Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

PATIENT SAFETY

Disusun oleh :

Nama : M. Agung Juhardi

Nim : 1084161012

Mata kuliah : PATIENT SAFETY

PROGRAM STUDI D-IV TEKNIK ELEKTROMEDIK

FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS MOHAMMAD HUSNI


THAMRIN JAKARTA
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Keamanan dan keselamatan pasien merupakan hal mendasar yang


perlu diperhatikan oleh tenaga medis saat memberikan pelayanan kesehatan
kepada pasien. Keselamatan pasien adalah suatu sistem dimana rumah sakit
memberikan asuhan kepada pasien secara aman serta mencegah terjadinya
cidera akibat kesalahan karena melaksanakan suatu tindakan atau tidak
melaksanakan suatu tindakan yang seharusnya diambil. Sistem tersebut
meliputi pengenalan resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang
berhubungan dengan resiko pasien, pelaporan dan analisis insiden,
kemampuan belajar dari insiden, tindak lanjut dan implementasi solusi untuk
meminimalkan resiko (Depkes 2008).
Setiap tindakan pelayanan kesehatan yang diberikan kepada
pasien sudah sepatutnya memberi dampak positif dan tidak memberikan
kerugian bagi pasien. Oleh karena itu, rumah sakit harus memiliki standar
tertentu dalam memberikan pelayanan kepada pasien. Standar tersebut
bertujuan untuk melindungi hak pasien dalam menerima pelayanan
kesehatan yang baik serta sebagai pedoman bagi tenaga kesehatan
dalam memberikan asuhan kepada pasien. Selain itu, keselamatan pasien juga
tertuang dalam undang-undang kesehatan. Terdapat beberapa pasal
dalam undang-undang kesehatan yang membahas secara rinci mengenai
hak dan keselamatan pasien.
Keselamatan pasien adalah hal terpenting yang perlu diperhatikan oleh
setiap petugas medis yang terlibat dalam memberikan pelayanan kesehatan
kepada pasien. Tindakan pelayanan, peralatan kesehatan, dan lingkungan
sekitar pasien sudah seharusnya menunjang keselamatan serta
kesembuhan dari pasien tersebut. Oleh karena itu, tenaga medis harus
memiliki pengetahuan mengenai hak pasien serta mengetahui secara luas dan
teliti tindakan pelayanan yang dapat menjaga keselamatan diri pasien.

1.2 TUJUAN

1. Untuk mengetahui pengertian dari patient safety.


2. Untuk mengetahui standar keselamatan pasien rumah sakit.
3. Untuk mengetahui .tujuan dari patien safety
4. Untuk mengetahui langkah-langkah menuju patient safety

1.3 MANFAAT

1. Mampu memahami pengertian dari patient safety.


2. Mampu memahami standar keselamatan pasien rumah sakit.
3. Mampu memahami tujuan dari patien safety
4. Mampu memahami langkah-langkah menuju patient safety

PEMBAHASAN

2.1 PATIENT SAFETY DAN CLINICAL RISK MANAGEMENT

Menurut penjelasan Pasal 43 UU Kesehatan No. 36 tahun 2009 yang dimaksud


dengan keselamatan pasien (patient safety) adalah proses dalam suatu rumah
sakit yang memberikan pelayanan kepada pasien secara aman termasuk
didalamnya pengkajian mengenai resiko, identifikasi, manajemen resiko
terhadap pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan untuk
belajar dan menindaklanjuti insiden, dan menerapkan solusi untuk mengurangi
serta meminimalisir timbulnya risiko. Yang dimaksud dengan insiden
keselamatan pasien adalah keselamatan medis (medical errors), kejadian yang
tidak diharapkan (adverse event), dan nyaris terjadi (near miss).
Menurut Institute of Medicine (IOM), Patient Safety didefinisikan sebagai
freedom from accidental injury. Accidental injury disebabkan karena error
yang meliputi kegagalan suatu perencanaan atau memakai rencana yang salah
dalam mencapai tujuan. Accidental injury juga akibat dari melaksanakan suatu
tindakan (commission) atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil
(omission). Accidental injury dalam prakteknya berupa kejadian tidak
diinginkan atau hampir terjadi kejadian tidak diinginkan (near miss). Near miss
ini dapat disebabkan karena:
1. Keberuntungan
Contoh : pasien menerima suatu obat kontra indikasi, tetapi tidak timbul
reaksi obat.
2. Pencegahan
Contoh : suatu obat dengan overdosis lethal akan diberikan, tetapi staf
lain mengetahui dan membatalkannya sebelum obat tersebut diberikan.
3. Peringanan
Contoh : suatu obat dengan overdosis lethal diberikan, tetapi diketahui
secara dini lalu diberikan antidotenya.

Resiko terjadinya kesalahan atau kecelakaan kerja saat memberikan pelayanan


kesehatan kepada pasien dapat diminimalisir dengan pengorganisasian risiko
atau risk management secara benar. Risk management tersebut meliputi :

1. Identifikasi risiko.
Bertujuan untuk mengidentifikasi konsekuensi serta kemungkinan risiko
yang akan terjadi serta untuk membagi penanganan terhadap suatu
risiko berdasarkan tingkat prioritas atau kebutuhan.

2. Analisis risiko.
Bertujuan untuk menganalisis serta memisahkan risiko kecil yang dapat
diterima dengan risiko besar yang tidak dapat diterima. Selain itu, analisis risiko
juga bertujuan untuk mengumpulkan data yang dapat bermanfaat dalam proses
evaluasi dan perencanaan penanganan risiko.

3. Evalausai terhadap risiko yang terjadi.


Bertujuan untuk membandingkan tingkat atau level dari suatu risiko yang
ditemukan dengan kriteria risiko yang tidak dapat dihindari. Hasil akhir dari
tahap ini adalah menyusun prioritas risiko sebagai dasar dalam
melakukan tindakan yang lebih lanjut.

4. Penanganan terhadap risiko yang terjadi


Bertujuan untuk mengidentifikasi atau menentukan pilihan tindakan yang
dapat dilakukan untuk menangani suatu risiko, mengkaji pilihan
tindakan tersebut, merencanakan persiapan untuk penanganan risiko,
dan melakukan pilihan tindakan tersebut.

5. Pengamatan secara terus menerus


Bertujuan untuk menjamin atau memastikan bahwa pengorganisasian
tindakan yang telah direncanakan bermanfaat dan dapat mengontrol
pelaksanaan dari penganganan risiko tersebut.

2.2 STANDAR KESELAMATAN PASIEN RUMAH SAKIT

Dalam melakukan prosedur perawatan pada pasien, terdapat tujuh


standar keselamatan. Standar ini mengacu pada “Hospital Patient Safety
Standards” yang dikeluarkan oleh Joint Commision on Accreditation of Health
Organizations, Illinois, USA, tahun 2002. Tujuh standar tersebut adalah sebagai
berikut.
1. Hak pasien
Standar :
Pasien dan keluarga mempunyai hak untuk mendapatkan informasi
mengenai rencana dan hasil pelayanan termasuk kemungkinan terjadinya
KTD (KejadianTidak Diharapkan).

Kriteria :
1. Harus ada dokter sebagai penanggung jawab pelayanan
2. Dokter penanggung jawab pelayanan wajib membuat rencana
pelayanan
3. Dokter sebagai penanggung jawab pelayanan wajib memberikan
penjelasan
yang jelas dan benar kepada pasien dan keluarga tentang rencana dan
hasil pelayanan, pengobatan atau prosedur untuk pasien termasuk
kemungkinan terjadinya kejadian tidak diharapkan.

2. Mendidik pasien dan keluarga


Standar :
Rumah sakit harus mampu mendidik pasien dan keluarga mengenai
kewajiban dan tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien.

Kriteria :
Keselamatan dalam pemberian pelayanan dapat ditingkatkan dengan
keterlibatan pasien dimana pasien berperan sebagai partner dalam
proses pelayanan. Karena itu, rumah sakit harus memiliki sistem dan
mekanisme untuk
mendidik pasien dan keluarga mengenai kewajiban dan tanggung jawab
pasien dalam asuhan pasien. Dengan pendidikan tersebut diharapkan
pasien dan keluarga memiliki kemampuan untuk :

1. Memberikan info yang benar, jelas, lengkap dan jujur


2. Mengetahui kewajiban dan tanggung jawab
3. Mengajukan pertanyaan untuk hal yang tidak dimengerti
4. Memahami dan menerima konsekuensi pelayanan
5. Mematuhi instruksi dan menghormati peraturan rumah sakit
6. Memperlihatkan sikap menghormati dan tenggang rasa
7. Memenuhi kewajiban finansial yang disepakati

3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan


Standar :
Rumah sakit menjamin kesinambungan pelayanan dan menjamin koordinasi
antar tenaga dan antar unit pelayanan.

Kriteria :
1. Koordinasi pelayanan secara menyeluruh
2. Koordinasi pelayanan disesuaikan dengan kebutuhan pasien dan
kelayakan sumber daya
3. Koordinasi pelayanan mencakup peningkatan komunikasi
4. Komunikasi dan transfer informasi antar profesi kesehatan
4. Penggunaan metode-metode dalam peningkatan kinerja untuk
melakukan
evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien
Standar :
Rumah sakit harus mendesain proses baru atau memperbaiki proses yang
ada,memonitor dan mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data,
menganalisis secara intensif kejadian tidak diharapkan, dan
melakukan perubahan untuk meningkatkan kinerja.

Kriteria :
1. Setiap rumah sakit harus melakukan proses perancangan yang baik
sesuai dengan ‘Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah
Sakit’.
2. Setiap rumah sakit harus melakukan pengumpulan data kinerja
3. Setiap rumah sakit harus melakukan evaluasi intensif
4. Setiap rumah sakit harus menggunakan semua data dan informasi hasil
analisis

5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien


Standar :
1. Pimpinan mendorong dan menjamin implementasi program
keselamatan pasien melalui penerapan ‘Tujuh Langkah Menuju
Keselamatan Pasien Rumah Sakit.’
2. Pimpinan menjamin berlangsungnya program proaktif untuk
mengidentifikasi.
3. risiko keselamatan pasien dan program mengurangi kejadian tidak
diharapkan.
4. Pimpinan mendorong dan menumbuhkan komunikasi serta koordinasi
antar unit dan individu berkaitan dengan pengambilan keputusan
tentang keselamatan pasien.
5. Pimpinan mengalokasikan sumber daya yang adekuat untuk
mengukur,mengkaji, dan meningkatkan kinerja rumah sakit serta
meningkatkan keselamatan pasien.
6. Pimpinan mengukur dan mengkaji efektifitas kontribusinya dalam
meningkatkan kinerja rumah sakit dan keselamatan pasien.

Kriteria :
1. Terdapat tim pendisiplin untuk mengelola program keselamatan pasien.
2. Tersedia program proaktif untuk mengidentifikasi risiko keselamatan
dan program meminimalkan insiden atau kejadian tidak diharapkan.
3. Tersedia mekanisme kerja untuk menjamin bahwa semua komponen
dari rumah sakit terintegrasi dan berpartisipasi.
4. Tersedia prosedur “cepat-tanggap” terhadap insiden termasuk asuhan
kepada pasien yang terkena musibah, membatasi risiko pada
orang lain, dan penyampaian informasi yang benar dan jelas untuk
keperluan analisis.
5. Tersedia mekanisme pelaporan internal dan eksternal berkaitan
dengan Insiden.
6. Tersedia mekanisme untuk menangani berbagai jenis insiden.
7. Terdapat kolaborasi dan komunikasi terbuka secara sukarela antar unit
dan antar pengelola pelayanan.
8. Tersedia sumber daya dan sistem informasi yang dibutuhkan.
9. Tersedia sasaran terukur, serta pengumpulan informasi menggunakan
kriteria objektif untuk mengevaluasi efektivitas perbaikan kinerja rumah
sakit dan keselamatan pasien.

6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien


Standar :
1. Rumah sakit memiliki proses pendidikan, pelatihan dan orientasi untuk
setiap jabatan mencakup keterkaitan jabatan dengan keselamatan pasien
secara jelas.
2. Rumah sakit menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan yang
berkelanjutan untuk meningkatkan dan memelihara kompetensi staf
serta mendukung pendekatan interdisiplin dalam pelayanan pasien.

Kriteria :
1. Memiliki program diklat dan orientasi bagi staf baru yang memuat topik
mengenai keselamatan pasien
2. Mengintegerasikan topik keselamatan pasien dalam setiap kegiatan
Inservice training dan memberi pedoman yang jelas tentang pelaporan
insiden.
3. Menyelenggarakan pelatihan tentang kerjasama kelompok guna
mendukung pendekatan interdisiplin dan kolaboratif dalam rangka
melayani pasien.

7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai


keselamatan pasien.
Standar :
1. Rumah sakit merencanakan dan mendesain
proses manajemen informasi keselamatan pasien
untuk memenuhi kebutuhan informasi internal
dan eksternal.
2. Transmisi data dan informasi harus tepat waktu dan
akurat.

Kriteria :
1. Tersedia anggaran untuk merencanakan dan mendesain proses
manajemen untuk memperoleh data dan informasi tentang hal-
hal terkait dengan keselamatan pasien.
2. Tersedia mekanisme identifikasi masalah dan kendala
komunikasi untuk merevisi manajemen informasi yang ada.

Sedangkan tujuan keselamatan pasien secara internasional adalah:


1. Identify patients correctly
(mengidentifikasi pasien secara benar)
2. Improve effective communication
(meningkatkan komunikasi yang efektif)
3. Improve the safety of high-alert medications
(meningkatkan keamanan dari pengobatanresiko tinggi)
4. Eliminate wrong-site, wrong-patient, wrong procedur surgery
(mengeliminasi kesalahan penempatan, kesalahan pengenalan
pasien, kesalahan prosedur operasi)
5. Reduce the risk of health care-associated infections
(mengurangi risiko infeksi yang berhubungan dengan pelayanan
kesehatan)
6. Reduce the risk of patient harm from falls (mengurangi risiko
pasien terluka karena jatuh)

2.4 ISU, ELEMEN DAN AKAR PENYEBAB YANG PALING


UMUM DALAM PASIEN SAFETY

1. Lima isu penting terkait keselamatan (hospital risk) yaitu:


A. keselamatan pasien.
B. keselamatan pekerja (nakes).
C. keselamatan fasilitas (bangunan, peralatan).
D. keselamatan lingkungan.
E. keselamatan bisnis.

2. Elemen Patient safety


A. Adverse drug events(ADE)/ medication errors (ME)
(ketidakcocokan obat/kesalahan pengobatan)
B. Restraint use (kendali penggunaan)
C. Nosocomial infections (infeksi nosokomial)
D. Surgical mishaps(kecelakaan operasi)
E. Pressure ulcers (tekanan ulkus)
F. Blood product safety/administration (keamanan produk
darah/administrasi)
G. Antimicrobial resistance (resistensi antimikroba)
H. Immunization program (program imunisasi)
I. Falls (terjatuh)
J. Blood stream – vascular catheter care (aliran darah – perawatan
kateter pembuluh darah)
K. Systematic review, follow-up, and reporting of
patient/visitor incident reports(tinjauan sistematis, tindakan
lanjutan, dan pelaporan pasien/pengunjung laporan kejadian)

3.Most Common Root Causes of Errors (Akar Penyebab Kesalahan yang


Paling Umum):
a. Communication problems (masalah komunikasi)
b.Inadequate information flow (arus informasi yang tidak memadai)
c. Human problems (masalah manusia)
d. Patient-related issues (isu berkenaan dengan pasien)
e. Organizational transfer of knowledge (organisasi transfer pengetahuan)
f. Staffing patterns/work flow (pola staf/alur kerja)
g.Technical failures (kesalahan teknis)
h. Inadequate policies and procedures (kebijakan dan prosedur yang tidak
memadai) [AHRQ (Agency for Healthcare Research and Quality)
Publication, 2003]

2.5 LANGKAH LANGKAH KEGIATAN PELAKSANAAN


PATIENT SAFETY ADALAH

A. Di Rumah Sakit
1. Rumah sakit agar membentuk Tim Keselamatan Pasien Rumah Sakit,
dengan susunan organisasi sebagai berikut: Ketua: dokter, Anggota:
dokter, dokter gigi, perawat, tenaga kefarmasian dan tenaga kesehatan
lainnya.
2. Rumah sakit agar mengembangkan sistem informasi pencatatan dan
pelaporan internal tentang insiden
3. Rumah sakit agar melakukan pelaporan insiden ke Komite
Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKPRS) secara rahasia
4. Rumah Sakit agar memenuhi standar keselamatan pasien rumah sakit
dan menerapkan tujuh langkah menuju keselamatan pasien rumah sakit.
5. Rumah sakit pendidikan mengembangkan standar pelayanan medis
berdasarkan hasil dari analisis akar masalah dan sebagai tempat pelatihan
standar-standar yang baru dikembangkan.
B. Di Provinsi/Kabupaten/Kota
1. Melakukan advokasi program keselamatan pasien ke rumah sakit-
rumah sakit di wilayahnya
2. Melakukan advokasi ke pemerintah daerah agar tersedianya dukungan
anggaran terkait dengan program keselamatan pasien rumah sakit.
3. Melakukan pembinaan pelaksanaan program keselamatan pasien
rumah sakit.

C. Di Pusat
1. Membentuk komite keselamatan pasien Rumah Sakit dibawah
Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia
2. Menyusun panduan nasional tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit
3. Melakukan sosialisasi dan advokasi program keselamatan pasien ke
Dinas Kesehatan Propinsi/Kabupaten/Kota, PERSI Daerah dan rumah
sakit pendidikan dengan jejaring pendidikan.
4. Mengembangkan laboratorium uji coba program keselamatan pasien.
KESIMPULAN

Keselamatan pasien adalah proses dalam suatu rumah sakit yang


memberikan pelayanan pasien secara aman. Proses tersebut meliputi pengkajian
mengenai resiko, identifikasi, manajemen resiko terhadap pasien,
pelaporan dan analisis insiden, kemampuan untuk belajar dan
menindaklanjuti insiden, dan menerapkan solusi untuk mengurangi serta
meminimalisir timbulnya risiko. Pelayanan kesehatan yang diberikan
tenaga medis kepada pasien mengacu kepada tujuh standar pelayanan
pasien rumah sakit yang meliputi hak pasien, mendididik pasien dan
keluarga, keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan, penggunaan
metode- metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan program
peningkatan keselamatan pasien, peran kepemimpinan dalam
meningkatkan keselamatan pasien, mendidik staf tentang
keselamatan pasien, dan komunikasi merupakan kunci
bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien. Selain mengacu
pada tujuh standar pelayanan tersebut, keselamatan pasien
juga dilindungi oleh undang-undang kesehatan sebagaimana
yang diatur dalam UU Kesehatan No. 36 tahun 2009 serta UU
Rumah Sakit No. 44 tahun 2009.
Tindakan keperawatan yang diberikan kepada pasien
sudah seharusnya menunjang keselamatan pada pasien
karena proses keperawatan tersebut sangat berhubungan
dengan patient safety atau keselamatan pasien. Proses
keperawatan tersebut meliputi proses pengkajian,
diagnosa, perencanaan, implementasi, dan evaluasi. Jika
terjadi kesalahan saat menjalani salah satu proses
keperawatan, maka kesalahan tersebut akan
memungkinkan timbulnya kecelakaan kerja yang dapat
mengancam keselamatan pasien. Aplikasi keselamatan pasien
dapat diterapkan pada beberapa tempat yang terdapat di
rumah sakit, seperti kamar operasi, ICU, dan UGD. Aplikasi
keselamatan pasien tersebut diterapkan dengan
memperhatikan sisi struktur, lingkungan, peralatan dan
teknologi, proses, orang, dan budaya.
DAFTAR PUSTAKA

1. Komalawati, Veronica. (2010) Community&Patient Safety Dalam


Perspektif Hukum Kesehatan.
2. Lestari, Trisasi. Knteks Mikro dalam Implementasi Patient Safety:
Delapan Langkah Untuk Mengembangkan Budaya Patient Safety. Buletin
IHQN Vol II/Nomor.04/2006 Hal.1-3
3. Pabuti, Aumas. (2011) Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien
(KP) Rumah Sakit. Proceedings of expert lecture of medical student of
Block 21stof Andalas University, Indonesia
4. Panduang Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit (Patient Safety).
2005
5. Tim keselamatan Pasien RS RSUD Panembahan Senopati. Patient
Safety.
6. Yahya, Adib A. (2006) Konsep dan Program “Patient Safety”.
Proceedings of National Convention VI of The Hospital Quality Hotel
Permata Bidakara, Bandung 14-15 November 2006.
7. Yahya, Adib A. (2007) Fraud & Patient Safety. Proceedings of
PAMJAKI meeting“Kecurangan (Fraud) dalam Jaminan/Asuransi
Kesehatan” Hotel Bumi Karsa, Jakarta 13 December 2007.
8. https://dokumen.tips/documents/makalah-pasien-safetydoc.html

Anda mungkin juga menyukai