerja keuangan dan arus kandungan informasi dalam laba yang
kas entitas yang bermanfaat bagi dapat digunakan sebagai alternatif
sebagian besar kalangan pengguna dalam mengukur value relevance
laporan dalam pembuatan keputusan informasi laba (Lev dan Zarowin,
ekonomi (Ikatan Akuntan Indonesia, 1999). Tinggi atau rendahnya ERC
2009). Dalam rangka pengungkapan mampu menunjukkan bahwa informasi
informasi tersebut, laporan laba rugi yang terkandung dalam laba bersifat
merupakan hal yang penting karena informatif atau tidak bagi investor untuk
didalamnya terdapat informasi membuat keputusan ekonomi. Pasar
mengenai kinerja perusahaan pada satu atau investor merespons secara berbeda
periode yang terangkum dalam laba terhadap infomasi laba akuntansi yang
perusahaan pada tahun berjalan. berbeda sesuai dengan kredibilitas atau
Informasi yang terkandung kualitas informasi laba akuntansi
dalam laba perusahaan memberikan tersebut. Kredibilitas atau kualitas laba
kemudahan kepada pengguna laporan dipengaruhi oleh berbagai faktor antara
keuangan untuk menilai kinerja lain persistensi, pertumbuhan dan
perusahaan saat ini, mengestimasi prediktibiltas laba, ukuran perusahaan,
kinerja masa depan, dan memprediksi risiko, tingkat bunga risiko, jenis
arus kas yang dapat dihasilkan industri, metode akuntansi, variasi
perusahaan di tahun-tahun berikutnya. perubahan harga, kualitas audit, jumlah
Dengan adanya informasi ini pengeluaran research dan development
diharapkan ketidakpastian dalam cost, dan environtmental debt
berinvestasi dapat dikurangi dan (Kormendi dan Lipe, 1987; Easton dan
kualitas keputusan yang diambil dapat Znijewski, 1989; Imhoff dan Lobo,
ditingkatkan. Investor dapat 1992; Teoh dan Wong, 1993; Bae dan
memutuskan pilihan investasi mana Sami, 1999).

2
Penelitian mengenai faktor- perusahaan dan menunjukkan bahwa
faktor yang memengaruhi ERC telah perusahaan dapat mempertahankan laba
banyak dilakukan dengan model yang dari waktu ke waktu. Persistensi laba
berbeda dan hasil yang beragam, merupakan salah satu unsur kualitas
diantaranya yang dilakukan di informasi akuntansi relevansi, yaitu
Indonesia adalah penelitian oleh nilai prediksi (Fanani, 2010). Hasil
Syafrudin (2004), Mulyani, Asyik dan penelitian Kormendi dan Lipe (1987),
Andayani (2007), Murwaningsari Naimah dan Utama (2007), dan
(2007), Susilawati (2008) dan Suaryana Syafrudin (2004) menjelaskan bahwa
(2008). Faktor-faktor yang diteliti persistensi laba berpengaruh positif
diantaranya persistensi laba, terhadap ERC. Semakin persisten laba
kesempatan bertumbuh, struktur modal, maka semakin besar informasi yang
kualitas auditor, ketepatan pelaporan terkandung pada laba pada saat
keuangan, dan ukuran perusahaan yang pengumuman laba.
memengaruhi besar ERC. Selain persistensi laba,
Kualitas auditor merupakan kesempatan bertumbuh perusahaan juga
salah satu faktor yang memengaruhi memiliki pengaruh terhadap besarnya
ERC. Teoh dan Wong (1993) ERC. Semakin besar kesempatan
menjelaskan bahwa investor akan tumbuh suatu perusahaan, maka
beranggapan bahwa laporan laba rugi semakin besar pula kesempatan
dari auditor yang berkualitas lebih perusahaan mendapatkan laba yang
akurat dan dapat mencerminkan nilai diperoleh pada masa mendatang dan hal
ekonomi sesungguhnya. Berbeda ini akan memengaruhi kualitas
dengan penelitian Mulyani dkk. (2007) informasi yang terkandung dalam laba
yang menghasil bahwa kualitas auditor perusahaan. Teori ini telah dibuktikan
tidak memengaruhi persepsi investor oleh Collins dan Kothari (1989) yang
terhadap kualitas informasi dalam laba menguji pengaruh kesempatan
perusahaan. bertumbuh terhadap ERC dan
Persistensi laba sebagai salah mendapatkan hasil bahwa perusahaan
satu faktor yang juga memengaruhi dengan kesempatan bertumbuh yang
ERC, mencerminkan kualitas laba

3
lebih besar akan memiliki ERC yang Pada praktiknya, informasi laba
tinggi. saja kadang tidak cukup untuk dijadikan
Faktor lain yang memengaruhi sebagai dasar pengambilan keputusan
ERC adalah ukuran perusahaan. oleh investor karena ada kemungkinan
Perusahaan besar dianggap mempunyai informasi tersebut bias. Biasnya
informasi yang lebih banyak informasi laba antara lain dapat
dibandingkan perusahaan kecil, dan disebabkan oleh metode akuntansi yang
jumlah informasi ini akan memengaruhi digunakan perusahaan, yaitu ketika
kualitas informasi yang terkandung perusahaan memilih untuk
dalam laba. Penelitian Chaney dan Jeter menggunakan akuntansi konservatif
(1991) menunjukkan bahwa ukuran dalam penyusunan laporan
perusahaan berpengaruh positif keuangannya. Konservatisme
terhadap ERC. Namun, hasil ini merupakan konsep akuntansi yang
bertentangan dengan penelitian Fan- kontroversial (Mayangsari dan Wilopo,
Fah, Mohd, dan Nasir (2008) yang 2002). Konservatisme dianggap
menemukan variabel size berpengaruh menguntungkan karena laba yang
negatif terhadap ERC. dihasilkan mencerminkan laba minimal
Kualitas informasi yang yang dapat diperoleh perusahaan
terkandung dalam laba juga diduga sehingga laba yang dilaporkan tidak
dipengaruhi oleh struktur modal merupakan laba yang dibesar-besarkan.
perusahaan. Harris dan Raviv (1990) Konservatisme juga dapat membatasi
menyatakan bahwa besarnya utang tindakan manajer untuk membesar-
menunjukkan kualitas perusahaan serta besarkan laba serta memanfaatkan
prospek yang kurang baik pada masa informasi yang asimetri ketika
mendatang. Pendapat ini didukung oleh menghadapi klaim atas aktiva
hasil penelitian Naimah (2006), yang perusahaan (Givoly & Hayn, 2004).
membuktikan bahwa koefisien respon Penelitian Panman dan Zang (2002),
laba akuntansi lebih rendah pada Dewi (2005), Suaryana (2008)
perusahaan yang memiliki struktur menyimpulkan bahwa ERC perusahaan
modal yang tediri dari lebih banyak yang menerapkan akuntansi konservatif
utang. lebih rendah daripada perusahaan yang

4
tidak menerapkan akuntansi perusahaan berpengaruh positif
konservatif. Hal ini dikarenakan terhadap ERC, sedangkan struktur
perusahaan yang menerapkan akuntansi modal yang diukur dengan leverage
konservatif akan memiliki daya prediksi menunjukkan pengaruh negatif terhadap
laba yang rendah. ERC.
Penelitian ini dilakukan karena Penelitian ini bertujuan menguji
adanya beberapa perbedaan hasil pengaruh kualitas auditor, persistensi
penelitian sebelumnya (research gap). laba, pertumbuhan perusahaan, ukuran
Penelitian ini merupakan perusahaan, sruktur modal dan
pengembangan dari penelitian yang konservatisme terhadap kandungan
dilakukan oleh Mulyani dkk. (2007), informasi dalam laba perusahaan yang
yaitu dengan menambahkan variabel diproksikan dengan ERC. Penelitian ini
konservatisme. Pada penelitian berbeda dengan penelitian Mulyani dkk.
sebelumnya Mulyani dkk (2007) (2007) dalam penggunaan proksi
menguji faktor-faktor yang kualitas auditor, yaitu penelitian ini
memengaruhi ERC seperti persistensi menggunakan auditor industry
laba, struktur modal, kesempatan specialization seperti yang digunakan
bertumbuh, ukuran perusahaan, dan Craswell (1995) dalam Mayangsari
kualitas auditor. Hasil penelitian (2004) serta Balsam, Krisnan, dan Yang
diperoleh bahwa persistensi laba, (2003).
kesempatan bertumbuh, dan ukuran

2. Tinjauan Pustaka dan Hipotesis terhadap return saham, dan biasanya


2.1 Earnings Response Coefficient diukur dengan koefisien dalam regresi
(ERC) abnormal return saham dan unexpected
Earnings Response Coefficient earning. Hal ini menunjukkan bahwa
merupakan bentuk pengukuran kualitas ERC adalah reaksi atas laba yang
kandungan informasi dalam laba. Cho diumumkan perusahaan. Reaksi yang
dan Jung (1991) dalam Murwaningsari diberikan tergantung dari kualitas laba
(2007) mendefinisikan ERC sebagai yang dihasilkan oleh perusahaan. Tinggi
efek setiap dolar unexpected earnings dan rendahnya ERC tergantung dari

5
"good news" atau "bad news" yang ada kemungkinan kebocoran informasi
terkandung dalam laba. menjelang dikeluarkannya laporan
Investor yang ingin melakukan keuangan. Pada waktu perusahaan
investasi atau yang ingin melakukan mengumumkan laba tahunan, bila laba
divestasi harus melihat informasi apa aktual lebih tinggi dibandingkan dengan
yang terkandung dalam laba sehingga hasil prediksi laba yang selama ini
bisa membuat keputusan yang terbaik. mereka buat, maka yang terjadi adalah
Informasi laba menggambarkan kinerja good news, sehingga investor akan
manajemen perusahaan dalam melakukan revisi ke atas terhadap laba
mengelola sumber daya perusahaan. dan kinerja perusahaan di masa yang
Informasi yang terkandung dalarn laba datang dan membeli saham perusahaan.
ini sangat penting karena direaksi oleh Sebaliknya, jika hasil prediksi lebih
investor. Ketika laba tahunan tinggi dari aktualnya, yang berarti bad
diumumkan, investor akan segera news, maka investor akan melakukan
bereaksi terhadap informasi laba yang revisi kebawah dan segera menjual
dilaporkan. Bagi investor, informasi saham perusahaan tersebut karena
yang dilaporkan dapat bersifat "bad kinerja perusahaan tidak sesuai dengan
news" dan "good news", tergantung dari yang diperkirakan (Ambarwati, 2008).
apa yang diekspetasikan oleh investor Secara teoritis, volume saham
(Harahap, 2008). akan segera berubah segera setelah
Dasar pemikiran ERC adalah perusahaan melaporkan labanya. Bila
bahwa investor memiliki perhitungan investor yang merasakan good news
ekspektasi laba jauh hari sebelum lebih banyak dari yang merasakan bad
laporan dikeluarkan. Periode peramalan news maka akan ada kenaikan harga
laba dapat mencapai satu tahun sebelum pasar dari saham perusahaan yang
diumumkannya angka laba perusahaan. bersangkutan. Sebaliknya bila bad news
Menjelang saat-saat dikeluarkannya lebih banyak dari good news akan ada
laporan keuangan, investor akan lebih penurunan harga pasar karena
memiliki banyak informasi dalam banyaknya investor yang melakukan
membuat analisis terhadap angka laba penjualan atas saham tersebut.
periodik. Hal ini dapat terjadi karena Kenaikan dan penurunan harga saham

6
tersebut akan terakumulasi pada konservatisma tidak menganjurkan
cumulative abnormal return (CAR) understatement pada net asset atau laba
masing-masing perusahaan. bersih. Namun dalam situasi
ERC mengukur tanggapan ketidakpastian, akan lebih baik bagi
abnormal return terhadap laba kejutan. perusahaan untuk menyatakan kurang
Jika suatu pengumuman mengandung saji dari pada lebih saji pada net asset
informasi, maka diharapkan pasar akan dan laba bersih (Kieso, Weygandt, dan
bereaksi pada waktu pengumuman Warfield, 2009).
tersebut diterima oleh pasar. Reaksi Selain itu konservatisme
tersebut ditunjukkan dengan perubahan didefinisikan sebagai ”anticipated no
harga sekuritas yang bersangkutan serta profit, but anticipated all losses”
abnormal return yang diterima oleh (Watts, 2002). Selanjutnya Watts (2002)
investor. Teori ini sesuai dengan hasil menjelaskan bahwa konsekuensi
penelitian Ball dan Brown (1968) dalam penting dari perlakuan asimetris
Astuti (2010) yang menguji tentang laba konservatisme atas gain dan losses
dan harga saham, dimana penelitian adalah understatement nilai aset bersih
menunjukkan bukti empiris bahwa yang persisten. Konservatisme sering
keduanya mempunyai hubungan positif kali dilihat sebagai overiding holding
secara statistis signifikan. Hal ini berarti gains argument, karena banyak akuntan
naik turunnya laba akan memengaruhi percaya bahwa dengan menempatkan
naik turunnya harga saham secara penilaian yang paling tidak diinginkan
searah. pada perusahaan, maka semakin kecil
kemungkinan terjadi salah penafsiran
2.2 Konservatisma dan ERC oleh pengguna informasi akuntansi
Konservatisma merupakan (Schroeder, Clark, dan Cathey, 2009).
konsep bahwa dalam keadaan yang Beberapa penelitian sebelumnya
tidak pasti, perusahaan harus memilih menghasilkan simpulan yang berbeda
solusi yang meminimalkan atas reaksi pasar terhadap
kemungkinan terjadinya lebih saji pada konservatisme laporan keuangan. Hasil
net asset dan laba bersih. Hal yang perlu penelitian Penman dan Zang (2002)
diperhatikan adalah konsep mendukung penelitian Giner dan Ress

7
(2001), menunjukkan bahwa laba yang konservatif. Penelitian Almilia dan
disusun dengan prinsip akuntansi yang Yuliati (2006) menyimpulkan
cenderung konservatif dianggap sebagai konservatisma berpengaruh terhadap
bad news, sehingga direaksi dengan ERC. Berdasarkan hasil penelitian
cepat oleh pasar. Penelitian Gigler dan sebelumnya, hipotesis yang diajukan:
Hemmer (2001) menyimpulkan bahwa H1: Konservatisma berpengaruh negatif
pasar bereaksi lebih cepat terhadap terhadap Earnings Response
informasi-informasi dari perusahaan Coefficient.
yang menerapkan metode akuntansi
yang kurang konservatif (lebih optimis). 2.3 Kualitas Auditor dan ERC
Penelitian Dewi (2005) menunjukkan Kualitas audit didefinisikan
bahwa hubungan antara ERC dengan sebagai probabilitas gabungan, bahwa
konservatisme laporan keuangan timbul kesalahan material yang ada pada
karena laba dalam laporan keuangan laporan keuangan dapat dideteksi dan
menyebabkan pasar bereaksi. Laba yang dilaporkan oleh seorang auditor
konservatif atau optimis, yang dalam (DeAngelo, 1981 dalam Herusetya,
penelitian ini diproksikan dengan akrual 2007). Laporan keuangan auditan yang
yang diperoleh dari selisih antara net berkualitas, relevan dan dapat dipercaya
income dan cash flow, diperkirakan dihasilkan dari audit yang dilakukan
akan menyebabkan pasar bereaksi. secara efektif oleh auditor yang
Hasil ini menunjukkan bahwa ERC berkualitas. Pemakai laporan keuangan
laporan yang cenderung optimis lebih lebih percaya pada laporan keuangan
tinggi dibandingkan ERC laporan yang auditan yang diaudit oleh auditor yang
cenderung menggunakan akuntansi dianggap berkualitas tinggi karena
konservatif. mereka menganggap bahwa untuk
Penelitian Panman dan Zang mempertahankan kredibilitasnya auditor
(2002), Dewi (2005), Suaryana (2008) akan lebih berhati-hati dalam
menyimpulkan bahwa ERC perusahaan melakukan proses audit untuk
yang menerapkan akuntansi konservatif mendeteksi salah saji atau kecurangan
lebih rendah daripada perusahaan yang (Mulyani dkk, 2007).
tidak menerapkan akuntansi

8
Penelitian mengenai pengaruh berkualitas lebih tinggi dibadingkan non
kualitas audit terhadap ERC telah Big N.
diteliti oleh Balsam dkk. (2003), Mulyani dkk. (2007) menguji
Mayangsari (2004), Sandra dan Kusuma pengaruh kualitas auditor terhadap
(2004), Herusetya (2009) dan Kaplan ERC, menyimpulkan bahwa investor
dan Tsui (2010). Hasil penelitian tidak memperhatikan kualitas auditor
Kaplan dan Tsui (2010) dengan karena perhatian mereka hanya pada
menggunakan auditor Big N dan non- nilai laba tanpa peduli ketepatan angka-
Big N sebagai proksi kualitas auditor angka laba. Penelitian Mayangsari
mendapatkan hasil bahwa kualitas audit (2004) mendapatkan hasil yang berbeda
berpengaruh positif terhadap ERC dengan hasil penelitian Mulyani dkk.
perusahaan. Kaplan dan Tsui (2010) (2007) dan Sandra dan Kusuma (2004).
menyatakan bahwa pasar ekuitas akan Mayangsari (2004) menggunakan
menilai Big N auditor akan memberikan proksi kualitas auditor yang berbeda
jasa audit dengan kualitas yang lebih dari dua penelitian sebelumnya, yaitu
baik dibandingkan kantor akuntan menggunakan ukuran auditor industry
publik (KAP) non-Big N. Sehingga specialization. Craswell (1995) dalam
adanya laba kejutan dari perusahaan Mayangsari (2004) menjelaskan bahwa
yang diaudit Big N akan dihargai lebih spesialisasi auditor pada bidang tertentu
tinggi oleh investor. Pasar modal secara merupakan dimensi lain dari kualitas
simultan mempertimbangkan kualitas audit dan biaya auditor spesialis lebih
laporan earnings dan Big N tinggi dibandingkan auditor
berkontribusi untuk meningkatkan nonspesialis. Hogan dan Jeter (1999)
kualitas laporan earings tersebut. Sejak dalam Mayangsari (2004) menyatakan
kongres Amerika menerapkan bahwa spesialisasi industri membuat
Sarbanex-Oxley Act, pasar modal di auditor mampu menawarkan kualitas
Amerika terus menunjukkan bahwa Big audit yang lebih tinggi dibandingkan
N auditor mampu memberikan jasa yang tidak spesialis. Hasil penelitian
audit yang lebih baik dibandingkan non- dengan menggunakan proksi auditor
Big N, dan sebagai akibatnya, laporan industry specialization adalah auditor
laba dari perusahan Big N dianggap yang spesialis akan dapat menghasilkan

9
ERC yang lebih besar dibandingkan Perusahaan yang labanya selalu
yang nonspesialis. Berdasarkan hasil meningkat mempunyai price-earnings
penelitian sebelumnya, maka hipotesis multiples yang lebih tinggi
yang diajukan: dibandingkan dengan perusahaan lain,
H2 : Kualitas auditor berpengaruh Namun, price-earnings multiples akan
positif terhadap Earnings Response menurun jika laba menurun setelah
Coefficient. sebelumnya terdapat pola peningkatan
laba (Naimah dan Utama, 2007).
2.4 Persistensi Laba dan ERC Kormendi dan Lipe (1987)
Scott (2003) dalam menguji hubungan antara inovasi
Murwaningsari (2007) mendefinisikan earnings dan persistensi laba dengan
persistensi laba sebagai revisi laba yang return saham. Data terdiri dari return
diharapkan di masa mendatang saham tahunan dan earnings untuk
(expected future earnings) yang setiap 145 perusahaan selama periode
diimplikasikan oleh inovasi laba tahun 1947-1980 menggunakan 32 tahun dari
berjalan sehingga persistensi laba annual data. Hasil penelitiannya
dilihat dari inovasi laba tahun berjalan menunjukkan bahwa koefisien respon
yang dihubungkan dengan perubahan laba berkorelasi positif dengan
harga saham. Persistensi laba persistensi laba sehingga besarnya
mencerminkan kualitas laba perusahaan reaksi return saham perusahaan pada
dan menunjukkan bahwa perusahaan earnings harus dihubungkan dengan
dapat mempertahankan laba dari waktu pengaruh inovasi earnings pada
ke waktu. ekspektasi manfaat masa yang akan
Konsep persistensi mengukur datang yang didapat pemegang saham.
stabilitas komponen laba. Pergerakan Jadi, dapat disimpulkan bahwa
harga saham dipengaruhi oleh besarnya persistensi laba memengaruhi hubungan
revisi laba yang diharapkan. Revisi ini antara return saham dan earnings.
menyebabkan adanya laba kejutan dan Mulyani dkk. (2007), Naimah
jika laba kejutan (earning surprise) dan Utama (2007), Murwaningsari
tetap terjadi di periode selanjutnya, (2007), dan Setiati dan Kusuma (2004)
maka harga saham akan bergerak. menguji kembali penelitian Kormendi

10
dan Lipe (1987) mendapatkan hasil tersebut memiliki lebih sedikit equitas
persistensi laba berpengaruh positif di dalam struktur modalnya. Perusahaan
terhadap ERC. Berdasarkan hasil yang memiliki peluang tumbuh yang
penelitian sebelumnya, maka hipotesis tinggi, harga sahamnya akan berubah
yang diajukan: secara positif, sebab dengan adanya
H3: Persistensi Laba berpengaruh positif perubahan struktur modal
terhadap Earnings Response memungkinkan perusahaan akan
Coefficient. memperoleh nilai sekarang yang positif.
Perusahaan dengan tingkat
2.5 Kesempatan Bertumbuh dan pertumbuhan potensial yang tinggi
ERC memiliki kecenderungan untuk
Kesempatan bertumbuh menghasilkan arus kas yang tinggi di
perusahaan menggambarkan masa yang akan datang (Sriwardany,
kemampuan perusahaan untuk 2006). Penelitian Mulyani dkk. (2007),
meningkatkan ukurannya (Sriwardany, Suaryana (2005), Murwaningsari
2006). Pertumbuhan perusahaan sangat (2007), dan Tiolemba dan Ekawati
diharapkan oleh pihak internal maupun (2008) menemukan bahwa kesempatan
eksternal suatu perusahaan karena dapat bertumbuh perusahaan berpengaruh
memberikan suatu dampak yang positif positif terhadap ERC.
bagi kedua pihak tersebut. Dari sudut Penelitian Collins dan Kothari
pandang investor, pertumbuhan suatu (1989) menunjukkan bahwa
perusahaan merupakan tanda bahwa pertumbuhan perusahaan mempunyai
perusahaan memiliki aspek yang hubungan yang positif dengan ERC.
menguntungkan, dan mereka Hasil penelitian tersebut menyatakan
mengharapkan tingkat pengembalian bahwa kesempatan tumbuh berdampak
dari investasi mereka memberikan hasil pada laba masa depan dan begitu juga
yang lebih baik. dengan ERC. Kondisi ini menunjukkan
Perusahaan yang tidak tumbuh bahwa semakin besar kesempatan
(memiliki peluang tumbuh yang bertumbuh perusahaan maka semakin
terbatas), harga sahamnya akan tinggi kesempatan perusahaan
merespon secara negatif jika perusahaan mendapatkan atau menambah laba yang

11
diperoleh perusahaan pada masa pemilihan sumber dana financing
mendatang. Kandungan informasi laba decision dengan jenis investasi yang
tersebut merupakan berita baik yang harus dipilih oleh perusahaan
dapat meningkatkan respon pasar. (investment decision) agar sejalan
Sehingga dapat disimpulkan bahwa dengan tujuan perusahaan yaitu
variabel kesempatan bertumbuh memaksimalkan kesejahteraan
mempunyai pengaruh yang positif pemegang saham yang tercermin dari
dengan ERC. Berdasarkan hasil nilai perusahaan atau nilai pasar dari
penelitian sebelumnya maka hipotesis harga saham perusahaan.
yang diajukan: Perusahaan perlu memikirkan
H4: Pertumbuhan laba berpengaruh kombinasi pemilihan struktur modal
positif terhadap Earning yang optimal karena hal ini akan
Response Coefficient. memperngaruhi nilai perusahaan dan
tingkat biaya modal (cost of capital)
2.6 Struktur Modal dan ERC yang dikeluarkan oleh perusahaan. Bagi
Kebijaksanaan struktur modal investor, tingkat biaya modal
merupakan kebijaksanaan perusahaan merupakan tingkat pengembalian yang
dalam pemilihan sumber dana, baik diinginkan atas investasi berdasarkan
yang berasal dari internal maupun risiko yang diambil. Jika perusahaan
eksternal. Sumber dana internal tidak mampu mengelola struktur
perusahan berasal dari laba ditahan, modalnya dengan baik, dan pada
sedangkan sumber dana eksternal akhirnya mendapatkan keuntungan yang
berasal dari utang dan penerbitan lebih rendah dari baiya modal maka
saham. Proporsi antara penggunaan penggunaan struktur modal akan
modal sendiri dan utang dalam menurunkan keuntungan pemegang
membiayai operasional dan memenuhi saham.
kebutuhan perusahaan disebut dengan Struktur modal perusahaan dapat
struktur modal perusahaan (Ross, dilihat dari leverage perusahaan.
Westerfield, dan Jordan, 2010). Dhaliwal, Lee dan Farger (1991) dalam
Kebijakan ini pada dasarnya dibangun Murwaningsari (2007) membuktikan
dari hubungan antara keputusan dalam bahwa leverage berpengaruh negatif

12
terhadap koefisien respon laba. Hasil H5: Struktur modal perusahaan
penelitian Suaryana (2005) berpengaruh negatif terhadap Earning
mendapatkan hasil bahwa terdapat Response Coefficient.
pegaruh negatif antara leverage
terhadap Earning Response Coeficient 2.7 Ukuran Perusahaan
(ERC). Hasil penelitian ini sejalan Ukuran perusahaan
dengan penelitian Tiolemba dan menggambarkan jumlah pengalaman
Ekawati (2008). dan kemampuan tumbuhnya suatu
Harris dan Raviv (1990) perusahaan yang mengindikasikan
menyatakan bahwa besarnya utang kemampuan dan tingkat risiko dalam
menunjukkan kualitas perusahaan serta mengelola investasi yang diberikan para
prospek yang kurang baik pada masa stockholder untuk meningkatkan
mendatang. Untuk perusahaan- kemakmuran mereka (Marberya dan
perusahaan yang memiliki lebih banyak Suaryana, 2008). Ukuran perusahaan
utang, setiap peningkatan laba (sebelum dalam penelitian ERC digunakan
bunga) akan dirasakan oleh pemberi sebagai proksi atas keinformatifan harga
pinjaman sebagai suatu keamanan. Jadi saham.
peningkatan laba akan lebih banyak Hasil penelitian Suaryana (2005)
direspon oleh debtholder, bukan oleh dan Murwaningsari (2007) menemukan
shareholder. Oleh karena itu, ERC bahwa ukuran perusahaan berpengaruh
perusahaan yang tinggi utangnya akan negatif terhadap ERC. Hubungan
lebih rendah dibandingkan dengan negatif terjadi karena semakin besar
perusahaan yang rendah utangnya ukuran perusahaan maka semakin
(Naimah, 2008). Sehingga dapat banyak informasi yang tersedia
disimpulkan bahwa leverage memiliki sepanjang tahun pada perusahaan,
pengaruh terhadap ERC (Park dan sehingga pada saat pengumuman laba
Pincus, 2000). Berdasarkan hasil pasar kurang bereaksi.
penelitian sebelumnya, maka hipotesis Penelitian Chaney dan Jeter
yang diajukan: (1991), Pagalung (2006), Mulyani dkk.
(2007) dalam penelitiannya
mendapatkan hasil yang berbeda dari

13
dua penelitian sebelumnya, yaitu ukuran diperoleh sampel sebanyak 39
perusahaan berpengaruh positif perusahaan selama tiga tahun atau 117
signifikan terhadap ERC. Berdasarkan firm years.
penelitian tersebut, hipotesis yang Sumber data yang dipergunakan
diajukan: dalam penelitian ini adalah data
H6: Ukuran perusahaan (size) sekunder, data sekunder yang
berpengaruh positif terhadap ERC digunakan berupa laporan keuangan
yang diperoleh dari situs Bursa Efek
3. Metode Penelitian Indonesia (BEI), data abnormal return
3.1 Populasi, Sampel, dan Teknik tahunan diperoleh dari pusat data pasar
Pengumpulan Data modal Institut Bisnis Informatika
Populasi perusahaan dalam Indonesia (IBII). Teknik pengumpulan
penelitian ini adalah seluruh perusahaan data menggunakan archivel research
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia atau riset arsip/dokumen.
(BEI). Sedangkan untuk pemilihan
sampel dilakukan dengan metode 3.2 Definisi Operasionalisasi Variabel
purposive sampling yaitu metode Earnings response coefficient
pemilihan sampel dengan beberapa (ERC) adalah bentuk pengukuran
kriteria tertentu: (a) sampel adalah kandungan informasi dalam laba yang
perusahaan yang terdaftar di BEI untuk dapat digunakan sebagai alternatif
periode 2008 – 2010; (b) perusahaan dalam mengukur value relevance
bergerak dalam industri manufaktur; (c) informasi laba. Koefisien ERC
perusahaan menerbitkan laporan diperoleh dari regresi antara proksi
keuangan auditan per 31 Desember harga saham dan laba akuntansi. Proksi
secara konsisten dan lengkap dari tahun harga saham yang digunakan adalah
2008 – 2010, dalam mata uang rupiah; Cumulative Abnormal Return (CAR),
dan (d) saham perusahaan aktif sedangkan proksi laba akuntansi adalah
diperdagangkan, mengacu S.E bPT BEJ Unexpected Earnings (UE)
No. 03/BEJ.II.I/I/1994. yaitu frekuensi (Murwaningsari, 2007). Regresi model
perdagangan lebih dari 75 kali dalam 3 tersebut akan menghasilkan ERC
bulan. Berdasarkan kriteria tersebut masing-masing sampel, dihitung dari

14
slope α1 pada hubungan CAR dengan kantor akuntan publik Big Four dan
UE. non-Big Four sebagai proksi dari
Konservatisma merupakan kualitas auditor, tapi di Indonesia
pemilihan prinsip akuntansi yang pengukuran ini kurang memadai karena
mengarah pada minimalisasi laba sebagian besar perusahaan publik di
kumulatif yang dilaporkan yaitu Indonesia di audit oleh Big Four.
mengakui pendapatan lebih lambat, Variabel kualitas auditor diukur dengan
mengakui biaya lebih cepat, menilai menggunakan proksi yang digunakan
asset dengan nilai yang lebih rendah, Mayangsari (2004), yaitu auditor
dan menilai kewajiban dengan nilai industry specialization. Proksi ini
yang lebih tinggi (Dewi, 2005). Proksi merupakan variabel dummy, angka 1
konservatisme dalam penelitian ini untuk auditor spesialis, dan 0 untuk
adalah akrual, yang telah digunakan auditor nonspesialis. Terdapat dua
dalam penelitian Givoly dan Hayn syarat pengukuran tingkat spesialisasi
(2002), Dewi (2003), dan Widya auditor. Pertama, sampel industri yang
(2006). Apabila selisih antara laba digunakan adalah industri yang
bersih dan arus kas bernilai negatif, menimal memiliki 30 perusahaan.
maka laba digolongkan konservatif dan Kedua, auditor dikatakan spesialis jika
sebaliknya. Hal ini disebabkan karena auditor tersebut mengaudit 15% dari
laba lebih rendah dari cash flow yang total perusahaan yang ada dalam
diperoleh oleh perusahaan pada periode industri tersebut.
tertentu (Dewi, 2003). Rumus untuk Persistensi laba merupakan
menghitung akruals yaitu: revisi laba yang diharapkan di masa
C it = NI it − CFit . mendatang (expected future earnings)

Kualitas auditor diproksikan yang diimplikasikan oleh inovasi laba

dengan reputasi auditor dengan asumsi tahun berjalan sehingga persistensi laba

yang menunjukkan bahwa makin tinggi dilihat dari inovasi laba tahun berjalan

kualitas auditor maka reputasinya yang dihubungkan dengan perubahan

makin baik (Sandra dan Kusuma, 2004). harga saham (Scott, 2002) dalam

Penelitian Teoh dan Wong (1993); Murwaningsari (2007). Persistensi laba

Kaplan dan Tsui (2010) menggunakan mencerminkan kualitas laba perusahaan

15
dan menunjukkan bahwa perusahaan modal difokuskan pada proporsi antara
dapat mempertahankan laba dari waktu utang (debt) dengan modal (equity)
ke waktu. Persistensi diukur dari slope yang dilihat pada sisi kanan dari neraca
regresi perbedaan laba saat ini dengan perusahaan. Struktur modal perusahaan
laba sebelumnya (Lipe, 1990; diukur dengan leverege (Dhaliwal dkk.
Chandrarin, 2002; Setiati dan Kusuma, 1991 dalam Setiati dan Kusuma 2004).
2004). Persamaan nya adalah: Xit = α + Leverage adalah rasio total utang
βXit – 1 + εi terhadap total aset perusahaan.
Kesempatan bertumbuh Ukuran perusahaaan
perusahaan menggambarkan menunjukkan jumlah pengalaman dan
kemampuan perusahaan untuk kemampuan tumbuhnya suatu
meningkatkan ukurannya (Kallapur dan perusahaan yang mengindikasikan
Trobley, 2001 dalam Sriwardany, kemampuan dan tingkat risiko dalam
2006). Setiati dan Kusuma (2004) mengelola investasi yang diberikan para
mengukur pertumbuhan laba stockholder untuk meningkatkan
menggunakan rasio nilai pasar terhadap kemakmuran mereka (Marberya dan
nilai buku ekuitas (market to book value Suaryana, 2007). Ukuran perusahaan
of equity). Market to book ratio dihitung dapat dinyatakan dalam total aktiva,
dengan membagi market value per penjualan, dan kapitalisasi pasar.
share dengan book value per share Semakin besar total aktiva, penjualan
(Ross dkk, 2010). dan kapitalisasi pasar maka akan
Struktur modal adalah semakin besar pula ukuran perusahaan
kombinasi yang spesifik antara utang itu. Ketiga variabel ini digunakan untuk
jangka panjang dan ekuitas yang menentukan ukuran perusahaan karena
digunakan perusahaan dalam dapat mewakili seberapa besar
membiayai perusahaan yang perusahaan tersebut. Semakin besar
menggambarkan kombinasi pembiayaan aktiva memungkinkan semakin banyak
jangka panjang yang digunakan untuk modal yang ditanam. Semakin banyak
memperoleh aset suatu bisnis (Vale, penjualan maka semakin banyak
1989 dalam Suaryana, 2005). Pada perputaran uang, dan semakin besar
umumnya penelitian mengenai struktur kapitalisasi pasar maka semakin besar

16
pula perusahaan dikenal dalam Metoda analisis yang digunakan
masyarakat. Dari ketiga variabel ini, dalam penelitian ini menggunakan
nilai aktiva relatif lebih stabil analisis regresi berganda. Sebelum
dibandingkan dengan nilai kapitalisasi melakukan uji hipotesis, dilakukan
pasar dan penjualan dalam mengukur pengujian asumsi klasik. Uji asumsi
ukuran perusahaan. Dengan melihat klasik yang dilakukan yaitu uji
tingkat kestabilan total aktiva normalitas, uji autokorelasi, uji
perusahaan dalam mengukur besar heteroskedastisitas, dan uji
perusahaan, maka dalam penelitian ini, multikolinearitas. Pengujian statistik
ukuran perusahaan akan regresi berganda memiliki model yang
dioperasionalkan dengan logaritma baik apabila model tersebut memenuhi
normal (ln) total asset. data yang normal dan terbebas dari
asumsi-asumsi klasik.
3.3 Metoda Analisis Data

Persamaan umum atas pengaruh keenam faktor yang memengaruhi ERC adalah:

ERCi = β + β1 CONi + β2 AUDITi + β3 PERi + β4 GROWTH + β5 LEVi + β6


SIZE + εi
PERi : persitensi laba perusahaan i
Keterangan: GROWTHi : kesempatan bertumbuh
ERCi : koefisien respons laba perusahaan i
perusahaan i LEVi : struktur modal
CONi : tingkat konservatisme perusahaan i
perusahaan i SIZEi : ukuran perusahaan
AUDITi : kualitas auditor perusahaan i perusahaan i

4. Hasil dan Pembahasan 117 perusahaan adalah -0,365. Tinggi


4.1 Statistik Deskriptif atau rendahnya ERC mampu
Hasil statitstik deskriptif menunjukkan bahwa informasi yang
menunjukkan nilai rata-rata ERC dari terkandung dalam laba bersifat

17
informatif atau tidak bagi investor untuk Persistensi laba yang dalam hal
membuat keputusan ekonomi. Nilai ini ini diukur dengan slope regresi antara
menunjukkan perusahaan sampel laba tahun t-1 dengan laba tahun t, nilai
kurang bersifat informatif bagi investor slope nya berada pada rentang -76,340
untuk membuat keputusan ekonomi. dan 20,350 dengan nilai rata-rata 0,655.
Hal ini dikarenakan selama tahun 2008- Artinya secara keseluruhan, laba tahun t
2010, pasar modal Indonesia sedang meningkat 0,655 kali dibandingkan
mengalami sedikit goncangan akibat tahun sebelumnya (t-1).
krisis keuangan global, sehingga Kesempatan bertumbuh
investor tidak hanya bergantung kepada perusahaan yang dinilai dengan market
informasi laba saja, namun juga melihat to book ratio memiliki rata-rata nilai
kepada kondisi pasar. 10,605 dengan nilai tertinggi adalah
Nilai rata-rata 2 variabel dummy 95,2 dan nilai terendah 0,140. Hal ini
yaitu konservatisme dan kualitas audit dapat diartikan bahwa rata-rata
masing-masing adalah 0,427 dan 0,530. perusahaan di industri manufaktur
Sampel yang dikategorikan sebagai memiliki kesempatan bertumbuh
konservatif berjumlah 50 perusahaan, sebesar 10,605. Namun terdapat pula
dan sisanya 67 perusahaan bersifat perusahaan yang tidak memiliki
optimis atau tidak konsevatif. Untuk kesempatan untuk bertumbuh, hal ini
kualitas audit, terdapat tiga kantor dapat dilihat dari nilai market to book
akuntan publik yang dikategorikan ratio minimal sebesar 0,140.
sebagai auditor spesialis yaitu Struktur modal yang diukur
Pricewaterhouse Coopers (PWC), Ernst dengan rasio leverage menunjukkan
& Young (EY), dan Deloitte. Adapun nilai rata-rata 0,542, artinya rata-rata
total sampel yang diaudit oleh ketiga perusahaan memiliki jumlah utang
kantor akuntan publik tersebut setengah dari jumlah asetnya. Nilai
berjumlah 62 sampel, sisanya diaudit tertinggi dan terendah untuk struktur
oleh kantor akuntan publik yang lain modal masing-masing adalah 2,330 dan
seperti Morrison, Baker Tilly, dan 0,010. Hal ini dapat diartikan bahwa
RSM!AAJ. terdapat perusahaan dengan struktur

18
modal yang terdiri dari utang sebesar disimpulkan bahwa model regresi dapat
2,330 kali jumlah asetnya. digunakan karena tidak terjadi
Ukuran perusahaan yang multikolinearitas di dalamnya.
merupakan ln total asset memiiki nilai Uji autokorelasi menunjukkan
rata-rata 21,607, dengan nilai tertinggi bahwa nilai dari Durbin-Watson
25,000 dan nilai terendah adalah menunjukkan angka 1,901. Nilai ini
16,000. Penghitungan nilai ukuran lebih besar dari batas atas (du) 1,803
perusahaan dengan menggunakan ln dan kurang dari 2,193 (4-du atau 4-
menyebabkan tidak terjadi simpangan 1,807). Nilai tersebut memenuhi syarat
yang besar atas nilai rata-rata ukuran Durbin-Watson yaitu d berada pada du
perusahaan. < d < 4-du. Maka interpretasi dari hasil
pengujian tersebut adalah tidak terdapat
4.2 Uji Asumsi Klasik autokorelasi positif ataupun negatif
Normalitas data diuji dengan dalam data penelitian. Grafik scatterplot
menggunakan kolmogorov-smirnov menunjukkan bahwa tidak terdapat pola
dengan level of significant 0,05. Dari yang jelas, titik-titik menyebar secara
pengujian one sample kolmogorov- acak di atas dan di bawah angka nol
smirnov test yang telah dilakukan, pada sumbu Y. Maka dapat disimpulkan
didapatkan koefisien Kolmogorov- bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas
Smirnov Z sebesar 0,605 dengan nilai pada model regresi.
Asymp. Sig sebesar 0,858. Nilai 0,858
> α, maka dapat diambil kesimpulan 4.3 Analisis Regresi
bahwa semua variabel berdistribusi Tabel 6 pada merupakan hasil
normal dan memenuhi asumsi dari uji regresi berganda dalam
normalitas. penelitian, serta menjelaskan kaitan
Multikolinearitas dapat dilihat antara hasil regresi terhadap hipotesis
dari nilai Tolerance dan Variance yang dibangun. Besarnya R2 adalah
Inflation Factor (VIF). Hasil uji 0,137. Hal ini berarti 13,7% variasi
multikolinearitas menunjukkan bahwa earnings response coefficient dapat
tidak ada variabel yang memiliki VIF dijelaskan oleh variasi dari variabel
lebih dari 10. Sehingga dapat konservatisme, kualitas audit,

19
perisistensi laba, kesempatan mampu meningkatkan persepsi pasar
bertumbuh, struktur modal, dan ukuran terhadap kualitas laba yang dilaporkan.
perusahaan. Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian
Hasil pengujian menunjukkan Mayangsari (2004) dan hasil penelitian
H1 ditolak, hal ini dapat dilihat dari Balsam dkk. (2003) yang menyatakan
nilai signifikansi konservatisme sebesar bahwa klien yang laporannya diaudit
0,418. Hasil ini sesuai dengan hasil oleh auditor dengan spesialisasi industri
penelitian Suaryana (2005) dan memiliki discretionary accrual yang
Setyaningtyas (2009). Hal ini dapat lebih rendah dan ERC yang lebih tinggi
diartikan bahwa tidak terdapat daripada klien tanpa auditor dengan
perbedaan respon pasar yang signifikan spesialisasi industri.
terhadap kecenderungan pelaporan Hasil pengujian terhadap
keuangan baik yang konservatif ataupun persistensi laba membuktikan H3
optimis, dimana kemungkinan tidak diterima. Nilai signifikansi sebesar
berbedanya respon pasar diduga karena 0,014 menunjukkan bahwa persistensi
tidak adanya pembedaan atas sifat laba berpengaruh positif terhadap ERC.
konservatisme yang sifatnya persisten Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian
atau permanen oleh investor selama Mulyani dkk. (2007) dan Naimah dan
tahun 2008-2010. Hal ini sesuai dengan Utama (2007) yang menunjukkan
salah satu karakteristik konservatisme bahwa persistensi berpengaruh positif
yaitu terciptanya hidden reserves. Salah terhadap ERC.
satu kritik terhadap konservatisme Pengujian H4 tidak berhasil
adalah konservatisme akan membuktikan hipotesis yang dibangun.
menyebabkan laba dimasa depan Hal ini dapat dilihat dari nilai
menjadi tidak konservatif (Watts, signifikansi variabel kesempatan
2002). bertumbuh atau growth sebesar 0,471
Hasil pengujian mendukung yang menunjukkan tidak ada pengaruh
H2, yaitu kualitas auditor berpengaruh kesempatan bertumbuh terhadap ERC.
positif terhadap ERC perusahaan. Hasil ini bertentangan dengan penelitian
Kualitas auditor yang dalam hal ini Mulyani dkk. (2007) yang menyatakan
diproksikan dengan auditor spesialis, bahwa ERC perusahaan yang memiliki

20
pertumbuhan tinggi, akan lebih besar dan Ekawati (2008). Dhaliwal, Lee, dan
dibanding dengan perusahaan yang Farger (1991) dalam Setiati dan
memiliki pertumbuhan rendah. Kusuma (2004) menemukan bahwa
Perusahaan yang memiliki kesempatan koefisien respon laba akuntansi akan
bertumbuh diharapkan akan mampu rendah jika perusahaan memiliki
menyelesaikan proyek-proyeknya, struktur modal yang sangat tinggi atau
sehingga peningkatan laba akan berhubungan negatif.
direspon positif oleh pemodal. Namun Hasil pengujian terhadap
hasil penelitian ini konsisten dengan hipotesis keenam ditolak karena hasil
hasil penelitian Syafrudin (2004), yang pengujian mendapatkan nilai
mendapatkan hasil bahwa kesempatan signifikansi sebesar 0,588. Hasil ini
bertumbuh tidak berpengaruh terhadap menyimpulkan bahwa ukuran
ERC. Dengan kata lain, investor tidak perusahaan tidak berpengaruh terhadap
menjadikan kesempatan bertumbuh kualitas laba yang dilaporkan
sebagai pertimbangan dalam menilai perusahaan. Hasil penelitian ini sesuai
kualitas laba karena semakin tinggi dengan hasil penelitian Easton dan
kesempatan untuk tumbuh tidak selalu Zmijewski (1989) dalam Setiati dan
diiringi dengan semakin tinggi Kusuma (2007) dan Fan-fah (2008)
kesempatan perusahaan untuk yang menemukan variabel size tidak
memperoleh laba. signifikan dalam menjelaskan ERC.
Pengujian terhadap struktur Tidak berpengaruhnya ukuran
modal sesuai dan mendukung hipotesis perusahaan terhadap ERC diduga akibat
yang diajukan, yaitu struktur modal kondisi pasar modal Indonesia yang
berpengaruh negatif terhadap ERC mengalami guncangan krisis global.
dengan nilai signifikansi sebesar 0,046.
Hasil penelitian ini mendukung 5. Simpulan, Keterbatasan dan
penelitian Mulyani dkk. (2007) dan Saran
Moradi (2010) yang mendapatkan hasil Hasil pengujian disimpulkan
bahwa struktur modal berpengaruh bahwa kualitas audit dan persistensi
negatif terhadap ERC. Hasil ini juga laba berpengaruh positif terhadap ERC,
sesuai dengan hasil penelitian Tiolemba sedangkan struktur modal berpengaruh

21
negatif terhadap ERC. Faktor lain yaitu memperpanjang periode amatan
konservatisma, kesempatan bertumbuh penelitian, sehingga diharapkan dapat
dan ukuran perusahaan tidak memperoleh besaran koefisien respon
berpengaruh terhadap ERC. laba yang lebih baik. Penelitian
Pada penelitian ini tidak tertutup selanjutnya juga dapat menambah
kemungkinan adanya keterbatasan. variabel determinan eranings response
Beberapa keterbatasan dalam penelitian coefficient baik dari segi informasi
ini adalah: (a) penelitian ini hanya akuntansi atau pun faktor lain yang
menggunakan sampel pada perusahaan berkaitan dengan sektor makro
manufaktur saja, sehingga rendahnya ekonomi.
external validity; b) Data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
DAFTAR PUSTAKA
data periode tahun 2008-2010, dimana Almilia, L. S., & Yuliati. (2006).
pada awal tahun 2008 hingga 2009 Pengaruh konservatisma,
peertumbuhan, beta, struktur
terjadi gejolak di pasar modal Indonesia modal, dan ukuran perusahaan
akibat krisis keuangan global sehingga terhadap ERC perusahaan
manufaktur go publik. Seminar
ada kemungkinan terjadi distorsi pada Nasional Good Corporate
data; dan (c) faktor-faktor eksternal Governance.

seperti inflasi, tingkat bunga, kebijakan Arens, A. A., Beasley, M. S. & Randal,
J. E. (2010). Auditing and
pemerintah yang dapat memengaruhi assurance services-an
cara perusahaan menjalankan bisnisnya integrated apporach 13th. New
Jersey: Pearson Prentice Hall.
tidak dipertimbangkan dalam penelitian
Bae, B., & Sami, H. (1999). The effect
ini.
of environmental liabilities on
Peneliti selanjutnya diharapkan earnings response coefficients.
Working Paper. Virginia
menggunakan sampel penelitian dari
Commenwealth University and
berbagai jenis perusahaan atau industri, Temple University.
sehingga tidak terfokus pada satu jenis Balsam, S., Khrisnan, J., & Yang, J. S.
industri, diharapkan dapat diperoleh (2003). Auditor Industry
Specialization and Earnings
koefisien yang mencerminkan reaksi Quality. Auditing: A Journal
pasar modal secara keseluruhan. Practise and Theory, 22(2), 71-
97.
Peneliti selanjutnya diharapkan

22
Chaney, P. K., & Jiter, D. C. (1991). Givoly, D., & Hayn, C. (2000). The
The effect of size on the changing time series properties
magnitude of long window of earnings cash flows and
earning response coefficients. accruals: has financial reporting
Contemporary Accounting become more conservative?.
research, 8(2), 540-560. Journal of Accounting and
Economics, 29(3), 287-320.
Collins, D., & Kothori, S. P. (1989). An
analysis of intertemporal and Harahap, K. (2008). Asosiasi antara
cross-sectional determinants of praktik perataan laba dengan
earnings response coefficients. koefisien respon laba.
Journal of Accounting and Simposium Nasional Akuntansi
Economics, Vol. 11, 143-181. XI.
Dewi, R. (2005). Pengaruh Harris, M., & Raviv, A. (1990). Capital
konservatisma laporan keuangan structure and the informational
terhadap earnings response role of debt. Journal of Finance,
coefficient. Simposium Nasional 45, 321-349.
Akuntansi VII.
Ikatan Akuntan Indonesia. (2009).
Easton, P. D., & Zmijewski, M. E. Standar Akuntansi Keuangan.
(1989). Cross sectional variation Jakarta.
in the stock market response to
accounting earnings Imhoff, E. A., & Lobo, G. J. (1992).
pronouncements. Journal of The effect of ex ante earnings
Accounting and Economics, Vol. uncertainty on earnings response
11, 117-141. coefficients. The Accounting
Review, Vol. 67, 427-439.
Fanani, Z. (2010). Analisis faktor-faktor
penentu persistensi laba. Jurnal Kormendi, R., & Lipe, R. (1987).
Akuntansi dan Keuangan Earnings innovations, earning
Indonesia, Vol. 7, No.1, 109- persistensi, and stock returns.
124. Journal of Business, 60, 323-
345.
Fan-fah, C., Mohd, S., & Nasir, A.
2008. Earning announcements: Kieso, W., & Warfield. (2009).
the impact of firm size on share Intermediate Accounting, 12th
prices. Journal of Money, Edition. United States of
Investment and Banking, 3: 36- America: John Willey & Sons,
46. Inc.

Gigler, F. B., & Hemmer, T. (2001). Lev, B., & Zarowin, P. (1999). The
Coservatism, oprimal disclosure boundaries of financial reporting
policy, and the timelines of and how to extend them.
financial reports. The Journal of Accounting Research,
Accounting Review, Vol. 76 37, 353-385.
No.4, October, 471-493.

23
Mayangsari, S. (2004). Bukti empiris Penman, S. H., & Zang, X. (2002).
pengaruh spesialsiasi industri Accounting Coservatism, the
auditor terhadap earnings quality of earnings and stock
resposne coefficient. Jurnal returns. The Accounting Review,
Riset Akuntansi Indonesia, Vol. Vol. 77 No.2, April, 237-264.
7 No. 2: 154-178.
Sandra, D., & Kusuma, I. W. (2004).
Mayangsari, S., & Wilopo. (2002). Reaksi pasar terhadap tindakan
Konservatisme akuntansi, value perataan laba dengan kualitas
relevance dan discretionary auditor dan kepemilikan
accruals: implikasi empiris manajerial sebagai variabel
model Feltham Ohlson (1996). pemoderasi. Simposium
Jurnal riset Akuntansi Nasional Akuntansi VII.
Indonesia, 3, 291-310.
Schroeder, G. R., Clark, W. M., &
Mulyani, S., Asyik, N. F., & Andayani. Cathey, M. J. (2009). Financial
(2007). Faktor-faktor yang Accounting Theories and
memengaruhi Earnings Analysis: Text and Cases.
Response Coefficient pada United States of America: John
perusahaan yang terdaftar di Willey & Sons, Inc.
Bursa Efek Jakarta. Jurnal
Akuntansi dan Auditing Setiati, F., & Kusuma, I. W. (2004).
Indonesia, Vol. 11 No. 1, Juni Faktor-faktor yang
2007, 35–45. memengaruhi koefisien respon
laba pada perusahaan bertumbuh
Murwaningsari, E. (2007). Pengujian dan tidak bertumbuh. Simposium
simultan: beberapa faktor yang Nasional Akuntansi VII.
memengaruhi earning response
coefficient (ERC). Simposium Suaryana, A. (2008). Pengaruh
Nasional Akuntansi XI. Konservatisme Laba terhadap
Koefisien Respons Laba. AUDI
Naimah, Z. (2008). Pengaruh risiko Jurnal Akuntansi & Bisnis,
perusahaan dan leverage Vol.3 No. 1, 58-69.
terhadap relevansi nilai laba
akuntansi. Simposium Nasional Susilawati. C. D. (2008). Faktor-faktor
Akuntansi XI. penentu ERC. Jurnal Ilmiah
Akuntansi, Vol. 7, No. 2, 146-
Naimah, Z., & Utama, S. (2007). 161.
Pengaruh persistensi laba dan
laba negatif terhadap koefisien Syafrudin, M. (2004). Pengaruh
respon laba dan koefisien respon ketidaktepatwaktuan
nilai buku ekuitas pada penyampaian laporan keuangan
perusahaan manufaktur di Bursa pada earning response
Efek Jakarta. Jurnal Riset coefficient: studi di Bursa Efek
Akuntansi Indonesia, Vol. 10, Jakarta. Simposium Nasional
No. 3, 268-286. Akuntansi VII.

24
Teoh, S. H., & Zmijewski, M. E. Watts, R. L. (2002). “Conservatism in
(1989). Cross sectional variation accounting. Working Paper.
in the stock market response to SSRN.
accounting earnings
pronouncements. Journal of Widya. (2004). Analisis Faktor-Faktor
Accounting and Economics, Vol. yang Memengaruhi Pilihan
11, 117-141. Perusahaan terhadap Akuntansi
Konservatif. Simposium
Nasional Akuntansi VII.

25

Anda mungkin juga menyukai