TINJAUAN TEORI
2. Klasifikasi Nifas
Nifas dapat dibagi kedalam 3 periode :
a. Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan
berdiri dan berjalan – jalan.
b. Puerperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat – alat
genetalia yang lamanya 6 – 8 minggu.
c. Remote puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih kembali
dan sehat sempurnah baik selama hamil atau sempurna berminggu –
minggu, berbulan – bulan atau tahunan (Walnyani, 2015).
b. Endometrium
Perubahan–perubahan endometrium ialah timbulnya trombosis
degenerasi dan nekrosis di tempat inplantasi plasenta.
Hari I : Endometrium setebal 2 – 5 mm dengan permukaan yang
kasar akibat pelepasan desidua dan selaput janin.
Hari II : Permukaan mulai rata akibat lepasnya sel – sel dibagian
yang mengalami degenerasi.
c. Involusi tempat plasenta.
Uterus pada bekas inplantasi plasenta merupakan luka yang kasar
dan menonjol ke dalam cavum uteri. Segera setelah plasenta lahir,
penonjolan tersebut dengan diameter 7,5 cm, sesudah 2 minggu
diameternya menjadi 3,5 cm dan 6 minggu telah mencapai 24 mm.
d. Perubahan pada pembuluh darah uterus.
Pada saat hamil arteri dan vena yang mengantar darah dari dan ke
uterus khususnya ditempat implantasi plasenta menjadi besar setelah
post partum otot – otot berkontraksi, pembuluh – pembuluh darah
pada uterus akan terjepit, proses ini akan menghentikan darah setelah
plasenta lahir.
e. Perubahan servix
Segera setelah post partum, servix agak menganga seperti corong,
karena corpus uteri yang mengadakan kontraksi. Sedangkan servix
tidak berkontraksi, sehingga perbatasan antara corpus dan servix uteri
berbentuk seperti cincin. Warna servix merah kehitam – hitaman
karena pembuluh darah.
Segera setelah bayi dilahirkan, tangan pemeriksa masih dapat
dimasukan 2 – 3 jari saja dan setelah 1 minggu hanya dapat
dimasukan 1 jari ke dalam cavum uteri.
f. Vagina dan pintu keluar panggul
Vagina dan pintu keluar panggul membentuk lorong berdinding
lunak dan luas yang ukurannya secara perlahan mengecil. Pada
minggu ke – 3 post partum, hymen muncul beberapa jaringan kecil
dan menjadi corunculac mirtiformis.
g. Perubahan di peritoneum dan dinding abdomen
Ligamen-ligamen dan diafragma pelvis serta fasia yang meregang
sewaktu kehamilan dan partus, setelah janin lahir berangsur-angsur
ciut kembali. Ligamentum latum dan rotundum lebih kendor dari pada
kondisi sebelum hamil. (Walyani, 2015).
5. Adaptasi Psikologi Masa Nifas
a. Masa Taking In
1). Dimulai sejak dilahirkan sampai 2 – 3 hari.
2). Ibu bersifat pasif dan berorientasi pada diri sendiri.
3). Tingkat ketergantungan tinggi.
4). Kebutuhan nutrisi dan istirahat tinggi.
b. Masa Taking Hold
1) Berlangsung sampai 2 minggu.
2) Klien mulai tertarik pada bayi.
3) Ibu berupaya melakukan perawatan mandiri.
c. Masa taking Go
1) Berlangsung pada minggu ke III – IV.
2) Perhatian pada bayi sebagai individu terpisah (Wahyuningsih,
2018)
B. Sectio Caesarea
1. Pengertian
Sectio Saesarea adalah operasi untuk melahirkan/mengeluarkan bayi
darirahim ibu, dengan cara membuat sayatan pada perut dan rahim ibu.
e. Histerektomi caesarea
Pembedahan ini merupakan sectio caesarea yang dilakun dengan
pengkatan uterus.
Indikasi :
1) Perdarahan akibat atonia uteri setelah terapi konservatif gagal.
2) Perdarahan yang tidak dapat dikendalikan pada kasus-kasus plasenta
previa dan aprutio plasenta tertentu.
3) Plasenta akreta.
4) Fibromyoma yang multiple dan luas
5) Pada kasus tertentu kanker servix atau ovarium.
6) Ruptur uteri yang tidak dapat diperbaaiki.
7) Sebagai metode sterilisasi.
8) Cicatrix yang menimbulkan cacat pada uterus.
Komplikasi :
1) Angka borbiditasnya 20%.
2) Darah lebih banyak hilang.
3) Kerusakan pada traktus urinarius dan usus termasuk pembentukan fistula.
4) Trauma fisikologis akibat hilangnya rahim.
Pintu atas panggul dianggap sempit apabila conjugata vera kurang dari
10 cm atau kalau diameter transversa kurang dari 12 cm
Conjugata vera dilalui oleh diameter biparietalis yang ± 9½ cm dan
kadang-kadang mencapai 10 cm, maka sudah jelas bahwa conjugata vera
yang kurang dari 10 cm dapat menimbulkan kesulitan. Kesukaran
bertambah lagi kalau kedua ukuran ialah diameter antara posterior
maupun diameter transversa sempit.
2. Etiologi
Sebab-sebab yang dapat menimbulkan kelainan panggul dapat
dibagi sebagai berikut :
a. Kelainan karena gangguan pertumbuhan
1). Panggul sempit seluruh : semua ukuran kecil
2). Panggul picak : ukuran muka belakang sempit, ukuran
melintang biasa
3). Panggul sempit picak : semua ukuran kecil tapi terlebiha ukuran
muka belakang
4). Panggul corong : pintu atas panggul biasa,pintu bawah panggul
sempit.
5). Panggul belah : symphyse terbuka
b. Kelainan karena penyakit tulang panggul atau sendi-sendinya
1). Panggul rachitis : panggul picak, panggul sempit, seluruha
panggul sempit picak dan lain-lain
2). Panggul osteomalacci : panggul sempit melintang
3). Radang articulatio sacroilliaca : panggul sempit miring
c. Kelainan panggul disebabkan kelainan tulang belakang
1). Kyphose didaerah tulang pinggang menyebabkan panggul
corong
2). Sciliose didaerah tulang panggung menyebabkan panggul
sempit miring.
d. Kelainan panggul disebabkan kelainan aggota bawah
Coxitis, luxatio, atrofia. Salah satu anggota menyebabkan panggul
sempit miring.
e. fraktura dari tulang panggul yang menjadi penyebab kelainan
panggul.
3. Klasifikasi
a. Kesempitan bidang tengah panggul
Bidang tengah panggul terbentang antara pinggir bawah
symphysis dan spinae ossis ischii dan memotong sacrum kira-kira
pada pertemuan ruas sacral ke 4 dan ke 5.
1). Ukuran yang terpenting dari bidang ini adalah :
a). Diameter transversa ( diameter antar spina ) 10 ½ cm
b). Diameter anteroposterior dari pinggir bawah symphyse ke
pertemuan ruas sacral ke 4 dan ke 5 11 ½ cm
c). Diameter sagitalis posterior dari pertengahan garis antar spina
ke pertemuan sacral 4 dan 5 5 cm
2). Dikatakan bahwa bidang tengah panggul itu sempit :
a). Jumlah diameter transversa dan diameter sagitalis posterior
13,5 atau kurang ( normal 10,5 cm + 5 cm = 15,5 cm)
b). Diameter antara spina < 9 cm
Ukuran – ukuran bidang tengah panggul tidak dapat diperoleh
secara klinis, harus diukur secara rontgenelogis, tetapi kita dapat
menduga kesempitan bidang tengah panggul kalau :
a) Spinae ischiadicae sangat menonjol
b) Kalau diameter antar tuber ischii 8 ½ cm atau kurang
Prognosa kesempitan bidang tengah panggul dapat
menimbulkan gangguan putaran paksi.kalau diameter antar spinae
9 cm atau kurang kadang-kadang diperlukan SC.
Terapi, kalau persalinan terhenti karena kesempitan bidang
tengah panggul, maka baiknya dipergunakan ekstraktor vacum,
karena ekstraksi dengan forceps memperkecil ruangan jalan lahir.
b. Kesempitan pintu bawah panggul:
Pintu bawah panggul terdiri dari 2 segi tiga dengan jarak antar
tuberum sebagai dasar bersamaan
Ukuran – ukuran yang penting ialah :
1). Diameter transversa (diameter antar tuberum ) 11 cm
2). Diameter antara posterior dari pinggir bawah symphyse ke ujung
os sacrum 11 ½ cm
3). Diameter sagitalis posterior dari pertengahan diameter antar
tuberum ke ujung os sacrum 7 ½ cm
Pintu bawah panggul dikatakan sempit kalau jarak antara tubera ossis
ischii 8 atau kurang kalau jarak ini berkurang dengan sendirinya arcus
pubis meruncing maka besarnya arcus pubis dapat dipergunakan untuk
menentukan kesempitan pintu bawah panggul.
Menurut thomas dustacia dapat terjadi kalau jumlah ukuran
antar tuberum dan diameter sagitalis posterior < 15 cm ( normal 11 cm
+ 7,5 cm = 18,5 cm). Kalau pintu bawah panggul sempit biasanya
bidang tengah panggul juga sempit. Kesempitan pintu bawah panggul
dapat menyebabkan gangguan putaran paksi. Kesempitan pintu bawah
panggul jarang memaksa kita melakukan SC, tetapi dapat diselesaikan
dengan forcep dan dengan episiotomy yang cukup luas.