Anda di halaman 1dari 4

DIABETES MELLITUS

No.Dokumen : 440/ /UKP/SOP/2017


No. Revisi :0
SOP
Tanggal Terbit :
Halaman : 1/2
Dewi Sumarni,SKM
Puskesmas Muara
NIP.196509061988122001
Kati

1. Pengertian Diabetes melitus adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai


kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan
berbagai komplikasi kronik pada mata, saraf, ginjal dan pembuluh darah.

2. Tujuan Sebagai pedoman petugas dalam mendiagnosa dan mengobati pasien


diabetes mellitus (DM) serta melakukan penyuluhan untuk pencegahan
DM

3. Kebijakan Keputusan Kepala Puskesmas Nomor : 440/ /UKP/ SK/MKT/2017


Tentang Pelayanan Medis

4. Referensi Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.02.02/MENKES/514/2015

5. Prosedur Spigmomanometer, stetoskop, alat cek gula darah

6. Langkah langkah 1. Petugas memanggil pasien sesuai urutan


2. Petugas mencocokkan nama pasien dengan rekam medik
3. Petugas melakukan anamnesa pada pasien apakah pasien mengeluhkan
gejala klasik DM, yaitu poliuria (sering kencing), polidipsi (sering
haus) dan polifagi (serng lapar).
4. Petugas menanyakan pada pasien apakah terdapat keluhan lain seperti
berat badan turun tanpa penyebab yang jelas, kesemutan, gatal, mata
kabur, impotensi pada pria, pruritus vulva pada wanita, serta adakah
luka yang tidak kunjung sembuh.
5. Petugas melakukan pemeriksaan fisik ( tekanan darah, nadi, suhu, BB)
termasuk ekstremitas atas dan bawah termasuk jari.
6. Bila diperlukan petugas membuat permintaan pemeriksaan gula darah
atau urin ke laboratorium.
7. Petugas menyerahkan surat permintaan kepada pasien untuk
selanjutnya pasien ke laboratorium
8. Petugas menerima hasil laboratorium dari pasien, membaca hasil
laboratorium, dan menegakan diagnosa berdasarkan hasil lab dan
anamnesis, yaitu:
- Gejala klasik DM + Glukosa darah sewatu (GDS) ≥ 200 mg/dl
(darah kapiler)
- Gejala klasik DM + Glukosa darah puasa (GDP: pasien tidak
mendapatlan asupan kalori tambahan sedikitnya 8 jam) ≥ 126
mg/dl (darah kapiler)
- Tanpa gejala kasik DM + kadar GDS ≥ 200 mg/dl atau GDP ulang
≥ 100 mg/dl (darah kapiler)
9. Petugas memberikan penatalaksanaan awal DM berupa terapi gizi
medis (TGM) dan latihan jasmani selama 2 – 4 minggu. Apabila kadar
gula darah belum mencapai sasaran dilakukan intervensi farmakologi
dengan obat hipoglikemik oral (OHO) dan atau suntikan insulin.
10. Obat hipoglikemik oral (OHO) dimulai dengan dosis kecil dan
ditingkatkan secara bertahap sesuai respons kadar glukosa darah, dapat
diberikan sampai dosis hampir maksimal. Pemberian OHO bersamaan
dengan pengaturan diit dan latihan jasmani, bila diperlukan dapat
dilakukan pemberian OHO tunggal atau OHO kombinasi. Terapi OHO
kombinasi harus dipilih dua macam obat dari kelompok yang
mempunyai mekanisme kerja berbeda
- Golongan Biguanid: Metformin, dosis awal 500 mg dosis
maksimal 2500 mg diberikan 1-3 kali/hari sebelum/pada
saat/sesudah makan
- Golongan Sulfonilurea: Glibenklamid dosis awal 2.5 mg dosis
maksimal 15 mg/hr diberikan 15 – 30 menit sebelum mkan, 1-2
kali/hari.
- Golongan Inhibitor α glukosidase: Acarbose dosis awal 50 mg
dosis maksimal 300 mg diberikan 1-3 kali/hari bersama makan
suapan pertama.
11. Petugas mengedukasi pasien DM sebagai berikut:
- Menjelaskan perlunya pengendalian dan pemantauan gula darah,
penyulit DM dan resikonya serta bagaimana mengatasi sementara
keadaan gawat darurat akibat DM (rasa sakit dan hipoglikemia).
- Mengedukasi pasien tentang terapi gizi medis (TGM) makanan
yang seimbang sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat gizi
masing-masing individu. Pentingnya keteraturan makan dalam
hal jadwal makan, jenis dan jumlah makanan.
- Mengedukasi pasien tentang latihan jasmani secara teratur 3 – 4
kali seminggu selama kurang lebih 30 menit.
12. Petugas menuliskan dan memberikan rujukan untuk pasien (bila perlu)
13. Petugas menulis dan menyerahkan resep kepada pasien
14. Petugas menulis hasil pemeriksaan fisik, laboratorium (pemeriksaan
gula darah, profil lemak, glukosa urin), diagnosa dan terapi ke dalam
rekam medik pasien
15. Petugas menulis diagnosa ke buku register rawat jalan
8.Hal-hal yang perlu Tanda-tanda ketoasidosis diabetic, koma hipoglikemia (akibat OHO),
rentan infeksi, kaki diabetic, dan disfungsi ereksi
diperhatikan

9. Unit terkait Poli umum, Poli Lansia, Poli KIA, Poli PTM

10. Dokumen terkait Rekam Medis, blanko rujukan, buku register, blanko resep

11.Rekaman historis Tgl. Mulai


No Yang dirubah Isi Perubahan
perubahan. diberlakukan
DIABETES MELLITUS

No.Dokumen : 440/ /UKP/SOP/2017


DAFTAR No. Revisi :0
TILIK Tanggal Terbit :
Halaman : 1/2
Dewi Sumarni,SKM
Puskesmas
NIP.196509061988122001
Muara Kati

Unit : …………………………………………………………………………

Nama Petugas : …………………………………………………………………………

Tanggal Pelaksanaan : …………………………………………………………………………

No Langkah Kegiatan Ya Tidak TB

1 Apakah Petugas memanggil pasien sesuai nomor urutan


2 Apakah Petugas mencocokkan nama pasien dengan yang
ada di rekam medik
3 Apakah petugas menganamnesa pasien mengenai gejala
klsik DM
4 Apakah petugas menganamnesa pasien mengenai gejala
lain dan riwayat penyakit yang diderita sebelumnya
5 Apakah petugas melakukan pemeriksaan fisik

6 Apakah petugas memeriksakan kadar gula darah pasien


ke laboratorium
7 Apakah petugas memberikan blanko permintaan
pemeriksaan laboratorium kepada pasien
8 Apakah petugas membacakan hasil pemeriksaan lab dan
menegakkan diagnosa DM berdasarkan hasil lab dan
anamnesa
9 Apakah petugas memberikan penatalaksanaan awal tanpa
Obat Hipoglikemik Oral (OHO) pada pasien yang baru
terdiagnosa DM
10 Apakah petugas melakukan terapi dengan OHO

11 Apakah petugas melakukan edukasi kepada pasien

12 Apakah petugas menuliskan dan memberikan rujukan


untuk pasien pada kasus DM tertentu (bila perlu)
13 Apakah petugas menuliskan dan memberikan resep
kepada pasien
14 Apakah petugas menuliskan anamnesa, pemeriksaan
fisik, laboratorium, dan diagnosa pada rekam medik
pasien
15 Apakah petugas menuliskan diagnosa pada buku register
rawat jalan

Compliance rate (CR) : …………………………………%

……………………………..
Pelaksana / Auditor

……………………………......
NIP.

Anda mungkin juga menyukai