Anda di halaman 1dari 9

PEMANFAATAN ZEOLIT DARI ABU SEKAM PADI DENGAN AKTIVASI ASAM UNTUK

PENURUNAN KESADAHAN AIR

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Sekam padi merupakan salah satu produk sampingan penggilingan padi yang melimpah.
Pemanfaatan sekam padi selama ini dilakukan terbatas pada upaya untuk meningkatkan nilai ekonomis
serta mengurangi dampaknnya sebagai limbah. Sekam padi digunakan sebagai sumber silika, bahan
bakar, media tanam, dan pemurnian air. Sebagai sumber silika, abu sekam padi mempunyai kandungan
silika sebagai komponen utama dengan persentase tinggi (85 - 98 %). Azizi & Yousefpour (2010)

manfaatkan abu sekam padi sebagai bahan baku pembuatan material zeolit dengan metode
hidrotermal. Pembakaran sekam pada suhu dibawah 500°C, dapat berubah menjadi abu yang merupakan
sumber silika dalam bentuk amorf. Dari pembakaran ini dapat dihasilkan ± 20% abu dari berat sekam
yang dibakar dan mengandung silika (SiO2) sebagai komponen utamanya sekitar 96,6%. Sesuai dengan
sifat senyawa silikat, perubahan suhu dapat mengakibatkan peru-bahan bentuk senyawa silikatnya. Untuk
menda-patkan bentuk amorf tersebut, pembakaran dilakukan pada suhu < 500°C selama ± 5 jam
(Astriningsih dan Wijayanti, 1998 dalam Supriyanto, 2002).

Zeolit merupakan material berpori yang penggunaannya sangat luas. Kegunaan zeolit ini
didasarkan atas kemampuannya melakukan pertukaran ion (ion exchanger), adsorpsi (adsorption) dan
katalisator (catalyst) (Suardana 2008).

Zeolit merupakan material silikat kristal dengan struktur yang sangat teratur dan porositasnya
tinggi. Rumus umum zeolit adalah Mx/n(AlO2)x(SiO2)y.z.H2O (M: kation yang bervalensi n di luar
kerangka yang dapat dipertukarkan) (Silalahi et al. 2011).

Untuk mendapatkan zeolit sintetis sebagai penjerap yang baik, zeolit harus diaktivasi dengan
asam kuat terlebih dahulu, yaitu dapat menggunakan HCl (Daffalla et al. 2012). Menurut hasil penelitian
Daffalla et al. (2012), perlakuan dengan asam kuat (HCl) pada abu sekam padi dapat menghasilkan silika
dengan kemurnian yang tinggi (lebih dari 90%).

Kesadahan pada air merupakan masalah utama yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-
hari, hal ini disebabkan oleh adanya kandungan ion logam Ca2+ dan Mg2+ yang cukup tinggi.
Kandungan logam-logam penyebab kesadahan air yang tinggi tersebut dapat menyebabkan masalah
seperti berkurangnya pembasahan sehingga proses pencucian tidak maksimal, perabotan rumah tangga
cepat berkarat dan rusak serta pemborosan penggunaan sabun (Widayat 2002).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh aktivasi dengan HCl 2 M terhadap
karakteristik zeolit dari abu sekam padi dan untuk mengetahui waktu kontak optimum dan massa zeolit
optimum dalam aplikasinya untuk penurunan kadar ion logam penyebab kesadahan air (Ca2+ dan Mg2+)
pada air sumur gali.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang ada maka muncul suatu

permasalahan antara lain :

1) Bagaimana cara untuk memanfaatkan abu sekam padi sebagai sumber silika yang diaktivasi
dengan HCl 2 M pada sintesis zeolit secara hidrotermal?
2) Bagaimana memanfaatkan zeolit hasil sintesis untuk menurunkan tingkat kesadahan air
sumur?

1.3 Tujuan penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka penelitian ini bertujuan untuk :

1) Untuk memanfaatkan abu sekam padi sebagai sumber silika yang diaktivasi dengan HCl 2 M pada
sintesis zeolit secara hidrotermal
2) Untuk menguji zeolit hasil dari sintesis untuk menurunkan tingkat kesadahan air sumur
1.4 Manfaat penelitian
Penelitian ini di harapkan dapat memberikan informasi tentang pemanfaatan limbah abu Sekam
padi. Dimana Sekam padi merupakan salah satu produk sampingan penggilingan padi yang melimpah.
Pemanfaatan sekam padi selama ini dilakukan terbatas pada upaya untuk meningkatkan nilai ekonomis
serta mengurangi dampaknnya sebagai limbah. Sekam padi digunakan sebagai sumber silika, bahan
bakar, media tanam, dan pemurnian air.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Abu Sekam Padi(Rice Husk As)


Sekam padi adalah kulit yang membungkus butiran beras, dimana kulit padi akan terpisah dan
menjadi limbah atau buangan.Jika sekam padi dibakar akanmenghasilkan abu sekam padi. Secara
tradisional, abu sekam padi digunakan sebagai bahan pencuci alat-alat dapur dan bahan bakar dalam
pembuatan batu bata. Penggilingan padi selalu menghasilkan kulit gabah / sekam padi yang cukup banyak
yang akan menjadi material sisa. Ketika bulir padi digiling, 78% dari beratnya akan menjadi beras dan
akan menghasilkan 22% berat kulit sekam. Kulit sekam ini dapat digunakan sebagai bahan bakar dalam
proses produksi. K ulit sekam terdiri 75% bahan mudah terbakar dan 25% berat akan berubah menjadi
abu. Abu ini dikenal sebagai Rice Husk Ash (RHA) yang memiliki kandungan silika reaktif sekitar 85%-
90%. Dalam setiap 1000 kg padi yang digiling akan dihasilkan 220 kg (22%) kulit sekam.

Jika kulit sekam itu dibakar pada tungku pembakar, akan dihasilkan sekitar 55 kg (25%) RHA.
Sekitar 20% dari berat padi adalah sekam padi, dan bervariasi dari 13 sampai 29% dari komposisi sekam
adalah abu sekam yang selalu dihasilkan setiap kali sekam dibakar. N ilai paling umum kandungan silika
(SiO2) dalam abu sekam padi adalah 94 –96% dan apabilam nilainya 6 mendekati atau dibawah 90 %
kemungkinan disebabkan oleh sampel sekam yang telah terkontaminasi oleh zat lain yang kandungan
silikanya rendah. Abu sekam padi apabila dibakar secara terkontrol pada suhu tinggi sekitar (500 –600
oC) akanmenghasilkan abu silika yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai proses kimia (Prasetyoko,
2001).

Sekam padi merupakanbahan berligno-selulosa seperti biomassa lainnya namunmengandung silika yang
tinggi. Kandungan kimiasekam paditerdiri atas 50% selulosa, 25–30%lignin, dan 15–20% silica (Ismail
and Waliuddin,1996).

Pembakaransekam padi dengan menggunakanmetode konvensional sepertifluidised


bedcombustorsmenghasilkan emisi CO antara 200 –2000 mg/N m3dan emisi NOxantara 200 –300mg/N
m3(Armestoetal, 2002).Metode pembakaran sekam padi yang dikembangkan oleh COGEN-AIT mampu
mengurangi potensi emisi CO2sebesar 14.762 ton, CH4sebesar 74 ton, danNO2sebesar 0,16 ton pertahun
dari pembakaran sekam padi sebesar 34.919 ton pertahun (Mathias, 2000).
Pada proses pembakaran akibat panas yang terjadi akan menghasilkan perubahanstruktur silika yang
berpengaruh pada dua hal yaitu tingkat aktivitas pozolan dan kehalusan butiran abu.
Pada tahap awal pembakaran, abu sekam padi menjadikehilangan berat pada suhu 100oC, pada
saat itulah hilangnya sejumlah zat dari sekam padi tersebut. Pada suhu 300oC, zat-zat yang mudah
menguap mulai terbakar dan memperbesar kehilangan berat. 7Kehilangan berat terbesar terjadi pada suhu
antara 400oC-500oC, pada tahap ini pula terbentuk oksida karbon. Di atas suhu 600oC ditemukan
beberapa formasi kristal quartz. Jika temperatur ditambah, maka sekam berubah menjadi kristalsilica
(Wijanarko, W., 2008).

Gambar 1 abu sekam padi

Sekam padi saat ini telah dikembangkan sebagai bahan baku untuk menghasilkan abu yang dikenal di
dunia sebagai RHA (rice husk ask). Ab u sekam padi yang dihasilkan dari pembakaran sekam padi pada
suhu 400-500oC akan menjadi silika amorphous dan pada suhu lebih besar dari 1.000oC akan menjadi
silika kristalin. Silika amorphous yang dihasilkan dari abusekam padi diduga sebagai sumber penting
untuk menghasilkan silikon murni, karbid silikon, dan tepung nitrid silicon (Katsukietal, 2005).

2.1.1.Pengertian Zeolit

Zeolit adalah mineral kristal alumina silikat berpori terhidrat yang mempunyai struktur kerangka
tiga dimensi terbentuk dari tetrahedral [SiO4]4-dan [AlO4]5-. Kedua tetrahedral di atas dihubungkan oleh
atom-atom oksigen, menghasilkan struktur tiga dimensi terbuka dan berongga yang didalamnya diisi
olehatom-atom logam biasanya logam-logam alkali atau alkali tanah dan molekul air yang dapat bergerak
bebas (Breck, 1974; Chetam, 1992; Scotet al.,

Struktur zeolit memiliki rumus umum Mx/n[(AlO2)x(SiO2)y].wH2O, dimana M adalah kation


alkali atau alkali tanah, n adalah jumlah valensi kation, w adalah banyaknya molekul air per satuan unit
sel, x dan y adalah angka total tetrahedral per satuan unit sel, dan nisbahy/x biasanya bernilai 1 sampai 5,
meskipun ditemukan juga zeolit dengan nisbahy/x antara 10 sampai 100 (Bekkumet al., 1991).Dewasa ini
dikenal dua jenis zeolit, yakni zeolit alam dan zeolit sintetis, namun sekarang zeolit yang paling banyak
digunakan adalah zeolit sintesis.
2.1.2 Silika Sekam Padi
Sekampadimerupakan hasil samping penggilingan padi tertinggi sekitar 20% (Widowati, 2001).
Hasil penelitian Sharma et al. (1984) menunjukkan bahwa dalam sekam padi terkandung silika dengan
kadar sekitar 22%, 13 Pemanfaatan silika yang demikian luasjuga didukung kemudahan untuk
memperoleh silika dari sekam padi, yakni dengan cara ekstraksi atau dengan pengabuan.Suka dkk. (2008)
berhasil mengkarakterisasi sekam padi Provinsi Lampung dengan metode ekstraksi. Mula-mula sekam
padi dipreparasi, sekam padi direndam dalam air panas selama 2 jam dan dicuci berulang-ulang dengan
air panas untuk menghilangkanpengotor organiknya. Kemudian, sekam padi yang telah bersih direndam
ke dalam KOH 5% selama 60 menit. Filtrat yang diperoleh diasamkan dengan HCl hingga pH mencapai
7,0. Produk yang dihasilkan dikarakterisasi dengan FTIR, muncul puncak Si-OHdan Si-O-Si yang
menunjukkan adanya gugus fungsi siloksan, yang mengindikasikan bahwa silika sekam padi merupakan
silika reaktif. Sifat reaktif silika ini juga didukung hasil karakterisasi menggunakan XRD, yang
menunjukkan bahwa silika adalah amorf dengan fase kristobalit. Karakterisasi dengan EDS menunjukkan
unsur unsur yang terkandung, meliputi O, Na, Mg, Al, Si, K,dan Ca. Hasil yang didapatkan, sekam padi
yang diekstraksi memiliki kadar silika 40,8% dengan kemurnian sekitar 95,53%
2.1.3 Karakteristik dan Sifat Timbal
Timbal (Pb) merupakan salah satu jenis logam berat yang sering juga disebut dengan istilah timah hitam.
Timbal memiliki titik lebur yang rendah, mudah dibentuk, memilikisifat kimia yang aktif sehingga biasa
digunakan untuk melapisi logam agar tidak timbul perkaratan. Timbal adalah logam yang lunak berwarna abu-
abu kebiruan mengkilatdan memiliki bilangan oksidasi +2 (Sunarya, 2007).
Timbalmempunyai nomor atom 82 dengan berat atom 207,20. Titiklelehtimbal adalah 1740 0C dan memiliki
massa jenis 11,34 g/cm3 (Widowati, 2008). Palar (1994) mengungkapkan bahwa logam Pb pada suhu 500-600
0C dapat menguap dan membentuk oksigen diudara dalam bentuk timbal oksida (PbO). Dibawah ini
merupakan tabel yang menunjukkan beberapa sifat fisika yang dimiliki timbal. Timbal merupakan salah satu
logam berat yang sangat berbahaya bagi makhluk hidup karena bersifat karsinogenik, dapat menyebabkan
mutasi, terurai dalam jangka waktu lama dan toksisistasnya tidak berubah (Brass &Strauss, 1981). Pb dapat
mencemari udara, air, tanah, tumbuhan, hewan, bahkan manusia. Masuknya Pb ke tubuh manusia dapat
melalui makanan dari tumbuhan yang biasa dikonsumsi manusia seperti padi, teh dan sayur-sayuran. Logam
Pb terdapat di perairan baik secara alamiah maupun sebagai dampak dari aktivitas manusia. Logam ini masuk
ke perairan melalui pengkristalan Pb di udara dengan bantuan air hujan. Selain itu, proses korofikasi dari
batuan mineral juga merupakan salah satu jalur masuknya sumber Pb keperairan (Palar, 1994). Timbal secara
alami terdapat sebagai timbal sulfida, timbal karbonat, timbal sulfat dan timbal klorofosfat (Faust &Aly,
1981). Kandungan Pb dari beberapa batuan kerak bumi sangat beragam. Batuan eruptif seperti granit dan
riolit memiliki kandungan Pb kurang lebih 200 ppm.
2.1.4 Air sumur
Air sumur merupakan sumber utama air minum bagi masyarakat yang tinggal di daerah perkotaan. Untuk
mendapatkan sumber air tersebut umumnya manusia membuat sumur gali atau sumur pantek. Air tanah sering
mengandung zat besi (Fe) dan Mangan (Mn) cukup besar. Adanya kandungan Fe dan Mn dalam air
menyebabkan warna air tersebut berubah menjadi kuning-coklat setelah beberapa saat kontak dengan udara.
Disamping dapat mengganggu kesehatan juga menimbulkan bau yang kurang enak serta menyebabkan warna
kuning pada diding bak serta bercak-bercak kuning pada pakaian. Oleh karena itu menurut PP No.20 Tahun
1990 tersebut, kadar (Fe) dalam air minum maksimum yang dibolehkan adalah 0,3 mg/lt, dan kadar Mangan
(Mn) dalam air minum yang dibolehkan adalah 0,1 mg/lt.
Air merupakan kebutuhan yang sangat vital bagi kehidupan manusia. Karena itu jika kebutuhan akan
air tersebut belum tercukupi maka dapat memberikan dampak yang besar terhadap kerawanan kesehatan
maupun sosial. Pengadaan air bersih di Indonesia khususnya untuk skala yang besar masih terpusat di daerah
perkotaan, dan dikelola oleh Perusahan Air Minum (PAM) kota yang bersangkutan. Namun demikian secara
nasional jumlahnya masih belum mencukupi dan dapat dikatakan relatif kecil yakni 16,08 % (1995). Untuk
daerah yang belum mendapatkan pelayanan air bersih dari PAM umumnya mereka menggunakan air tanah
(sumur), air sungai, air hujan, air sumber (mata air) dan lainnya.
Permasalahan yang timbul yakni sering dijumpai bahwa kulaitas air tanah maupun air sungai yang
digunakan masyarakat kurang memenuhi syarat sebagai air minum yang sehat bahkan di beberapa tempat
bahkan tidak layak untuk diminum. Air yang layak diminum, mempunyai standar persyaratan tertentu yakni
persyaratan fisis, kimiawi dan bakteriologis, dan syarat tersebut merupakan satu kesatuan. Jadi jika ada satu
saja parameter yang tidak memenuhi syarat maka air tesebut tidak layak untuk diminum. Pemakaian air
minum yang tidak memenuhi standar kualitas tersebut dapat menimbulkan gangguan kesehatan, baik secara
langsung dan cepat maupun tidak langsung dan secara perlahan.
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia, jurusan Kimia Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Gorontalo (UNG).

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

Alat yang digunakan meliputi: neraca analitik, oven pada suhu 105°C, gelas kimia, gelas ukur,
furnace, ayakan 100 mesh, fluoresensi sinar-X (XRF JEOL Element Analyzer JSX-3211), sinar-X
(XRD instrument PW3 710 Shimadzu XRD 6000), spektrofotometri inframerah (FTIR Shimadzu-
8201 PC).
3.2.2 Bahan

Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini berupa abu sekam padi, HCl 2 M,
NaOH : Al2O3 : SiO2 : H2O = 17,34 : 1 : 1 : 5,62, aquades
3.3 Metode Penelitian

Metode yang digunakan adalah metode penelitian eksperimen yang dilakukan di


Laboratorium, dengan tahapan sebagai berikut:

3.3.1 Preparasi Sampel

Preparasi abu sekam padi (ASP) dilakukan dengan mencuci 1 kg sekam padi dengan air mengalir untuk
menghilangkan kotoran yang menempel. Sekam padi dikeringkan di bawah sinar matahari dilanjutkan
pengeringan dengan oven pada suhu 105°C untuk menghilangkan kadar airnya kemudian dibakar pada
suhu 600°C selama 7 jam menggunakan furnace (Yunita 2008). Abu sekam padi diayak menggunakan
ayakan 100 mesh kemudian dicuci menggunakan HCl 2 M (rasio berat per volume = 1:5) (Azizi &
Yousefpour 2010). Abu sekam padi yang telah dinetralkan dan dikeringkan selanjutnya ditimbang
beratnya serta diuji karakteristiknya dengan fluoresensi sinar-X (XRF JEOL Element Analyzer JSX-
3211), difraksi sinar-X (XRD instrument PW3 710 Shimadzu XRD 6000), dan spektrofotometri
inframerah (FTIR Shimadzu-8201 PC).
Sintesis zeolit dilakukan dengan metode hidrotermal menggunakan autoclave berdasarkan
prosedur Nur (2001) yang telah dimodifikasi dengan komposisi molar: NaOH : Al2O3 : SiO2 : H2O =
17,34 : 1 : 1 : 5,62. Larutan natrium silikat dibuat dari 2,94 g abu sekam padi yang diaktivasi dengan HCl
dicampurkan dengan 16,28 g NaOH dan 50 ml aquades dalam beaker glass serta dipanaskan pada suhu
50°C selama 3 jam. Sedangkan larutan natrium aluminat dibuat dari 4,76 g Al2O3 dicampurkan dengan
16,28 g NaOH dan 50 ml aquades serta dipanaskan pada suhu 50°C selama 1 jam. Sintesis zeolit
dilakukan dengan cara larutan natrium silikat direaksikan dengan larutan natrium aluminat dalam
autoclave dan dipanaskan dengan oven pada suhu 160°C selama 7 jam (Azizi & Yousefpour 2010). Zeolit
yang dihasilkan diuji karakteristiknya menggunakan FTIR dan XRD.
Zeolit sintetis yang dihasilkan diuji kemampuan adsorpsinya untuk menurunkan kadar ion logam Ca2+
dan Mg2+ dalam air sumur. Air sumur dipreparasi dengan ditambahkan 10 ml HNO3 pekat/ liter lalu
diukur kadar ion logam Ca2+ dan Mg2+ sebelum serta setelah adsorpsi menggunakan AAS model
Analyst 100 Perkin Elmer. Zeolit sintetis ditimbang 0,125 gr kemudian dimasukkan ke dalam 25 ml
sampel air sumur dan diaduk dengan shaker dengan variasi waktu kontak adsorpsi selama 0, 20, 30, 40,
50, 60, 90, dan 120 menit. Campuran larutan didiamkan selama 45 menit dan filtratnya diukur kandungan
ion logam Ca2+ dan Mg2+ menggunakan AAS. Masing-masing zeolit dengan variasi massa 0,05; 0,1;
0,125; 0,25; dan 0,5 gram dimasukkan ke dalam 5 buah Erlenmeyer dan ditambahakan 25 ml sampel air
sumur. Campuran larutan di diaduk dengan shaker selama 60 menit lalu didiamkan selama 45 menit dan
filtratnya diukur kandungan ion logam Ca2+ dan Mg2+ menggunakan AAS (Kristiyani et al. 2012).
3.4 Sampel

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu abu sekam padi

Anda mungkin juga menyukai