Anda di halaman 1dari 43

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia dan

berlangsung sepanjang hayat. Sejak kelahirannya ke dunia, anak memiliki

kebutuhan untuk memperoleh pendidikan. Pendidikan sangat dibutuhkan

oleh setiap manusia agar dapat melakukan aktivitas sosial di masyarakat

tempat mereka berada. Adalah suatu kenyataan, anak sebagai makhluk

yang belum dewasa harus ditolong, dibantu, dibimbing, serta diarahkan

agar dapat mengembangkan potensinya secara optimal. Salah satu upaya

yang dapat dilakukan adalah melalui pendidikan formal di sekolah.

Sebagai lembaga pendidikan formal, sekolah tidak hanya

berfungsi mengembangkan kecerdasan anak tetapi juga mengembangkan

kepribadian. Hal itu tertuang dalam Undang-undang (UU) RI Nomor 20

Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3 sebagai

berikut.

“Pendidikan Nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi

peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada

Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,

mandiri , dan menjadi warga negara yang demokratis sertra bertanggung

jawab”. (hal. 7) Selanjutnya dalam UU Nomor 20/2003 ditegaskan bahwa


penyelenggaraan pendidikan pada Sekolah Menengah Atas (SMA) bertujuan

memberikan bekal kepada siswa untuk hidup bermasyarakat, berbangsa,

dan bernegara dalam konteks masyarakat yang berkeadaban berdasarkan

nilai dan moral Pancasila serta dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang

yang lebih tinggi. Salah satu komponen untuk mencapai tujuan tersebut

adalah melalui pelajaran Biologi.

Dari hasil pengamatan di SMA Darul Ulum Banyuputih. tampak

bahwa soal pelajaran Biologi yang kurang dikuasai oleh sebagian besar

siswa adalah materi pelajaran penggunaan materi praktek langsung dan

materi tidak praktek langsung. Hal ini disebabkan siswa kurang cermat

memahami konsep-konsep Biologi dan kurangnya motivasi belajar dan

siswa tidak tahu bagaimana cara menyelesaikan soal dengan tepat dan

benar. Pengamatan ini terlihat dari uji coba soal dengan menggunakan soal

perkembang biayakan yang diberikan pada siswa Kelas XII B Jurusan IPA

SMA Darul Ulum Banyuputih.

Bagi guru Biologi SMA Darul Ulum Banyuputih. memberikan soal

Biologi yang berkaitan dengan soal cerita bukanlah hal yang mudah.

Seringkali siswa yang telah memahami topik Biologi secara teoristis

mengalami kesulitan ketika bentuk soal atau permasalahan disajikan dalam

bentuk cerita. Sementara itu, dalam kurikulum Pendidikan Menengah Atas

2004, fungsi pengajaran Biologi adalah mempersiapkan anak didik agar

dapat menjadi warga masyarakat yang demokratis dalam kehidupan sehari-

hari melalui latihan yang praktis, bervariasi, dan aplikatif. Di sisi lain ada
sebagian siswa masih mengalami kesulitan dalam teks Biologi. Sementara

itu, siswa akan lebih mudah mencerna soal cerita Biologi kelas X sampai

XII SMA apabila siswa mampu mengelola teks dengan baik dan benar,

mengerti maksud cerita yang ada di dalamnya, serta memahami gambar

yang ada. Bagi sebagian besar guru Biologi , mengajarkan materi Bilologi

yang berkaitan dengan kemampuan siswa memahami soal Biologi bukanlah

hal yang mudah. Meskipun banyak siswa yang telah mampu memahami

topik Biologi secara teoritis, akan tetapi banyak mengalami kesulitan ketika

bentuk soal atau permasalahan disajikan dalam bentuk soal uraian. Dalam

hal ini guru dituntut untuk mampu memberikan materi yang mudah

diterima oleh siswa. Di samping itu pula, hendaknya guru memberikan

contoh yang kongkret dan jelas berkaitan dengan materi soal berbentuk

uraian. Bila upaya tersebut dapat dilakukan dengan baik, diharapkan hasil

belajar siswa dalam mata pelajaran Biologi juga akan meningkat.

Berdasarkan situasi tersebut, dilakukan penelitian untuk

mengembangkan strategi pembelajaran yang efektif dalam memahami

materi Biologi bagi siswa SMA. Untuk mencapai tujuan tersebut, penelitian

dilakukan dalam bentuk penelitian tindakan kelas.

Berdasarkan uraian di atas, judul yang diambil oleh peneliti dalam

penelitian ini adalah “Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw

Dalam Upaya Meningkatkan Mutu Belajar Biologi Pada Siswa Kelas XII B

Jurusan IPA SMA Darul Ulum Banyuputih Tahun Pelajaran 2006 – 2007”.
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan suatu

masalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah peningkatan prestasi belajar siwa dengan diterapkannya

pembelajaran model jigsaw?

2. Bagaimanakah pengaruh metode pembelajaran model jigsaw terhadap

motivasi belajar siswa?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk:

1. Ingin mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa setelah

diterapkannya pembelajaran model jigsaw.

2. Ingin mengetahui pengaruh motivasi belajar siswa setelah diterapkan

pembelajaran model jigsaw.

D. Manfaat Penelitian

Penulis mengharapkan dengan hasil penelitian ini dapat:

1. Memberikan informasi tentang metode pembelajaran yang sesuai

dengan materi Biologi.

2. Meningkatkan motivasi pada pelajaran Biologi

3. Mengembangkan metode pembelajaran yang sesuai dengan bidang studi

Biologi.
E. Batasan Masalah

Karena keterbatasan waktu, maka diperlukan pembatasan masalah

meliputi:

1. Penelitian inihanya dikenakan pada siswa Kelas XII B Jurusan IPA SMA

Darul Ulum Banyuputih tahun pelajaran 2006/2007.

2. Penelitian ini dilakukan pada bulan September semester ganjil tahun

pelajaran 2006/2007.

3. Materi yang disampaikan adalah Biologi


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Hakikat Belajar dan Pembelajaran

Belajar tidak akan pernah lepas dari manusia karena pada hakikatnya

belajar dilakukan manusia sepanjanghayatnya atau sekurang-kurangnya dia

terus belajar walaupun sudah lulus sekolah. Di era globalisasi dewasa ini

yang mana situasi lingkungan terus berubah seiring dengan pesatnya

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kearah yang lebih modern,

belajar menjadi suatu kebutuhan yang penting.

Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks.

Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami, dilakukan dan dihayati oleh

siswa itu sendiri, dimana siswa adalah penentu terjadi atau tidaknya proses

belajar, proses belajar terjadi berkat siswa memperoleh sesuatu yang ada di

lingkungan baik itu berupa keadaan alam, benda-benda, hewan, tumbuh-

tumbuhan, manusia, atau hal-hal yang dijadikan bahan belajar (Dimyati &

Mudjiono,1997:7).

Pada abad sekarang ini banyak teori-teori belajar yang dikemukakan

oleh para ahli, berikut ini akan dikemukakan beberapa teori belajar,

pengertian belajar menurut pandangan teori behavioristik belajar adalah

perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus

dan respon, seorang siswa dianggap telah belajar sesuatu jika ia dapat
menunjukkan perubahan tingkah lakunya (Budiningsih, 2005:20). Teori

kognitif mendefinisikan belajar sebagai perubahan persepsi dan pemahaman

yang tidak selalu dapat terlihat sebagai tingkah laku yang tampak sehingga

dapat diasumsikan bahwa proses belajar akan belajar dengan baik jika

materi pelajaran atau informasi baru beradaptasi dengan struktur kognitif

yang telah dimiliki seseorang (Budiningsih, 2005:51).

Pandangan konstruktivistik memandang belajar merupakan usaha

pemberian makna oleh siswa kepada pengalamannya melalui asimilasi dan

akomodasi yang menuju pada struktur kognitifnya, belajar merupakan suatu

proses pembentukan pengetahuan yang mana pembentukan ini harus

dilakukan oleh si belajar. Ia harus aktif melakukan kegiatan, aktif berfikir,

menyusun konsep dan memberi makna tentang hal-hal yang sedang

dipelajari sehingga guru harus dapat menata lingkungan yang memberi

peluang optimal bagi terjadinya belajar. Namun pada akhirnya yang paling

menentukan terwujudnya gejala belajar adalah niat siswa itu sendiri atau

dengan istilah lain kendali belajar sepenuhnya ada pada diri siswa

(Budiningsih, 2005:58).

Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan ciri-ciri

kegiatan belajar adalah:

1. Belajar adalah aktivitas yang menghasilkan perubahan pada diri individu

pembelajar

2. Perubahan itu tidak harus segera nampak setelah proses belajar tetapi

dapat tampak pada kesempatan yang akan datang


3. Perubahan itu pada intinya adalah didapatkannya kecakapan baru

4. Perubahan itu terjadi karena usaha dengan sengaja

Sedangkan pembelajaran menurut Gagne (dalam Saputra, dkk,

2003:31) pembelajaran adalah ”seperangkat peristiwa yang diciptakan dan

dirancang untuk mendorong, menggiatkan, dan mendukung belajar siswa.”

Pembelajaran pada hakikatnya adalah proses interaksi antara peserta

didik dan lingkungannya sehingga terjadi perubahan tingkah laku kearah

yang lebih baik, dalam interaksi tersebut banyak sekali faktor yang

mempengaruhinya, baik faktor internal yang datang dari individu maupun

faktor eksternal yang datang dari lingkungan. Dalam pembelajaran, tugas

guru yang paling utama adalah mengkondisikan lingkungan agar menunjang

terjadinya perubahan tingkah laku.

Pembelajaran memuat dua proses kegiatan yaitu kegiatan guru dan

kegiatan siswa. Kegiatan siswa adalah melakukan kegiatan belajar.

Sedangkan kegiatan guru adalah melakukan proses dan menjadikan siswa

belajar.

Saputra, dkk, 2003:5 menyebutkan bahwa:

Pembelajaran adalah tindakan yang dirancang untuk menghasilkan terjadinya


proses belajar. Dimasa lampau peranan guru yang utama adalah penyebar
informasi. Tindakan pembelajaran yang dilakukan guru antara lain adalah
berceramah kepada sejumlah anak dikelas, memelihara disiplin kelas, dan
mengevaluasi tiap-tiap siswa secara hati-hati melalui tanya jawab atau tes,
tetapi seiring dengan perkembangan pengetahuan dan semakin kompleksnya
pengetahuan manusia sekarang ini. Tindak pembelajaran yang diperankan
guru tidak sekedar sebagai penyebar informasi tetapi juga memegang berbagai
peran antara lain sebagai fasilitator, orang sumber, organisator, moderator
maupun evaluator.
Dalam menciptakan kondisi belajar guru menggunakan berbagai

macam metode dan strategi, salah satunya adalah pembelajaran kooperatif

dengan model Jigsaw sehingga dengan menggunakan metode pembelajaran

memahami materi-materi yang diberikan oleh guru dan dapat

menerapkannya dikemudian hari.

B. Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif mencerminkan pandangan bahwa manusia

belajar dari pengalaman mereka dan partisipasi aktif dalam kelompok kecil.

Ahli pedagogi Dewey mengharuskan guru menciptakan didalam lingkungan

belajarnya suatu sistem sosial yang dicirikan dengan prosedur demokrasi

dan proses ilmiah. Tanggung jawab utama mereka adalah memotivasi siswa

untuk bekerja secara kooperatif dan untuk memikirkan masalah sosial

penting yang muncul pada hari itu Arends (dalam Risnawati, 2005:18).

Ada beberapa definisi pembelajaran kooperatif yang dikemukakan

oleh para ahli pendidikan. Menurut Slavin (dalam Risnawati, 2005:18)

pembelajaran kooperatif mengandung pengertian siswa belajar bersama,

saling menyumbangkan pikiran dan bertanggungjawab terhadap pencapaian

hasil belajar secara individu maupun kelompok. Selain definisi tersebut

Cohen (dalam Risnawati, 2005:18) mengemukakan pembelajaran kooperatif

meliputi belajar berkolaborasi, belajar secara kooperatif, dan kerja

kelompok. Hal itu menunjukkan arti sosiologis yaitu penekanannya pada

aspek tugas-tugas kolektif yang harus dikerjakan secara kelompok. Guru


berperan sebagai fasilitator dalam membimbing siswa menyelesaikan materi

tugas.

Pengajaran kooperatif (cooperative learning) memerlukan pendekatan

pengajaran melalui penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama

dalam memaksimalkan kondisi belajar dalam mencapai tujuan belajar

Holubec (2001 dalam Nurhadi, 2004:60)

C. Pentingnya Pembelajaran Kooperatif

Ada banyak alasan mengapa pembelajaran kooperatif dikembangkan.

Hasil penelitian melalui metode meta-analisis yang dilakukan oleh Johson

dan Johson (dalam Nurhadi dkk, 2004:63) menunjukkan adanya berbagai

keunggulan pembelajaran kooperatif sebagaimana terurai sebagai berikut

ini:

1. Memudahkan siswa melakukan penyesuaian sosial.

2. Mengembangkan kegembiraan belajar yang sejati.

3. Memungkinkan para siswa saling belajar mengenai sikap, ketrampilan,

informasi, perilaku sosial, dan padangan.

4. Memungkinkan terbentuk dan berkembangnya nilai-nilai sosial dan

komitmen.

5. Meningkatkan ketrampilan metakognitif.

6. Menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri atau egois dan

egosentris.

7. Meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan sosial.


8. Menghilangkan siswa dari penderitaan akibat kesendirian atau

keterasingan.

9. Dapat menjadi acuan bagi perkembangan kepribadian yang sehat dan

terintegrasi.

10. Membangun persahabatan yang dapat berlanjut hingga masa dewasa.

11. Mencegah timbulnya gangguan kejiwaan.

12. Mencegah terjadinya kenakalan remaja.

13. Menimbulkan perilaku rasional remaja.

14. Berbagai ketrampilan sosial yang diperlukan untuk memelihara hubungan

saling membutuhkan dapat diajarkan dan dipraktekan.

15. Meningkatkan rasa saling percaya kepada sesama manusia.

16. Meningkatkan kemampuan memandang masalah dan situasi dari

berbagai perspektif.

17. Meningkatkan perasaan penuh makna mengenai arah dan tujuan hidup.

18. Meningkatkan keyakinan terhadap ide atau gagasan sendiri.

19. Meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang dirasakan

lebih baik.

20. Meningkatkan motivasi belajar intrinsik.

21. Meningkatkan kegemaran berteman tanpa memandang perbedaan

kemampuan, jenis kelamin, normal atau cacat, etnis, kelas sosial,

agama, dan orientasi tugas.

22. Mengembangkan kesadaran bertanggungjawab dan saling menjaga

perasaan.
23. Meningkatkan sikap positif terhadap belajar dan pengalaman belajar.

24. Meningkatkan ketrampilan hidup bergotong royong.

25. Meningkatkan kesehatan psikologis.

26. Meningkatkan sikap tenggang rasa.

27. Meningkatkan kemampuan berfikir divergen atau berfikir kreatif.

28. Memungkinkan siswa mampu mengubah pandangan klise dan stereotip

menjadi pandangan yang dinamis dan realistis.

29. Meningkatkan rasa harga diri (self-esteem) dan penerimaan (self-

acceptance)

30. Memberikan harapan yang lebih besar bagi terbentuknya manusia

dewasa yang mampu menjalin hubungan positif dengan sesamanya, baik

ditempat kerja maupun masyarakat.

31. Meningkatkan hubungan positif antara siswa dengan guru dan personel

sekolah.

32. Meningkatkan pandangan siswa terhadap guru yang bukan hanya

sebagai penunjang keberhasilan akademik tetapi juga perkembangan

kepribadian yang sehat dan terintegrasi.

33. Meningkatkan pandangan siswa terhadap guru yang bukan hanya

pengajar tetapi juga pendidik.

Menciptkan suasana belajar kooperatif bukan pekerjaan yang

mudah. Untuk menciptakan suasana belajar tersebut diperlukan

pemahaman filosofis dan keilmuan yang cukup disertai dedikasi yang tinggi

serta latihan yang cukup pula.


D. Perbedaan Dengan Pembelajaran Tradisional

Dalam pembelajaran tradisional dikenal pula adanya belajar kelompok.

Meskipun demikian, ada sejumlah perbedaan esensial antara kelompok

belajar kooperatif dengan kelompok belajar tradisional. Abdurrahman dan

Bintoro (dalam Nurhadi, 2004:62) mengemukakan sejumlah perbedaan

tersebut sebagai berikut.

Tabel 2.2 Perbedaan Pembelajaran Kooperatif dan Pembelajaran Tradisonal

No Kelompok Belajar Kooperatif Kelompok Belajar Tradisional

1 Adanya saling ketergantungan positif, saling Guru sering membiarkan adanya siswa yang

membantu, dan saling memberikan motivasi mendominasi kelompok atau

sehingga ada interaksi promotif menggantungkan diri pada kelompok

2 Adanya akuntabilitas individual yang Akuntabilitas individual sering diabaikan

mengukur penguasaan materi pelajaran tiap sehingga tugas-tugas sering diborong oleh

anggota kelompok, dan kelompok diberi salah seorang anggota kelompok, sedangkan

umpan balik tentang hasil belajar para anggota kelompok lainnya hanya ” enak-enak

anggota sehingga dapat saling mengetahui saja” di atas keberasilan temannya yang

siapa yang memerlukan bantuan dan siapa dianggap ”pemborong”

yang dapat memberikan bantuan

3 Kelompok belajar heterogen, baik dalam Kelompok belajar biasanya homogen

kemempuan akademik, jenis kelamin, ras,

etnik, dan sebagainya sehingga dapat saling

mengetahui siapa memerlukan bantuan dan

siapa yang dapat memberikan bantuan


4 Pimpinan kelompok dipilih secara demokratis Pemimpin kelompok sering ditentukan oleh
atau bergilir untuk memberikan pengalaman guru atau kelompok dibiarkan untuk memilih
memimpin bagi para anggota kelompok pemimpinnya dengan cara masing-masing.
5 Ketrampilan sosial yang diperlukan dalam Ketrampilan sosial sering tidak secara
kerja gotong royong seperti kepemimpinan, langsung diajarkan
kemampuan berkomunikasi, mempercayai
orang lain, dan mengelola konflik secara
langsung diajarkan

6 Pada saat belajar koperatif sedang Pemantauan melalui observasi dan intervensi
berlangsung ,guru terus melakukan sering tidak dilakukan oleh guru pada saat
pemantauan melalui observasi dan melakukan belajar kelompok sedang berlangsung
intervensi jika terjadi masalah dalam kerja
antar anggota kelompok

7 Guru memperhatikan secara langsung proses Guru sering tidak memperhatikan proses
kelompok yang terjadi dalam kelompok- kelompok yang terjadi dalam kelompok-
kelompok belajar kelompok belajar

8 Penekanan tidak hanya pada penyelesaian Penekanan sering hanya pada penyelesaian
tugas tetapi juga hubungan interpersonal tugas
(hubungan antar pribadi yang saling
menghargai)
(Sumber: Nurhadi, 2004:62)

Arends (dalam Risnawati, 2005:18) menyatakan bahwa pembelajaran


yang menggunakan metode kooperatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk

menuntaskan materi belajarnya.

2. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi,

sedang, dan rendah.

3. Bila mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku,

jenis kelamin yang berbeda-beda.

4. Penghargaan lebih berorientasi pada kelompok daripada individu.


Barba (dalam Susanto, 1999:50) belajar kooperatif adalah strategi

pembelajaran kelompok kecil yang digunakan untuk:

1. Meningkatkan kemampuan akademik melalui kolaborasi kelompok.

2. Memperbaiki hubungan antar siswa yang berbeda latar belakang etnik

dan kemampuannya.

3. Mengembangkan ketrampilan untuk memecahkan masalah melalui

kelompok.

4. Mendorong proses demokrasi di kelas.

E. Metode Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw

Siswa bekerja dalam kelompok empat atau lima orang. Setiap angota

tim membaca pasal yang berlainan. Selanjutnya para siswa didalam

kelompok ahli tersebut kembali lagi ke timnya semula dan bergantian

mengerjakan apa yang sudah dipelajarinya kepada anggota tim lain.

Akhirnya, para siswa mengikuti kuis yang mencakup seluruh pasal,

dan skor kuis menjadi skor tim. Skor yang disumbangkan oleh siswa ke

timnya didasarkan pada peningkatan individual, dan siswa-siswa yang

berada di tim dengan skor tertinggi berhak mendapat sertifikat atau

penghargaan lain. Jadi para siswa dimotivasi untuk mempelajari bahan

sebaik mungkin dan bekerja keras di dalam kelompok ahli sehingga dapat

membantu anggota kelompok lainnya

Prosedur

1. Pillhlah materi belajar yang bisa dipecah menjadi beberapa bagian.


Sebuah bagian bisa sependek kalimat atau spanjang beberapa paragraf.

(Jika materinya panjang, perintahkan siswa untuk membaca tugas

mereka sebelum pelajaran.)

Contohnya antara lain:

 Modul berisi beberapa poin penting.

 Bagian-bagian eksperimen ilmu pengetahuan

 Sebuah naskah yang memlliki bagian atau subjudul yang berbeda.

 Sebuah artikel setelah majalah atau jenis materi bacaan pendek

yang lain.

2. Hitunglah jumlah bagian yang hendak dipelajari dan jumlah siswa.

Bagikan secara adil berbagai tugas kepada berbagai kelompok siswa.

Sebagai contoh, bayangkan sebuah kelas yang terdiri dari 26 siswa.

Dimisalkan bahwa anda bisa membagi materi pelajaran menjadi tiga

segmen atau bagian. Anda mungkin selanjutnya dapat membentuk

kuartet (kelompok empat anggota), dengan memberikan segmen 1,2,

atau 3 kepada tiap kelompok. Kemudian. perintahkan tiap kuartet atau

"kelompok belajar" untuk membaca, mendiskusikan, dan mempelajari

materi yang mereka terima. (Jika anda menghen-daki. anda dapat

membentuk dua pasang "rekan belajar" terlebih dahulu dan kemudian

menggabungkan pasangan-pasangan itu menjadi kuartet untuk

berkonsultasi dan saling berbagi pendapat.)

3. Setelah waktu belajar selesai. bentuklah kelompok-kelompok "belajar ala

jigsaw." Kelompok tersebut terdiri dari perwakilan tiap "kelompok


belajar” di kelas. Dalam contoh yang baru saja diberikan. anggota dari

tiap kuartet dapat mengembangkan mulai dari 1, 2, 3, dan 4. Kemudian

bentuklah kelompok belajar jigsaw dengan jumlah yang sama. Hasilnya

adalah empat kelompok trio. Dalam masing-masing trio akan ada satu

siswa yang telah mempelajari segmen 1, segmen 2, dan segmen 3.

Diagram berikut ini menunjukkan urutannya.

4. Perintahkan anggota kelompok "jigsaw" untuk mengajarkan satu sama

lain apa yang telah mereka pelajari.

5. Perintahkan siswa untuk kembali ke posisi semula dalam rangka

membahas pertanyaan yang masih tersisa guna memastikan

pemahaman yang akurat.

Variasi

1. Berikan tugas baru misalnya menjawab sejumlah pertanyaan yang

didasarkan pada pengetahuan yang akumulatif dari semua anggota

kelompok belajar jigsaw.

2. Beri siswa tanggung jawab untuk mempelajari ketrampilan, sebgai

alternatif dari pemberian informasi kognitif. Perintahkan siswa untuk

saling mengajarkan ketrampilan yang telah mereka pelajari.


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research), karena

penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas.

Penelitian ini juga termasuk penelitian deskriptif, sebab menggambarkan

bagaimana suatu teknik pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil yang

diinginkan dapat dicapai.

Menurut Oja dan Sumarjan (dalam Titik Sugiarti, 1997; 8)

mengelompokkan penelitian tindakan menjadi empat macam yaitu (a) guru

bertindak sebagai peneliti, (b) penelitian tindakan kolaboratif, (c) Simultan

terintegratif, dan (d) administrasi social ekperimental.

Dalam penelitian tindakan ini menggunakan bentu guru sebagai peneliti,

penanggung jawab penuh penelitian tindakan adalah praktisi (guru). Tujuan

utama dari penelitian tindakan ini adalah meningkatkan hasil pembelajaran di

kelas dimana guru secara penuh terlibat dalam penelitian mulai dari

perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi.

Dalam penelitian ini peneliti tidak bekerjasama dengan siapapun,

kehadiran peneliti sebagai guru di kelas sebagai pengajar tetap dan dilakukan

seperti biasa, sehingga siswa tidak tahu kalau diteliti. Dengan cara ini

diharapkan didapatkan data yang seobjektif mungkin demi kevalidan data yang

diperlukan.
Penelitian ini akan dihentikan apabila ketuntasan belajar secara kalasikal

telah mencapai 85% atau lebih. Jadi dalam penelitian ini, peneliti tidak

tergantung pada jumlah siklus yang harus dilalui.

A. Tempat, Waktu dan Subyek Penelitian

1. Tempat Penelitian

Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan dalam melakukan

penelitian untuk memperoleh data yang diinginkan. Penelitian ini bertempat

di Kelas XII B Jurusan IPA SMA Darul Ulum Banyuputih Kabupaten

Situbondo Tahun Pelajaran 2006/2007.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian adalah waktu berlangsungnya penelitian atau

saat penelitian ini dilangsungkan. Penelitian ini dilaksanakan selama 3

bulan mulai bulan September semester gasal 2006/2007.

3. Subyek Penelitian

Subyek penelitian adalah siswa-siswi XII B Jurusan IPA SMA Darul

Ulum Banyuputih, mata pelajaran Biologi.

B. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut

Tim Pelatih Proyek PGSM, PTK adalah suatu bentuk kajian yang bersifat
reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan

kemantapan rasional dari tindakan mereka dalam melaksanakan tugas,

memperdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan itu,

serta memperbaiki kondisi dimana praktek pembelajaran tersebut dilakukan

(dalam Mukhlis, 2000: 3).

Sedangkah menurut Mukhlis (2000: 5) PTK adalah suatu bentuk

kajian yang bersifat sistematis reflektif oleh pelaku tindakan untuk

memperbaiki kondisi pembelajaran yang dilakukan.

Adapun tujuan utama dari PTK adalah untuk memperbaiki /

meningkatkan pratek pembelajaran secara berkesinambungan, sedangkan

tujuan penyertaannya adalah menumbuhkan budaya meneliti di kalangan

guru (Mukhlis, 2000: 5).

Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan,

maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis

dan Taggart (dalam Sugiarti, 1997: 6), yaitu berbentuk spiral dari sklus

yang satu ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning

(rencana), action (tindakan), observation (pengamatan), dan reflection

(refleksi). Langkah pada siklus berikutnya adalah perncanaan yang sudah

direvisi, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus 1

dilakukan tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi permasalahan.

Siklus spiral dari tahap-tahap penelitian tindakan kelas dapat dilihat pada

gambar berikut.
Putaran 1

Refleksi Rencana awal/


rancangan

Tindakan/Observasi Putaran 2

Rencana yang direvisi


Refleksi

Tindakan/Observasi Putaran 3

Rencana yang direvisi


Refleksi

Tindakan/Observasi

Gambar 3.1 Alur PTK

Penjelasan alur di atas adalah:

1. Rancangan/rencana awal, sebelum mengadakan penelitian peneliti

menyusun rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan,

termasuk di dalamnya instrumen penelitian dan perangkat pembelajaran.

2. Kegiatan dan pengamatan, meliputi tindakan yang dilakukan oleh peneliti

sebagai upaya membangun pemahaman konsep siswa serta mengamati

hasil atau dampak dari diterapkannya metode pembelajaran model

discovery .

3. Refleksi, peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau

dampak dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan

yang diisi oleh pengamat.


4. Rancangan/rencana yang direvisi, berdasarkan hasil refleksi dari

pengamat membuat rancangan yang direvisi untuk dilaksanakan pada

siklus berikutnya.

Observasi dibagi dalam tiga putaran, yaitu putaran 1, 2 dan 3,

dimana masing putaran dikenai perlakuan yang sama (alur kegiatan

yang sama) dan membahas satu sub pokok bahasan yang diakhiri

dengan tes formatif di akhir masing putaran. Dibuat dalam tiga putaran

dimaksudkan untuk memperbaiki sistem pengajaran yang telah

dilaksanakan.

C. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:

1. Silabus

Yaitu seperangkat rencana dan pengaturan tentang kegiatan

pembelajaran pengelolahan kelas, serta penilaian hasil belajar.

2. Rencana Pelaksanaan (RP)

Yaitu merupakan perangkat pembelajaran yang digunakan

sebagai pedoman guru dalam mengajar dan disusun untuk tiap putaran.

Masing-masing RP berisi kompetensi dasar, indicator pencapaian hasil

belajar, tujuan pembelajaran khusus, dan kegiatan belajar mengajar.

3. Lembar Kegiatan Siswa

Lembar kegaian ini yang dipergunakan siswa untuk membantu

proses pengumpulan data hasil eksperimen.

4. Lembar Observasi Kegiatan Belajar Mengajar


a. Lembar observasi pengolahan pembelajaran model jigsaw, untuk

mengamati kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran.

b. Lembar observasi aktivitas siswa dan guru, untuk mengamati

aktivitas siswa dan guru selama proses pembelajaran.

5. Tes formatif

Tes ini disusun berdasarkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Tes

formatif ini diberikan setiap akhir putaran. Bentuk soal yang diberikan

adalah pilihan ganda (objektif). Sebelumnya soal-soal ini berjumlah 46

D. Metode Pengumpulan Data

Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh melalui

observasi pengolahan pembelajaran model jigsaw, observasi aktivitas siswa

dan guru, dan tes formatif.

E. Teknik Analisis Data

Untuk mengetahui keefektivan suatu metode dalam kegiatan

pembelajaran perlu diadakan analisa data. Pada penelitian ini menggunakan

teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang

bersifat menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang

diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui prestasi belajar yang dicapai

siswa juga untuk memperoleh respon siswa terhadap kegiata pembelajaran

serta aktivitas siswa selama proses pembelajaran.


Untuk mengalisis tingkat keberhasilan atau persentase keberhasilan

siswa setelah proses belajar mengajar setiap putarannya dilakukan dengan

cara memberikan evaluasi berupa soal tes tertulis pada setiap akhir putaran.

Analisis ini dihitung dengan menggunakan statistik sederhana yaitu:

1. Untuk menilai ulangan atu tes formatif

Peneliti melakukan penjumlahan nilai yang diperoleh siswa, yang

selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa yang ada di kelas tersebut

sehingga diperoleh rata-rata tes formatif dapat dirumuskan:

X 
X
N
Dengan : X = Nilai rata-rata
Σ X = Jumlah semua nilai siswa
Σ N = Jumlah siswa
2. Untuk ketuntasan belajar

Ada dua kategori ketuntasan belajar yaitu secara perorangan dan

secara klasikal. Berdasarkan petunjuk pelaksanaan belajar mengajar

kurikulum 1994 (Depdikbud, 1994), yaitu seorang siswa telah tuntas

belajar bila telah mencapai skor 65% atau nilai 65, dan kelas disebut

tuntas belajar bila di kelas tersebut terdapat 85% yang telah mencapai

daya serap lebih dari sama dengan 65%. Untuk menghitung persentase

ketuntasan belajar digunakan rumus sebagai berikut:

P
 Siswa. yang.tuntas.belajar x100%
 Siswa
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Data penelitian yang diperoleh berupa hasil uji coba item butir soal, data

observasi berupa pengamatan pengelolaan pembelajaran model jigsaw dan

pengamatan aktivitas siswa dan guru pada akhir pembelajaran, dan data tes

formatif siswa pada setiap siklus.

Data hasil uji coba item butir soal digunakan untuk mendapatkan tes

yang betul-betul mewakili apa yang diinginka. Data ini selanjutnya dianalisis

tingkat validitas, reliabilitas, taraf kesukaran, dan daya pembeda.

Data lembar observasi diambil dari dua pengamatan yaitu data

pengamatan penglolaan pembelajaran model jigsaw yang digunakan untuk

mengetahui pengaruh penerapan metode pembelajaran model jigsaw dalam

meningkatkan prestasi

Data tes formatif untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa

setelah diterapkan pembelajaran model jigsaw.

A. Analisis Item Butir Soal

Sebelum melaksanakan pengambilan data melalui instrumen

penelitian berupa tes dan mendapatkan tes yang baik, maka data tes

tersebut diuji dan dianalisi. Uji coba dilakukan pada siswa di luar sasaran

penelitian. Analisis tes yang dilakukan meliputi:


1. Validitas

Validitas butir soal dimaksudkan untuk mengetahui kelayakan tes

sehingga dapat digunakan sebagai instrument dalam penelitian ini. Dari

perhitungan 46 soal diperoleh 16 soal tidak valid dan 30 soal valid. Hasil

dari validits soal-soal dirangkum dalam tabel di bawah ini.

Tabel 4.1. Soal Valid dan Tidak Valid Tes Formatif Siswa

Soal Valid Soal Tidak Valid

1, 2, 5, 6, 7, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 17, 19, 21, 23, 25, 3, 4, 8, 15, 16, 18, 20, 22,

26, 27, 28, 29, 30, 36, 37, 38, 39, 41, 42, 43, 44, 45 24, 31, 32, 33, 34, 35, 40, 46

2. Reliabilitas

Soal-soal yang telah memenuhi syarat validitas diuji

reliabilitasnya. Dari hasil perhitungan diperoleh koefisien reliabilitas r11

sebesar 0, 775. Harga ini lebih besar dari harga r product moment.

Untuk jumlah siswa (N = 22) dengan r (95%) = 0,423. Dengan demikian

soal-soal tes yang digunakan telah memenuhi syarat reliabilitas.

3. Taraf Kesukaran (P)

Taraf kesukaran digunakan untuk mengetahui tingkat kesukaran

soal. Hasil analisis menunjukkan dari 46 soal yang diuji terdapat:

- 20 soal mudah

- 16 soal sedang

- 10 soal sukar
4. Daya Pembeda

Analisis daya pembeda dilakukan untuk mengetahui kemampuan

soal dalam membedakan siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa

yang berkemampuan rendah.

Dari hasil analisis daya pembeda diperoleh soal yang berkriteria

jelek sebanyak 14 soal, berkriteria cukup 20 soal, berkreteria baik 10

soal, dan yang berkriteria tidak baik 2 soal. Dengan demikian soal-soal

tes yang digunakan telah memenuhi syara-syarat validitas, reliabilitas,

taraf kesukaran, dan daya pembeda.

B. Analisis Data Penelitian Persiklus

1. Siklus I

a. Tahap Perencanaan

Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat

pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 1, LKS 1, soal tes

formatif 1, dan alat-alat pengajaran yang mendukung.

b. Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus I

dilaksanakan mulai tanggal 4 September 2006 di Kelas XII B Jurusan

IPA SMA Darul Ulum Banyuputih dengan jumlah siswa 26 siswa.

Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar

mengajar mengacu pada rencana pelajaran yang telah dipersiapkan.


Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan

pelaksanaan belajar mengajar.

Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif I

dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam

proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Adapun data hasil

penelitian pada siklus I adalah sebagai berikut:

Tabel 4.3. Rekapitulasi Hasil Tes Siklus I

No Uraian Hasil Siklus I


1 Nilai rata-rata tes formatif 69,09
2 Jumlah siswa yang tuntas belajar 17
3 Persentase ketuntasan belajar 65,38

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan

metode pembelajaran model jigsaw diperoleh nilai rata-rata prestasi

belajar siswa adalah 69,09 dan ketuntasan belajar mencapai 65,38%

atau ada 17 siswa dari 26 siswa sudah tuntas belajar. Hasil tersebut

menunjukkan bahwa pada siklus pertama secara klasikal siswa belum

tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai ≥ 65 hanya

sebesar 65,38% lebih kecil dari persentase ketuntasan yang

dikehendaki yaitu sebesar 85%. Hal ini disebabkan karena siswa

masih merasa baru dan belum mengerti apa yang dimaksudkan dan

digunakan guru dengan menerapkan metode pembelajaran model

jigsaw.
2. Siklus II
a. Tahap perencanaan

Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat

pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 2, LKS 2, soal tes

formatif II, dan alat-alat pengajaran yang mendukung.

b. Tahap kegiatan dan pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus II

dilaksanakan mulai tanggal 2 Oktober 2006 di Kelas XII B Jurusan

IPA SMA Darul Ulum Banyuputih dengan jumlah siswa 26 siswa.

Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar

mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan memperhatikan

revisi pada siklus I, sehingga kesalahan atau kekurangan pada siklus

I tidak terulang lagi pada siklus II. Pengamatan (observasi)

dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar.

Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif II

dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa selama

proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrument yang

digunakan adalah tes formatif II. Adapun data hasil penelitian pada

siklus II adalah sebagai berikut.

Tabel 4.5. Rekapitulasi Hasil Tes Siklus II


No Uraian Hasil Siklus II
1 Nilai rata-rata tes formatif 76,36
2 Jumlah siswa yang tuntas belajar 20
3 Persentase ketuntasan belajar 76,92
Dari tabel di atas diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar

siswa adalah 76,36 dan ketuntasan belajar mencapai 76,92% atau

ada 20 siswa dari 26 siswa sudah tuntas belajar. Hasil ini

menunjukkan bahwa pada siklus II ini ketuntasan belajar secara

klasikal telah megalami peningkatan sedikit lebih baik dari siklus I.

Adanya peningkatan hasil belajar siswa ini karena setelah guru

menginformasikan bahwa setiap akhir pelajaran akan selalu diadakan

tes sehingga pada pertemuan berikutnya siswa lebih termotivasi

untuk belajar. Selain itu siswa juga sudah mulai mengerti apa yang

dimaksudkan dan diinginkan guru dengan menerapkan metode

pembelajaran model jigsaw.

3. Siklus III

a. Tahap Perencanaan

Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat

pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 3, LKS 3, soal tes

formatif 3, dan alat-alat pengajaran yang mendukung

b. Tahap kegiatan dan pengamatan

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus III

dilaksanakan mulai tanggal 1 Nopember 2006 di Kelas XII B Jurusan

IPA SMA Darul Ulum Banyuputih dengan jumlah siswa 26 siswa.

Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar

mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan memperhatikan

revisi pada siklus II, sehingga kesalahan atau kekurangan pada siklus
II tidak terulang lagi pada siklus III. Pengamatan (observasi)

dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar.

Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif

III dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa

dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrumen yang

digunakan adalah tes formatif III. Adapun data hasil peneitian pada

siklus III adalah sebagai berikut:

Tabel 4.7. Rekapitulasi Hasil Tes Siklus III

No Uraian Hasil Siklus III

1 Nilai rata-rata tes formatif 81,82

2 Jumlah siswa yang tuntas belajar 23

3 Persentase ketuntasan belajar 88,46

Berdasarkan tabel diatas diperoleh nilai rata-rata tes formatif

sebesar 81,82 dan dari 26 siswa yang telah tuntas sebanyak 13 siswa

dan 3 siswa belum mencapai ketuntasan belajar. Maka secara

klasikal ketuntasan belajar yang telah tercapai sebesar 88,46%

(termasuk kategori tuntas). Hasil pada siklus III ini mengalami

peningkatan lebih baik dari siklus II. Adanya peningkatan hasil

belajar pada siklus III ini dipengaruhi oleh adanya peningkatan

kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran model jigsaw

sehingga siswa menjadi lebih terbiasa dengan pembelajaran seperti


ini sehingga siswa lebih mudah dalam memahami materi yang telah

diberikan. Pada siklus III ini ketuntasan secara klasikal telah tercapai,

sehingga penelitian ini hanya sampai pada siklus III.

c. Refleksi

Pada tahap ini akah dikaji apa yang telah terlaksana dengan

baik maupun yang masih kurang baik dalam proses belajar mengajar

dengan penerapan pembelajaran model jigsaw. Dari data-data yang

telah diperoleh dapat duraikan sebagai berikut:

1) Selama proses belajar mengajar guru telah melaksanakan semua

pembelajaran dengan baik. Meskipun ada beberapa aspek yang

belum sempurna, tetapi persentase pelaksanaannya untuk

masing-masing aspek cukup besar.

2) Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa siswa aktif

selama proses belajar berlangsung.

3) Kekurangan pada siklus-siklus sebelumnya sudah mengalami

perbaikan dan peningkatan sehingga menjadi lebih baik.

4) Hasil belajar siswa pada siklus III mencapai ketuntasan.

d. Revisi Pelaksanaan

Pada siklus III guru telah menerapkan pembelajaran model

jigsaw dengan baik dan dilihat dari aktivitas siswa serta hasil belajar

siswa pelaksanaan proses belajar mengajar sudah berjalan dengan

baik. Maka tidak diperlukan revisi terlalu banyak, tetapi yang perlu

diperhatikan untuk tindakan selanjutnya adalah memaksimalkan dan


mepertahankan apa yang telah ada dengan tujuan agar pada

pelaksanaan proses belajar mengajar selanjutnya penerapan

pembelajaran model jigsaw dapat meningkatkan proses belajar

mengajar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

C. Pembahasan

1. Ketuntasan Hasil belajar Siswa

Melalui hasil peneilitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran

model jigsaw memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi

belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari semakin mantapnya pemahaman

siswa terhadap materi yang disampaikan guru (ketuntasan belajar

meningkat dari sklus I, II, dan II) yaitu masing-masing 65,38%, 76,92%,

dan 88,46%. Pada siklus III ketuntasan belajar siswa secara klasikal

telah tercapai.

2. Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran

Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses

pembelajaran model jigsaw dalam setiap siklus mengalami peningkatan.

Hal ini berdampak positif terhadap prestasi belajar siswa yaitu dapat

ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata siswa pada setiap siklus

yang terus mengalami peningkatan.

3. Aktivitas Guru dan Siswa Dalam Pembelajaran

Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses

pembelajaran Matematika pada pokok bahasan Menyusun kalimat yang


paling dominan adalah bekerja dengan menggunakan alat/media,

mendengarkan/ memperhatikan penjelasan guru, dan diskusi antar

siswa/antara siswa dengan guru. Jadi dapat dikatakan bahwa aktivitas

siswa dapat dikategorikan aktif.

Sedangkan untuk aktivitas guru selama pembelajaran telah

melaksanakan langah-langkah pembelajaran model jigsaw dengan baik.

Hal ini terlihat dari aktivitas guru yang muncul di antaranya aktivitas

membimbing dan mengamati siswa dalam mengerjakan kegiatan

LKS/menemukan konsep, menjelaskan/ melatih menggunakan alat,

memberi umpan balik/evaluasi/tanya jawab dimana prosentase untuk

aktivitas di atas cukup besar.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama tiga

siklus, dan berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang telah

dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Pembelajaran dengan model jigsaw memiliki dampak positif dalam

meningkatkan prestasi belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan

ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I (65,38%),

siklus II (76,92%), siklus III (88,46%).

2. Penerapan metode pembelajaran model jigsaw mempunyai pengaruh

positif, yaitu dapat meningkatkan motivasi belajar siswa yang ditunjukan

dengan hasil wawancara dengan sebagian siswa, rata-rata jawaban

siswa menyatakan bahwa siswa tertarik dan berminat dengan metode

pembelajaran model jigsaw sehingga mereka menjadi termotivasi untuk

belajar.

B. Saran

Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar

proses belajar mengajar Biologi lebih efektif dan lebih memberikan hasil

yang optimal bagi siswa, maka disampaikan saran sebagai berikut:


1. Untuk melaksanakan model model jigsaw memerlukan persiapan yang

cukup matang, sehingga guru harus mampu menentukan atau memilih

topik yang benar-benar bisa diterapkan dengan model model jigsaw

dalam proses belajar mengajar sehingga diperoleh hasil yang optimal.

2. Dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa, guru hendaknya

lebih sering melatih siswa dengan berbagai metode pembelajaran, walau

dalam taraf yang sederhana, dimana siswa nantinya dapat menemukan

pengetahuan baru, memperoleh konsep dan keterampilan, sehingga

siswa berhasil atau mampu memecahkan masalah-masalah yang

dihadapinya.

3. Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut, karena hasil penelitian ini

hanya dilakuakan di Kelas XII B Jurusan IPA SMA Darul Ulum Banyuputih

tahun pelajaran 2006/2007.


DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 1997. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi


Aksara.

Berg, Euwe Vd. (1991). Miskonsepsi Matematika dan Remidi Salatiga:


Universitas Kristen Satya Wacana.

Hamalik, Oemar. 2002. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algesindo.

Joyce, Bruce dan Weil, Marsh. 1972. Models of Teaching Model. Boston: A Liyn
dan Bacon.

Masriyah. 1999. Analisis Butir Tes. Surabaya: Universitas Press.

Mukhlis, Abdul. (Ed). 2000. Penelitian Tindakan Kelas. Makalah Panitia Pelatihan
Penulisan Karya Ilmiah untuk Guru-guru se-Kabupaten Tuban.

Nur, Moh. 2001. Pemotivasian Siswa untuk Belajar. Surabaya. University Press.
Universitas Negeri Surabaya.

Soedjadi, dkk. 2000. Pedoman Penulisan dan Ujian Skripsi. Surabaya; Unesa
Universitas Press.

Suryosubroto, B. 1997. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT.


Rineksa Cipta.

Usman, Uzer. 2000. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja


Rosdakarya.

Widoko. 2002. Metode Pembelajaran Konsep. Surabaya: Universitas Negeri


Surabaya.
PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF
MODEL JIGSAW DALAM UPAYA MENINGKATKAN
MUTU BELAJAR BIOLOGI
PADA SISWA KELAS XII B JURUSAN IPA
TAHUN PELAJARAN 2006 – 2007

KARYA ILMIAH
( PENELITIAN TINDAKAN KELAS )

O
L
E
H

Efendi Setiawan, S. Pd

SMA DARUL ULUM BANYUPUTIH

PONDOK PESANTREN AS-SALAFI AS-SYAFI’I NURUL HUDA


Jln. KH. Abd. Fattah Nyamplong Banyuputih Situbondo
Propinsi Jawa Timur Kode Pos 68374
Telp. ( 0338 ) 451765

TAHUN 2006
HALAMAN PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN

Laporan penelitian ini telah disetujui dan di syahkan untuk melengkapi

perpustakaan SMA Darul Ulum Banyuputih dan dapat diajukan sebagai salah

satu karya ilmiah dengan judul “Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model

Jigsaw Dalam Upaya Meningkatkan Mutu Belajar Biologi Pada Siswa Kelas XII B

Jurusan IPA Tahun Pelajaran 2006 – 2007.” Setelah membaca dan mencermati

karya ilmiah yang merupakan ulasan hasil penelitian yang tidak dipublikasikan

tetapi didokumentasikan di perpustakaan SMA Darul Ulum Banyuputih

Mengetahui Banyuputih, 01 Desember 2006

Kepala Ketua Yayasan Kepala Sekolah

KH. Abdullah Ishaq, Moh. Zainul Alim,ZA, S. Pd


NIP : NIP:

ii
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji pujian kepada Tuhan Yang Maha Esa, penulis
dapat menyelesaikan tugas penyusunan karya ilmiah dengan judul “Penerapan
Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw Dalam Upaya Meningkatkan Mutu
Belajar Biologi Pada Siswa Kelas XII B Jurusan IPA Tahun Pelajaran 2006 –
2007”, penulisan karya ilmiah ini kami susun untuk dipakai dalam bacaan di
perpustakaan sekolah dan dapat dipakai sebagai perbandingan dalam
pembuatan karya ilmiah bagi teman sejawat juga anak didik pada latihan
diskusi ilmiah dalam rangka pembinaan karya ilmiah remaja.
Dalam penyusunan karya ilmiah ini penulis banyak mendapat bantuan
dari berbagai pihak. Untuk itu terima kasih ucapkan dengan tulus dan sedalam-
dalamnya kepada:

1. Yth. Ketua Yayasan Pondok Pesantren As-Salafi As-Syafi’I Nurul Huda


2. Yth. Kabag. Pendidikan Pondok Pesantren As-Salafi As-Syafi’I Nurul Huda
3. Yth. Kepala SMA Darul Ulum Banyuputih
4. Yth. Rekan-rekan Guru SMA Darul Ulum Banyuputih
5. Semua pihak yang telah banyak membantu sehingga penulisan ini selesai.

Penulis menyadari bahwa penulisan karya ilmiah ini jauh dari sempurna
untuk itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak
selalu penulis harapkan.

Penulis

iii
ABSTRAK

Efendi Setiawan,S.Pd, 2006. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw


Dalam Upaya Meningkatkan Mutu Belajar Biologi Pada Siswa Kelas XII B
Jurusan IPA. Tahun Pelajaran 2006 – 2007.

Kata Kunci: pembelajaran Biologi, metode jigsaw

Berhasilnya tujuan pembelajaran ditentukan oleh banyak faktor


diantaranya adalah faktor guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar,
karena guru secara langsung dapat mempengaruhi, membina dan
meningkatkan kecerdasan serta keterampilan siswa. Untuk mengatasi
permasalahan di atas dan guna mencapai tujuan pendidikan secara maksimal,
peran guru sangat penting dan diharapkan guru memiliki cara/model mengajar
yang baik dan mampu memilih model pembelajaran yang tepat dan sesuai
dengan konsep-konsep mata pelajaran yang akan disampaikan.
Permasalahan yang ingin dikaji dalam penelitian ini adalah: (a)
Bagaimanakah peningkatan prestasi belajar siswa dengan diterapkannya
pembelajaran model jigsaw? (b) Bagaimanakah pengaruh metode pembelajaran
model jigsaw terhadap motivasi belajar siswa?
Tujuan dari penelitian tindakan ini adalah: (a) Ingin mengetahui
peningkatan prestasi belajar siswa setelah diterapkannya pembelajaran model
jigsaw. (b) Ingin mengetahui pengaruh motivasi belajar siswa setelah
diterapkannya metode pembelajaran model jigsaw.
Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan (action research)
sebanyak tiga putaran. Setiap putaran terdiri dari empat tahap yaitu:
rancangan, kegiatan dan pengamatan, refleksi, dan refisi. Sasaran penelitian ini
adalah siswa Kelas XII B Jurusan IPA. Tahun Pelajaran 2006 – 2007. Data yang
diperoleh berupa hasil tes formatif, lembar observasi kegiatan belajar mengajar.
Dari hasil analis didapatkan bahwa prestasi belajar siswa mengalami
peningkatan dari siklus I sampai siklus III yaitu, siklus I (65,38%), siklus II
(76,92%), siklus III (88,46%).
Kesimpulan dari penelitian ini adalah metode model jigsaw dapat
berpengaruh positif terhadap motivasi belajar Siswa SMA Darul Ulum
Banyuputih, serta metode pembelajaran ini dapat digunakan sebagai salah satu
alternatif pembelajaran Biologi.

iv
DAFTAR ISI

Halaman
Halaman Judul .......................................................................................... i
Lembar Pengesahan .................................................................................. ii
Kata Pengantar ......................................................................................... iii
Abstrak ..................................................................................................... iv
Daftar Isi .................................................................................................. v

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................... 1
B. Perumusan Masalah ........................................................... 3
C. Tujuan Penelitian ............................................................. 4
D. Manfaat Penelitian ............................................................ 4
E. Batasan Masalah .............................................................. 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Hakikat Belajar dan Pembelajaran ...................................... 5
B. Pembelajaran Kooperatif .................................................... 7
C. Pentingnya Pembelajaran Kooperatif................................... 8
D. Perbedaan Dengan Pembelajaran Tradisional ...................... 11
E. Metode Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw ................... 13

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


A. Tempat, Waktu, dan Subyek Penelitian .............................. 17
B. Rancangan Penelitian ...................................................... 17
C. Instrumen Penelitian ......................................................... 19
D. Metode Pengumpulan Data .............................................. 20
E. Teknik Analisis Data ......................................................... 21

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. Analisi Item Butir Soal ..................................................... 23
B. Analisis Data Penelitian Persiklus ...................................... 25
C. Pembahasan .................................................................... 30

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ...................................................................... 32
B. Saran ............................................................................... 32

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 34

Anda mungkin juga menyukai