Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

a. Latar belakang
Karena anak-anak sangatlah berbeda dari orang dewasa – baik secara fisiologis
maupun psikologis – asuhan keperawatan pediatric merupakan fenomena yang spasial.
Untuk menghadapi tantangan berespons terhadap kebutuhan anak, banyak fasilitas
asuhan keperawatan dewasa ini diperlengkapi dengan unit pediatrik terpisah, sehingga
perawat dan staf asuhan keperawatan profesional lainnya dapat memberikan terapi
berdasarkan kebutuhan individual pasiennya masing-masing.
Namun, pada kenyataannya banyak fasilitas asuhan kesehatan tidak memiliki ruangan
berstandar tinggi seperti yang dimaksud. Sebagai konsekuensi yang harus dipikul
dalam penataan ruangan tersebut, anak-anak yang menderita penyakit akut kadang-
kadang tidak menerima perhatian khusus serta perawatan yang mereka inginkan yang
sepatutnya harus mereka dapatkan.
Keluarga merupakan unsur penting dalam perawatan anak, mengigat anak bagian dari
keluarga. Kehidupan anak dapat ditentukan oleh lingkungan keluarga, kehidupan dan
kesehatan anak juga dipengaruhi oleh dukungan keluarga.
Hal ini dapat telihat bila dukungan keluarga sangat baik maka pertumbuhan dan
perkembangan anak relatif stabil, tetapi bila dukungan pada anak kurang baik, maka
anak akan mengalami hambatan pada dirinya yang dapat menggangu psikologis anak
(Hidayat, 2005).
Anak dipandang sebagai individu yang unik, yang punya potensi untuk tumbuh dan
berkembang ( Supartini, Yupi ). Anak bukanlah miniature orang dewasa, melainkan
individu yang sedang berada dalam proses tumbuh kembang dan mempunyai
kebutuhan yang spesifik.
Sepanjang rentang sehat-sakit, anak membutuhkan bantuan perawat baik secara
langsung maupun tidak langsung sehingga tumbuh kembangnya dapat terus berjalan.
Orangtua diyakini sebagai orang yang paling tepat dan paling baik dalam memberikan
perawatan pada anak, baik dalam keadaan sehat maupun sakit.
Keberadaan anak di tengah-tengah keluarga sangat penting, baik dalam perawatan
anak sehat, maupun saat anak sakit. Keluarga dengan anak yang sedang sakit di
rumah menuntut keluarga itu sendiri untuk memberi perawatan yang optimal pada
anak.
1
b. Tujuan
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis dapat memahami tujuan dari
penyusunan makalah ini adalah :
 Untuk mengetahui filosofi keperawatan anak ( asuhan berpusat pada keluarga
dan asuhan atraumatik )
 Untuk mengetahui prinsip-prinsip keperawatan anak
 Untuk mengetahui paradigma keperawatan anak
 Untuk mengetahui lingkup praktik keperawatan anak
 Untuk mengetahui program kebijakan pemerintah terhadap kesejahteraan anak
 Untuk mengetahui sistem perlindungan anak

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. PERSEPEKTIF KEPERAWATAN ANAK


1. Filosofi Keperawatan Anak
Filosofi keperawatan anak merupakan keyakinan atau pandangan yang dimiliki
perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan pada anak yang berfokus pada
keluarga (family centered care),dan pencegahan terhadap trauma (atraumatic
care).
a. Perawatan Berfokus Pada Keluarga
Keluarga merupakan unsur penting dalam perawatan anak mengingat
anak bagian dari keluarga. Dalam Pemberian Askep diperlukan
keterlibatan keluarga karena anak selalu membutuhkan orang tua di
Rumah Sakit seperti aktivitas bermain atau program perawatan lainnya.
Pentingnya keterlibatan keluarga ini dapat mempengaruhi proses
kesembuhan anak. Program terapi yang telah direncanakan untuk anak
bisa saja tidak terlaksana jika perawat selalu membatasi keluarga dalam
memberikan dukungan terhadap anak yang dirawat, hal ini hanya akan
meningkatkan stress dan ketidaknyamanan pada anak. Perawat dengan
menfasilitasi keluarga dapat membantu proses penyembuhan anak yang
sakit selama dirawat. Kebutuhan keamanan dan kenyamanan bagi orang
tua pada anaknya selama perawatan merupakan bagian yang penting
dalam mengurangi dampak psikologis anak sehingga rencana
keperawatan dengan berprinsip pada aspek kesejahteraan anak akan
tercapai.

b. Atrumatic Care
Atrumatic care adalah perawatan yang tidak menimbulkan trauma pada
anak dan keluarga. Atraumatik care sebagai bentuk perawatan
terapeutik dapat diberikan kepada anak dan keluarga dengan
mengurangi dampak psikologis dari tindakan keperawatan yang
diberikan., seperti memperhatikan dampak psikologis dari tindakan
keperawatan yang diberikan dengan melihat prosedur tindakan atau
aspek lain yang kemungkinan berdampak adanya trauma untuk
3
mencapai perawatan tersebut beberapa prinsip yang dapat dilakukan
oleh perawat antara lain:
 Menurunkan atau mencegah dampak perpisahan dari
keluarga.
Dampak perpisahan dari keluarga akan menyebabkan
kecemasan pada anak sehingga menghambat proses
penyembuhan dan dapat mengganggu pertumbuhan dan
perkembangan anak.
 Meningkatkan kemampuan orang tua dalam mengontrol
perawatan pada anak.
Kemampuan orang tua dalam mengontrol perawatan pada
anak dapat meningkatkan kemandirian anak dan anak akan
bersikap waspada dalam segala hal.
 Mencegah atau mengurangi cedera (injuri) dan nyeri
(dampak psikologis).
Proses pengurangan rasa nyeri sering tidak bisa dihilangkan
secara cepat akan tetapi dapat dikurangi melalui berbagai
tenik misalnya distraksi, relaksasi dan imaginary. Apabila
tindakan pencegahan tidak dilakukan maka cedera dan nyeri
akan berlangsung lama pada anak sehingga dapat
mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak.
 Tidak melakukan kekerasan pada anak
Kekerasan pada anak akan menimbulkan gangguan
psikologis yang sangat berarti dalam kehidupan anak, yang
dapat menghambat proses kematangan dan tumbuh
kembang anak.
 Modifikasi lingkungan
Melalui modifikasi lingkungan yang bernuansa anak dapat
meningkatkan keceriaan dan nyaman bagi lingkungan anak
sehingga anak selalu berkembang dan merasa nyaman
dilingkungan.

4
2. Prinsip – Prinsip Keperawatan Anak
Terdapat prinsip atau dasar dalam keperawatan anak yang dijadikan sebagai
pedoman dalam memahami filosofi keperawatan anak. Prinsip dalam asuhan
keperawatan anak adalah:
a) Anak bukan miniatur orang dewasa tetapi sebagai individu yang unik,
dimana tidak boleh memandang anak dari ukuran fisik saja melainkan anak
sebagai individu yang unik yang mempunyai pola pertumbuhan dan
perkembangan menuju proses kematangan.
b) Anak adalah sebagai individu yang unik dan mempunyai kebutuhan yang
sesuai dengan tahap perkembangan. Kebutuhan tersebut meliputi
kebutuhan fisiologis (seperti nutrisi, dan cairan, aktivitas, eliminasi,
istirahat, tidur dan lain-lain), kebutuhan psikologis, sosial dan spritual.
c) Pelayanan keperawatan anak berorientasi pada upaya pencegahan dan
peningkatan derjat kesehatan, bukan hanya mengobati anak yang sakit.
d) Keperawatan anak merupakan disiplin ilmu kesehatan yang berfokus pada
kesejahteraan anak sehingga perawat bertanggung jawab secara
komprehensif dalam memberikan asuhan keperawatan anak. Anak
dikatakan sejahtera jika anak tidak merasakan ganggguan psikologis,
seperti rasa cemas, takut atau lainnya, dimana upaya ini tidak terlepas juga
dari peran keluarga.
e) Praktik keperawatan anak mencakup kontrak dengan anak dan keluarga
untuk mencegah, mengkaji, mengintervensi dan meningkatkan
kesejahteraan hidup, dengan menggunakan proses keperawatan yang sesuai
dengan aspek moral (etik) dan aspek hukum (legal). Sebagai bagian dai
keluarga anak harus dilibatkan dalam pelayanan keperawatan, dalam hal ini
harus terjadi kesepakatan antara keluarga, anak dan tim kesehatan.
f) Tujuan keperawatan anak dan remaja adalah untuk meningkatkan maturasi
atau kematangan yang sehat bagi anak dan remaja sebagai makhluk
biopsikososial dan spritual dalam kontek keluarga dan masyarakat.
g) Pada masa yang akan datang kecendrungan perawatan anak berfokus pada
ilmu tumbuh kembang, sebab ilmu tumbuh kembang ini akan mempelajari
aspek kehidupan anak.

5
3. Paradigma Keperawatan Anak
Paradigma keperawatan anak merupakan landasar berfikir dalam penerapan ilmu
keperawatan anak, dimana landasar berfikir tersebut terdiri atas empat komponen.
Komponen paradigma keperawatan anak :

Manusia (anak )

Sehat –sakit lingkungan

Keperawatan

a. Anak
Dalam keperawatan anak yang menjadi individu (klien) adalah anak,anak
diartikan sebagai seseorang yang berusia kurang dari delapan belas tahun
dalam masa tumbuh kembang dengan kebutuhan khusus baik kebutuhan fisik,
psikologis, sosial dan spritual. Masa anak merupakan masa pertumbuhan dan
perkembangan yang dimulasi dari bayi (0-1 tahun), usia bermain/ todler (1-2,5
tahun), pra sekolah (2,5-5 tahun), usia sekolah (5 – 11 tahun), remaja (11-18
tahun).
b. Sehat dan Sakit
Rentang sehat sakit adalah suatu kondisi anak berada dalam status kesehatan
yang meliputi sejahtera, sehat optimal, sehat, sakit, sakit kronis dan meninggal.
Rentang ini suatu alat ukur dalam menilai status kesehatan yang bersifat
dinamis dalam setiap waktu, selama dalam batas rentang tersebut anak
membutuhkan bantuan perawat baik secara langsung maupun tidak langsung,
seperti apabila anak berada pada rentang sehat maka upaya perawat untuk
meningkatkan derjat kesehatan sampai mencapai taraf sejahtera baik fisik,
sosial maupun spritual.
c. Lingkungan
Lingkungan dalam paradigma keperawatan anak yang dimaksud adalah
lingkungan eksternal maupun internal yang berperan dalam status kesehatan
anak.

6
1) Lingkungan internal : Genetik, kematangan biologis, jenis kelamin,
intelektual,emosi dan adanya predisposisi atau resistensi terhadap penyakit.
2) Lingkungan eksternal : status nutrisi, orang tua, saudara kandung,
kelompok/geng, disiplin yang ditanamkan orang tua, agama, budaya, status
sosialekonomi, iklim, cuaca sekitar dan lingkungan fisik/biologis baik rumah
maupun sanitasi di sekililingnya.
Perkembangan anak sangat dipengaruhi ransangan terutama dari lingkungan
eksternal, yaitu lingkungan yang aman, peduli, dan penuh kasih sayang.
d. Keperawatan
Komponen ini merupakan bentuk pelayanan keperawatan yang diberikan
kepada anak dalam mencapai pertumbuhan dan perkembangan secara optimal
dengan melibatkan keluarga seperti adanya dukungan, pendidikan kesehatan
dan upaya dalam rujukan ke tenaga kesehatan dalam program perawatan anak.
Fokus utama dalam pelaksanaan pelayanan keperawatan adalah peningkatan
kesehatan dan pencegahan penyakit, dengan falsafah yang utama, yaitu asuhan
keperawatan yang berpusat pada keluarga dan perawatan yang terapetik.
Bentuk intervensi utama yang diperlukan anak dan keluarga adalah pemberian
dukungan, pemberian pendidika kesehatan dan upaya rujukan kepada tenaga
kesehatan lain yang berkompeten sesuai dengan kebutuhan sesuai dengan
kebutuhan anak.

4. Lingkup Praktik Keperawatan Anak


Dalam memberikan askep pada anak harus berdasarkan kebutuhan dasar anak
yaitu: kebutuhan untuk pertumbuhan dan perkembangan seperti asuh, asih dan
asah.
a) Kebutuhan Asuh
Kebutuhan dasar ini merupakan kebutuhan fisik yang harus dipenuhi dalam
pertumbuhan dan perkembangan. Kebutuhan ini dapat meliputi kebutuhan
akan nutrisi atau gizi, kebutuhan pemberian tindakan keperawatan dalam
meningkatkan dan mencegah terhadap penyakit, kebutuhan perawatan dan
pengobatan apabila anak sakit, kebutuhan akan tempat atau perlindungan
yang layak dan lain-lain.

7
b) Kebutuhan Asih
Kebutuhan ini berdasarkan adanya pemberian kasih sayang pada anak atau
memperbaiki psikologi anak.
c) Kebutuhan Asah
Kebutuhan ini merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi pada anak, untuk
mencapai pertumbuhan dan perkembangan secara optimal dan sesuai
dengan usia tumbuh kembang.
Peran Perawat Dalam Keperawatan Anak
 Pemberi perawatan
 Sebagai advokat keluarga
 Pencegahan penyakit
 Pendidikan
 Konseling
 Kolaborasi
 Pengambilan keputusan etik
 Peneliti

5. Program Kebijakan Pemerintah Terhadap Kesejahteraaan Anak


Pemerintah menerapkan beberapa progam bagi anak yaitu sebagai berikut :
I. Program KIA
BKIA pertama didirikan di Paris oleh Budin (1892), di negara
Belanda pada tahun 1901, sedangkan di Indonesia pada tahun 1931.
budin sering melihat bayi yang dilahirkan dirumah sakit dalam keadaan
baik tetapi setelah beberapa bulan kemudian berada dalam keadaan
yang tidak memuaskan. Akhirnya timbul gagasannya agar bayi tersebut
dijaga agar tidak jatuh sakit. Kemudian mulailah pemeriksaan pada
bayi, ataupun dalam keadaan sehat, agar kelainan yang tiumbul dapat
segera di ketahui.
Didalam UU pokok kesehatan tanggal 15-10-1960 Bab I Pasal
1 telah dinyatakan “ tiap-tiap warga negara berhak memperoleh derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya dan perlu diikutsertakan dalam
usaha-usaha kesehatan pemerintah”. Dalam pasal 9 ayat 20.2, juga
telah dinyatakan bahwa tujuan pokok undang-undang yang dimaksud

8
adalah sebagai berikut : “ meningkatkan derajat kesehatan ibu, bayi,
dan anak sampai usia 6 tahun menjaga dan mencegah jangan sampai
ketiga subyek ini tergolong dalam “vulnerable group”( golongan
terancam bahaya,). Sehubungan hal terebut diatas, pemerintah
melakukan usaha-usaha khusus untuk kesehatan keturunan dan
pertumbuhan anak yang sempurna, serta lingkungan masyarakat dan
keolahragaan.

BKIA sendiri adalah balai kesehatan ibu dan anak, merupakan


wadah untuk usaha-usaha KIA. BKIA berada dibawah kordinasi dinas
KIA departemen kesehatan. KIA adalah Kesejahteraan ibu dan
anak yang didirikan pada tahun 1952 di Yogyakarta sebagai ibukota RI
pada saat itu, dan merupakan salah satu bagian dari Departemen
Kesehatan.

Pelayanan kesehatan yang diberikan terdiri dari:


i. Pelayanan kesehatan ibu
Agar ibu hamil, bersalin, menyusui, berada dalam keadaan sebaik-
baiknya agar dapat menjaga keselamatan dirinya dan bayinya dan
selamat dalam proses persalinan. Selain itu diharapkan dapat
memahami dan mengerti mengenai cara memelihara/mengasuh bayi
dan anak-anak, tentang cara hidup sehat serta cara menyiapkan
makanan sehat dan bergizi dalam hal ini fokusnya adalah :
Ø Pelayanan kesehatan ibu hamil
Ø Pertolongan persalinan
Ø Perawatan nifas
Ø Pelayanan dini resiko dan faktor resiko ibu hamil
Ø Pelayanan keluarga berencana
ii. Pelayanan kesehatan anak.
Usia anak adalah periode yang sangat menentukan kualitas seorang
manusia dewasa nantinya. Saat ini masih terdapat perbedaan dalam
penentuan usia anak. Menurut UU no 20 tahun 2002 tentang
Perlindungan anak dan WHO yang dikatakan masuk usia anak adalah
sebelum usia 18 tahun dan yang belum menikah. American Academic
9
of Pediatric tahun 1998 memberikan rekomendasi yang lain tentang
batasan usia anak yaitu mulai dari fetus (janin) hingga usia 21
tahun. Batas usia anak tersebut ditentukan berdasarkan pertumbuhan
fisik dan psikososial, perkembangan anak, dan karakteristik
kesehatannya. Usia anak sekolah dibagi dalam usia prasekolah, usia
sekolah, remaja, awal usia dewasa hingga mencapai tahap proses
perkembangan sudah lengkap.
Didalam pasal 3 telah didinyatakan bahwa, ”pertumbuhan anak yang
sempurna dalam lingkungan yang sehat adalah penting untuk mencapai
generasi yang sehat dan bangsa yang kuat”. Untuk itu salah satu program KIA
adalah agar setiap anak dimana saja dapat dibesarkan dalam lingkungan
keluarga yang penuh kasih sayang, lepas dari rasa ketakutan.

Pelayanan kesehatan anak meliputi:


1. Pelayanan kesehatan anak dan tata laksana neonatal sakit.
Masa neonatus ( umur 0 - 28 hari) yang merupakan masa
terjadinya kehidupan yang baru eksta uteri. Pada masa ini terjadi
proses adaptasi semua sistem tubuh seperti pernafasan,
jantung, pencernaan, sistem defekasi, urinaria dan sebagainya.
Untuk itu perlu perhatian untuk mencegah kematian dan
kesakitan pada usia ini.
2. Pola asuh anak.
Pentingnya kedua orang tua memahami tujuan utama
pengasuhan adalah mempertahankan kehidupan fisik anak dan
meningkatkan kesehatannya, memfasilitasi anak untuk
menyeimbangkan kemampuan sejalan dengan tingkat
perkembangannya dan mendorong peningkatan kemampuan
berprilaku sesuai dengan nilai agama dan budaya yang
diyakininya. Kemampuan orang tua untuk mngasuh tidak hanya
didapatkan dari pendidikan tetapi juga berdasarkan pengalaman
sendiri dan orang lain.
3. Pelayanan kesehatan balita melalui manajemen terpadu balita
sakit (MTBS) dan imunisasi.

10
MTBS merupakan suatu bentuk pengelolaan balita yang
mengalami sakit yang bertujuan untuk meningkatkan derajat
kesehatan anak serta kualitas pelayanan kesehatan anak. Cara ini
angat efektif untuk menurunkan angka kematian dan kesakitan
bayi dan anak. Karena bentuk pelayanan ini dapat dilakukan
pada pelayanan tingkat pertama seperti unit rawat jalan,
puskesmas, polindes dan lain-lain
iii. pelayanan kesehatan anak usia prasekolah.
Pada masa pertumbuhan masa prasekolah pada anak perlu
mendapat perhatian, khususnya pertumbuhan fisik, Berat badan
mengalami kenaikan rata-rata 2 kg, kelihatan kurus akan tetapi
aktifitas motorik tinggi, dimana sistem tubuh sudah mencapai
kematangan seperti berjalan melompat, dll.

iv. Pelayanan kesehatan anak usia sekolah melalui program UKS.


Peningkatan kesehatan anak sekolah dengan titik berat pada
upaya promotif dan preventif didukung oleh upaya kuratif dan
rehabilitatif yang berkualitas, Usaha keasehatan Sekolah (UKS)
menjadi sangat penting dan strategis untuk mencapai derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya. UKS bukan hanya
dilaksanakan di Indonesia, tetapi dilaksanakan di seluruh dunia.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mencanangkan
konsep sekolah sehat atau Health Promoting School ( Sekolah
yang mempromosikan kesehatan ).
Health Promoting School adalah sekolah yang telah
melaksanakan UKS dengan ciri-ciri melibatkan semua pihak
yang berkaitan dengan masalah kesehatan sekolah, menciptakan
lingkungan sekolah yang sehat dan aman, memberikan
pendidikan kesehatan di sekolah, memberikan akses terhadap
pelayanan kesehatan, ada kebijakan dan upaya sekolah untuk
mempromosikan kesehatan dan berperan aktif dalam
meningkatkan kesehatan masyarakat.
Upaya Health Promoting School tersebut idengan titik berat

11
pada upaya promotif dan preventif didukung oleh upaya kuratif
dan rehabilitatif yang berkualitas adalah :
1. Promotif dan Pencegahan
o Pemberian nutrisi yang baik dan benar
o Perilaku hidup sehat jasmani dan rohani
o Deteksi dini dan pencegahan penyakit menular
o Deteksi dini gangguan penyakit kronis pada anak
sekolah
o Deteksi dini gangguan pertumbuhan anak usia
sekolah Deteksi dini gangguan perilaku dan
gangguan belajar
o Imunisasi anak sekolah
2. Kuratif dan rehabilitasi
o Penganan pertama kegawat daruratan di sekolah
o Pengananan pertama kecelakaan di sekolah
o Keterlibatan guru dalam penanganan anak
dengan gangguan perilaku dan gangguan belajar
UKS dilakukan mulai dari tingkat sekolah dasar (SD) sampai
pada tingkat sekolah lanjutan atas, tetapi untuk saat ini di
prioritaskan di SD yang merupakan dasar dari semua sekolah
lanjutan, untuk terlaksananya perlu kerjasama dengan DINKES,
dinas pendidikan, pemerintah daerah setempat, orang tua murid
dan lembaga sosial lainnya.
Deteksi dini gangguan kesehatan anak usia sekolah dapat
mencegah atau mengurangi komplikasi dan permasalahan yang
diakibatkan menjadi lebih berat lagi. Peningkatan perhatian
terhadap kesehatan anak usia sekolah tersebut, diharapkan dapat
tercipta anak usia sekolah Indonesia yang cerdas, sehat dan
berprestasi.
v. Pelayanan kesehatan remaja melalui pelayanan kesehatan peduli
remaja.
Pelayanan kesehatan lebih banyak dititik beratkan pada
pembinaan prilaku sehat.Pada anak usia SLTP dan SMU
(remaja), masalah kesehatan yang dihadapi biasanya berkaitan
12
dengan perilaku berisiko seperti merokok, perkelahian antar
pelajar, penyalahgunaan NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan
Zat Adiktif lainnya), kehamilan yang tak diingini, abortus yang
tidak aman, infeksi menular seksual termasukHIV/AIDS.
Dalam pelaksanaan berbagai program KIA ini pemerintah
banyak mendapat bantuan dari badan sosial luar negeri,
misalnya:
1. UNICEF memberikan bantuan pelayanan kesehatan
berupa bantuan pengadaan peralatan medis bagi
poliklinik desa dan Puskesmas, juga membiayai
kegiatan penyuluhan, lokakarya dan pelatihan
kesehatan.

2. US Agency for International Develovment (USAID),


memberikan bantuan hibah 27 juta dolar AS(Rp.226.600
milyar), bagi perlindungan kesehatan ibu dan anak di
Indonesia, disalurkan melalui Strategi Objective Grant
Agreement (SOGA).
II. Perlindungan terhadap anak
A. Hak dan tanggung jawab anak
UU no 39/99 pasal 52 ayat 1 dan 2 ” hak anak adalah hak asasi
manusia dan untuk kepentingan anak itu diakui dan dan dilindungi oleh
hukum sejak dalam kandungan”.
Hak anak dalam konveksi hak anak (5 oktober 1990 )
§ Hak anak untuk hidup dan berkembang
§ Hak untuk mendapat identitas
§ Hak untuk mendapat standar hidup yang layak
§ Hak untuk mendapatkan standar kesehatan yang paling tinggi
§ Hak untuk mendapatkan perlindungan khususjika mengalami konflik
hukum
§ Hak untuk hidup dengan orang tua
§ Hak untuk mendapatkan perlindungan pribadi
§ Hak untuk mendapatkan perlindungan dari perlakuan kejam’ hukuman
dan perlakuan tidak manusiawi.
13
§ Hak untuk mendapatkan pendidikan dasar secara cuma-cuma.
§ Hak untuk bermain, dll.

Tanggung jawab anak


 Menghormati orang tua, wali dan guru
 Mencintai keluarga, masyarakat dan menyayangi teman
 Mencintai tanah air bangsa dan negara
 Menunaikan ubadah sesuai dengan ajaran agamanya
 Melaksanakan etika dan ahlak yang mulia.
B. Perwalian anak
a. perwalian akibat perceraian
Bila ada perceraian menurut hukum perlu ditentukan siapa yang
berhak menjadi wali bagi anak mereka. Karena adanya ketentuan bila
terjadi perceraian maka hilanglah kekeuasaan orang tua terhadap anak
anak dan kekuasaan tersebut diganti dengan perwalian. Menurut UU
no1 tahun 1974 “ apabila putus perkawinan karena perceraian baik
bapak atau ibu mempunyai kewajiban memelihara, mendidik anak
berdasarkan kepentingan anak”.bila terjadi perselisihan mengenai
penguasaan anak maka pengadilan yang akan memberikan putusannya.
Yang bertanggung jawab atas semua biaya pemeliharaan dan
pendidikan adalah bapak., bila bapak tidak dapat memenuhi
kewajibannya maka pengadilan dapat menentukan bahwa ibu ikut
memmikul biaya tersebut.
b. Perwalian pada anak adopsi
Sejak putusan diucapkan pengadilan maka orang tua angkat
menjadi wali anak angkat. Sejak saat itu segala hak dan kewajiban
orang tua kandung beralih pada orang tua angkat. kecuali bagi anak
angkat perermpuan beragama Islam, bila akan menikah maka yang bisa
menjadi wali nikahnya hanyalah orang tua kandung atau saudara
sedarahnya.
B. Advocate anak.
Ide advokasi oleh anak merupakan pengembangan salah satu hak
dasar anak pada Konvensi Hak Anak (KHA) yang diratifikasi

14
pemerintah tahun 1990, yakni hak untuk berpartisipasi dalam
pengambilan keputusan yang ditujukan baginya. Tiga hak dasar
lainnya adalah hak untuk kelangsungan hidup, hak untuk tumbuh
dan berkembang, serta hak untuk memperoleh perlindungan dari
tindakan yang merugikan mereka.
Untuk bisa terlibat aktif dalam kegiatan advokasi oleh anak,
tidak semua anak di bawah usia 18 tahun (batasan usia anak menurut
KHA) bisa berperan di situ. Ada persyaratan kematangan dan
kecakapan yang diperlukan yang hanya bisa dipenuhi anak usia belasan
tahun.
Advokasi oleh anak merupakan kegiatan tahap lanjut yang
sebelumnya diawali pemberdayaan yang bersifat menggugah kesadaran
kritis anak terhadap persoalan di lingkungan sekitar dan menggali
potensi kepemimpinan dari anak.
Gerakan advokasi oleh anak saat ini bukan lagi merupakan
fenomena di tingkat nasional, tetapi sudah menjadi fenomena
internasional. Mengingat cukup kuatnya landasan hukum untuk anak
melakukan advokasi serta kuatnya desakan dari LSM anak di tingkat
internasional, pada Mei 2002-dalam Sidang Umum PBB-untuk pertama
kali dalam sejarah PBB digelar sesi khusus untuk anak, yang diikuti
lebih dari 400 anak yang merupakan delegasi dan peserta aktif di setiap
pertemuan formal dan sesi pendukung lain. Pada sidang PBB itu
akhirnya berhasil dirumuskan berbagai komitmen yang tersusun dalam
millenium development goals, serta pernyataan anak-anak yang dikenal
dengan dokumen Dunia yang Layak bagi Anak (World Fit for
Children), dengan tujuan dan targetnya yang harus dipenuhi.
Makin banyaknya kasus kenakalan yang menjurus pada prilaku
kriminal di kalangan anak, menjadi alasan mendesak perlunya di
bentuk UU dan lembaga yang bisa menyelesaikan permasalahan anak
dengan hukum.
Rencana UU perlindungan Anak (RUUPA), akan di tetapkan
sebagai UU, akan menjadi landasan hukum guna melindungi
kepentingan dan hak anak. Materi RUUPA menyangkut pemenuhan
hak dan kewajiban anak tanggung jawab negara, perwalian anak , kuasa
15
asuh, dan pengangkatan anak, ketentuan pidana, dan perlindungan
anak, yang meliputi bidang kesehatan, agama, pendidikan dan sosial.
RUUPA juga memberikan perlindungan khusus, yaitu anak yang
berhadapan denagan hukum, kelompok minoritas, anak korban
eksploitasi ekonomi dan sexual, anak yang diperdagangkan, anak
korban kerusushan, anak yang menjadi pengungsi, serta anak dalam
situasi konflik bersenjata.
Perlindungan pada anak berdasarkan prinsip :
§ Non dikriminasi
§ Kepentingan bagi anak.
§ Penghargaan terhadap pendapat anak.
§ Hak untuk hidup.
§ Kelangsungan hidup.
§ Perkembangan.
Kementrian Pemberdayaan Perempuan menetapkan UU No 23 tahun
2002 :
 Perlindungan anak
 Harmonisasi hukum dan perundangan.
 Mengembangkan data dan profil anak.
 Mengembangkan model intervensi.
 Mengembangkan pusat kajian bagi kesejahteraan dan
perlindungan anak di perguruan tinggi.
 Meningkatkan kemitraan dengan seluruh pemangku
kepentingan anak menjadi upaya yang dapat mempercepat
peningkatan kesejahteraan dan perlindungan anak.
III. Organisasi perlindungan anak.
Perlindungan anak di indonesia di lakukan melalui :
 UU No 23 tahun 2002
 Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI)
 Penyusunan peraturan pemerintah tentang tata cara perwalian anak.
 Bimbingan dan pengawasan terhadap pengangkatan anak dan
sosialisasi terhadap penegak hukum.

16
 Upaya penyelenggara perlindungan anak di bidang agama, kesehatan
dan pendidikan.
Lembaga Advokasi Anak Indonesia
Terdiri dari komisi :
§ Tenaga kerja.
§ Guidance dan konseling
§ Hak asazi manusia
§ Pendidikan dan latihan
§ Penelitian dan pengembangan.
§ Hukum wanita.
§ Lingkungan hidup.

Program kerja :
 Investigasi

 Monitoring

 Lobi dan dialog

 Penerbitan publikasi

 Penelitian

 Penanganan kasus anak di pengadilan

 Mitra dari LAAI


 NGO, Locxal, nasional dan Internasional.
 Instansi pemerintah
 Praktisi hukum
 Jurnalis
 Peneliti
 Pemerhati masaalah anak
 Badan-badan PBB.
IV. Pola kesehatan anak.
A. penyakit yang lazim terjadi :
 Kelainan kongenital
 Pneumonia.
 Influenza

17
 Varicella
 Morbili
 TBC
 DPT
 DBD
 Malaria
 ISPA
 Parotitis
 Gaky
 Malnutrisi
 Diare
B.Usaha.Promotif.
 Penyuluhan kesehatan masyarakat
 Promosi kesehatan melalui media komunikasi
 Pembinaan peran serta masyarakat
 Pembinaan gizi masyarakat
C. Usaha Preventif
Sasaran :
§ Mengurangi penyebab atau peranan penyebab
§ Mengatasi atau memodifikasi lingkungan
§ Meningkatkan daya tahan tubuh
Tindakan pencegahan
 Imnunisasi
 Control lingkungan atau sanitasi lingkungan
 Pemberantasasn vector penyakit
 Pemberantasan penyakit menular dan tidak menular
 Pengawasan obat dan makanan
 Pelayanan kesehatan ibu dan anak
 Perbaikan pemukiman
D. Sistem pemberian pelayanan kesehatan.
Sistem pemberian pelayanan kesehatan anak terintegrasi dengan program-
program yang ditetapkan departemen kesehatan, dalam hal ini dilaksanakan
oleh dinas kesehatan dalam bentuk pelayanan KIA.

18
Pelaksanaan usaha KIA dilakukan dalam bentuk kegiatan kegiatan :
(1) Pemeriksaan bayi sampai umur 1 tahun
(2) Pemeriksaan ibu hamil
(3) Pemeriksaan anak sampai umur 6 tahun(termasuk taman
kanak-kanak
(4) Pertolongan persalinan diklinik klinik bersalin/BKIA/ rumah
sakit baik fasilitas dari pemerintah maupun dari swasta.
(5) Pemberian suntikan imunisasi dasar dan ulangan
(6) Penyuluhan gizi untuk meningkatkan status gizi ibu, bayi, dan
balita
(7) Pemberian pendidikan kesehatan masyarakat antara lain
pelatihan dukun bayi
(8) Pencegahan dehidrasi pada anak diare
(9) Kunjungan rumah
(10). Pelayanan keluarga berencana
(11). Pembina partisipasi masyarakat

E. Follow up care dan home care.


Setelah penemuan kasus, maka diadakan kunjungan rumah sebagai
tindak lanjut, karena dengan kunjungan rumah akan diketahui juga
keadaan rumah tangga keadaan kesehatan, kebersihan lingkungan,
keadaan sosial budaya, adat istiadat, kepercayaan dan aspek lain yang
mungkin berpengaruh terhadap status kesehatan keluarga.

6. Sistem Perlindungan Anak


Kerangka hukum dan kebijakan di Indonesia perlu diperkuat untuk mencegah
dan menangani kekerasan, perlakuan salah, eksploitasi dan penelantaran anak.
Pemerintah pusat dan daerah memerlukan keselarasan peraturan maka langkah
terakhir yang dilakukan pemerintah pusat adalah mengembangkan pedoman.
Perda yang mengacu pada pendekatan berbasis sistem terhadap perlindungan
anak merupakan sebuah langkah yang positif.
Perlindungan anak melalui pendekatan berbasis sistem meliputi :

19
(1) Sistem perlindungan anak yang efektif melindungi anak dari segala
bentuk kekerasan, perlakuan salah, eksploitasi dan penelantaran,
(2) Sistem perlindungan anak yang efektif mensyaratkan adanya
komponen-komponen yang saling terkait,
(3) Rangkaian pelayanan perlindungan anak di tingkat masyarakat
dimulai dari layanan pencegahan primer dan sekunder sampai
pelayanan tersier (Unicef Indonesia, 2012).
Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 35 tahun 2014,
dimana pada Pasal 73a menyatakan bahwa:
(1) Dalam rangka efektivitas penyelenggaraan perlindungan anak,
kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintah di bidang
perlindungan anak harus melakukan koordinasi lintas sektoral dengan
lembaga terkait,
(2) Koordinasi dilakukan melalui pemantauan, evaluasi dan pelaporan
penyelenggaraan perlindungan anak.
Pada pasal 74 menyatakan bahwa :
(1) Dalam rangka meningkatkan efektivitas pengawasan
penyelenggaraan pemenuhan hak anak, dengan undang-undang ini
dibentuk Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) yang bersifat
independen,
(2) Dalam hal diperlukan, Pemerintah Daerah dapat membentuk
Komisi Perlindungan Anak Daerah atau lembaga lainnya yang sejenis
untuk mendukung pengawasan penyelenggaraan perlindungan anak di
daerah. Berikut ini cara melindungi anak dari kekerasan fisik dan
kejahatan seksual dimana banyak pelaku kekerasan fisik dan seksual
banyak dilakukan oleh orang yang dikenal oleh anak. Cara
melindunginya yaitu dimulai dengan:
1. Bangun komunikasi dengan anak.
 Dengarkan cerita anak dengan penuh perhatian.
 Hargai pendapat dan seleranya walaupun orang tua tidak
setuju.
 Jika anak bercerita sesuatu hal yang sekiranya
membahayakan, tanyakan anak bagaimana mereka
menghindari bahaya tersebut.
20
 Orang tua belajar untuk melihat dari sudut pandang anak.
Jangan cepat mengkritik atau mencela cerita anak.

2. Cara yang dilakukan jika mengira anak menjadi korban kekerasan


fisik atau kekerasan seksual:
 Beri lingkungan yang aman dan nyaman agar dia dapat
berbicara kepada Anda atau orang dewasa yang dapat
dipercaya.
 Yakinkan anak bahwa dia tidak bersalah dan tidak
melakukan apapun yang salah. Yang bersalah adalah
orang yang melakukan hal tersebut kepadanya.
 Cari bantuan untuk menolong kesehatan mental dan
fisik.
 Konsultasi dengan aparat negara yang dapat dipercaya
bagaimana menolong anak tersebut.
 Laporkan kejadian ini kepada Komisi Anak Nasional.
 Jaga rahasia: kejadian dan data pribadi anak agar tidak
menjadi rumor yang akan menjadi beban dan
penderitaan mental anak. Dalam undang-undang hak
anak: anak yang menjadi korban kejahatan seksual
berhak untuk dirahasiakan namanya.

21
DAFTAR PUSTAKA

 Yuliastati dan arnis Amelia.2016.Keperawatan Anak (Modul bahan ajar cetak


keperawatan.Kementrian Kesehatan Republik Indonesia:Jakarta.
 Hidayat.A.A.2005. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1. Salemba Medika : Jakarta
 American Academy of Paediatric. (2003). Family Centered Care and The
Pediatrician’s Role. Pediatrics. Vol. 112 (3);
 Buku Kesehatan Ibu dan Anak. Kemenkes RI.
 Supartini (2004). Buku ajar: Konsep Dasar Keperawatan Anak. EGC, Jakarta.
Undang-undang Perlindungan Anak RI. Nomor 35 tahun 2015.
 Wong, D.L, et all. (2009). Wong, Buku Ajar Keperawatan Pediatric. (6th ed.).
Missouri; Mosby.

22

Anda mungkin juga menyukai