Anda di halaman 1dari 52

TUGAS RESUME

STRUKTUR BETON BERTULANG 1

Disusun Oleh :

Andika Tresna H 21010111110188

Mustofa Kamal Aziz 21010111110189

Rizki Wisnu Yoaldri 21010111140226

Bogie Prastowo Mahardhika 21010111140227

Abdullah L2A607001

JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS DIPONEGORO
2013
BAB I
A. PENGERTIAN BETON

Beton ialah campuran semen, pasir, air dan kerikil atau batu pecah. Beton
terdiri dari bahan pengikat dan bahan tambahan. Semen ialah bahan pengikat, bahan -
bahan yang lain ialah bahan - bahan tambahan.segera setelah dilakukan pencampuran,
campuran ini menjadi kenyal, yang harus di tuang dalam bentuk-bentuk. Bentuk-
bentuk itu disebut dengan papan beton yang nantinya akan di pakai untuk wadah,
sesudah keras maka papan beton dibuka, Adukan dibentuk oleh semen dengan pasir
dan air tapi batu bata,batu kali atau batu belahnya telah berubah menjadi bagian-
bagian lebih kecil.

Pengadukan yang teliti mempengaruhi kualitas beton. sebagai bahan pengikat


untuk beton dapat dipakai : kapur dengan tras, atau kapur dengan semen merah.
Dalam hal yang terakhir ini beton tadi tidak mempunyai sifat-sifatyang lebih baik.
Kadang-kadang kita pakai beton ini , umpamanya sebagai bahan pengisi yang tidak
mendapat tekanan yang besar.

Biasanya kita pakai semen portland (SP) sebagai bahan pengikat karena sifat-
sifatnya lebih baik dan angka kepadat’an nya yang lebih tinggi. SP juga dapat di
gunakan dalam pekerjaan udara, tanah, air.kepadatan terhadap tekanan untuk beton.

Beton adalah suatu bahan komposit yang terdiri dari kumpulan, secara umum
pasir dan kerikil atau agregat kasar, dengan bahan pengikat semen portland dan air.
Kumpulan pasir dan kerikil dengan ukuran kerikil yang maksimum di dalam beton
struktural biasanya 3/4 in, ada 3/8 in, atau 1,5 in. Sebatas kerikil masih bisa digunakan
(James G.MacGregor, 1997).

Beton dihasilkan dari sekumpulan interaksi mekanis dan kimiawi sejumlah


material pembentuknya. Material pembentuk tersebut berupa agregat halus dan
agregat kasar yaitu pasir, batu, batu pecah atau bahan semacam lainnya, dengan
menambahkan secukupnya bahan perekat semen portland, dan air sebagai bahan
pembantu guna keperluan reaksi kimia selama proses pengerasan dan perawatan beton
berlangsung (James G.MacGregor, 1997).
Beton memiliki karakteristik sebagai berikut:

1. Memiliki kuat tekan sangat tinggi.

2. Karakter beton memiliki kuat tarik rendah yang menyebabkan beton gampang
mengalami retak pada daerah tarik.

3. Beton mengerut saat pengeringan dan beton keras mengembang jika basah

4. Beton mengalami kembang-susut bila terjadi perubahan suhu

5. Beton bersifat getas

B. BAHAN PENYUSUN BETON


Bahan penyusun beton adalah filler dan binder. Bahan filler adalah agregat
halus dan agregat kasar, sedangkan binder adalah air dan semen. Terdapat bahan
penyusun lain sebagai bahan baku pembuatan beton, yaitu bahan pasta (semen dan
air), dan bahan mortar (agregat dan pasta), dan terkadang ditambahkan bahan
campuran lain (admixture).

(Siti Nurlina, 2008)

 Semen
Semen adalah bahan jadi yang mengeras dengan adanya air (semen
hidrolis) yang memiliki sifat adhesive dan kohesif yang memungkinkan
melekatnya fragmen – fragmen mineral menjadi suatu massa yang padat.
Semen yang biasa dipakai sebagai bahan baku pembuatan beton
dinamakan semen Portland (PC) karena setelah mengeras mirip batu Portland
yang ada di Inggris.

Komponen utama dari semen Portland adalah :


- Batu kapur yang mengandung CaO (kapur, dan lime)
- Lempung yang mengandung komponen silica, oksida alumina, dan
oksida besi.

 Air
Air diperlukan pada pembuatan beton agar terjadi reaksi kimiawi
dengan segmen untuk membasahi agregat dan untuk melumasi campuran agar
mudah pengerjaannya. Pada umumnya air minum dapat dipakai untuk
campuran beton.
Karena pasta semen merupakan hasil reaksi kimiawi antara semen
dengan air, maka yang menentukan adalah perbandingan antara air dan semen.
Air yang berlebihan akan menyebabkan banyaknya gelembung air setelah
proses hidrasi selesai, sedangkan air yang terlalu sedikit akan menyebabkan
proses hidrasi tidak seluruhnya selesai. Sebagai akibatnya, beton yang
dihasilkan akan berkurang kekuatannya.

 Agregat
Agregat biasanya menempati sekitar 60% - 80% dari volume total
beton, maka sifat – sifat agregat mempunyai pengaruh yg besar terhadap
perilaku beton yang sudah mengeras.
Agregat ini harus bergradasi sedemikian rupa sehingga seluruh massa
beton dapat berfungsi sebagai benda yang utuh, homogen dan rapat, dimana
agregat yang berukuran kecil berfungsi sebagai pengisi celah – celah yang
berada di antara agregat besar.
Terdapat 2 jenis agregat, yaitu :
- Agregat Halus adalah bahan yang lolos dari ayakan no. 4 (yaitu lebih
kecil daripada 3/16 inci atau 5 mm) meliputi pasir alami dan pasir batuan.
- Agregat Kasar adalah bahan yang ukurannya lebih besar daripada agregat
halus (ukurannya lebih besar daripada 5 mm) meliputi kerikil, batu pecah,
atau pecahan – ecahan dari blast furnace.

 Bahan Tambah (admixture)


Adalah bahan atau zat kimia yang ditambahkan dalam adukan beton
pada tahap awal sewaktu beton masih segar. Admixture adalah sekedar zat
penolong untuk menambah sifat beton supaya menjadi lebih baik, tetapi ukan
bahan yang membuat beton buruk menjadi baik.
Tujuan penggunaan bahan tambah secara umum adalah untuk
memperoleh sifat – sifat beton yang diinginkan sesuai dengan tujuan dan
keperluannya. Oleh karena itu, penggunaan bahan tambah harus benar – benar
memberikan keuntungan pada adukan beton.
Beberapa keuntungan yang akan diperoleh apabila menggunakan
bahan tambah (admixture) untuk memperbaiki kualitas / menyesuaikan
kebutuhan beton :
- Memperbaiki kelecakan beton segar.
- Mengatur faktor air semen pada beton segar.
- Mengurangi penggunaan semen.
- Mengatur waktu pengikatan awal adukan beton.
- Meningkatkan sifat kedap air pada beton keras.
- Meningkatkan sifat tahan lama pada beton keras (lebih awet), terutama
pada lingkungan yang agresif dan kebakaran.

C. HAL – HAL YANG MEMPENGARUHI MUTU BETON

Faktor - faktor yang mempengaruhi mutu beton antara lain :

1) Semen

Mutu semen merupakan faktor penting yang mempengaruhi kebutuhan dasar


beton. Semen haruslah baru dan tidak bergumpal agar beton yang dihasilkan
dalam keadaan baik.

2) Perbandingan Air – Semen

Perbandingan jumlah minimum air dan berat semen, perlu diketahui konsistensi
dan kemampuan kerja adukan beton yang diinginkan yang disebut perbandingan
air – semen. Kekuatan beton menurun dengan menurunnya perbandingan air –
semen. Hal ini disebabkan penambahan air setelah penguapan akan meninggalkan
kekosongan yang sangat kecil. Semakin banyak kekosongan pada beton, maka
akan semakin tidak kuat.

3) Bahan Baku (Agregat)

Pasir dan kerikil harus bebas dari dedaunan, rumput dan benda-benda asing. Pasir
haruslah agak kasar dengan ukuran partikel mulai dari ukuran debu hingga 5 mm.
Kerikil bersih dengan ukuran 26,5 mm, 19 mm atau 9,2 mm dapat digunakan
untuk beton. Ukuran kerikil 26,5 mm dapat digunakan untuk bagian yang tebal
seperti pondasi, slop dan lantai untuk industri yang lebih dari 120 mm. Kerikil 19
mm dapat digunakan untuk lantai, jalan setapak, jalan raya. Kerikil 13,2 mm atau
9,5 mm dapat digunakan untuk bagian beton yang tipis, seperti slop tipis, beton
pra cetak dengan ketebalan mulai dari 40 mm – 50 mm.

4) Kehalusan Kerikil Halus

Kekuatan beton akan menurun dengan semakin halusnya kerikil halus. Hal ini
disebabkan karena kerikil halus membutuhkan lebih banyak semen yang
digunakan umtuk mempengaruhi keseluruhan adukan beton.

D. SIFAT BETON
 KUAT TEKAN
Nilai kuat tekan beton relatif lebih tinggi dibandingkan dengan kuat tariknya,
dan beton merupakan bahan yang bersifat getas. Kuat tarik yang dimiliki beton
hanya berkisar antara 9 - 15% dari kuat tekannya (Istimawan Dipohusodo,1999)
karenanya sering kali dalam perencanaan kuat tarik beton dianggap sama dengan
nol. Dengan menambahkan baja tulangan pada daerah tarik pada beton, maka
kelemahan tarik beton dapat ditanggung oleh baja tulangan yang memiliki kuat
tarik yang labih besar.

 KUAT TARIK
Kuat tarik beton berkorelasi dengan kuat tekannya atau dapat merupakan
fungsi dari kuat tekannya. Maksudnya, jika kuat tekan beton tinggi, maka kuat
tarik beton juga tinggi. Kuat tarik beton berada jauh di bawah kuat tekannya.
Suatu rumus pendekatan untuk menentukan kuat tarik beton yaitu = 0.57 x √ fc’
(untuk beton normal).

(http://proyekindonesia.com/tag/beton/)
Pada beban kecil dimana gaya tarik yang terjadi belum melewati batas tarik
beton, analisis gaya-gaya yang terjadi adalah seperti gambar berikut :

Beton tarik (sisi bawah di tengah balok) masih mampu menahan beban tarik
yang ada. Sehingga masih diperhitungkan dalam mendukung beban yang terjadi.
Kondisi ini umumnya terjadi pada balok bentang pendek dan atau dengan tinggi
balok cukup besar.

Beban yang dipikul oleh struktur beton mulai diterima sejak bekisting dilepas.
Beban yang dipikul saat itu belum mencapai beban rencana karena beban yang
dipikul hanya beban sendiri dan beban pelaksanaan di atasnya. Kecilnya beban
pada saat bongkar bekisting berarti beban tarik yang dipikulpun masih relatif
kecil. Walaupun beban yang dipikul masih kecil, tidak berarti masih dalam batas
kekuatan tarik beton.

Dalam praktik perhitungan pembongkaran bekisting, acuan batas kekuatan


yang digunakan adalah kekuatan / kapasitas dukung beton bertulang bukan
kekuatan batas tarik beton. Kadang diberikan faktor aman tertentu. Tidak
mungkin untuk menjadikan batas kekuatan tarik beton dalam pembongkaran
bekisting. Ini berarti kemungkinan beton sisi tarik akan mengalami retak.

Pada saat struktur beton telah selesai secara keseluruhan dan pekerjaan
finishing mulai dikerjakan bahkan bangunan telah mulai beroperasi, maka berarti
beban struktur semakin besar bahkan mencapai beban yang direncanakan.
Kondisi beton pada saat ini memiliki kemungkinan yang semakin besar untuk
mengalami keretakan dibanding pada saat bongkar bekisting.

Pada gambar di atas adalah kondisi struktur beton bertulang mengalami beban
besar atau sudah mencapai beban rencana. Pada gambar paling kanan terlihat
beton bawah (bagian tarik) sudah tak diperhitungkan lagi. Baja tulangan bawah
yang diperhitungkan untuk menahan gaya tarik. Perhitungan kapasitas momennya
adalah M=C x jd = T x Jd. Simpelnya perhitungan dilakukan dengan
memperhitungkan kopel gaya tekan beton (C) dan tulangan bawah (T). Beton
bagian bawah (sampai pada batas garis netral / garis putus-putus) tidak
diperhitungkan lagi.

 MODULUS ELASTISITAS
Modulus Elastisitas adalah sebuah konstanta bahan yang memiliki nilai
tertentu untuk bahan tertentu.
Semakin kecil modulus elastisitas sebuah benda, maka akan semakin mudah
bagi bahan untuk mengalami perpanjangan atau perpendekan. begitu pula
sebaliknya, Semakin besar modulus elastisitas sebuah benda, maka akan semakin
sulit bagi bahan untuk mengalami perpanjangan atau perpendekan.
Di antara beberapa material utama konstruksi (baja, beton, kayu, aluminium),
baja adalah material yang memiliki regangan maksimum yang besar dan modulus
elastisitas yang tinggi.
HUBUNGAN ANTARA TEGANGAN, REGANGAN & MODULUS
ELASTISITAS
Jika sebuah benda dengan luas penampang sebesar (A), kemudian diberi gaya
tekan, tarik atau lentur (N), maka benda tersebut akan menegang sebesar gaya (N)
dibagi dengan luasan penampangnya (A). Jika gaya tersebut dari (N) = 0
kemudian berangsur-angsur diperbesar maka benda tersebut akan meregang
(memendek / memanjang / membengkok) sebesar ε0 sampai dengan ε.

Apabila batang dengan panjang L ditarik hingga menjadi dua kali panjang
semula, atau dengan kata lain, pertambahan panjang yang dialami sama dengan
panjang semula, sehingga ΔL = L.

ini berarti ε = ΔL / L

ε = L/L

ε = 1 ….. (pers. 1)

Jika persamaan 1 dimasukan ke hukum hooke ε = σ / E, maka didapat 1 =


σ/E

Ini berarti σ = E

Sekarang terlihat berapa besarnya tegangan yang dibutuhkan untuk


meregangkan sebuah benda menjadi dua kali dari panjang semula, yaitu sebesar
modulus elastisitasnya (dengan anggapan luas penampangnya tidak berubah)

Jika hubungan tegangan dan regangan dibuat dalam bentuk grafik dimana
setiap nilai tegangan dan regangan yang terjadi dipetakan kedalamnya dalam
bentuk titik-titik, maka titik-titik tersebut terletak dalam suatu garis lurus (linear)
sehingga terdapat kesebandingan antara tegangan dan regangan.
Hubungan tegangan – regangan seperti ini adalah linear, dimana regangan
berbanding lurus dengan tegangannya, Bahan benda yang memiliki bentuk
diagram tegangan-regangan seperti ini disebut bahan elastis linear, dimana
bahannya memiliki modulus elastisitas yang konstan. Hukum Hooke berlaku
dalam keadaan ini.
Namun dalam kenyataan, tidak selalu tegangan itu berbanding lurus dengan
regangan, dimana apabila nilai dari tegangan dan regangan apabila dipetakan
dalam bentuk titik - titik, maka tidak terbentuk hubungan linear didalamnya.
Hubungan tegangan – regangan seperti ini adalah non-linear, dimana regangan
tidak berbanding lurus dengan tegangannya, Bahan benda yang memiliki bentuk
diagram tegangan-regangan seperti ini disebut bahan elastis non-linear, dimana
bahannya tidak memiliki modulus elastisitas yang konstan. Hukum hooke tidak
berlaku dalam keadaan ini.
Ada pula suatu keadaan hubungan tegangan - regangan dimana hubungan
linearnya terjadi pada nilai tegangan yang rendah (hukum hooke berlaku) , dan
setelah nilai tegangannya naik maka hubungannya tidak linear lagi, sehingga
hukum hooke tidak berlaku.
Baja termasuk dalam kategori benda yang memiliki bentuk hubungan
tegangan - regangan yang mirip seperti gambar tersebut..

 HUBUNGAN TEGANGAN & REGANGAN BETON


Kalau kita akan mendesain sebuah struktur bangunan yang direncanakan
dengan menggunakan konstruksi beton bertulang, tentunya kita tidak asing lagi
dengan beberapa parameter seperti f’c, fs, fy, fu, εs, εy, εc, Ec dan Es. Parameter -
parameter tersebut adalah parameter yang berkenaan dengan tegangan, regangan
dan modulus elastisitas beton dan baja.
Dalam desain beton bertulang, parameter - parameter ini memegang peranan
penting dalam perhitungan, karena nilainya dijadikan acuan dalam analisa
perhitungan selama proses perencanaan berlangsung.
E. SIFAT BAJA
Mengingat beton kuat menahan tekan dan lemah dalam menahan tarik, maka
dalam penggunaannya sebagai komponen struktur bangunan, umumnya beton
diperkuat dengan tulangan yanag mampu menahan gaya tarik. Untuk keperluan
penulangan tersebut digunakan bahan baja yang memiliki sifat teknis menguntungkan,
dan baja tulangan yang digunakan dapat berupa batang baja lonjoran ataupun kawat
rangkaian las (wire mesh) yang berupa batang kawat baja yang dirangkai dengan
teknik pengelasan.
Di dalam setiap struktur beton bertulang, harus diusahakan supaya tulangan
baja dan beton dapat mengalami deformasi secara bersamaan, dengan maksud agar
terjadi kompatibilitas regangan. Ada dua jenis baja tulangan yaitu, baja tulangan polos
dam baja tulangan ulir (deformed). Baja tulangan ulir berfungsi untuk menambah
lekatan antara beton dengan baja. Baja tulangan ulir yaitu batang tulangan baja yang
permukaannya dikasarkan secara khusus, diberi sirip teratur dengan pola tertentu atau
batang tulangan yang dipilin pada proses produksinya (R.Park and T.Paulay, 1975).

 JENIS – JENIS BAJA

Baja secara umum dapat dikelompokkan atas 2 jenis yaitu :

 Baja karbon (Carbon steel)

 Baja paduan (Alloy steel)

1. Baja Karbon (carbon steel)

Baja karbon dapat terdiri atas :

 Baja karbon rendah (low carbon steel)

Machine, machinery dan mild steel (0,05 % – 0,30% C ) Sifatnya mudah ditempa dan
mudah di mesin Penggunaannya:

- 0,05 % – 0,20 % C : automobile bodies, buildings, pipes, chains, rivets,


screws, nails.
- 0,20 % – 0,30 % C : gears, shafts, bolts, forgings, bridges, buildings
 Baja karbon menengah (medium carbon steel )

- Kekuatan lebih tinggi daripada baja karbon rendah.


- Sifatnya sulit untuk dibengkokkan, dilas, dipotong.

Penggunaan:

- 0,30 % – 0,40 % C : connecting rods, crank pins, axles.


- 0,40 % – 0,50 % C : car axles, crankshafts, rails, boilers, auger bits,
screwdrivers.
- 0,50 % – 0,60 % C : hammers dan sledges

 Baja karbon tinggi (high carbon steel) tool steel

Sifatnya sulit dibengkokkan, dilas dan dipotong. Kandungan 0,60 % – 1,50 % C

Penggunaan :

 screw drivers, blacksmiths hummers, tables knives, screws, hammers, vise


jaws, knives, drills. tools for turning brass and wood, reamers, tools for turning hard
metals, saws for cutting steel, wire drawing dies, fine cutters

2. Baja Paduan (Alloy steel)

Tujuan dilakukan penambahan unsur yaitu:

 Untuk menaikkan sifat mekanik baja (kekerasan, keliatan, kekuatan tarik dan
sebagainya)

 Untuk menaikkan sifat mekanik pada temperatur rendah

 Untuk meningkatkan daya tahan terhadap reaksi kimia (oksidasi dan reduksi)

 Untuk membuat sifat-sifat spesial

Baja paduan yang diklasifikasikan menurut kadar karbonnya dibagi menjadi:

 Low alloy steel, jika elemen paduannya ≤ 2,5 %

 Medium alloy steel, jika elemen paduannya 2,5 – 10 %

 High alloy steel, jika elemen paduannya > 10 %


Baja paduan juga dibagi menjadi dua golongan yaitu baja campuran khusus (special
alloy steel) & highspeed steel.

 Baja Paduan Khusus (special alloy steel)

Baja jenis ini mengandung satu atau lebih logam-logam seperti nikel, chromium,
manganese, molybdenum, tungsten dan vanadium. Dengan menambahkan logam
tersebut ke dalam baja maka baja paduan tersebut akan merubah sifat-sifat mekanik
dan kimianya seperti menjadi lebih keras, kuat dan ulet bila dibandingkan terhadap
baja karbon (carbon steel).

 High Speed Steel (HSS) Self Hardening Steel

Kandungan karbon : 0,70 % – 1,50 %. Penggunaan membuat alat-alat potong seperti


drills, reamers, countersinks, lathe tool bits dan milling cutters. Disebut High Speed
Steel karena alat potong yang dibuat dengan material tersebut dapat dioperasikan
dua kali lebih cepat dibanding dengan carbon steel. Sedangkan harga dari HSS
besarnya dua sampai empat kali daripada carbon steel

Jenis Lainnya :

Baja dengan sifat fisik dan kimia khusus:

 Baja tahan garam (acid-resisting steel)


 Baja tahan panas (heat resistant steel)
 Baja tanpa sisik (non scaling steel)
 Electric steel
 Magnetic steel
 Non magnetic steel
 Baja tahan pakai (wear resisting steel)
 Baja tahan karat/korosi

Dengan mengkombinasikan dua klasifikasi baja menurut kegunaan dan komposisi


kimia maka diperoleh lima kelompok baja yaitu:

 Baja karbon konstruksi (carbon structural steel)


 Baja karbon perkakas (carbon tool steel)
 Baja paduan konstruksi (Alloyed structural steel)
 Baja paduan perkakas (Alloyed tool steel)
 Baja konstruksi paduan tinggi (Highly alloy structural steel)

 MUTU BAJA
Menurut kandungan kandungan karbon (C=Carbon)

Semakin banyak kandungan karbon, mutu baja semakin tinggi Mutu baja makin
tinggi, artinya : tegangan leleh semakin tinggi, tetapi duktilitasnya semakin rendah
(baja menjadi getas )

Tabel mutu baja (tabel-1)


Mutu-baja Tegangan leleh Tegangan dasar
(kg/cm2) (kg/cm2)
BJ-33 2000 1333
BJ-34 2100 1400
BJ-37 2400 1600
BJ-41 2500 1666
BJ-44 2800 1867
BJ-50 2900 1933
BJ-52 3600 2400

BJ-37 : Ultimate = 3700 kg/cm2


Leleh = 2400 kg/cm2
Dasar = 1600 kg/cm2

KONSTANTA
- Modulus elastisitas (E = 2,1 x 106 kg/cm2)
- Modulus gelincir/geser (G = 0,81´106 kg/cm2)
- Angka Poisson (m = 0,3
- Koefisien muai linier (at = 12´10-6 per °C)
 PROFIL BAJA

1. Profil sayap lebar (wide-flange)

- Ukuran profil sayap lebar ditunjukkan oleh tinggi nominal dan berat per kaki (ft),
seperti W18 X 97mempunyai tinggi 18 in
- (Dalam satuan SI, penampang W18 X 97disebut sebagai W460 x 142 yang tingginya
460 mm dan massanya 142kg/m).

2. Balok I memiliki sayap (flange)


- Balok I jarang dipakaidewasa ini karena bahan yang berlebihan pada badannya dan
kekakuanlateralnya relatif kecil (akibat sayap yang pendek)

3. Kanal dan siku


- Sering dipakai baik secara tersendiri atau digabungkan dengan penampang lain. Kanal
misalnya ditunjukkan dengan C12 X 20.7 yang berarti tingginya 1.2 in dan beratnya
20.7 pon per kaki. Siku diidentifikasi oleh panjang kaki (yang panjang ditulis lebih
dahulu) dan tebalnya, seperti, L6 X 4 X 3

4. Profil T struktural
- Dibuat dengan membelah dua profil sayap lebar atau balok I dan biasanya
digunakan sebagai batang pada rangka batang (truss). Profil T misaInya diidentifikasi
sebagai WT5 X 44,dengan 5 adalah tinggi nominal dan 44 adalah berat per kaki ;
profil T ini didapat dari W10 X 88

5. Penampang pipa
- Dibedakan atas “standar”, “sangatkuat”, dan “dua kali sangat kuat” sesuai dengan
tebalnya
- Dan juga dibedakan atas diameternya; misalnya, diameter 10 in-dua kali sangat kuat
menunjukkan ukuran pipa tertentu.

6. Boks struktural
- Dipakai bila dibutuhkan penampilan arsitektur yang menarik dengan baja ekspos.
Boks ditunjukkan dengan dimensi luar dan tebalnya, seperti boks struktural 8 X 6 X
1/4.

 HUBUNGAN TEGANGAN & REGANGAN BAJA


Perilaku material baja tulangan dinyatakan dalam bentuk kurva hubungan
tegangan-regangan seperti diatas. Terdapat empat fase kurva tegangan-regangan dari
baja tulangan, dimulai dari titik awal (tegangan = 0, regangan= 0), kemudian secara
kontinue beban terus ditingkatkan hingga akhirnya baja mengalami keruntuhan
(putus) .

BAB II
PERSYARATAN PERENCANAAN

1. KOMBINASI PEMEBEBANAN
Prosedur dan asumsi dalam perencanaan serta besarnya beban rencana mengikuti
ketentuan berikut ini :
1. Ketentuan mengenai perencanaan dalam tata cara ini didasarkan pada asumsi
bahwa struktur direncanakan untuk memikul semua beban kerjanya
2. Beban kerja diambil berdasarkan SNI-03-1727-1989-F tata cara perencanaan
pembebanan untuk rumah dan gedung atau penggantinya.
3. Dalam perencanaan terhadap beban angina dan gempa, seluruh bagian struktur
yang membentuk kesatuan harus direncanakan berdasarkan tata cara ini dan juga
harus memenuhi SNI-03-1726-1989, tata cara perencanaan ketahanan gempa
untuk rumah dan gedung atau penggantinya.
4. Harus pula diperhatikan pengaruh dari gaya prategang, beban kran,vibrasi,kejut,
susut, perubahan suhu, rangkak, perbedaan penurunan fondasi, dan beban khusus
lainnya yang mungkin bekerja.
5. Ketidakpastian berkaitan dengan besar beban mati pada struktur lebih kecil
daripada ketidakpastian sesuai dengan beban hidup.hal demikian dapat
menimbulkan perbedaan dari besar factor-faktor beban.
Pada SKSNI T15-1991-03 subbab 3.2.2 menentukan nilai-nilai γQ sebagai
berikut:
Untuk beban mati = 1,2
Untuk beban hidup = 1.6
Rumus yang diberikan adalah
U = 1,2 D + 1,6 L
Dengan U = kuat perlu untuk menahan beban yang telah dikalikan dengan factor
beban atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengannya.
D = beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan
beban tersebut
L = beban hidup atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan
beban tersebut.
Untuk beban angina berlaku factor beban γw = 1,6. Berdasarkan kemungkinan
kecil tentang timbulnya beban hidup maksimal dan beban angina maksimal pada
saat yang bersamaan, maka pada perhitungan di mana beban angina yang
menentukan boleh digunakan suatu factor reduksi.
Rumus yang diberikan menjadi
U= 0,75 (1,2D +1,6L +1,6 W )
Dengan, baik untuk nilai maksimal L maupun nilai nol harus diperiksa agar
mendapatkan kondisi yang paling berbahaya dan
U = 0,9 D + 1,3 W
Dalam rumus ini W adalah beban angin atau momen dan gaya dalam yang
berhubungan dengannya. Untuk U tidak diperkenankan nilai yang lebih kecil
daripada nilai yang lebih kecil daripada nilai yang didapatkan dari persamaan
U=1,2D + 1,6L
Pada lokasi dimana ketahanan struktur terhadap gempa harus diperhitungkan
dalam perancangan nilai U berlaku :
U = 1,05 ( D+Lr ±E)
Dalam rumus ini
E adalah beban gempa menurut ketentuan SKBI 1987
Lr adalah beban hidup yang telah direduksi dengan ketentuan SKBI 1987
Nilai U tidak diperkenankan lebih kecil daripada nilai yang didapat dari
persamaan
U = 1,2 D + 1,6 L
2. PROVISI ANGKA AMAN UNTUK BAHAN
Persayaratan perencanaan struktur beton berasumsi bahwa keamanan yang cukup
terpenuhi bila dalam keadaan batas diperthitungkan dengan
Untuk beton : f ‘c = kuat tekan beton yang disyaratkan
Untuk baja : fy = tegangan leleh yang disyaratkan untuk tulangan non prategang
Table dibawah memberikan nilai f’c dari berbagai mutu beton, sedangkan untuk
table
Mutu beton f’c (Mpa) f’c (kg/cm²)
15 15 150
20 20 200
25 25 250
30 30 300
35 35 350

selanjutnya memperlihatkan nilai fy dari bermacam macam mutu baja


Table kuat tekan beton

Tegangan leleh baja


Mutu baja Fy (mpa) Fy (kg/cm²)
240 240 2400
400 400 4000
BAB III
ANALISIS DAN DESAIN PENAMPANG PERSEGI
TERHADAP BEBAN LENTUR

1. DASAR DAN KEKUATAN LENTUR NOMINAL


Bila suatu penampang beton bertulang yang dibebani lentur murni
dianalisis,pertama-tama perlu dipakai sejumlah kriteria agar penampang itu
mempunyai probabilitas keruntuhan yang layak pada keadaan batas hancur.
Penampang yang dianalisis mempunyai pengaruh yang sangat besar pada suatu
prosedur atau suatu anggapan dasar tertentu yang disepakati mempunyai
probabilitas kruntuhan yang tertentu pula.Bila anggapan anggapan diubah secara
drastis, maka probabilitas keruntuhan juga berubah.
Anggapan yang digunakan dalam menganalisis beton bertulang yang diberi beban
lentur adalah
a. Beton tidak dapat menerima gaya tarik karena beton tidak mempunyai kekuatan
tarik
b. Perubahan bentuk berupa pertambahan panjang dan perpendekan (regangan
tarik dan tekan ) pada serat-serat penampang, berbanding lurus dengan jarak tiap
serat ke sumbu netral. Ini merupakan kriteria yang kita kenal, yaitu penampang
bidan gdatar akan tetap berupa bidang datar
c. Hubungan antara tegangan dan regangan baja dapat dinyatakan secara skematis
d. Hubungan antara tegangan dan regangan beton dapat dinyatakan secara
skematis.
Untuk merencanakan pelat beton bertulang yang perlu dipertimbangkan tidak hanya
pembebanan, tetapi juga ukuran dan syarat syarat tumpuan pada tepi.Syarat-syarat
tumpuan menentukan jenis perletakan dan jenis penghubung di tempat
tumpuan.Bila pelat dapat berotasi bebas pada tumpuan, maka pelat itu dikatakan
ditumpu bebas.Bila tumpuan mencegah pelat berotasi dan relatif sangat kaku
terhadap momen puntir maka pelat itu terjepit penuh. Bila balok tepi tidak cukup
kuat untuk mencegah rotasi sama sekali, maka pelat itu terjepit sebagian.
Selain mencegah atau memungkinkan terjadinya rotasi, tumpuan mungkin dapat
atau tidak mengijinkan lendutan.Bila tidak mungkin terjadi lendutan pada tumpuan,
yaitu bila tumpuan merupakan sebuah dinding atau balok yang kaku, di katakana
bahwa pelat itu tertumpu kaku.Bila tumpuan dapat melendut pelat itu tertumpu
elastis.Dalam beberapa hal, sebuah pelat mungkin tidak mempunyai tumpuan garis
yang menerus, seperti halnya dinding atau balok, tetapi ditumpu hanya pada
beberapa tempat, misalnya suatu deretan kolom sepanjang tepinya.Dalam hal ini
tumpuan disebut tumpuan titik.
Pada perencanaan tulangan balok disamping beban –beban pada balok ternyata
ukuran dan syarat-syarat tumpuan pun perlu di ketahui juga. Tumpuan akan
dianggap kaku, yaitu tidak dapat berdeformasi, sehingga hanya tiga syarat-syarat
tumpuan yang dipertimbangkan:
a. Tumpuan bebas (sederhana)
b. Tumpuan terjepit penuh
c. Tumpuan terjepit sebagian

Balok sederhana yang ditumpu bebas dapat mengalami perputaran sudut pada
perletakan.Balok dikatakan terjepit penuh bila terdapat jepitan penuh, sehingga
rotasi tidak mungkin terjadi.Tumpuan terjepit sebagian (parsial) adalah suatu
keadaan diantara dua situasi tersebut yang memungkinkan tumpuan ini dapat sedikit
berotasi.Bila sebuah balok secara teoritis dianggap tertumpu bebas, tetapi jenis
tumpuan ini memungkinkan jepitan tak terduga, maka harus dipertimbangkan
dengan adanya momen jepit tak terduga.Momen jepit tak terduga membutuhkan
tulangan dan besar momen tersebut selalu dianggap sepertiga dari momen lentur
yang bekerja pada bentang yang berbatasan.

2. Distribusi Tegangan Persegi dari Whitney

Distribusi regangan dan tegangan pada penampang sesuai dengan peningkatan beban
sampai tegangan maksimum
Gambar: Elemen balok dan Distribusi tegangan tekanyang berhubungan dengan regangan a, b, c
dan d

Distribusi tegangan maksimum pada daerah tekan dari penampang balok persegi.

Gambar: (a). Distribusi aktual ; (b) distribusi ekivalen segi-empat

Pada gambar (a):

Total gaya tekan pada beton adalah :

C  k1.k3 . f c' .b.c

Lengan momen internal adalah :


(d  k 2 . c )

dimana : c = kedalaman/tinggi garis netral

Nilai parameter k1, k2, k3 dan e beton diberikan pada tabel berikut :
Blok Tegangan Segi-empat Ekivalen :

Untuk keperluan praktis diusulkan untuk mengganti blok tegangantekan aktual menjadi blok
tegangan segi-empat ekivalen., sbb :

Besarnya tegangan pada penampang ekivalen menjadi : 0,85.fc’

dan tingginya adalah a, dimana :

untuk fc’ 30 MPa dan a/c = β1 = 0,85

Resultante gaya tekan aktual dan blok tegangan ekivalen harus sama dan punya titik
tangkap yang sama, sehingga nilai-nilai tsb harus memenuhi :

a
C  k1.k3 . f c' .b.c  0,85. f c' , diperoleh : k1.k3  0,85.  0,85.1
c

a
k 2 . c  0,5.a , diperoleh : k 2  0,5  0,5.1
c

Nilai k1.k3dan k2yang diperoleh dari pers. diatas kemudiandibandingkan dengan nilai
aktualnya.Ternyata nilai yang diperoleh hampir sama dengan nilai yang diperoleh dari
eksperimen, seperti grafik berikut :

Gambar: Nilai k1.k3dan


k2dibandingkan dengan
hasil eksperimen

Besarnya nilai β1dapat diambil sebagai berikut :


β1 = 0,85 untuk 0 <fc’ 30 MPa

β1 = 0,85 - 0,008(fc’ - 30) untuk 30 <fc’ 55 MPa

β1 = 0,65 untuk fc’ 55 MPa

ACI merekomendasikan nilai regangan beton maksimum (Ɛcu)yang digunakan adalah 0,003
pada serat ekstrim dari beton.

Gambar: Regangan
beton pada serat
ekstrim pada
penampangpersegi
: perbandingan
nilai ACI dengan
hasil eksperimen

Nilai kekuatan lentur dari balok beton tidak terlalu berubah terhadap regangan beton
maksimum

Gambar: Kurva momen-


regangan dari balok
beton didasarkan
padatest tekan silinder
3. Analisis Penampang Balok Beton Bertulang dengan Penulangan
Tunggal
Balok merupakan elemen struktur yang memikul beban luar yang menyebabkan momen
lentur dan gaya geser sepanjang bentang balok tersebut.

Gambar: Distribusi
tegangan-regangan
penampang balok

Resultan gaya tarik internal : T = As . fs

Resultan gaya tekan internal : C = 0,85. fc’ .a.b

dimana : As = luas penampang tulangan

fs = tegangan baja tulangan

a = tinggi blok tegangan ekivalen

b = lebar penampang balok

fc’ = kuat tekan beton (mutu beton) benda uji silinder (Ø15 cm x 30 cm)

Jarak antara gaya-gaya internal atau jarak lengan momen, adalah :


jd = d – 0,5.a

Kapasitas momen nominal penampang adalah :

M n  T . jd  C. jd

Terdapat 3 tipe kemungkinan keruntuhan balok yaitu :

a. Keruntuhan Tarik (Tension Failure/Under-reinforced)

Jika luas penampang tulangan kecil, maka baja tulangan akan mencapai tegangan leleh (yield
strength) nya, fy , sebelum beton mencapai kapasitas maksimumnya.

Resultan gaya pada baja tulangan pada As.fy akan tetap sama, meskipun ada penambahan
beban. Keruntuhan tarik terjadi apabila baja tulangan mencapai kuat lelehnya terlebih dahulu,
baru kemudian beton mencapai kapasitas maksimumnya.

Pada Keruntuhan Tarik, fs = fy, dimana fyadalah tegangan leleh baja. Dari persamaan
keseimbangan internal , C = T, akan diperoleh :
As . f y
0,85. f c' . a.b  As . f y , diperoleh a 
0,85. f c' .b
M n  As . f y . (d  0,5.a)
 As . f y 
 As . f y .  d  0,59. ' 
 f c .b 
 . f y 
  .b.d 2 . f y 1  0,59. ' 
 fc 
 b.d 2 . f c' .  1  0,59. 
Sehingga diperoleh:
As . f y
 dan 
b.d f c'

b. Keruntuhan Tekan (Compression Failure/Over-reinforced)

Jika luas penampang tulangan cukup besar, beton akan mencapai kapasitas maksimumnya
sebelum baja tulangan leleh.Untuk keruntuhan tekan, fs<fy , dimana baja tulangan masih
dalamkeadaan elastis.

Keruntuhan tekan terjadi apabila beton tekan mencapai kapasitas maksimumnya terlebih
dahulu, sementara baja tulangan belumleleh.Untuk keruntuhan tekan, fs< fy. Besarnya
tegangan fs dapat ditentukan dari diagram segitigaregangan.

s d c d c
 ;  s  0,003.
0,003 c c
d c
 f s   s . Es  0,003. . Es
c
Atau, karena a = β1.c , maka :
1.d  a
f s  0,003. . Es
a
Untuk keseimbangan C = T

1.d  a
0,85. f c' . a.b  As . f s  0,003. . Es . As
a
 0,85. f c'  2
  .a  a.d  1.d 2  0
 0,003.Es . 
Pers. kuadrat dalam a . Dari pers. tersebut akan diperoleh nilai a

Kapasitas momen nominal penampang adalah :

M n  0,85. f c' .a.b (d  0,5.a)

c. Keruntuhan Seimbang (Balanced Failure)

Keruntuhan seimbang terjadi apabila baja tulangan mencapai kuat lelehnya fs = fy, dan beton
mencapai regangan pada seratekstrimnya 0,003.

Regangan leleh baja : Ɛy = fy/Es

Dari segitiga diagram regangan pada kondisi seimbang diperoleh :

fy
Es d  cb

0,003 cb

0,003.Es
 cb  .d
0,003.Es  f y

dimana : cb = tinggi garis netral pada kondisi seimbang

0,003.Es
ab  . 1.d
0,003.Es  f y

dimana : ab = tinggi blok tegangan pada keruntuhan seimbang

Keseimbangan internal penampang : C = T

0,85. f c' . ab .b  As . f s  b .b.d . f y


dimana : ρb = As/b.d
Untuk keruntuhan seimbang :
0,85. f c' . ab
 b 
f y.d

0,85. f c' . 1 0,003.Es


 b  .
fy 0,003.Es  f y

Untuk nilai Es = 200.000 MPa,

f c'  600 
 b  0,85. 1. . 
f y  600  f y 

Secara umum, ketika ρ dari suatu penampang balok berbeda dari rb, tipe keruntuhan dapat
ditentukan tergantung dari nilai ρ, apakah ρ<ρbatau r>ρb.

Jika : ρ<ρb ; Keruntuhan Tarik

Jika : ρ = ρb ; Keruntuhan Seimbang

Jika : ρ>ρb ; Keruntuhan Tekan

Gambar: memperlihatkan profil


regangan pada ketiga kondisi baja
tulangan pada penampang balok
BAB IV

DESAIN PENAMPANG TERHADAP GESER

Disain Penampang Balok dengan Tulangan Tunggal.

Keruntuhan tekan sangat berbahaya karena keruntuhan tersebutterjadi secara tiba-tiba dan
getas (brittle).

Pembatasan Tulangan Lentur (SNI-2002, Pasal 12.3.3)

Untuk komponen struktur lentur, maka rasio tulangan ρ yang ada tidak boleh melampaui
0,75ρb , yang merupakan rasio tulangan yang menghasilkan kondisi regangan seimbang
untuk penampang yang mengalami lentur tanpa beban aksial.

Pembatasan baja tulangan maksimum untuk penampang balok dengan penulangan


tunggal :
 max  0,75.b

dimana :

f c,  600 
 b  0,85.1. .
f y  600  f y 

atau :

f c,  600 
 max  0,6375.1. .
f y  600  f y 

Tulangan minimum pada komponen struktur lentur

(SNI-2002, Pasal 12.5)

Pada setiap penampang dari suatu komponen struktur lentur, dimana berdasarkan analisis
diperlukan tulangan tarik, maka luas Asyang ada tidak boleh kurang dari:

Pembatasan ρ 0,75ρb, dapat disamakan dengan a 0,75.ab maka diperoleh :


 600 
amax  0,75.ab  0,75.1. .d
 600  f 
 y 

Untuk Kapasitas momen disain, Mu, dapat diperoleh dari :

M u  . M n
M u   . As . f y . (d  0,5.a)
 . f y 
  .  .b.d 2 . f y 1  0,59. ' 
 fc 
  .. b.d 2 . f c'  1  0,59. 
Dimana:
As . f y
 dan 
b.d f c'

Untuk keperluan praktis, telah banyak dikembangkan tabel-tabel dan grafik untuk membantu
melakukan disain tulangan penampang

Tabel berikut memberikan nilai-nilai maksimum dari ρmax, ωmax,amax/d untuk berbagai variasi
mutu beton

Jika diperoleh nilai ρ, ω dan


a/d lebih kecil dari nilai pada
tabel tsb,

berarti luas tulangan balok


mencukupi (keruntuhan tarik)

Gambar berikut memperlihatkan hubungan ρmaxdan ωmax terhadap kuat leleh baja, fy, untuk
berbagai mutu beton.
Atau dapat juga digunakan pers. berikut :

 .1  0,59. 
Mu
b.d 2 . f c'

dimana :

. f y

f c'

Gambarhubungan antara Mu/bd2.fc’ dan ω

0.45

0.4
M u/bd2.fc '

0.35

0.3

0.25

0.2

0.15

0.1

0.05

0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9

Gambar suatu grafik untuk disain dari penampang balok dengan tulangan tunggal.

Dari grafik tersebut, jika


diketahui Mu, fc’ dan fy, dapat
ditentukan nilai ρ.
4. Analisis Penampang Tulangan Rangkap

Pada kondisi momen maksimum, tulangan tekan dan tarik dapat leleh ataupun belum leleh,
tergantung dari luas tulangan dan posisi tulangannya.

Gambar: memperlihatkan
penampang dengan penulangan
rangkap pada kondisi
maksimum.

Penampang dengan penulangan rangkap pada kondisi momen maksimum

Untuk analisis penampang dengan tulangan rangkap ini, dapat dilakukan dengan asumsi
bahwa semua tulangan (tarik dan tekan) sudah leleh ( fs = fs’ = fy ) pada kondisi momen
maksimum.

dimana fs = tegangan baja tulangan tarik,

fs’ = tegangan baja tulangan tekan dan

fy= tegangan baja pada kondisi leleh (yield)

Resultan Gaya-gaya internal penampang adalah :

Gaya tekan pada beton : Cc  0,85. f c' .a. b

Gaya tekan pada baja tulangan : Ts  As f y

Gaya tarik pada baja tulangan : Cs  As' . f y

dimana :As’ = luas baja tulangan tekan

As = luas baja tulangan tarik

Keseimbangan internal penampang, diperoleh :


C  Cc  Cs  T   0,85. f c' . a.b  As' . f y  As . f y

diperoleh :
a
A s  As' . f y
0,85. f c' . b
Untuk mengetahui apakah baja tulangan sudah leleh atau belum, dapat digunakan diagram
segitiga regangan.

Baja tulangan sudah leleh apabila regangan yang terjadi apabila :

es fy/Es

Dari segitiga regangan, dapat diperoleh :

c  d' a  1.d '


 s'  0,003.  0,003.
c a
d c  .d  a
 s  0,003.  0,003. 1
c a
a  1. d ' fy
 f s'  f y jika 0,003. 
a Es
 .d  a f y
fs  f y jika 0,003. 1 
a Es

Jika kondisi diatas dipenuhi, maka asumsi bahwa semua baja tulangan sudah leleh benar, dan
dengan mengambil momen terhadap baja tulangan tarik, akan diperoleh :

M n  0,85. f c' .a.b (d  0,5.a)  As' . f y (d  d ' )

Jika baja tulangan belum leleh, maka nilai a yang diperoleh tidak benar (tidak bisa dipakai),
maka tegangan baja aktual dan nilai a dapat ditentukan dari persamaan keseimbangandan
diagram regangan, sbb :

As . f s  As' . f s'
a
0,85. f c' . b

dimana dari diagram regangan diperoleh :

a  1.d '
f   . Es  0,003
s
' '
s Es atau f y
a
1.d  a
f s   s . Es  0,003 . Es atau f y
a
dan Kapasitas momen penampang :

M n  0,85. f c' .a.b (d  0,5.a)  As' . f s' (d  d ' )

Sama halnya pada penampang tulangan tunggal, keruntuhan tarik dan keruntuhan tekan dapat
pula terjadi pada penampang dengan tulangan rangkap. Pada keruntuhan tarik, baja tulangan
tarik sudah leleh, tetapipada keruntuhan tekan, baja tulangan tarik belum leleh (masih kondisi
elastis).Pada kedua tipe keruntuhan, baja tulangan tekan dapat leleh atau belum leleh.

Disain Penampang Tulangan Rangkap

Baja tulangan tekan digunakan dalam disain penampang balok dengan alasan sebagai berikut
:

1. Ketika ketinggian balok yang digunakan tidak cukup, sementara kapasitas momen
maksimum telah menggunakan ρmax.

Kapasitas momen dapat ditingkatkan dengan menggunakan baja tulangan tekan dan
penambahan baja tulangan tarik.

2. Baja tulangan tekan dapat meningkatkan daktilitas penampang balok.

3. Baja tulangan tekan dapat mengurangi defleksi balok

4. Untuk mengantisipasi kemungkinan momen lentur berubah tanda yang disebabkan oleh
kombinasi beban luar.

Momen tahanan disain dari balok dengan tulangan rangkap, pada kondisi semua baja
tulangan sudah leleh adalah :


M u  . 0,85. f c' .a.b (d  0,5.a)  As' . f y (d  d ' ) 
dimana :
a
A s  As' . f y
0,85. f c' . b

atau dengan persamaan berikut :

 
M u  . As  As' . f y . (d  0,5.a)  As' . f y (d  d ' ) 
Persamaan tersebut digunakan untuk kondisi baja tulangan tekan sudah leleh.

Agar baja tulangan tekan leleh, maka :

c  d' a  1.d ' fy


 s'  0,003.  0,003. 
c a Es
diperoleh :
0,003.Es 600
a . 1. d '  a  . 1. d '
0,003.Es  f y 600  f y

Dari persamaan diatas, agar baja tulangan tekan leleh,maka :

A s 
 As' . f y

600
. 1. d '
0,85. f .b c
'
600  f y

0,85. f c'  600 


  '

.
 
f y .d  600  f y 
. 1. d '
Jika baja tulangan belum leleh, maka tegangan pada baja tulangan tekan harus ditentukan
dengan menggunakan diagram regangan.

Besarnya tegangan pada baja tulangan tekan adalah :

a  1.d '
f s'   s' . Es  0,003 Es
a

dan persamaan disain momen menjadi :


M u   . 0,85. f c' .a.b (d  0,5.a)  As' . f s' (d  d ' ) 
dimana :
As . f y  As' . f s'
a
0,85. f c' . b

Persamaan diatas juga dengan asumsi baja tulangan tarik sudah leleh.Baja tulangan tarik leleh
merupakan suatu hal yangpenting untuk menghindari keruntuhan brittle (keruntuhan getas).

Untuk kondisi seimbang (balanced), dimana baja tulangan tarik leleh dan regangan beton
pada serat ekstrim adalah 0,003 dicapai secara bersamaan.

Dari segitiga regangan (kondisi seimbang), diperoleh :

0,003.Es 600
 ab  . 1.d  . 1.d
0,003.Es  f y 600  f y

Dari keseimbangan internal penampang :

0,85. f c' .ab .b  As . f y  As . f s'


 
 b . f y   ' . f s' .b.d

dimana :ρb = As/b.d pada kondisi seimbang, dan ρ’ = As’/b.d

 ab 
 . f
b y   ' . f s' .d
0,85. f c'

Pada kondisi seimbang, fs’ dihitung dengan a = ab atau sama dengan fy, yang memberikan
nilai paling kecil

  .d ' 
 f s'  0,003.Es 1  1 
 ab 
 d '  0,003.Es  f y 
 0,003.Es 1   
 d  0,003.E s 
ataufy, yang memberikan nilai paling kecil

d  cb  .d  ab fy
 s  0,003.  0,003. 1 
cb ab Es

dimana fs’ diberikan oleh pers. (10-11) atau fy, yang memberikan nilai terkecil.

Pada balok dengan tulangan rangkap, agar terjadi keruntuhan tarik (tulangan tarik leleh),
maka ρ<ρb

Untuk disain, agar baja tulangan tarik sudah leleh dan keruntuhan yang terjadi tidak getas
(brittle), direkomendasikan rasio tulangan ρ dari baja tulangan tarik pada balok tulangan
rangkap tidak boleh melebihi 0,75ρb, sehingga :

 f c'  600  ' 


' fs 

  0,75 0,85.1. .  .

 f y  600  f y  f y 

5. Kondisi berimbang

Kondisi berimbang adalah kondisi dimana tulangan tarik mencapai leleh (εs=εy)
bersama dengan regangan beban tekan mencapai batas retak atau batas ultimit (εc’ = εcu’
=0.003). Pada kondisi ini diperoleh jarak antara garis netral dan tepi beton tekan (cb) dan
distribusi regangan pada penampang

𝑐𝑏 𝑑
εcu’ =
εcu’ εcu’+εs

cb 𝑑
εcu’ . d
𝑐𝑏 =
εcu’ + εs
εs

Dengan memasukkan nilai εs=εy = Fy/Es atau Es = Fy/200000, dan akan diperoleh

600 . d
𝑐𝑏 =
600 + Fy
6. Batasan Tulangan Minimum
ε’c

c d

εs

Selama daerah tarik belum retak (σc < fc) besar regangan baja tulangan sama dengan
regangan beton. Bila penampang terjadi retak awal, maka regangan baja tiba-tiba akan
meningkat jauh lebih tinggi daripada nilai yang didapat 30MPa(300 kg/cm2). Sebenarnya
dengan faktor beban rata-rata 1.4 tegangan baja dalam masa layan dapat diperkirakan sebesar
fy/1.4.Pertambahan tegangan baja yang tiba-tiba dapat mengakibatkan baja mendadak
putus.Untuk mencegahnya penampang balok yang dibebani lentur harus diberi sejumlah
tulangan minimum tertentu.Ini dapat dinyatakan dengan nilai tulangan minimum ρmin.Nilai
tulangan minimum ini harus dipilih sedemikian rupa sehingga, terdapat perbedaan yang kecil
antara momen lentur yang dapat ditahan oleh penampang yang tidak retak dari momen lentur
yang dapat ditahan oleh penampang yang retak.

Pada SKSNI T15-1991-03 Pasal 3.3.3-5 tercantum; untuk setiap penampang dari
komponen struktur lentur, jumlah tulangan yang diperlukan paling sedikit

Untuk BjTP 240 :ρmin = 0.0058

BjTD 400: ρmin = 0.0035

Sebagai alternative, SKSNI T15-1991-03 Pasal 3.3.3-5 mengijinkan luas tulangan


yang dibutuhkan dapat diperbesar 4/3 kali lipat luas tulangan (ρan) yang diperlukan menurut
perhitungan penampang

Batasan tulangan maksimum


Bila balok mengalami Mu, maka tegangan tulangan harus dijamin mencapai fy,
andaikan hal ini tidak tercapai pertambahan beban akan mengakibatkan keruntuhan struktur
tanpa tanda-tanda deformasi atau retakan di daerah tarik. Akibatnya keruntuhan tanpa
peringatan terlebih dahulu.

Dengan mempertahankan rasio tulangan yang lebih rendah dari ρmaksakan


menghasilkan struktur berkapasitas deformasi yang cukup. Atas dasar ini, pada SKSNI T15-
1991-03 Pasal 3.3.3-3 menentukan agar tetap memakai ρmaks = 0.75ρb terhadap lentur murni.
7. Desain penampang dengan tulangan tunggal
Keseimbangan gaya:

Gaya Tarik = Gaya Tekan

Gaya tarik (tension = T) diberikan oleh baja tulangan tarik, sedangkan gaya tekan
(compression = C) diberikan oleh beton di daerah tekan (compression concrete = Cc)

Teori kekuatan batas (ultimate) memberikan syarat, yaitu baja tulangan tarik pada
kondisi mencapai tegangan lelh (fs=fy) dan beton tekan pada kondisi mencapai regangan
maksimum sebesar e’c = 0.003

C=T

Cc = T

0.85.f’c.b.a = As.fy

𝐴𝑠. 𝑓𝑦
𝑎=
0.85. 𝑓 ′ 𝑐. 𝑏

Letak garis netral (c) = a/β


𝑑−𝑐
Kontrol regangan baja tarik (εs) = εc 𝑐

Tegangan baja tarik (fs) = εs. Es


Bila fs ≥ fy (tulangan tarik sudah leleh)
Bila fs ≤ fy ( tulangan tarik belum leleh)
Momen minimal penampang (Mn):
Mn = As.fy.(d-a/2)
Atau
Mn = 0.85.f’c.a.b (d-a/2)
Ada tiga jenis keruntuhan pada balok beton bertulang yaitu:

a. Keruntuhan tarik (tension failure)


b. Keruntuhan tekan (compression failure)
c. Keruntuhan seimbang (balanced failure)

8. Desain penampang dengan tulangan rangkap


Keseimbangan gaya:

Gaya Tarik = Gaya Tekan


Gaya tarik (tension = T) diberikan oleh baja tulangan tarik, sedangkan gaya tekan
(compression = C) diberikan oleh beton di daerah tekan (compression concrete = Cc). Teori
kekuatan batas (ultimate) memberikan syarat, yaitu baja tulangan tarik pada kondisi mencapai
tegangan lelh (fs=fy) dan beton tekan pada kondisi mencapai regangan maksimum sebesar
e’c = 0.003. Sedangkan baja tulangan tekan boleh sudah leleh ataupun belum leleh.

Gaya tarik tulangan (T) = As.fs


Gaya tarik beton (Cc) = 0.85.f’c.b.a
Gaya tekan tulangan (Cs) = As’.f’s
C=T

Cc + Cs = T

0.85.f’c.b.a + As’.fy = AS.fy

(𝐴𝑠 − 𝐴𝑠 ′ ). 𝑓𝑦
𝑎=
0,85. 𝑓 ′ 𝑐. 𝑏

Letak garis netral (c) = a/β

Kontrol
𝑑−𝑐
- Regangan baja tarik (εs) =εc. 𝑐
Tegangan baja tarik (fs) =εs .Es
𝑐−𝑑′
- Regangan baja tekan (εs’) = εc. 𝑐
Tegangan baja tekan (f’s) = εs’ .Es

Momen nominal penampang (Mn)


Mn = Cc.(d-a/2)+Cs.(d-d’)

Contoh Soal
1.Menghitung kapasitas penampang

Tulangan hanya pada daerah tarik

εcu

500 c Cc

3 D 22 d

εsTs

250
fy = 360 MPa maka εy = 360/200000 = 0.0018

fc = 37 MPa β = 0.80

As = 3 (1/4.3,14.222)

= 1139.82 mm2

D = 450- 50 -10 – 11 = 379 mm

Cc = Ts

0,85.f’c.b.a = As.fs

0,85.37.250.a = 1139,82.fs

7862,5.a = 1139,82 fs a <<fs

a = β.c

a = 0,85.c

Jika fy = fs εs >εy

7862,5.a = 1139,82.fs

7862,5.a = 1139,82.360

a = 410335,2 / 7862,5 = 52,189 mm

a = β.c

52,189= 0,85.c

c = 61,399

Checking

εs (379 − 61,399)
=
εcu 61,399

εs = 0.012 εy = 0.0018

εs>εy

Mn = Ts.(d.a/2)
= 1139,82.360(379-65,236/2)

= 142132727,2 Nmm

= 142132,7272 Nm

2.
d1d2d3εcu =0.003 Cc

500 mm

εs= ? ts

300 mm

Fc’ = 35 MPa β = 0.81


Fy = 360 MPa εy = 360/200000 = 0.0018

As1 = As4 = 3(1/4.3, 14.222) = 1139,82 mm2


As2 = As3 = 2(1/4.3, 14.222) = 759,88 mm2

D1 = 40 + 10 +11 = 61 mm
D2 = 207 mm
D3 = 353 mm
D4 = 500 mm

Cc = Ts
0,85.f’c.b.a = As.fs
0,85.35.300.a = 3799,4.fs
8925.a = 3799,4.fs

Asumsi c = 180 mm
Jika εs ≥ fy / Es fy=fs

εs1 εcu
=
𝑐 − 𝑑1 𝑐
εs1 0.003
=
(180 − 61) 180

εs1 = 1,98 x 10-3


𝑓𝑠
εs1 =
𝐸𝑠
1,98 x 10-3= fs / 200000

fs1 = 396,67 MPa

εs2 εs
=
𝑑2 − 𝑐 𝑑4 − 𝑐
εs2 εcu
=
𝑑2 − 𝑐 𝑐
εs2 εcu
=
(207 − 180) 180

εs2 = 4,5 x 10-4

𝑓𝑠
εs2 =
𝐸𝑠
4,5 x 10-4= fs / 200000

fs2 = 90 MPa

εs3 εs
=
𝑑3 − 𝑐 𝑑4 − 𝑐
εs3 εcu
=
𝑑3 − 𝑐 𝑐
εs2 0,003
=
(353 − 180) 180

180 εs3 = 0,19

εs3 = 2,88x 10-3

𝑓𝑠
εs3 =
𝐸𝑠
2,88x 10-3= fs / 200000

fs3 = 576,67 MPa

εs4 εs
=
𝑑4 − 𝑐 𝑑4 − 𝑐
εs4 εcu
=
𝑑4 − 𝑐 𝑐
εs4 0,003
=
(500 − 180) 180
180 εs3 = 0,96

Εs4 = 5,33x 10-3

𝑓𝑠
εs4 =
𝐸𝑠
2,88x 10-3= fs / 200000

Fs4 = 1066,67 MPa

Checking

Cc + Ts1 = Ts2 + Ts3 + Ts 4

8925.a + (As1.fs1) + (As2.fs2) + (As3.fs3) + (As4.fs4)

8925.0,81.180 + 452.132,4 = (68.389,2)+(438.199,9)+(1215.81,79)

1753397,40 = 1753397.39

3. Suatu penampang balok beton bertulang, mempunyai lebar, b = 250 mmdan tinggi efektif,
d = 460 mm. Beton mempunyai kuat tekan, fc’ = 21 MPa dan kuat leleh baja tulangan, fy =
280 MPa.Modulus elastisitas baja, Es = 200.000 MPa.

Hitung : Kapasitas momen penampang, Mn dan Mu untuk luas penampang, As sebagai berikut
: As = 9 D19

Solusi :

Rasio keruntuhan seimbang


f c'  600 
 b  0,85. 1. .
f y  600  f y 

21  600 
b  0,85. 0,85. .    0,036946
280  600  280 

Untuk As = 9 D19 = 2552 mm2


A 2552
 s   0,02219   b  Keruntuhan Tarik
b.d 250 . 460
Untuk keruntuhan tarik, besarnya kapasitas momen nominal

penampang :

 As . f y 
M n  As . f y .  d  0,59. ' 
 f c .b 
 2552. 280 
M n  2552. 280. 460  0,59.   271.316.336 N .mm
 21. 250 
M n  271.32 kN.m , dan Momen Ultimate, Mu penampang

M u  . M n  0,8 x 271.32 kN.m  217.056 kN.m

4.Diketahui suatu balok kantilever dengan dimensi sbb :

l =3 m
d

Vu

200 U
(-)
Mu

Tu

U = 1,2D + 1,6L

= 20 kN/m’

Mu = ½.U.l2

= 1/2 .20. 32

= 90 kNm
Beban merata U bekerja 200 mm dari titik berat penampang.fc’ =25 MPa, dan fy = 400 MPa

Solusi :

1. Tentukan tinggi minimum balok (dimana lendutan tak perlu dihitung)

l 3000
hmin    375mm
8 8

ambil h = 400 mm , b = 200 mm dan d = 360 mm

 . f y 
M u   .  .b.d 2 . f y 1  0,59. ' 
 fc 

  .400 
90 x 10 6  0,8 .  .200.360 2.400 1  0,59. 
 25 

diperoleh :ρ1 = 0,0123 (dipakai ) dan ρ2 = 0,0937 (tdk dipakai)

As= ρ. b. d = 0,0123 x 200 x 360 = 885,6 mm2

3. Check apakah torsi dapat diabaikan :

Torsi akibat beban luar : (sejarak d = 360 mm) Tu = (3-0,36)/3 x 20 x 3 x 0,2 = 10,56 kNm

Torsi dapat diabaikan, jika :

. f c'  Acp2  0,75. 25  200 x 400 


2

Tu  .  Tu  
.   1,67 kNm

12  pcp  12  200 x 2 2 x 400 

Karena Tu = 10,56 kNm > 1,67 kNm  Torsi harus diperhitungkan

4. Tentukan tulangan geser

 25 
Vc   . 200.360  60 kN

 6 

Geser akibat beban luar : (sejarak d = 360 mm)

Vu = (3-0,36)/3 x 20 kN/m x 3 m = 52,8 kN


Vu 52,8
Vs   Vc   60  10,4 kN
 0,75

Av Vs 10,4 x 1000
   0,072mm 2 / mm
s f y .d 400. 360

Dalam bentuk : At /s ,

At A
 v  0,036 mm2 / mm
s 2s

5. Tentukan tulangan yang dibutuhkan untuk TORSI :

At Tu 10,56 x 10 6
   0,45 mm 2 / mm
s 2. . f yv . Ao. cot  2.0,75.400.120.320

6. Gabungkan tulangan geser dan torsi :

At
 0,036  0,45  0,486 mm2 / mm
s

Jika dipakai f10, maka : At = 157 mm2

s = (157)/(0,486) = 323,05 mm : Gunakan s = 100 mm

Spasi maksimum : 300 mm atau ph/8 = 2 (120+320)/8 = 110 mm,sehingga spasi 100 mm
cukup, dan dipasang pada sepanjang balok

7. Chek tulangan minimum :

Av 2 At 75. f c' .bw


 
s s 1200. f yv

0,072  2.(0,45)  0.972  0,9375 Oke!!!!!!!

8. Hitung luas tulangan longitudinal untuk TORSI :

A 
Al  p h .  t   2.(320  120).0,45  396 mm 2
 s 
Spasi maksimum untuk tulangan torsi longitudinal adalah 300 mm, maka Aldibagi menjadi 3
bagian (atas , tengah dan bawah )diperoleh :
Al 396
As    132 mm2
3 3
Karena diameter minimum tulangan longitudinal db = 1/24.s

db = 1/24 . 75 mm = 3,125 mm

Gunakan 2 bh tulangan diameter 10 mm, As = 157 mm2 > 132 mm2 untuk tulangan bawah
dan tengah

Untuk tulangan atas, tulangan longitudinal dan lentur dikombinasikan dari A s = 885,6 mm2
menjadi As = 885,6 mm2+ 132 mm2= 1017,6 mm2

Gunakan tulangan D22, diperoleh n = 3bh

Ambil tulangan 3D22, dengan As = 1140 mm2 … Oke!!!

3D22
D10 - 100
2D10

2D10
3D22

Detail penulangan
2D10

400 D10 - 100

2D10
9. Check tulangan minimum :

10. Check dimensi penampang balok, untuk penampang solid :

Kesimpulan :

Tulangan Lentur + Torsi : 3D22

Tulangan geser : D10-100

Tulangan Torsi : 2D10 (bawah dan tengah)


DAFTAR PUSTAKA
Jack C. Mccormac (2000), Desain Beton Bertulang
SNI 03 2847 2002

Ulla Kjaer dan Z. Aksa (1980), Pemeriksaan Mutu Beton dan Mutu
Pelaksanaan selama Pekerjaan Beton, Bandung.

W.C. Vis dan Gideon H. Kusuma (1997), Dasar-dasar Perencanaan Beton Bertulang,
Jakarta
Nurlina, Siti. 2008. Struktur Beton. Malang : Bargie Media.

Departemen Pekerjaan Umum. 1971. Peraturan Beton Bertulang Indonesia. Bandung


: Departemen Pekerjaan Umum.

MacGregor, J.G. (1997). “Reinforced Concrete : Mechanics and Design 3rd Ed.” ,
Prentice-Hall International, Inc.

Indraprastha, Aswin. Surjamanto. 2012. Struktur, Konstruksi, dan Bahan 2. Bandung.

Andrian, Lutfi. 2012. Berkenalan Dengan Tegangan, Regangan, Modulus Elastisitas


& Daktalitas Material (Part-1). (http://yefrichan.wordpress.com/2011/04/16/jenis-
jenis-baja/).
Yudho. 2011. Beton Menurut Buku PBI. (http://yudhoanakbaik-
kuncoro.blogspot.com/2011/11/beton-menurut-buku-pbi.html).
Riadi, Muchlisin. 2012. Analisis Lentur Balok Beton Bertulang.
(http://www.kajianpustaka.com/2012/11/analisis-lentur-balok-beton-
bertulang.html#.UUPm30Hf3x4).
Budisuanda. 2011. Beton Tidak Boleh retak ?.
(http://proyekindonesia.com/tag/beton/).

Pujiyanto, Ayub. 2012. Faktor yang Mempengaruhi Mutu Beton Paving Block &
Batako. (http://paving-aureliasanjaya.blogspot.com/2012/10/faktor-yang-
mempengaruhi-mutu-beton.html).

http://arekgo.blogspot.com/2011/11/baja_14.html.

http://log.viva.co.id/news/read/53491-konstruksi_baja_lebih_aman_dan_murah.

Hendra Gudtama, Aseb. 2012. Berkenalan Dengan Tegangan, Regangan,


Modulus Elastisitas & Daktalitas Material (Part-1).

Anda mungkin juga menyukai