TAK Good
TAK Good
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Asuhan keperawatan jiwa merupakan asuhan keperawatan yang bersifat spesialistik,
tetapi asuhan keperawatan kepada klien harus teta dilakukan secara holistic.
Pendekatan asuhan keperawatan selain harus difokuskan pada perilaku klien,
difokuskan juga pada kondisi fisik, sosial, budaya, dan spiritual klien. berbagai terapi
keperawatan yang dikembangkan difokuskan pada klien secaaraa individu, kelompok
keluarga ataupun komunitas.
Terapi aktivitas kelompok merupakan salah satu terapi modalitas yang dilakukan
perawat kepada sekelompok klien yang mengalami masalah keperawatan yang sama.
Aktivitas digunakan sebagai terapi dan kelompok digunakan sebagai target asuhan. Di
dalam kelompok terjadi dinamika interaksi saling bergantung, saling membutuhkan
dan menjadi laboratorium tempat klien berlatih perilaku baru vang adaptif untuk
memperbaiki perilaku lama yang maladaptive.
Tindakan keperawatan yang ditujukan pada sistern klien, baik secara individu,
keluarga, kelompok, dan masyarakat merupakan upaya yang menyeluruh dalarm
menyelesaikan masalah klien Terapi aktivitas kelompok (TAK) merupakan terapi
modalitas keperawatan yan ditujukan pada kelompok klien dengan masalah yang
sama. Terapi aktivitas kelompok yang dikembangkan adalah sosialisasi, stimulasi
persepsi, stimulasi sensoris dan orientasi realitas TAK-sosialisasi pernah ditelit dan
memberi dampak pada kemampuan klien dalam bersosialisasi. TAK yang lain telah
digunakan di beberapa rumah sakit jiwa. Evaluasi dan penelitian tentang manfaat
TAK akan berkontribusi terhadap perkembangan terapi kelompok dalan keperawatan
jiwa. Peningkatan kemampuan perawat dalam melaksa- nakan TAK dapat diperoleh
melalui pendidikan formal atau pendidikan keperawatan berkelanjutan. Diharap kan
perawat yang melaksanakan TAK telah mengikuti pendidikan khusus TAK merupakan
tindakan keperawatan. Oleh sebab itu perlu dimasukkan dalam rencana tindakan
keperawatan pada masalah keperawatan tertentu. Jadi rencana keperawatan terdiri dari
tindakan keperawatan ung ditujukan pada individu, kelompok, dan keluarga klien.
Semua kemampuan yang dipelajari klien dalam TAK hendaknya digunakan sampai
klien pulang ke rumah. Peran keluarga diperlukan untuk memantau pelaksanaan
kemampuan di rumah Selain itu, TAK juga dapat diselenggarakan di komunitas
dengan perawat puskesmas terlatih sebagai penggeraknya sehingga program terapi
akan berkelanjutan dari rumah sakit jiwa sampai dengan komunitas.
B. Rumusan Makalah
Apa yang dimaksud dengan Terapi Aktivitas Kelompok ?
C. Tujuan
Agar mahasiswa mengetahui dan memahami bagaimana cara melakukan terapi
aktivitas kelompok .
Bab II
Tinjauan Teoritis
Terapi aktivitas kelompok merupakan salah satu terapi modalitas yang dilakukan
perawat kepada sekelompok klien yang mempunyai masalah keperawatan yang sama.
Aktivitas digunakan sebagi terapi, dan kelompok digunakan sebagai target asuhan
(Kelliat, 2005). Terapi aktivitas kelompok adalah aktivitas membantu anggotanya untuk
identitas hubungan yang kurang efektif dan mengubah tingkah laku yang maladaptive
(Stuart & Sundeen, 1998).
g. Identifikasi, prilaku imitative dan modeling dapat dihasilkan dari terapis atau
anggota lainnya memberikan model peran yang baik.
j. Atarsis dan pembagian emosi yang kuat tidak hanya membantu mengurangi
ketegangan emosi tetapi juga menguatkan perasaan kedekatan dalam
kelompok.
2. Ada berbagai persyaratan bagi klien untuk bisa mengikuti terapi aktifitas
kelompok antara lain : sudah ada observasi dan diagnosis yang jelas, sudah tidak
terlalu gelisah, agresif dan inkoheren dan wahamnya tidak terlalu berat, sehingga
bisa kooperatif dan tidak mengganggu terapi aktifitas kelompok.
Pasien diorientasikan pada kenyataan yang ada di sekitar pasien yaitu diri sendiri,
orang lain yang ada di sekeliling pasien atau orang yang dekat dengan pasien,
serta lingkungan yang pernah mempunyai hubungan dengan pasien pada saat ini
dan masa yang lalu. Aktivitasnya adalah sebagai berikut.
Pasien dibantu untuk melakukan sosialisasi dengan individu yang ada di sekitar
pasien. Sosialisasi dapat pula dilakukan secara bertahap dari interpersonal,
kelompok, dan massa. Aktivitas yang diberikan antara lain sebagai berikut.
a. Sesi I : menonton TV
b. Sesi II : membaca majalah/koran/artikel
c. Sesi III : gambar
d. Sesi IV :
4.1 Mengenal perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
4.2 Mencegah perilaku kekerasan melalui kegiatan fisik.
4.3 Mencegah perilaku kekerasan melalui interaksi asertif.
4.4 Mencegah perilaku kekerasan melalui kepatuhan minum obat.
4.5 Mencegah perilaku kekerasan melalui kegiatan ibadah.
5. Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) Stimulasi Persepsi Peningkatan Harga Diri
Pasien dilatih untuk mengidentifikasi hal-hal positif pada diri sehingga mampu
menghargai diri sendiri. Kemampuan pasien dievaluasi dan ditingkatkan pada tiap
sesi. Dalam proses ini, pasien diharapkan mampu merumuskan suatu tujuan hidup
yang realistis. Aktivitas yang diberikan adalah sebagai berikut.
a. Adanya subkelompok.
b. Keterbukaan yang kurang.
c. Resistansi baik individu maupun kelompok.
d. Adanya anggota kelompok yang drop out.
e. Penambahan anggota baru.
Cara mengatasi masalah ini bergantung pada jenis kelompok terapis, kontrak,
dan kerangka teori yang mendasari terapi aktivitas tersebut. Program antisipasi
masalah merupakan intervensi keperawatan yang dilakukan untuk mengantisipasi
keadaan yang bersifat gawat darurat dalam terapi yang dapat memengaruhi proses
pelaksanaan TAK. Misalnya, pasien meninggalkan permainan, maka intervensi yang
diberikan panggil nama pasien, serta tanyakan alasan meninggalkan tempat dan beri
penjelasan.
I. Komponen Kelompok
Komponen kelompok terdiri dari 8 aspek (Stuart & Laraia, 2001 dalam Keliat &
Akemat 2005), terdiri dari:
1. Sturktur Kelompok
Struktur kelompok menjelaskan batasan, komunikasi, proses pengambilan
keputusan dan hubungan otoritas dalam kelompok. Struktur kelompok menjaga
stabilitas dan membantu pengaturan pola perilaku dan interaksi. Struktur dalam
kelompok diatur dengan adanya pemimpin dan anggota kelompok, arah
komunikasi dipandu oleh pemimpin sedangkan keputusan diambil secara
bersamaan.
2. Besar Kelompok
Jumlah anggota kelompok yang nyaman adalah kelompok kecil yang anggotanya
5-12 orang. Jika anggota kelompok terlalu besar akibatnya tidak semua anggota
kelompok mendapatkan kesempatan untuk mengungkapkan perasaan, pendapat
dan pengalaman. Jika terlalu kecil, tidak cukup variasi informasi dan interaksi.
3. Lamanya Sesi
Waktu optimal untuk satu sesi adalah 20 - 40 menit bagi fungsi kelompok yang
rendah dan 60-120 menit bagi fungsi kelompok yang tinggi. Biasanya dimulai
dengan pemanasan berupa orientasi, kemudian tahap kerja dan terminasi. Benyak
sesi bergantung pada tujuan kelompok, dapat satu kali atau dua kali per minggu;
atau dapat direncanakan sesuai dengan kebutuhan.
4. Komunikasi
Salah satu tugas pemimpin kelompok yang terpenting adalah mengobservasi dan
menganalisis pola komuikasi dalam kelompok. Pemimpin menggunakan umpan
balik untuk memberi kesadaran pada anggota kelompok terhadap dinamika tang
terjadi. Pemimpin kelompok dapat mengkaji hambatan dalam kelompok, konflik
interpersonal, tingkat kompetisi dan seberapa jauh anggota kelompok mengerti
serta melaksanakan kegiatan yang dilaksanakan.
5. Peran Kelompok
Pemimpin perlu mengobservasii peran yang terjadi dalam kelompok. Ada tiga
peran dan fungsi kelompok yang ditampilkan anggota kelompok dalam kerja
kelompok yaitu maintenance roles (peran serta aktif dalam proses kelompok dan
fungsi kelompok), task roles (fokus pada penyelesaian tugas), dan individual
roles (self-centered dan distraksi pada kelompok).
6. Kekuatan Kelompok
Kekuatan adalah kemampuan anggota kelompok dalam mememngaruhi
berjalannya kegiatan kelompok. Untuk menetapkan kekuatan anggota kelompok
yang bervariasi diperlukan kajian siapa yang paling banyak mendengar dan siapa
yang membuat keputusan dalam kelompok.
7. Norma Kelompok
Norma adalah standar perilaku yang ada dalam kelompok. Pengharapan terhadap
perilaku kelompok pada masa yang akan datang berdasarkan pengalaman masa lalu
dan saat ini. Pemahaman tentang norma kelompok berguna untuk mengetahui
pengaruhnya terhadap komunikasi dan interaksi dalam kelompok. Kesesuaian
perilaku anggota kelompok dengan norma kelompok, penting dalam menentukan
anggota kelompok dengan norma kelompok. Anggota kelompok yang tidak
mengikuti norma dianggap pemberontak dan ditolak anggota kelompok lain.
8. Kekohensifan
Kekohensifan dalah kekuatan anggota kelompok bekerja sama dalam mencapai
tujuan. Hal ini mempengaruhi anggota kelompok untuk tetap betah dalam
kelompok. Apa yang membuat anggota kelompok tertarik dan puas terhadap
kelompok, perlu diidentifikasi agar kehidupan kelompok dapat dipertahankan.
Proses terapi aktifitas kelompok pada dasarnya lebih kompleks dari pada
terapi individual, oleh karena itu untuk memimpinnya memerlukan pengalaman dalam
psikoterapi individual. Dalam kelompok terapis akan kehilangan sebagian otoritasnya
dan menyerahkan kepada kelompok.
K.