Anda di halaman 1dari 44

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian Persalinan


Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar
dari uterus ibu. (Asuhan Persalinan Normal, 2008) Persalinan adalah suatu proses
pengeluaran hasil konsepsi ( janin dan uri ) yang dapat hidup ke dunia luar, dari
rahim melalui jalan lahir atau dengan jalan lahir (Mochtar Rustam.1998 : 91)
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta, dan selaput ketuban keluar
dari rahim ibu, persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia
kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit.
(Agustini. 2002: 2)
Proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah cukup bulan
atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain,
dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri). (Manuaba, Ilmu
Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB untuk Pendidikan Bidan).
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun
ke jalan lahir. Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban didorong
keluarmelalui jalan lahir.
Persalinan adalah rangkaian peristiwa mulai dari kontraksi sampai
dikeluarkannya hasil konsepsi (janin, plasenta, ketuban dan cairan ketuban) dari
uterus ke dunia luar melalui jalan lahir atau melalui jalan lain dengan bantuan atau
dengan kekuatan sendiri.
Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran hasil konsepsi
yang terjadi pada kehamilan cukup bulan ( 37- 42 minggu ), lahir spontan dengan
presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam waktu 18- 24 jam, tanpa
komplikasi baik pada ibu maupun pada janin.
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar
dari uterus ibu. (Asuhan Persalinan Normal, 2008) Persalinan adalah suatu proses
pengeluaran hasil konsepsi ( janin dan uri ) yang dapat hidup ke dunia luar, dari
rahim melalui jalan lahir atau dengan jalan lahir (Mochtar Rustam.1998 : 91)
Proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah cukup bulan
atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain,
dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri).(Manuaba, Ilmu
Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB untuk Pendidikan Bidan).
Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang
terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan
presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam tanpa komplikasi baik
pada ibu maupun pada janin (Saifuddin, 2006). Persalinan adalah proses dimana
bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap
normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37
minggu) tanpa disertai adanya penyulit. Persalinan di mulai (inpartu) sejak uterus
berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan menipis)
dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap. Ibu belum inpartu jika
kontraksi uterus tidak mengakibatkan perubahan serviks (JNPK-KR, 2007)
Persalinan adalah suatu proses yang dimulai dengan adanya kontraksi uterus yang
menyebabkan terjadinya dilatasi progresif dari serviks, kelahiran bayi, dan
kelahiran plasenta, dan proses tersebut merupakan proses alamiah. (Rohani 2011).
Bentuk persalinan berdasarkan teknik :
1) Persalinan spontan, yaitu persalinan berlangsung dengan kekuatan ibu
sendiri dan melalui jalan lahir.
2) Persalinan buatan, yaitu persalinan dengan tenaga dari luar dengan
ekstraksi forceps, ekstraksi vakum dan sectio sesaria
3) Persalinan anjuran yaitu bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan
ditimbulkan dari luar dengan jalan pemberian rangsang. (Rukiyah; Ai
yeyeh; dkk, 2009)

Persalinan berdasarkan umur kehamilan :


o Abortus adalah terhentinya proses kehamilan sebelum janin dapat hidup
(viable), berat janin di bawah 1.000 gram atau usia kehamilan di bawah 28
minggu.
o Partus prematurus adalah persalinan dari hasil konsepsi pada umur kehamilan
28 - 36 minggu. Janin dapat hidup, tetapi prematur; berat janin antara 1.000 -
2.500 gram.
o Partus matures/aterm (cukup bulan) adalah partus pada umur kehamilan 37 –
40 minggu, janin matur, berat badan di atas 2.500 gram.
o Partus postmaturus (serotinus) adalah persalinan yang terjadi 2 minggu atau
lebih dari waktu partus yang ditaksir, janin disebut postmatur.
o Partus presipitatus adalah partus yang berlangsung cepat, mungkin di kamar
mandi, di atas kenderaan, dan sebagainya.
o Partus percobaan adalah suatu penilaian kemajuan persalinan untuk
memperoleh bukti tentang ada atau tidaknya Cephalo pelvic Disproportion
(CPD). (Rohani; dkk, 2011)

2.2 Sebab-Sebab Mulainya Persalinan


 Teori keregangan
Otot mempunyai kemampuan meregang dalam batas waktu tertentu. Setelah
melewati batas waktu tersebut terjadi kontraksi sehingga persalinan mulai
berlangsung. Keadaan uterus yang terus membesar dan menjadi tegang
mengakibatkan iskhemia otot-otot uterus.
 Teori penurunan progesterone
Proses penuaan plasenta terjadi mulai umur kehamilan 28 minggu, dimana
terjadi penimbunan jaringan ikat, pembuluh darah mengalami penyempitan dan
buntu sehingga produksi progesteron mengalami penurunan yang
mengakibatkan otot rahim lebih sensitif terhadap oksitosin. Akibatnya otot
rahim mulai berkontraksi setelah progesteron mencapai tingkat penurunan
tertentu.
 Teori oksitosin internal
Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofise posterior. Perubahan
keseimbangan estrogen dan progesteron dapat mengubah sensitivitas otot rahi,
sehingga sering terjadi kontraksi braxton hicks. Menurunnya konsentrasi
progesteron akibat tuanya kehamilan mengakibatkan oksitosin meningkat
sehingga persalinan dimulai.
 Teori prostaglandin
Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak umur kehamilan 15 minggu, yang
dikeluarkan oleh desidua. Semakin tua umur kehamilan prostaglandin
meningkat sehingga dapat memicu terjadinya persalinan.
 Teori hipotalamus-pituitari dan glandula suprarenal
Pada kehamilan dengan anensefalus sering terjadi keterlambatan persalinan
karena tidak terbentuk hipotalamus. Glandula suprarenal merupakan pemicu
terjadinya persalinan.
 Teori berkurangnya nutrisi
Bila nutrisi pada janin berkurang maka hasil konsepsi akan segera dikeluarkan.
 Faktor lain
Tekanan pada ganglion servikale dari fleksus frankenhauser yang terletak di
belakang serviks. Bila ganglion ini tertekan, maka kontraksi uterus dapat
dibangkitkan.

2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persalinan


Pada setiap persalinan, ada 5 faktor yang hatus diperhatikan, yaitu :
 Power
Adalah tenaga yang mendorong keluar janin. Kekuatan yang berguna untuk
mendorong keluar janin adalah his, kontraksi otot–otot perut, kontraksi
diagfragma dan aksi ligamamnet, dengan kerja sama yang baik dan sempurma.
Ada dua power yang bekerja dalam proses persalinan. Yaitu HIS dan Tenaga
mengejan ibu. HIS merupakan kontraksi uterus karena otot-otot polos bekerja
dengan baik dan sempurna, pada saat kontraksi, otot-otot rahim menguncup
sehingga menjadi tebal dan lebih pendek. Kavum uteri lebih kecil mendorong
janin dan kantong amnion ke arah bawah rahim dan serviks. Sedangkan tenaga
mengejan ibu adalah tenaga selain HIS yang membantu pengeluaran.
 Passage
Merupakan faktor jalan lahir, terbagi menjadi 2 yaitu :
- Bagian keras
Bagian ini terdiri dari tulang panggul (Os coxae, Os Sacrum, Os
Coccygis), dan Artikulasi (Simphisis pubis, Artikulasi sakro-iliaka,
artikulasi sakro-kosigiu). Dari tulang-tulang dasar dan artikulasi yng ada,
maka bagian keras janin dapat dinamakan Ruang panggul (Pelvis mayor
dan minor), pintu panggul (Pintu atas panggul, Ruang tengah panggul,
Pintu bawah panggul, dan ruang panggul yang sebenarnya yaitu antara
inlet dan outlet), Sumbu panggul (merupakan garis yang menghubungkan
titik-titik tengah ruang panggul yang melengkung ke depan), Bidang-
bidang (Hogde I, Hodge II, Hodge III, den Hodge IV). Jenis-jenis
panggul menurut Caldwell & Moloy, 1993 adalah Ginegoid yang bulat
45%, Android panggul pria 15%, Antroid Lonjong seperti telur 35%,
Platipeloid pica menyempit arah muka belakang 5 %.
- Bagian lunak
Jalan lunak yang berpegaruh dalam persalinan adalah SBR, Serviks
Utreri, dan vagina. Diamping itu otot –otot, jaringan ikat, dan ligament
yang menyokong alat-alat urogenital juga sangat berperan penting dalam
persalinan.
- Passanger
Faktor yang juga sangat mempengaruhi persalinan adalah faktor janin.
Meliputi sikap janin, letak janin, dan bagian terendah. Sikap janin
menunjukkan hubungan bagian –bagian janin dengan sumbu tubuh janin,
misalnya bagaimana sikap fleksi kepala, kaki, dan lengan. Letak janin
dilihat berdasarkan hubungan sumbu tubuh janin dibandingkan dengan
sumbu tubuh ibu. Ini berarti seorang janin dapat dikatakan letak
longitudinal ( preskep dan presbo), letak lintang, serta letak oblik. Bagian
terbawah adalah istilah untuk menunjukkan bagian janin apa yang paling
bawah.
- Psikis Ibu
Psikis ibu dalam persalinan akan sangat mempengaruhi daya kerja otot-
otot yang dibutuhkan dalam persalinan baik itu yang otonom maupun
yang sadar. Jika seorang ibu menghadapi persalinan dengan rasa tenang
dan sabar, maka persalinan akan terasa mudah untuk ibu tersebut. Namun
jika ia merasa tidak ingin ada kehamilan dan persalinan, maka hal ini
akan menghambat proses persalinan.
- Penolong
Dalam persalinan, ibu tidak mengerti apa yang dinamakan dorongan ingin
mengejan asli atau yang palsu. Untuk itu, seorang mitra yang dapat
membantunya mengenali tanda gejala persalinan sangat dibutuhkan.
Tenaga ibu akan menjadi sia-sia jika saat untuk mengejan yang ibu
lakukan tidak tepat.

2.4 Etiologi Persalinan


Sebab terjadinya persalinan sampai kini masih merupakan teori-teori yang
kompleks. Faktor-faktor humoral, pengaruh prostaglandin, struktur uterus,
sirkulasi uterus, pengaruh syaraf dan nutrisi di sebut sebagai factor-faktor yang
mengakibatkan persalinan mulai.
Menurut Wiknjosastro (2006) mulai dan berlangsungnya persalinan, antara lain :
a. Teori penurunan hormone
Penurunan kadar hormon estrogen dan progesteron yang terjadi kira-kira 1-2
minggu sebelum partus dimulai. Progesterone bekerja sebagai penenang
bagi otot-otot uterus dan akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah
sehingga timbul his bila kadar progesterone turun.
b. Teori plasenta menjadi tua
Villi korialis mengalami perubahan-perubahan, sehingga kadar estrogen dan
progesterone menurun yang menyebabkan kekejangan pembuluh darah, hal
ini akan menimbulkan kontraksi rahim.
c. Teori berkurangnya nutrisi pada janin
Jika nutrisi pada janin berkurang maka hasil konsepsi akan segera di
keluarkan.
d. Teori distensi rahim
Keadaan uterus yang terus menerus membesar dan menjadi tegang
mengakibatkan iskemia otot-otot uterus. Hal ini mungkin merupakan faktor
yang dapat menggangu sirkulasi uteroplasenter sehingga plasenta menjadi
degenerasi.
e. Teori iritasi mekanik
Tekanan pada ganglio servikale dari pleksus frankenhauser yang terletak di
belakang serviks. Bila ganglion ini tertekan, kontraksi uterus akan timbul.
f. Induksi partus (induction of labour)
g. Partus dapat di timbulkan dengan jalan :
- Gagang laminaria : beberapa laminaria di masukkan dalam kanalis
servikalis dengan tujuan merangsang pleksus frankenhauser.
- Amniotomi : pemecahan ketuban.
- Oksitosin drips : pemberian oksitosin menurut tetesan infuse.

2.5 Patofisiologi Persalinan


a. Tanda – tanda permulaan persalinan
Menurut Manuaba (1998), tanda – tanda permulaan peralinan :
1) Lightening atau settling atau dropping
Yaitu kepala turun memasuki pintu atas panggul terutama pada
primigravida. Pada multipara tidak begitu kentara.
2) Perut kelihatan lebih melebar, fundus uterus turun.
3) Perasaan sering-sering atau susah kencing (polakisuria) karena kandung
kemih tertekan oleh bagian terbawah janin.
4) Perasaan sakit di perut dan di pegang oleh adanya kontraksi. Kontraksi
lemah di uterus, kadang-kadang di sebut “ traise labor pains”.
5) Serviks menjadi lembek, mulai mendatar dan sekresinya bertambah juga
bercampur darah (bloody show)
6) Tanda – tanda inpartu.
Menurut Mochtar (1998), tanda – tanda inpartu :
- Rasa sakit oleh adanya his yang dating lebih kuat, sering dan teratur.
- Keluar lender bercampur darah (show) yang lebih banyak karena
robekan-robekan kecil pada serviks’
- Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya.
- Pada pemeriksaan dalam : serviks mendatar dan pembukaan telah ada.

2.6 Pembagian Tahap Persalinan


1. Persalinan kala I
Menurut azwar (2004), persalinan kala I adalah pembukaan yang berlangsung
antara pembukaan nol sampai pembukaan lengkap.
Dengan ditandai dengan :
o Penipisan dan pembukaan serviks.
o Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan pada serviks (frekuensi
minimal 2 kali dalam 10 menit).
o Keluarnya lendir bercampur darah.

Menurut wiknjosasto, kala pembukaan di bagi atas 2 fase yaitu :


1) Fase laten
Pembukaan serviks berlangsung lambat, di mulai dari pembukaan 0 sampai
pembukaan 3 cm, berlangsung kira – kira 8 jam.
2) Fase aktif
Dari pembukaan 3 cm sampai pembukaan 10 cm, belangsung kira – kira 7 cm.
Di bagi atas :
a) Fase akselerasi : dalam waktu 2 jam, pembukaan 3 cm menjadi 4.
b) Fase dilatasi maksimal : dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung
sangat cepat, dari pembukaan 4 cm menjadi 9 cm
c) Fase deselarasi : berlangsung lambat, dalam waktu 2 jam pembukaan jadi
10 cm.
Kontraksi menjadi lebih kuat dan sering pada fase aktif. Keadaan tersebut
dapat dijumpai pada primigravida maupun multigravida, tetapi pada
multigravida fase laten, fase aktif das fase deselerasi terjadi lebih pendek.
(a) Primigravida
Osteum uteri internum akan membuka terlebih dahulu sehingga serviks
akan mendatar dan menipis. Keadaan osteum uteri eksternal membuka,
berlangsung kira-kira 13-14 jam.
(b) Multigravida
Osteu uteri internum sudah membuka sedikit sehingga osteum uteri
internum dan eksternum serta penipisan dan pendataran serviks terjadi
dalam waktu yang bersama.

2. Persalinan Kala II (pengluaran)


Menurut winkjosastro (2002), di mulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai
bayi lahir. Pada primigravida berlangsung 2 jam dan pada multigravida
berlangsung 1 jam.
Pada kala pengluaran, his terkoordinir, kuat, cepat dan lebih lama, kira – kira 2 -3
menit sekali. Kepala janin telah turun masuk ruang panggul sehingga terjadi
tekanan pada otot – otot dasar panggul yang secara reflektoris menimbulkan rasa
mengedan. Karena tekanan pada rectum, ibu merasa seperti mau buang air
bersih, dengan tanda anus terbuka.
Pada waktu his, kepala janin mulai kelihatan, vulva membuka dan perineum
meregang. Dengan his mengedan maksimal kepala janin di lahirkan dengan
suboksiput di bawah simpisis dan dahi, muka, dagu melewati perineum. Setelah
his istriadat sebentar, maka his akan mulai lagi untuk meneluarkan anggota
badan bayi.

3. Persalinan Kala III (pelepasan uri)


Kala III adalah waktu untuk pelepasan dan pengluaran uri (mochtar, 1998). Di
mulai segera setelah bayi baru lahir samapi lahirnya plasenta ysng berlangsung
tidak lebih dari 30 menit (saifudin, 2001)
 Tanda dan gejala kala III
Menurut depkes RI (2004) tanda dan gejala kala III adalah : perubahan
bentuk dan tinggi fundus uteri, tali pusat memanjang, semburan darah tiba –
tiba.
 Fase – fase dalam pengluaran uri (kala III)
Menurut Mochtar (1998) fase – fase dalam pengluaran uri meliputa :
a) Fase pelepasan uri
Cara lepasnya luri ada beberapa macam, yaitu :
- Schultze : lepasnya seperti kita menutup payung , cara ini paling
sering terjadi (80%). Yang lepas duluan adalah bagian tengah,
kemudian seluruhnya.
- Duncan : lepasnya uri mulai dari pinggir, uri lahir akan mengalir
keluar antara selaput ketuban pinggir plasenta.
b) Fase pengeluaran uri
Persat – perasat untuk mengetahui lepasnya uri, antara lain :
- Kustner, dengan meletakkan tangan disertai tekanan pada atas
simfisis, tali pusat di tegangkan maka bila tali pusat masuk (belum
lepas), jika diam atau maju ( sudah lepas).
- Klein, saat ada his, rahim kita dorong sedikit, bila tali pusat
kembali ( belum lepas), diam atau turun ( sudah lepas).
- Strassman, tegangkan tali pusat dan ketok fundus bila tali pusat
bergetar (belum lepas), tidak bergetar (sudah lepas), rahim
menonjol di atas simfisis, tali pusat bertambah panjang, rahim
bundar dank eras, keluar darah secara tiba – tiba.

4. Persalinan Kala IV ( obsevasi )


Menurut saifudin (2002), kala IV dimulai dari saat lahirnya plasena sampai 2 jam
pertama post partum.
Observasi yang di lkukan pada kala IV adalah :
o Tingkat kesadaran
o Pemeriksaan tanda – tanda vital, tekanan darah, nadi dan pernafasan
o Kontraksi uterus
o Perdarahan : dikatakan normal jika tidak melebihi 500 cc.

2.7 Mekanisme Persalinan Normal


Menurut Manuaba (1999) gerakan – gerakan janin dalam persalinan adalah
sebagi berikut :
a. Engagement ( masuknya kepala ) : kepala janin berfiksir pada pintu atas
panggul.
b. Descent ( penurunan )
Penurunan di laksanakan oleh satu / lebih.
1) Tekanan cairan amnion
2) Tekanan langsung fundus pada bokong kontraksi otot abdomen.
3) Ekstensi dan penelusuran badan janin.
4) Kekuatan mengejan.
c. Fleksion (fleksi)
Fleksi di sebabkan karena anak di dorong maju dan ada tekanan pada PAP,
serviks, dinding panggul atau dasar panggul. Pada fleksi ukuran kepala
yang melalui jalan lahir kecil, karena diameter fronto occopito di gantikan
diameter sub occipito.
d. Internal rotation ( rotasi dalam)
Pada waktu terjadi pemutaran dari bagian depan sedemikian rupa sehingga
bagian terendah dari janin memutar ke depan ke bawah simfisis ( UUK
berputar ke depan sehingga dari dasar panggul UUK di bawah simfisis)
e. Extensition ( ekstensi )
Ubun-ubun kecil (UUK) di bawah simfisis maka sub occiput sebagai
hipomoklion, kepala mengadakan gerakan defleksi ( ekstensi ).
f. External rotation (rotasi luar)
Gerakan sesudah defleksi untuk menyesuaikan kedudukan kapala denga
punggung anak.
g. Expulsion ( ekspusi ) : terjadi kelahiran bayi seluruhnya.
2.8 Perubahan-Perubahan Fisiologis Dalam Persalinan
Menurut pusdiknakes 2003, perubahan fisiologis dalam persalinan meliputi :
 Tekanan darah
Tekanan darah meningkat selama kontraksi uterus dengan kenaikan sistolik
rata-rata 10-20 mmHg dan kenaikan diastolic rata-rata 5-10 mmHg. Diantara
kontraksi uterus, tekanan darah kembali normal pada level sebelum
persalinan. Rasa sakit, takut dan cemas juga akan meningkatkan tekanan
darah.
 Metabolisme
Selama persalinan metabolism karbohidrat aerobic maupun metabolism
anaerobic akan naik secara berangsur disebabkan karena kecemasan serta
aktifitas otot skeletal. Peningkatan inni ditandai dengan kenaikan suhu badan,
denyut nadi, pernafasan, kardiak output, dan kehilangan cairan.
 Suhu badan
Suhu badan akan sedikit meningkat selam persalinan, terutama selam
persalinan dan segera setelah kelahiran. Kenaikan suhu di anggap normal jika
tidak melebihi 0.5-1˚C.
 Denyut jantung
Berhubungan dengan peningkatan metabolisme, detak jantung secara dramatis
naik selama kontraksi. Antara kontraksi, detak jantung sedikit meningkat di
bandingkan sebelum persalinan.
 Pernafasan
Karena terjadi peningkatan metabolisme, maka terjadi peningkatan laju
pernafasan yang di anggap normal. Hiperventilasi yang lama di anggap tidak
normal dan bias menyebabkan alkalosis.
 Perubahan pada ginjal
Poliuri sering terjadi selama persalinan, mungkin di sebabkan oleh
peningkatan filtrasi glomerulus dan peningkatan aliran plasma ginjal.
Proteinuria yang sedikit di anggap biasa dalam persalinan.
 Perubahan gastrointestinal
Motilitas lambung dan absorpsi makan padat secara substansial berkurang
banyak sekali selama persalinan. Selai itu, pengeluaran getah lambung
berkurang, menyebabkan aktivitas pencernaan hamper berhenti, dan
pengosongan lambung menjadi sangat lamban. Cairan tidak berpengaruh dan
meninggalkan perut dalam tempo yang biasa. Mual atau muntah biasa terjadi
samapai mencapai akhir kala I.
 Perubahan hematologi
Hematologi meningkat sampai 1,2 garam/100 ml selama persalinan dan akan
kembali pada tingkat seperti sebelum persalinan sehari setelah pasca
persalinan kecuali ada perdarahan post partum.

2.9 Perubahan Psikologi Pada Ibu Bersalinan


Menurut Varney (2006) :
 Pengalaman sebelumnya
Fokus wanita adalah pada dirinya sendiri dan fokus pada dirinya sendiri ini
timbul ambivalensi mengenai kehamilan seiring usahanya menghadapi
pengalaman yang buruk yang pernah ia alami sebelumnya, efek kehamilan
terhadap kehidupannya kelak, tanggung jawab ,yang baru atau tambahan
yang akan di tanggungnya, kecemasan yang berhubungan dengan
kemampuannya untuk nenjadi seorang ibu.
 Kesiapan emosi
Tingkat emosi pada ibu bersalin cenderung kurang bias terkendali yang di
akibatkan oleh perubahan-perubahan yang terjadi pada dirinya sendiri serta
pengaruh dari orang-orang terdekatnya, ibu bersalin biasanya lebih sensitive
terhadap semua hal. Untuk dapat lebih tenang dan terkendali biasanya lebih
sering bersosialisasi dengan sesama ibu – ibu hamil lainnya untuk saling
tukar pengalaman dan pendapat.
 Persiapan menghadapi persalinan (fisik, mental,materi dsb)
Biasanya ibu bersalin cenderung mengalami kekhawatiran menghadapi
persalinan, antara lain dari segi materi apakah sudah siap untuk menghadapi
kebutuhan dan penambahan tanggung jawab yang baru dengan adnya calon
bayi yang akan lahir. Dari segi fisik dan mental yang berhubungan dengan
risiko keselamtan ibu itu sendiri maupun bayi yang di kandungnya.
 Support system
Peran serta orang-orang terdekat dan di cintai sangat besar pengaruhnya
terhadap psikologi ibu bersalin biasanya sangat akan membutuhkan
dorongan dan kasih saying yang le bih dari seseorang yang di cintai untuk
membantu kelancaran dan jiwa ibu itu sendiri.

2.9 Penatalaksanaan Ibu Bersalin Normal


Penatalaksanaan ibu bersalin normal kala I sampai dengan kala IV
a. Asuhan kala I
Menurut depkes RI (2004), asuhan kala I yaitu :
1) Melakukan pengawasan menggunakan partograf mulai pembukaan 4 – 10
cm.
2) Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai
pembukaan serviks melalui pemeriksaan dalam .
3) Menilai dan mencatat kondisi ibu dan bayi yaitu :
- DJJ setiap 30 menit.
- Frekuensi dan lamanya kontraksi uterus tiap 30 menit
- Nadi setiap 30 menit
- Pembukaan serviks tiap 4 jam
- Penurunan kepala tiap 4 jam
- Tekanan darah tiap 4 jam
- Temperature tubuh timpat 2 jam
- Produksi urin, aseton, dan protein setiap 2 jam.
4) Pengawasan 10, menurut saifudin (2002) meliputi :
- Keadaan umum
- Tekanan darah
- Nadi
- Respirasi
- Temperature
- His/ kontraksi
- DJJ
- Pengluaran pevaginam
- Bandle ring

Tanda – tanda kala II :


Menurut Azwar (2007), tanda tanda kala II :
(1) Ibu mempunyai untuk meneran
(2) Ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat pada rectum dan vaginanya
(3) Perineum menonjol
(4) Vulva, vagina spingter anal membuka

Menurut saifudin ( 2002 ), asuhan kala I adalah :


(a) Bantulah ibu dalam poersalinan jika ibu tampak gelisah, ketakutan dan
kesakitan :
- Berikan dukungan dan yakinkan dirinya.
- Berikan informasi mengenai proses dan kemajuan persalinannya.
- Dengarkanlah keluhannya
- Dan cobalah untuk lebih sensitive
(b) Jika ibu tersebut tampak kesakitan, dukungan atau asuhan yang dapat
diberikan :
- Lakukan berubahan posisi
- Posisi sesuai dengan keinginan ibu, tetapi jika ibu ingin di tempat tidur
sebaiknya di anjurkan tidur miring ke kiri
- Sarankan ibu untuk berjalan
- Ajaklah orang untuk menemaninnya (suami/ibunya) untuk memijat dan
menggosok punggungnya atau membasuh mukenya di antara kontraksi.
- Ibu di perbolehkan melakukan aktivitas sesuai dengan kesanggupannya.
- Ajarkan kepadanya teknik bernafas : ibu di minta untuk menarik nafas
panjang, menahan nafasnya sebentar kemudian di lepaskan dengan cara
meniup udara keluar sewaktu terasa kontraksi.
(c) Penolong tetap menjaga hak privasi ibu dalam persalinan, antara lain
menggunakan penutup atau tirai, tidak menghadirkan orang lain tanpa
sepengetahuan dan seijin pasien/ibu.
(d) Menjelaskan kemajuan persalinan dan perubahan yang terjadi serta prosedur
yang akan di laksanakan dan hasil2 pemeriksaan.
(e) Memperbolehkan ibu untuk mandi dan membasuh sekitar kemaluannya
setelah BAK/BAB.
(f) Ibu bersalin biasanya merasa panas dan bnyak keringat, atasi dengan cara :
- Gunakan kipas angin atau AC dalam kamar.
- Menggunakan kipas biasa.
- Menganjurkan ibu untuk mandi sebelumnya.
(g) Untuk memenuhi kebutuhan energy dan mencegah dehidrasi, berikan cukup
minum.
(h) Sarankan ibu untuk berkemih sesegera mungkin.

b. Partograf
Partograf adalah alat untuk memantau kemajuan persalinan dan membantu
petugas kesehatan dalam menentukan keputusan dalam
penatalaksanaan.(saifudin, abdul bari. 2002).
Partograf adalah alat bantu yang di gunakan selama fase aktif persalinan
(depkes RI, 2004). Menurut depkes RI (2004), tujuan utama dari penggunaan
partograf adalah untuk:
1) Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai serviks
melalui pemeriksaan dalam.
2) Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan dengan normal. Dengan
demikian, juga dapat melakukan deteksi secara dini setiap kemungkinan
terjadinya partus lama.
Menurt depkes RI (2004) partograf harus digunakan :
- Untuk semua ibu dalam fase aktif kala I persalinan sebagai elmen penting
asuhan persalinan. partograf harus di gunakan, baik ataupun adanya
penyulit.
- Partograf akan membantu penolong persalinan dalam memantau,
menevaluasi dan membuat keputusan klinik baik persalinan normal
maupun yang disertai dengan penyulit.
- Selama persalinan dan kelahiran di semua tempat ( rumah,
puskesmas,klinik bidan swasta, rumah sakit, DLL).
- Secara rutin oleh semua penolong persalinan yang memberikan asuhan
kepada ibu sekama pesalinan dan kelahiran (dr. spesialis obstetric
ginekologi, bidan, dokter umum, residen dan mahasiswa kedokteran).
Penggunaan partograf secara rutin akan memastikan para ibu dan bayinnya
mendapatkan asuhan yang aman dan tepat waktu. Selain itu juga mecegah
terjadinya penyulit yang dapat mengancam keselamatan jiwa mereka.\
Mencatat temuan pada partograf :
1) Informasi tentang ibu
Lengkapi bagian awal (atas) partograf secara teliti pada saat mulai asuhan
persalinan. Waktu kedatangan (tertulis sebagai : “jam” pada partograf) dan
perhatikan kemungkinan ibu datang dalam fase laten persalinan catat waktu
terjadinya pecah ketuban.
2) Kesehatan dan kenyamanan janin
Kolom, lajur dan skala pada partograf adalah untuk pencatatn DJJ, air
ketuban dan penyusupan (kepala janin).
a) DJJ
Dengan menggunakan metode seperti yang di urauikan pada bagian
pemeriksaan fisik, nilai dan catat DJJ setiap 30 menit ( lebih sering jika ada
tanda – tanda gawat janin).
Kisaran normal DJJ terpapar pada partograf di antara garis tebal 180.
Tetapi,penolong harus sudah waspada bila DJJ di bawah 120 atau di atas
160 x per menit.
b) Warna dan adanya air ketuban
Nilai air ketuban setiap kali di lakukan pemeriksaan dalam, dan nilai
warna air ketuban pecah. Catat temuan – temuan dalam kotak yang sesuai
di bawah lajur DJJ.
Gunakan – gunakan lambing berikut ini :
- U : ketuban utuh (belum pecah)
- J : ketuban sudah pecah dan air ketuban jernih
- M : ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur mekonium
- D : ketuban sudah pecah dan air ketuan bercampur darah
- K : ketuban sudah pecah dan tidak ada air ketuban (“kering”)
c) Molase (penyusupan kepala janin)
Penyusupan adalah indicator penting tentang seberapa jauh kepala bayi
dapat menyesuaikan diri dengan bagian keras panggul ibu. Tulang kepala
yang saling menyusup atau tumpang tindih, menunjujkan kemungkinan
adanya Chepalo Pelvic Disporportion (CPD). Ketidakmampuan
akomodasi akan benar-benar terjadi jika tulang kepala yang saling
menyusup tidak dapat di pusahkan. Apabila ada dugaan disproporsi tulang
panggul, penting sekali untuk tetap memantau kondisi janin dan kemajuan
persalinan. Lakukan tindakan pertolongan awal yang sesuai dan rujuk ibu
tangan tanda – tanda disproporsi tulang panggul ke fasilitas kesehatan
yang memadai. Gunakan lambing lambing berikut :
- 0 : tulang – tulang kepala janin terpisah, sutura dengan mudah dapat
di palpasi.
- 1 : tulang – tulang kepala janin hanya saling bersentuhan.
- 2 : tulang – tulang kepala janin saling tumpang tindih, tapi masih
dapat di pisahkan.
- 3 : tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih da tidak dapat
dipisahkan
3) Kemajuan persalinan
Menurut Depkes (2004), kolom dan lajur kedua pada partograf adalah untuk
pencatatan kemajuan persalinan.
a) Pembukaan serviks
Dengan menggunakan metode yang di jelaskan di bagian pemeriksaan
fisik, nilai dan catat pembukaan serviks setiap 4 jam (lebih sering di
lakukan jika ada tanda-tanda penyulit). Saat ibu berada dalam fase aktif
persalinan, catat pada partograf hasil temuan dari setiap pemeriksaan.
Tanda “X” harus di tulis digaris waktu yang sesuai dengan jalur besarnya
pembukaan serviks. Beri tanda untuk temuan – temuan dari pemeriksaan
dalam yang di lakukakn pertama kali selama fase aktif persalinan di garis
waspada. Hubungkan tanda “X” dari setiap pemeriksaan dengan garis utuh
(tidak terputus).
b) Penurunan bagian terbawah atau presentasi janin.
Dengan menggunakan metode yang di jelaskan di bagian fisik bab ini.
Setiap kali melakukan pemeriksaan dalam(setiap 4 jam), atau lebih sering
jika ada tanda-tanda penyulit, nilai dan catat turunnya bagian terbawah
atau presentasi janin.
Pada persalinan normal, kemajuan pembukaan serviks umumnya di ikuti
dengan turunnya bagian terbawah/presentasi janin baru terjadi setelah
pembukaan serviks sebesar & cm.
c) Garis waspada dan garis bertindak
Garis waspada di mulai pada pembukaan serviks 4 jam cm dan berakhir
pada titik dimana pembukaan 1 cm per jam. Pencatatan selama fase aktif
persalinan harus di mulai di garis waspada. Jika pembukaan serviks
mengarah ke sebelah kanan garis waspada. Jika pembukaan serviks
mengarah ke sebelah kanan garis waspada (pembukaan kurang dari 1 cm
per jam), maka harus di pertimbangkan adanya penyulit (misalnya fase
aktif yang memanjang, macet, dll). Pertimbangkan pula adanya tindakan
intervensi yang di perlukan, misalnya persiapan rujukan ke
fasilitaskesehatan rujukan (rumah sakit atau puskesmas) yang mampu
menangani penyulit dan kegawat daruratan obsetetri. Garis bertindak
tertera sejajar dengan garis waspada, dipisahkan oleh 8 kotak atau 4 lajur
ke sisi kanan. Jika pembukaan serviks berada di sebelah kanan bertindak,
maka tindakan untuk menyelesaikan persalinan harus dilakukan. Ibu harus
tiba di tempat rujukan sebelum garis bertindak terlampui.
4) Jam dan waktu
a) Waktu mulainya fase aktif persalinan
Di bagian bawah partograf (pembukaan serviks dan penurunan) tertera
kotak-kotak yang di beri angka 1-16. Setiap kotak menyatakan waktu satu
jam sejak dimulainnya fase aktif persalinan.
b) Waktu aktual saat pemeriksaan dilakukan
Di bawah lajur kotak untuk waktu misalnya fase aktif, tertera kotak –
kotak untuk mencatat waktu aktual saat pemeriksaan dilakukan. Setiap
kotak menyebabkan satu jam penuh dan berkaitan dengan dua kotak waktu
30 menit pada lajur kotak di atasnya atau lajur kontraksi di bawahnya. Saat
ibu masuk dalam fase aktif persalinan, catatkan waktu aktual pemeriksaan
ini di kotak waktu yang sesuai.
5) Kontraksi uterus
Di bawah lajur waktu partograf terdapat lima lajur kotak dengan tulisan
“kontraksi per 10 menit” di sebelah luar kolom paling kiri. Setiap kotak
menyatakan satu kontraksi.
Setiap 30 menit, raba dan catat jumlah kontraksi dalam 10 menit dengan
mengisi angka pada kotak yang sesuai.
6) Obat – obatan dan cairan yang di berikan
Di bawah lajur kotak observasi kontraksi uterus tertera lajur kotak untuk
mencatat oksitosin, obat-obat lainnya dan cairan IV.
a) Oksitosin
Jika tetesan (drip) oksitosin sudah di mulai, dokumentasikan setiap 30
menit jumlah unit oksitosin yang di berikan per volume cairan IV dan
dalam satuan tetesan per menit.
b) Obat-obatan lain dan cairan IV
Catat semua pemberian obat-obatan tambahan dan atau cairan IV dalam
kotak yang sesuai dengan kolom waktunya.
7) Kesehatan dan kenyamanan ibu
Bagian terakhir pada lembar depan partograf berkaitan dengan keehatan dan
kenyamanan.
a) Nadi, tekanan darah, dan temperature tubuh.
Angka di sebelah kiri bagian partograf ini berkaitan dengan nadi dan
tekanan darah ibu.
- Nilai dan catat nadi ibu setiap 30 menit selama fase aktif persalinan.
- Nilai dan catat tekanan darah ibu setiap 4 jam selama fase aktif
persalinan.
- Nilai dan catat temperature tubuh ibu (lebih sering jika meningkat,
atau di anggap adanya infeksi) setiap 2 jam dan catat temperature
tubuh dalam kotak yang sesuai.
b) Volume urine, protein atau aseton
Ukur dan catat jumlah produksi urine ibu sedikitnya setiap 2 jam ( setiap
kali ibu berkemih).
8) Asuhan, pengamatan dan keputusan klinik lainnya
Catat semua asuhan lain, hasil pengamatan dan keputusan klinik disisi luar
kolom partograf, atau buat catatan terpisah tentang kemajuan persalinan.
Cantumkan juga tanggal dan waktu saat membuat catatan persalinan.
Asuhan, pengamatan dan keputusan klinik mencakup :
o Jumlah cairan peroral yang di berikan.
o Keluhan sakit kepala atau penglihatan (pandangan) kabur.
o Konsultasi dengan penolong persalinan lainnya (dokter obsgyn,
bidan, dokter umum).
o Persiapan sebelum melakukan rujukan.
o Upaya rujukan.

Pencatatan pada lembar belakang partograf :


Halaman belakang partograf merupakan bagian untuk mencatat hal – hal yang
terjadi selama proses persalinan dan kelahiran, serta tindakan – tindakan yang di
lakukan sejak pesalinan kala I hingga IV (termasuk bayi baru lahir). Itulah
sebabnya bagian ini di sebut sebagai catatn persalinan. Nilai dan catatkan asuhan
yang di berikan pada ibu dalam masa nifas terutama selama persalinan kala IV
untuk memungkinkan penolong persalinan mencegah terjadinya penyulit dan
membuat keputusan klinik yang sesuai. Dokumentasi ini sangat penting untuk
membuat keputusan klinik, terutamam pada pemantaun kala IV (mencegah
terjadinya perdarahan pasca persalinan). Selain itu, catatan persalinan (yang
sudah di isi dengan lengkap dan tepat) dapat pula di gunakan untuk menilai atau
memantau sejauh mana telah di lakukan pelaksanaan asuhan persalinan yang
bersih dan aman.
a. Memberikan dukuan persalinan
Memberi dukungan selama persalinan juga merupakan bentuk asuhan
sayang ibu, yang termasuk didalamnya adalah :
- Memberi dukungan emosional
- Membantu pengaturan posisi
- Memberikan nutrisi dan cairan
- Memberikan kelaluasaan untuk eliminasi
- Pencegahan infeks
Lima kebutuhan seorang wanita dalam persalinan adalah :
o Asuahan psikologis dan fisik
o Kehadiran seorang pendamp[ing teru menerus
o Pengurangan rasa sakit
o Penerimaan atas sikap dan perilakunya
o Informasi dan kepastian tentang hasil pesalinan yang normal.

b. Pengurangan rasa sakit


Mempunyai beberapa keuntungan yaitu :
o Sederhana
o Efektif
o Biayanya rendah
o Membantu kemajuan persalinan
o Hasil kelahiran bertambah baik
o Bersifat saying ibu
Beberapa teknik dukungan utnuk mengurangi rasa sakit adalah :
o Kehadiran pendamping yang terus menerus
o Sentuhan yang nyaman
o Dorongan dari keluarga
o Pijatan
o Pijatan ganda pada pinggul
o Penekanan pada lutut.
o Kompres hangat dan kompres dingin
o Berendam
o Pengeluaran suaravisualisasi dan pendekatan
o Adanya music
o Counterpressure untuk mengurangi tegangan pada ligament
sacroiliaca

Pendekatan-pendekatan untuk mengurangi rasa sakit menurut Varney’s


midwifery adalah :
o Adanya seseorang yang dapat mendukung selama persalinan
o Pengaturan posisi
o Relaksasi dan latihan pernapasan.
o Istirahat dan privasi
o Penjelasan mengenai proses/kemajuan/prosedur yang akan
dilakukan
o Asuhan dini
o Sentuhan

c. Asuhan kala II
Menurut depkes RI (2008) asuhan persalinan normal (58 langkah) adalah
sebagai berikut:
1) Mengamati tanda dan gejala kala II
a) Ibu mempunyai keinginan untuk meneran.
b) Ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat pada rectum dan
atau vaginanya.
c) Perineum menonjol.
d) Vulva, vagina dan spingter anal membuka.
2) Menyiapkan pertongan persalianan
a) Memastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat – obatan esensial
untuk menolong persalinan dan menatalaksana komplikasi ibu dan
bayi baru lahir. Untuk asfiksia → tempat dan datar dan keras, 2 kain
dan 1 handuk bersih dan kering, lampu sorot 60 watt dengan jarak 60
cm dari tubuh bayi.
- Menggelar kain diatas perut ibu dan tempat resusitasi serta ganjal
bahu bayi.
- Menyiapkan antitoksin 10 unit dan alat suntik steril sekali pakai di
dalam partus set.
b) Memakai celemek plastic
Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang di pakai, cuci
tangan dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian keringkan
tangan dengan tisu atau handuk pribadi yang bersih dan kering.
c) Memakai sarung tangan DTT pada tahun yang akan di gunakan untuk
periksa dalam.
d) Memasukkan oksitosin ke dalam tabung suntik (gunakan tangan yang
memakai sarung tangan DTT dan steril, pastikan tidak terjadi
kontaminasi pada alt suntik).
3) Memastikan pembukaan lengkap dan keadaan janin baik
a) Membesihkan vulva dan perineum, dengan hati – hati dari depan ke
belakang dengan menggunakan kapas atau kassa yang di basahi air
DTT.
- Jika introitus vagina, perineum atau anus terkontaminasi tinja,
bersihkan dengan seksama dari arah depan kebelakang.
- Bungkus kapas atau kasa pembersih ( terkontaminasi ) dalam
wada yang tersedia.
- Ganti sarung tangan jika terkontaminasi ( dekontaminasi, lepaskan
dan rendam dalam larutan klorin, 0,5 % → langkah #9 ).
b) Melakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan lengkap.
Bila selaput ketuban dalam pecah dan pembukaan sudah lengkap maka
lakukan amniotomi.
c) Dekontaminasi sarung tangan dengan cara menyelupkan tangan yang
masih menggunakan sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5 %
kemudian lepaskan dan rendam dalam keadaan terbalik dalam larutan
0,5 % selama 10 menit. Cuci kedua tangan setelah sarung tangan di
lepaskan.
d) Memeriksa DJJ setelah kontraksi atau saat relaksasi uterus untuk
memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (120 – 160 x/menit).
- Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal.
- Mendokumentasikan hasil hasil pemeriksaan dalam, DJJ dan
semua hasil-hasil penilaian serta asuhan lainnya pada partograf.
4) Menyiapkan ibu dan keluarga untuk membantu proses pimpinan meneran.
a) Memberitahukan bahwa pembukaan sudah lengkap an keadaan janin
baik dan bantu ibu dalam menemukan posisi yang nyaman dan sesuai
dengan keinginannya.
- Tunggu hingga timbul rasa ingin meneran, lanjutkan pemantauan
kondisi dan kenyamanan ibu dan janin (ikuti pedoman
penatalaksanaan fase aktif) da dokumentasika semua temuan yang
ada.
- Jelaskan pada anggota keluarga tentang bagaimana pern mereka
untuk mendukung dan member semanat pada ibu untuk meneran
secara benar.
b) Meminta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran (bila ada
rasa ingin meneran dan terjadi kontraksi yang kuat, dan ibu ke posisi
setengah duduk atau posisisi lain yang di inginkan dan pastikan ibu
merasa nyaman).
c) Melaksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ada dorongan
kuat untuk meneran :
- Membimbing ibu agar dapat meneran seara benar dan efektif.
- Mendukung dan beri semangat pada saat meneran dan perbaiki
cara meneran apabila caranya tidak sesuai
- Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesui pilihannya (
kecuali posisi berbaring, terlentang dalam waktu yang lama ).
- Menganjurkan ibu untuk istirahat di antara kontraksi.
- Menganjurkan keluarga member dukunga dan semangat untuk ibu
- Memberikan cukup asupan cairan peroral ( minum).
- Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai.
- Segera rujuk jika bayi belum atau tidak akan segera lahir setelah
120 menit (2 jam) menean (primigravida) atau 60 menit ( 1 jam)
meneran (multigravida).
d) Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau me gambil possisi
yang nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran
dalam 60 menit.
5) Menyiapkan pertongan kelahiran bayi
a) Meletakkan handuk bersih (untuk meneringkan bayi ) di perut ibu,
jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm.
b) Meletakkan kain bersih yang di lipat 1/3 bagian di bawah bokong ibu.
c) Membuka tutup parus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat
dan bahan.
d) Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.
e) Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka vulva
maka lindungi perinem dengan 1 tanagan yang di lapisi dengan kain
bersih dan kering. Tangan yang lain menahahn kepala bayi untuk
menahan posisi defleksi dan membantu lahirnya kepal. Anjurkan ibu
untuk meneran perlahan atau bernafas cepat dan dangkal.
f) Memeriksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil tindakan
yang sesui jika hal itu terjadi, dan segera lanjutkan proses kelahiran
bayi.
- Jika tali pusat meliliti leher secara longgar, lepaskan lewat
bagian atas kepala bayi.
- Jika tali pusat meliliti leher secara kuat, klem tali pusat di dua
tempat dan potong di antara 2 klem tersebut.
g) Menunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan.
h) Melahirkan bahu
Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara
bipareintal. Anjurkan ibu untuk meneran saat berkontraksi. Dengan
lenbut gerakan kepala ke arah bawah dan distal hingga bahu depan
muncul di bawah arkus pubis dan kemudian gerakan arah atas dan
distal untuk melahirkan bahu belakang.
i) Melahirkan badan dan tungkai
- Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah kea rah perineum
ibu untuk menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah bawah.
Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang lengan
dan siku sebelah atas.
- Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut
ke punggung, bokong, tungkai dan kaki. Pegang kedua mata kaki
(masukan telunjuk antara kaki dan pegang masing – masing mata
kaki dengan ibu jari dan jari – jari lainnya).
6) Penanganan bayi baru lahir
a) Melakukan penilaian ( sepintas ) :
- Apakah bayi menangis kuat dan atau bernafas tanpa kesulitan ?
- Apakah bayi bergerak dengan aktif ?
b) Mengeringkan tubuh bayi
Mengeringkan bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian tubuh lainnya
kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk
basah dengan handuk atau kain yang kering. Biarkan bayi di atas perut
ibu.
c) Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi
dalam uterus (janin tunggal).
d) Member ibu bahwa ia akan di suntik oksitosin agar uterus berkontraksi
baik.
e) Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikan oksitosi 10 unit im
(intra muskuler) di 1/3 paha atas bagian distal laterl (lakukan aspirasi
sebelum menyuntikan oksitosin).
f) Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-kira
3 cm dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan
jepit kembali tali pusat pada 2 cm distal dari klem pertama.
g) Memotong dan mengikat tali pusat.
- Dengan 1 tangan, pegang tali pusat yang telah di jepit (lindungi
perut bayi), dan lakukan pengguntingan tali pusat di antara 2 klem
tersebut.
- Mengikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi
kemudian melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya
denan simoul kunci pada sisi lainnya.
- Melepaskan klem dan masukkan dalam wadah yang telah di
sediakan.
h) Meletakkan bayi agar ada kontak kulit ibu ke kulit bayi.
Letakkan bayi tengkurap di dada ibu. Luruskan bahu bayi sehinng bayi
menempel di dada atau perut ibu. Usahakan kepala bayi berada di
antara payudara ibu dengan posisi lebih rendah dari putting payudara
ibu.
i) Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di kepala
bayi.
d. Asuhan kala III
Menurut depkes RI ( 2008 ) melekukan manajmen aktif kala III meliputi :
1. Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5 - 10 cm dari vulva.
2. Meletakkan 1 tangan diatas kain pada perut ibu, di tepi atas simfisis, untuk
mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali pusat.
3. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat kea rah bawah sambil tangan
yang lain mendorong uterus kearah belakang-atas (dorso-kranial) secara hati-hati
(untuk mencegah inversion uteri) jika plasenta tidal lahir setelah 30-40 detik,
hentikan penegangan tali pusat dan tunggu hingga timbul kontrksi berikutnya dan
ulangi prosedur di atas.
• Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu, suami atau anggota
keluarga untuk melekukan stimulasi putting susu.
4. Mengeluarkan plasenta
a) Melakukan penegangan dan dorongan dorso-kranial hingga plasenta
terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah
sejajar lantai dan kemudian kea rah atas, mengikuti poros jalan lahir (tetaplakukan
tekanan dorso-kranial).
ika tali pusat bertambah panjanng, pindahkan klem hingga berjarak sekitar 5-
10cm dari vulva dan lahirkan plasenta.
b) Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan kedua
tangan. Pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban terpilin kemudaian
lahirkan dan tempatkan plasenta pada wadah yang telah di sediakan.
c) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakuakan masase uterus,
letakkan telapak tangan di fundus dan lakukan masase dengan gerakan melingkar
dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus teraba keras).
5. Menilai perdarahan
a) Memeriksa kedua sisi plasenta baik bagian ibu maupun bayi dan pastikan
selaput ketuban lengkap dan utuh. Masukkan plasenta ke dalam kantong plastik
atau tempat khusus.
b) Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Lakukan
penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan.
Bila ada robekan yang menimbulkan perdarahan aktif, segera lakukan penjahitan.
6. Melakukan prosedur pasca persalinan
a) Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan
pervaginam.
b) Membiarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling
sedikit 1 jam.
Sebagian besar bayi akn berhasil melekukan insiasi menyusu dini dalam waktu
30-60 menit. Menyusu pertama basanya berlangsung sekitar 10-15 menit. Bayi
cukup menyusu dari satu payudara.
Biarkan bayi berada di dada ibu selama 1 jam walaupun bayi sudah berhasil
menyusu.
c) Setelah 1 jam, lakukan penimbangan atau pengukuran bayi, beri tetes mata
anti biotic profilaksis, dan vitamin K1, 1 mg im dip aha kiri anterolateral.
d) Setelah 1 jam pemberian vit. K1, berikan suntikan imunisasi Hepatitis B
dipaha kana anterolateral.
e) Meletakkan bayi di dalam jangkauan ibu agar sewaktu waktu bias di
susukan. Letakkan kembali bayi pada dada ibu bila bayi beleum berhasil menyusu
di dalam 1 jam pertama dan biarkan sampai bayi berhasil menyusu.

7. Evaluasi
a) Melanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perarahan pervahinam.
2 sampai 3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan.
Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pasca persalinan.
Setiap 20-30 menit pada jam kedua pasca persalinan.
Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, melakukan s=asuhan yang sesuai
untuk menatalaksana atonia uteri.
b) Mengajarkan ibu atau keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai
kontraksi.
c) Evaluasi dan estimasi jmlah kehilangan darah.
d) Memeriksa nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1
jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 mnit selama jam ke-2 pasca persalian.
Memeriksa temperature tubuh ibu sekali setiap jam selema 2 jam pertrama
pasca persalinan.
Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal.
e) Memeriksa kembali bayi untuk pastikan bahwa bayi bernafas dengan baik
(40-60 x/menit) serta suhu tubuh normal ( 36,5-37,5 ).

8. Kebersihan dan keamanan


a) Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk
dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah di dkontaminasi.
b) Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang
sesuai.
c) Membersihkan ibu dengan menggunakan air DTT. Bersihkan sisa cairan
ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering.
d) Memastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan ASI. Anjurkan
keluarga unntuk member ibu minuman dan makanan yang di inginkannya.
e) Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klotin 0,5 %.
f) Celupkan kain tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%. balikkan bagian
dalam ke luar dan rendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
g) Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air yang mengalir.
9. Dokumentasi
Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang), periksa tanda vital dan asuhan
kala IV.
e. Asuhan kala IV
Menurut depkes RI (2008) pemantauan pada kala IV meliputi :
1. 1 jam pertama setip 15 menit yang di nilai yaitu :
Tekanan darah
Nadi
Suhu
Tinggi fundus uteri
Kontraksi uterus
Kandungan kemih
Perdarahan
2. 1 jam kedua setiap 30 menit yang di nilai yaitu :
Tekanan darah
Nadi
Suhu
Tinggi fundus uteri
Kontraksi uterus
Kandungan kemih
Perdarahan

1. Inisiasi Menyusu Dini


Inisiasi Menyusu Dini adalah proses bayi menyusu segera setelah
dilahirkan, di mana bayi dibiarkan mencari puting susu ibunya sendiri (tidak
disodorkan ke puting susu).
Inisiasi Menyusu Dini akan sangat membantu dalam keberlangsungan
pemberian ASI eksklusif (ASI saja) dan lama menyusui. Dengan demikian, bayi
akan terpenuhi kebutuhannya hingga usia 2 tahun, dan mencegah anak kurang
gizi.
Dalam istilah lain inisiasi menyusu dini juga disebut sebagai proses Breast
Crawl. Dalam sebuah publikasi oleh breastcrawl.org yang berjdul Breast Crawl: A
Scientific Overview, ada beberapa hal yang menyebabkan bayi mampu
menemukan sendiri puting ibunya dan mulai menyusui.
a. Sensor Inputs: terdiri dari indra penciuman (bayi sensitif terhadap bau
khas ibunya setelah melahirkan), indra penglihatan (karena bayi baru dapat
melihat pola hitam dan putih, bayi akan mengenali puting dan wilayah aerola
payudara ibunya karena warnanya gelap), indra pengecap (bayi mampu
merasakan cairan amniotik yang melekat pada jari-jari tangannya sehingga iya
suka menjilati jarinya sendiri saat baru lahir), indra pendengaran (sejak dalam
kandungan ia paling mengenal suara ibunya), dan indra perasa (dilakukan melalui
sentuhan kulit ke kulit. Ini adalah sensasi pertama antara ibu dan bayi yang
memberi kehangatan dan rangsangan lainnya).
b. Central component: otak bayi yang baru lahir sudah siap untuk segera
mengeksplorasi lingkungannya, dan lingkungan yang paling dikenalnya adalah
tubuh ibunya. Rangsangan ini harus segara dilakukan karena kalau terlalu lama
dibiarkan, bayi akan kehilangan kemampuan ini. Inilah yang menyebabkan bayi
yang langsung dipisah dari ibunya akan lebih sering menangis daripada bayi yang
langsung ditempelkan ke tubuh ibunya.
c. Motor outputs: gerak bayi yang merangkak diatas tubuh ibunya adalah
gerak yang paling alamiah yang dapat dilakukan bayi setelah lahir. Selain
berusaha mencapai puting ibunya, gerakan ini juga memberi banyak manfaat
untuk sang ibu, misalnya mendorong pelepasan plasenta dan mengurangi
perdarahan pada rahim.

Langkah Inisiasi Menyusu Dini (IMD)


1. Bayi harus mendapatkan kontak kulit dengan kulit ibunya segera setelah
lahir selama paling sedikit satu jam.
2. Bayi harus menggunakan naluri alamiahnya untuk melakukan inisiasi
menyusu dini dan ibu dapat mengenali bayinya siap untuk menyusu serta
memberi bantuan jika diperlukan.
3. Menunda semua prosedur lainnya yang harus dilakukan kepada bayi baru
lahir hingga inisiasi menyusu dini selesai dilakukan, prosedur tersebut seperti;
menimbang, pemberian antibiotika salep mata, vitamin K dan lain-lain.
Prinsip menyusu/pemberian ASI adalah dimulai sedini mungkin dan
secara ekslusif. Segera setalah bayi lahir dan tali pusat diikat, letakkan bayi
tengkurap di dada ibu dengan kulit bayi bersentuhan langsung ke kulit ibu.
Biarkan kontak kulit ke kulit ini berlangsung setidaknya 1 jam atau lebih, bahkan
sampai bayi dapat menyusu sendiri. Bayi diberi topi dan diselimuti. Ayah atau
keluarga dapat member dukungan dan membantu ibu selama proses ini. Ibu diberi
dukungan untuk mengenali saat bayi siap untk menyusu, menolong bayi bila
diperlukan.

2. Keuntungan Inisiasi Menyusu Dini untuk Ibu dan Bayi


Keuntungan kontak kulit dengan kulit untuk bayi
• Optimalisasi fungsi hormonal ibu dan bayi
• Kontak kulit ke kulit dan IMD akan:
- Menstabilkan pernapasan
- Mengendalikan temperature tubuh bayi
- Memperbaiki/mempunyai pola tidur yang lebih baik
- Mendorong keterampilan bayi untuk menyusu yang lebih cepat dan efektif
- Meningkatkan kenaikan berat badan (bayi kembali ke berat lahirnya
dengan lebih cepat)
- Meningkatkan hubungan psikologis antara ibu dan bayi
- Bayi tidak terlalu banyak menangis selama satu jam pertama
- Menjaga kolonisasi kuman yang aman dari ibu dan mengeluarkan
mekonium lebih cepat, sehingga menurunkan kejadian ikterus BBL.
- Kadar gula dan parameter biokimia lain yang lebih baik selam beberapa
jam pertama hidupnya.

Keuntungan kontak kulit dengan kulit untuk ibu

Merangsang produksi oksitosin dan prolaktin pada ibu


• Oksitosin
- Menstimulasi kontraksi uterus dan menurunkan risiko perdarahan
pascapersalinan.
- Merangsang pengeluaran kolostrum dan meningkatkan produksi ASI.
- Keuntungan dan hubungan mutualistik ibu dan bayi.
- Ibu menjadi lebih tenang, fasilitas kelahiran plasenta dan pengalihan rasa
nyeri drai berbagai prosedur pasca persalinan lainnya.
• Prolaktin:
- Meningkatkan produksi ASI
- Membantu ibu mengatasi stress terhadap berbagai rasa kurang nyaman.
- Memberi efek relaksasi pada ibu setelah bayi selesai menyusu
- Menunda ovulasi

Keuntungan Inisiasi Menyusu Dini untuk Bayi:

• Makanan dengan kualitas dan kuantitas optimal. Mendapat kolostrum


segera, disesuaikan dengan kebutuhan bayi.
• Segera memberikan kekebalan pasif pada bayi. Kolostrum adalah
imunisasi pertama bagi bayi.
• Meningkatkan kecerdasan
• Membantu bayi mengkoordinasikan kemampuan hisap, telan, dan napas.
• Meningkatkan jalinan kasih sayang ibu-bayi.
• Mencegah kehilangan panas.

Memulai menyusu dini akan


• Mengurangi 22% kematian bayi berusia 28 hari ke bawah
• Meningkatkan keberhasilan menyusui secara ekslusif dan lamanya bayi
disusui
• Merangsang produksi ASI
• Memperkuat refleks menghisap bayi. Refleks menghisap awal pada bayi
paling kuat beberapa jam petama setelah lahir.

3. Langkah Inisiasi Menyusu Dini Dalam Asuhan Bayi Baru Lahir


Langkah 1 : Lahirkan, lakukan penilaian pada bayi, keringkan
1. Saat bayi lahir, catat waktu kelahiran.
2. Kemudian letakkan bayi pada perut ibu
3. Nilai bayi apakah diperlukan resusitasi atau tidak (2 detik)
4. Bila tidak perlu resusitasi, keringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala
dan bagian tubuh lainnya dengan halus tanpa membersihkan verniks. Verniks
akan membantu menghangatkan tubuh bayi. Setelah kering, selimuti bayi dengan
kain kering untuk menunggu 2 menit sebelum tali pusat di klem.
5. Hindari mengeringkan tangan bayi. Bau cairan amnion pada tangan bayi
juga membantunya mencari puting ibunya yang berbau sama.
6. Lendir cukup dilap dengan kain bersih. Penghisapan lendir di dalam mulut
atau hidung bayi dapat merusak selaput lendir dan meningkatkan risiko infeksi
pernafasan.
7. Periksa kembali uterus dengan memastikan tidak ada lagi bayi dalam
uterus (hamil tunggal) kemudian suntikkan Intramuskular 10 UI oksitosin pada
ibu. Jaga bayi tetap hangat.
Langkah 2 : Lakukan kontak kulit dengan kulit selama paling sedikit satu jam
1. Setelah tali pusat dipotong dan diikat, letakkan bayi tengkurap di dada Ibu.
Luruskan bahu bayi sehingga bayi menempel di dada ibu. Kepala bayi harus
berada di antara payudara ibu, tapi lebih rendah dari puting.
2. Kemudian selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di
kelapa bayi
3. Biarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling
sedikit satu jam. Mintalah ibu untuk memeluk dan membelai bayinya. Bila perlu
letakkan bantal di bawah kepala ibu untuk mempermudah kontak visual antar ibu
dan bayi. Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan Inisiasi Menyusu Dini
dalam waktu 30-60 menit.
4. Hindari membasuh atau menyeka payudara ibu sebelum bayi menyusui
5. Selama kontak kulit ke kulit tersebut, lanjutkan dengan langkah
Manajemen Aktif Kala 3 persalinan .
Langkah 3 : Biarkan bayi mencari dan menemukan puting susu dan mulai
menyusu
1. Biarkan bayi mencari dan menemukan puting mulai menyusu
2. Anjurkan ibu dan orang lainnya untuk tidak menginterupsi menyusu,
misalnya memindahkan bayi dari satu payudara ke payudara yang lainnya.
Menyusu pertama biasanya berlangsung sekitar 10-15 menit. Bayi cukup
menyusu dari satu payudara.
3. Menunda semua asuhan bayi baru lahir normal lainnya hingga bayi selasai
menyusu. Tunda memandikan bayi 6-24 jam setelah bayi lahir untuk mencegah
terjadinya hipotermi
4. Usahakan untuk tetap menempatkan ibu dan bayi di ruang bersalin hingga
bayi selesai menyusu
5. Segera setelah BBL selesai menghisap, bayi akan berhenti menelan dan
melepaskan puting. Bayi dan ibu merasa mengantuk. Bayi kemudian diselimuti
dengan kain bersih, lalu lakukan penimbangan dan pengukuran bayi, mengoleskan
salep antibiotika pada mata bayi dan memberikansuntikan vitamin K1.
a. Jika bayi belum melakukan Inisiasi Menyusu Dini dalam 1 jam, posisikan
bayi lebih dekat dengan puting ibu dan biarkan kontak kulit dengan kulit selama
30=6- menit berikutnya
b. Jika bayi masih belum melakukan Insisiasi Menyusu Dini dalam waktu 2
jam, pndahkan ibu ke ruang pemulihan dan bayi tetap di dada ibu, lanjutkan
asuhan BBL (pemberian antibiotika salep mata dan vitamin K1) dan kemudian
kembalikan bayi kepada ibu untuk menyusu
6. Kenakan pakaian pada bayi atau tetap diselimuti untuk menjaga
kehangatannya. Tetap tutup kepala dengan topi selama beberapa hari pertama.
Bila suatu saat kaki bayi terasa dingin saat disentuh, buka pakaiannya kemudian
telungkupkan kembali di dada ibu sampai bayi hangat kembali.
7. Satu jam kemudian, berikan bayi suntikan Hepatitis B pertama
8. Lalu tempatkan ibu dan bayi di ruangan yang sama. Letakkan kembali
bayi dekat dengan ibu sehingga mudah terjangkau dan bayi bisa menyusu sesering
keinginannya.
Lima urutan perilaku bayi saat menyusu pertama kali
Langkah Perilaku yang teramati Perkiraan waktu
1 Bayi beristirahat dan melihat 30 menit pertama
2 Bayi mulai mendecakkan bibir dan membawa jarinya ke mulut 30-60
menit setelah lahir dengan kontak kulit dengan kulit terus menerus tanpa terputus
3 Bayi mengeluarkan air liur
4 Bayi menendang, menggerakan kaki, bahu lengan, dan badannya ke arah
dada ibu dengan mengandalkan indra penciumannya
5 Bayi meletakkan mulutnya ke puting susu.

4. Pemberian ASI selanjutnya


Rangsangan isapan bayi pada putting susu ibu akan diteruskan oleh
serabut syaraf ke hipofise anterior untuk mengeluarkan hormone Prolaktin.
Hormon ini akan memacu payudara untuk menghasilkan ASI. Semakin sering
bayi mengisap putting susu akan semakin banyak prolaktin dan ASI dikeluarkan.
Pada hari-hari pertama kelahiran bayi, apabila pengisapan putting susu cukup
adekuat maka akan dihasilkan secara bertahap 10-100 mL ASI. Produksi ASI
akan optimal setelah 10-14 usia bayi. Bayi sehat akan mengkonsumsi 700-800 mL
ASI perhari (kisaran 600-1000 mL) untuk tumbuh kembang bayi.

Refleks Laktasi
Dimasa laktasi, terdapat 2 mekanisme reflek pada ibu yaitu reflex
Prolaktin dan reflex Oksitosin yang berperan dalam produksi ASI dan involusi
uterus (khususnya pada masa nifas).
Terdapat 3 jenis reflex laktasi pada bayi yaitu :
• Refleks mencari putting susu (rooting reflex)
Bayi baru lahir akan menoleh kea rah dimana terjadi sentuhan pada pipinya. Bayi
akan membuka mulutnya apabila bibirnya disentuh dan berusaha untuk mengsiap
benda yang disentuhkan tersebut.
• Refleks menghisap (sucking reflex)
Rangsangan putting susu pada langit-langit bayi akan menimbulkan reflex
menghisap. Isapan ini akan menyebabkan areola dan putting susu ibu tertekan
gusi, lidah dan langit-langit bayi, sehingga sinus laktiferus di bawah areola dan
ASI terpancar keluar.
• Refleks menelan (swallowing reflex)
Kumpulan ASI di dalam mulut bayi mendesak otot-otot di daerah mulut dan
faring untuk mengaktifkan reflex menelan dan mendorong ASI ke dalam lambung
bayi.
Jelaskan pada ibu dan keluarganya tentang manfaat kontak langsung ibu-
bayi dan anjurkan untuk menyususkan bayinya sesering mungkin untuk
merangsang produksi ASI sehingga mencukupi kebutuhan bayi itu sendiri (Enkin,
et, al, 2000). Yakinkan ibu dan keluarganya bahwa kolostrum adalah zat bergizi
dan mengandung semua unsure yang diperlukan bayi. Minta ibu untuk member
putting susu yang lainnya. Jelaskan pada ibu bahwa membatasi lama bayi
menyusu akan mengurangi jumlah nutrisi yang diterima bayi dan akan
menurunkan produksi susunya. Anjurkan ibu untuk bertanya mengenai cara
pemberian ASI dan kemudian beri jawaban lengkap dan jelas. Pesankan untuk
mencari pertolongan bila ada masalah dengan pemberian ASI.
Posisi Menyusui
Posisi bayi saat menyusu sangat menetukkan keberhasilan pemberian ASI
dan mencegah lecet putting susu. Pastikan ibu memeluk beyinya dengan benar.
Berikan bantuan dan dukungan jika ibu memerlukannya, terutama baru pertama
menyusus=I atau ibu sangat muda.
Posisi menyusui :
1. Ibu harus mencari posisi yang nyaman, biasanya duduk tegak di tempat
tidur atau kursi. Ibu harus merasa rileks.
2. Lengan ibu menopang kepala, leher dan seluruh badan bayi (kepala dan
tubuh berada pada satu garis lurus), muka bayi menghadap ke payudara ibu,
hiduung bayi di depan putting susu ibu. Posisi bayi harus sedemikian rupa
sehingga perut bayi menghadap ke perut ibu. Bayi seharusnya berbaring miring
dengan seluruh badannya menghadap ibu. Kepalanya harus sejajar dengan
tubuhnya, tidak melengkung ke belakang ataupun menyamping, telinga, bahu dan
panggul bayi berada dalam satu garis lurus.
3. Ibu mendekatkan bayinya ke tubuhnya (muka bayi ke payudara ibu) dan
mengamati bayi siap menyusui membuka mulut, bergerak mencari dan menoleh.
Bayi harus berada di dekat payudara ibu dan ibu tidak harus mencondongkan
tubuhnya dan bayi tidak meregangkan leher untuk mencapai putting susu ibu.
4. Ibu menyentuhkan putting susunya ke bibir bayi, menunggu hingga mulut
bayi terbuka lebar kemudian mengarahkan mulut bayi ke putting susu ibu
sehingga bibir bayi dapat menangkap putting susu tersebut. Ibu memegang
payudara dengan satu tangan dengan cara meletakkan empat jarinya dibagian
bawah payudara dan ibu jari di atas. Ibu jari dan telunjuk harus membentuk huruf
“C”. Semua ibu jari tidak boleh terlalu dekat dengan areola.
5. Sentuhkan puting ke bibir bawah bayi. Tunggu hingga bayi membuka
mulutnya lebar-lebar, lalu cepat masukkan putting susu ke tengah mulut bayi, di
atas lidahnya dan bawa bayi kearah ibu. Bawa bayi kea rah ibu dan bukan
mencondongkan tubuh kearah bayi karena membawa bayi kea rah ibu akan
memastikan posisi menyusui yang benarm perlekatan yang tepat dan posisi yang
nyaman untuk ibu. Cara ini harus dicoba hingga urutan dan perlekatannya benar
agar bayi tidak merasa putus asa dan timbul masalah pada puting.
6. Pastikan bahwa sebagian besar areola masuk ke dalam mulut bayi. Dagu
bayi rapat ke payudara ibu dan hidungnya menyentuh bagian atas payudara. Bibir
bawah bayi melengkung ke luar.
Kelekatan yang baik

Kelekatan yang salah

Tanda-tanda posisi bayi menyusu dengan baik :


• Dagu menyentuh payudara ibu
• Mulut terbuka lebar
• Hidung bayi mendekati dan kadang-kadang menyentuh payudara ibu
• Mulut bayi mencakup sebanyak mungkin areola (tidak hanya putting saja),
lingkar areola atas terlihat lebih banyak dibandingkan lingkar areola bawah.
• Lidah bayi menopang putting dan areola bagian bawah
• Bibir bawah bayi melengkung keluar.
• Bayi mengisap kuat dan dalam secara perlahan dan kadang-kadang disertai
dengan berhenti sesaat.

Posisi menyusui yang diuraikan di atas adalah posisi dimana ibu telah
memiliki kemampuan untuk duduk dan melakukan mobilisasi secukupnya. Masih
ada beberapa posisi alternatif lain yang disesuaikan dengan kemampuan ibu
setelah melahirkan anaknya, misalnya posisi berbaring terlentang, miring kiri atau
miring kanan, dsb. Posisi ibu berbaring terlentang dan setengah duduk mungkin
lebih sesuai untuk pemberian ASI dini.

Bayi menyusu dan kontak kulit (ibu dalam posisi berbaring)

Bayi menyusu dan kontak kulit (ibu dalam posisi setengah duduk)

Menyusukan bayi dan kontak kulit (ibu dalam posisi duduk)

5. Perawatan Payudara
Jelaskan pada ibu bagaimana merawat payudaranya:
• Atur ulang posisi menyusui jika bayi mengaiami kesulitan untuk mendapat
cukup ASI, Jika posisi bayi terhadap p.ayudara tidak sesuai m'aka kecukupan
nutrisi bayi tidak terjamin dan puting susu ibu mungkin mengaiami trauma. Ingat
bahwa ibu harus duduk atau berbaring dalam posisi yang nyaraan dan bayi berada
di dekatnya. Ibu tidak boleh mencondongkan tubuh ke arah bayi saat menyusui,
tapi ibu harus dapat membawa bayi ke arahnya. Harus disediakau atau guriakan
beberapa bantal untuk membantu ibu menopang bayinya atau letakkan bayi
diatasnya agar tinggi posisi bayi sesuai.
• Minta ibu untuk memastikan bahwa puting susunya tetap bersih dan
kering. Anjurkan ibu untuk mengeringkan payudaranya setelah menyusukan bayi.
Kcringkan puting tanpa menggunakan kain atau handuk karena akan mengiritasi
kulit. Untuk mencegah retak dan lecet, ajarkan ibu untuk mengeluarkan sedikit
ASInya kemudian dioleskan ke puting susunya, Keringkan dulu (diangin-
anginkan) puting susu ibu sebelum mengenakan pakaiari.
• Yakinkan bahwa puting susu lecet dan retak, bukan mempakan hal yang
berbahaya dan tidak menghalangi ibu untuk terns menyusukan bayinya. Jika
puting susu ibu lecet dan retak, amati cara ibu menyusukan bayinya karena cara
yang salah dapat rnenimbulkan hal tersebut. Minta ibu melakukan perawatan
payudara seperti yang diuraikan pada butir 2 di atas.
• Bersama ibu dan keluarganya, jelaskan cara rnengkaji gejala dan tanda
tersumbatnya saluran ASI atau mastitis. Bila hal tersebut terjadi maka anjurkan
ibu untuk mencari pertolongan segera tetapi tetap meneruskan penlberian ASI.
Jelaskan mungkin ia mengaiami masalah dengan payudaranya apabila tampak
gejaia atau tanda berikut ini:
- Bintik atau garis merah atau panas pada salah satu atau kedua payudara
- Gumpalan atau pembengkakan yang terasa nyeri.
- Demam(suhu lebih dari 38°C)
Jika payudara terasa membengkak dan keras, anjurkan ibu untuk
menggunakan daun kol. Bilas daun kol dan buang batangnya dengan pisau. Buat
lubang untuk puting. Tutupi payudara dengan daun kol tersebut sebelum
menggunakan BH, Ganti daun kol setiap empat jam hingga payudara terasa
riyaman. Jika payudara terlalu .keras dan bayi kesulitan untuk melekat di
payudara, keluarkan sedikit ASI supaya payudara tidak terlalu penuh dan bayi
bisa melekat dengan benar. Lanjutkan pemberian ASI.

6. Manajemen Laktasi
Tugas utama bidan terkait dengan manajemen laktasi adalah :
• Memberdayakan ibu untuk melakukan perawatan payudara, cara
menyusui, merawat bayi, merawat tali pusat dan memadan bantu ibu memandikan
bayi
• Mengatasi masalah laktasi tapi besarkan hati ibu dan bantu ibu mencari
posisi yang sesuai dan meletakkan bayinya dalam posisi yang nyaman dan benar
• Memantau keadaan ibu dan bayi
• Jangan berikan cairan atau makanan kepada bayi baru lahir kecuali ada
instruksi dari dokter
• Jangan berikan dot kepada bayi karena akan membuat bayi bingung
antaran puting dan dot

Kegiatan manajemen laktasi


Masa antenatal
• KIE manfaat dan keunggulan ASI
• Meyankinkan ibu untuk menyusukan anaknya
• Melakukan pemeriksaan kesehatan, kehamilan, dan payudara
• Memantau kecukupan gizi ibu hamil
• Menciptakan suasana bahagia bagi keluarga terkait dengan kehamilan ibu
Segera setelah bayi lahir
• Memberikan ASI dini (kontak kulit dengan kulit selama satu jam pertama
setelah lahir) dan persentuhan ibu-bayi
• Membina ikatan emosional dan kehangatan ibu-bayi
• Jangan berikan cairan atau makanan kepada bayi
• Biarkan ibu dan bayi bersama selama satu jam pertama dan setelah asuhan
rutin BBL
Masa neonatal
• Menjamin pelaksanaan ASI eksklusif
• Rawat gabung ibu-bayi
• Jaminan asupan ASI setiap bayi membutuhkan (on demand)
• Melaksanakan cara menyusui yang benar
• Upaya tetap mendapat ASI jika ibu dan bayi tidak selalu bersama
• Vitamin A dosis tinggi (20.000 SI) bagi ibu nifas
• Bimbing ibu untuk mengenali tanda jika bayi sudah mendapatkan ASI
yang cukup (bayi buang air kecil 6 kali sehari atau lebih)
• Anjurkan ibu untuk beristirahat, makan dan minum bagi diri dan bayinya
• Rujuk kepada konselor ASI jika ibu mengalami masalah menyusui
Masa menyusui selanjutnya
• Pemenuhan ASI eksklusif dalam 6 bulan pertama
• MP-ASI (makanan pendamping dan ASI) untuk 6 bulan kedua
• Memantau kecukupan gizi dan memberi cukup waktu istirahat bagi ibu
menyusui
• Mmeperoleh dukungan suami untuk menunjang keberhasilan ASI
eksklusif
• Mengatasi masalah menyusui

Anda mungkin juga menyukai