Anda di halaman 1dari 4

PEMBAHASAN

1. STA 1

Pada STA 1 ini ditempuh dengan berjalan kaki dari tempat


pemberhentian bus sekitar 10 menit melewati perumahan. STA ini berada di
daerah watu kelir. Dimana pada STA ini memiliki bentuklahan fluvial dengan
morfologi tebing air terjun kecil. STA 1 ini diperkirakan memiliki dimensi
sekitar (5x13)m

Pada STA ini saat diamati pada bagian atasnya terlihat betukan singkapan
yang memiliki bentuk seperti bantal dan guling berwarna hitam gelap.
Sehingga diketahui bahwa singkapan tersebut merupakan singkapan pillow
lava yang merupakan jenis batuan beku non fragmental, Dimana pada bagian
bantalnya tersebut terlihat pula bentukan rekahan melingkar, dimana
diinterpretasikan itu adalah struktur radial yang membentuk pola bantal pada
singkapan ini. Setelah diamati secara lebih dekat dan secara makroskopis,
diketahui singkapan ini litologinya memiliki ukuran butir yang halus,
granularitas nya equiranular (afanitik), kristalinitas holokristlain dan batas
antar kritalnya euhedral. Selain itu berdasarkan kenampakannya yang
berwarna hitam gelap diinterpretasikan batuan ini memiliki tersusun oleh
mafik. Selain itu pada bagian bawa dari singkapan ini terdapat pula litologi
lainnya yang memiliki kenampakan berwarna merah dan saat diamati lebih
dekat secara megaskopis terlihat pada singkapan tersebut adanya perselingan
batulempung merah dengan rijang. Dimana pada batulempung merahnya
memiliki kenampakan ukuran butir yang sangat halus, yaitu <1/256 mm
( Wentworth,1922). sedangkan pada rijangnya memiliki kenampakan warna
lebih pekat merahnya daripada lempung merah dan butirannya lebih kesat saat
dipegang. Setelah itu pada bagian bawah singkapan ini lagi, yang mana pada
bagian sungainya terdapat singkapan lainnya. Singkapan tersebut saat diamati
lebih dekat lagi pada komposisinya terlihat ada bagian yang berwarna merah
marun gelap seperti warna rijang. Komposisi tersebut ada mineral garnet. Dari
hal tersebut diketahui bawha singkapan tersebut merupakan singkapan
metamorf.

Berdasarkan hasil pengamatan mengenai litologi yang ada di STA ini


dapat diinterpretasikan bahwa litologi penyusunnya merupakan litologi yang
terbentuk dari lantai samudra. Hal ini didaasarkan pada pembentukan
masing-masing litologinya. Dimulai dari pillow lava, dimana pada pillow lava
yang membentuk pola bantal ini diinterpretasikan hanya dapat terbentuk
didaerah lantai samudra, karena untuk membentuk pola seberti itu maka
magma yang keluar dari perut bumi harus kontak langsung dengan air pada
tekanan yang tinggi, dan daerah yang memiliki tekanan yang tinggi itu berada
didaerah laut dalam. Setelah itu pada perlapisan rijang dengan lempung merah.
Rijang diketahui terbentuk dari jasad organik ladiorallia dimana organisme ini
hanya akan hidup didaerah laut dalam. Dan untuk keberadaan lava bantal
dengan perlapisan rijang dengan lempung merah ini masih belum bisa
diidentifikasi yang mana bagian bawah dan yang mana bagian atas. Karena
dua kemungkinan bisa terjadi, dimana telah terendapkan dahulu lapisan
perlapisan rijang lalu muncul laa bantal atau lava bantal telah terbentuk
kemudian diatasnya terbentuk dan terendapkan perlapisan rijang tersebut. Dan
sementara untuk batuan metamorf yang berada dibawah tersebut karena ia
mengandung mineral garnet yang merupakan mineral penciri suhu dan
tekanan tinggi yaitu pada fassies ekologit maka dapat diinterpretasika bahwa
batuan metamorf tersebut terbentuk di bagian dalam kerak bumi dan hampir
pada mantel bumi.
Magma

Merekah Merekah
Ilustrasi pembentukan lava bantal dan perlapisan lemung merah dengan rijang

2. STA 2

Pada STA 2 ini ditempuh dengan menggunakan bus sekitar 8 menit


menuju kearah selatan dari STA 1. STA ini berada di pinggir jalan. Dimana
pada STA ini memiliki bentuklahan denudasional dengan morfologi tebing .
STA 2 ini diperkirakan memiliki dimensi sekitar (7x10)m

Pada STA ini saat diamati terlihat memiliki kenampakan berwarna gelap,
yaitu hijau kehitaman. Dan setelah diamati lebih dekat lagi secara megaskopis
apat terlihat pada batuan ini seperti memiliki serabut namun tidak begitu jelas.
Dimana berdasarkan kenampakan awalnya tersebut dapat diketahui bahwa
batuan ini adalah batuan metamorf. Setelah itu saat dideskripsi lagi
diinterpretasikan litologinya memiliki ketahanan terhadap kristalnya relict.
Hal ini berdasarkan masih terlihatnya mineral yang berwarna hijau gelap yang
diindikasikan sebagai mineral piroksen. Selain itu saat dilihat lagi bentukan
kristalnya secara megaskopis seperti membentuk pola lepidoblastik dengan
ukuran kristalnya yang halus dan batas antar kristal hipidiomorf. Setelah itu
pada batuan dari singkapan nya tidak terlihat adanya penjajaran mineral
sehingga diketahui batuan ini masih memiliki struktur non foliasi. Pada
litologinya ini berdasarkan kenampakan megaskopisnya dapat terlihat
komposisinya yang memiliki ciri berwarna hijau gelap, memiliki kilap kaca,
tingkat kekerasan 5-6 Skala Mohs, dan tidak tembus cahaya. Sehingga dapat
diinterpretasikan bahwa mineral tersebut adalah piroksen. Selain itu terdapat
pula mineral dengan kenampakan warna hijau namun lebih muda, kilapnya
cahaya dan kekerasannya 5,5-6 Skala Mohs. Mineral tersebut adalah mineral
olivin.

Berdasarkan hasil pengamatan mengenai litologi yang ada di STA ini


karena litologinya memiliki komposisi mineral mafik seperti serpentin dan
olivin maka dapat diinterpretasikan bahwa magma yang membentuknya
bersifat basa. Dimana magma basa tersebut akan banyak mengandung Fe dan
Mg. Dan karena pada litologinya terlihat sudah adanya perubahan menjadi
bentukan serabut maka diinterpretasikan bahwa singkapan ini dulunya
terbentuk didaerah lantai samudera. Dimana saat terjadi perekahan lempeng
samudera yang mengeluarkan magma bersifat basa maka suhu air
disekitarannya akan menjadi panas. Dan batuan yang telah ada di lantai
samudera sebelumnya yang berupa batuan yang bersifat basa seperti peridotit
yang ada di kerak benua akan mengalami pemanasan akibat air tersebut dan ia
akan mengalami kenaikan temperatur. Dan akibat adanya kenaikan temperatur
tingkat tinggi tersebut maka struktur, tekstur dan komposisi mineralnya akan
terubahkan. Namun perubahan mineralnya bersifat isokimia. Dan karena pada
kenampakan megaskopisnya masih terlihat mineral piroksen sebagai
mineralasalnya maka dapat diinterpretasikan bahwa proses metamorfisme
yang dialami batuan ini belum begitu intens sehingga ia masih menyisahkan
sisa batuan asalnya. Dan berdasarkan proses serta strukturnya yang tidak
adanya penjajaran mineal maka dapat diinterpretasikan bahwa singkapan ini
terbentuk secara kontak.

Anda mungkin juga menyukai