ARENCO BINATAMA
engineering consultant
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan YME, tersusunnya Laporan Ringkasan Eksekutif
Pekerjaan “Kajian Embung Untuk Infrastruktur Untuk Kajian Embung Baku di Kawasan FTZ Dompak
” ini. Laporan Akhir ini dibuat sesuai dengan tahapan waktu pekerjaan yang telah dilalui.
Besar harapan kami agar Laporan Ringkasan Eksekutif ini dapat bermanfaat dan sesuai dengan
sasaran yang telah ditetapkan dan disepakati.
Atas bantuan dan saran-saran yang telah diberikan, kami ucapkan banyak terimakasih.
Konsultan Perencana
PT. ARENCO BINATAMA
Sesusai Kontrak Nomor : 05.26.13/SPPP/PENG/FTZ/VII
Tanggal : 05 Juli 2017
Mengetahui.
ii
DAFTAR ISI
1.2.1 Maksud.......................................................................................................................... 2
iii
2.2.4 Sosial ........................................................................................................................... 12
iv
4.4.2 Analisis Curah Hujan Harian Maksimum ..................................................................... 32
v
DAFTAR TABEL
Tabel 2-2 Jumlah penduduk Tanjungpinang saat ini dan Proyeksi pertambahan penduduk 5 tahun ke
depan .................................................................................................................................................... 7
Tabel 2-3 Jumlah sarana perekonomian menurut jenis dan kelurahan .............................................. 13
Tabel 3-2 Karakteristik Tiap Alternatif Lokasi Rencana Embung Dompak ........................................... 18
Tabel 4-3 Karakteristik Muka Air Embung Dompak ................................ Error! Bookmark not defined.
Tabel 4-4 Komponen Amplitudo Pasang Surut Embung Dompak ........... Error! Bookmark not defined.
Tabel 4-6 Perhitungan Curah Hujan Rancangan Dengan Menggunakan Distribusi Gumbel Tipe I ...... 32
Tabel 4-8 Perhitungan Kurva Distribusi Log Pearson Tipe III ............................................................... 33
Tabel 4-12 Hasil Perhitungan Curah Hujan Maksimum Rencana (mm/jam). ...................................... 34
vi
Tabel 4-15 Uji Smirnov-Kolmogorof Untuk Distribusi Log Normal 2 Parameter ................................ 36
Tabel 4-16 Uji Smirnov-Kolmogorof Untuk Distribusi Log Pearson Tipe III ........................................ 36
Tabel 4-18 Besar Peluang dan Nilai Batas Kelas untuk Distribusi Gumbel Tipe I ................................ 37
Tabel 4-19 Perhitungan Uji Chi-Kuadrat Untuk Distribusi Gumbel Tipe I ........................................... 37
Tabel 4-20 Besar Peluang dan Nilai Batas Kelas untuk Distribusi Log Normal 2 ParameterI .............. 38
Tabel 4-21 Perhitungan Uji Chi-Kuadrat Untuk Distribusi Log Normal 2 Parameter .......................... 38
Tabel 4-22 Besar Peluang dan Nilai Batas Kelas untuk Distribusi Log Pearson Tipe IIIError! Bookmark
not defined.
Tabel 4-23 Perhitungan Uji Chi-Kuadrat Untuk Distribusi Log Pearson Tipe IIIError! Bookmark not
defined.
Tabel 4-26 Langkah perhitungan metode NRECA ................................... Error! Bookmark not defined.
Tabel 4-28 Potensi Debit Pasokan Air Dua Mingguan (L/dtk) Embung Dompak ................................. 46
Tabel 4-29 Langkah perhitungan metode NRECA ................................... Error! Bookmark not defined.
Tabel 4-32 Potensi Debit Pasokan Air Dua Mingguan (L/dtk) Embung Dompak ................................. 51
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2-1 Peta Administrasi Kepulauan Riau ...................................... Error! Bookmark not defined.
Gambar 2-3 Persentase penyebaran penduduk di Kecamatan Bukit Bestari Tahun 2016 .................. 12
Gambar 3-7 Survey Lokasi Embung melalui Foto Udara (2) ................................................................ 21
Gambar 3-8 Ilustrasi Pengukuran Bathimetri .......................................... Error! Bookmark not defined.
Gambar 4-1 Peta Zona Gempa Indonesia ............................................... Error! Bookmark not defined.
Gambar 4-4 Bagan alir perhitungan dan penaksiran perilaku pasang surut lautError! Bookmark not
defined.
viii
Gambar 4-4 Hasil Least Square Pasang Dompak ................................................................................. 31
Gambar 4-9 Hidrograf Satuan Sintetik (HSS) Nakayasu Embung Dompak ......................................... 41
Gambar 4-12 Struktur Model Rainfall-Runoff ......................................... Error! Bookmark not defined.
Gambar 4-16 Skematisasi neraca air Embung Dompak pada DSS WEAP ............................................ 45
Gambar 4-18 Potensi Debit Pasokan Air Dua Mingguan (m3/dtk) Embung Dompak .......................... 47
Gambar 4-20 Struktur Model Rainfall-Runoff ......................................... Error! Bookmark not defined.
Gambar 4-24 Konsep Pemodelan setelah pengerukan dengan background Citra .............................. 51
Gambar 4-18 Potensi Debit Pasokan Air Dua Mingguan (m3/dtk) Embung Dompak .......................... 52
ix
Gambar 5-1 Hidrograf Satuan Sintetik (HSS) Nakayasu Embung DompakError! Bookmark not
defined.
x
BAB 1
PENDAHULUAN
Berbagai insentif di kawasan bebas ini diharapkan menjadi magnet bagi investor.
Aglomerasi ekonomi menjadikan Batam sebagai salah satu yang termasuk kawasan
bebas (free trade zone). Letaknya yang 15 km dari Singapura menjadikan Batam
kawasan andalan Indonesia, sebagai kawasan industri maupun lalu lintas perdagangan
internasional.
1
Berkembangnya suatu daerah selain perlu adanya infrastruktur yang memadai, juga
diperlukan dukungan Energi Listrik dan Air. Air dan energi listrik sangat dibutuhkan
untuk berbagai macam kegiatan yang dilakukan oleh manusia.
Sebagai kawasan FTZ, diharapkan daerah FTZ Dompak ini memliliki cadangan air bersih
sehingga tidak semuanya berharap pasokan air baku dari luar. Dalam hal ini, sebelum
membuat embung/embung untuk cadangan air, sebaiknya dilakukan kajian, sehingga
diharapkan dapat memberikan manfaat yang maksimal dan dampak negative yang
sekecil-kecilnya.
1.2.1 Maksud
Kajian Embung untuk Infrastruktur untuk Sumber Air Baku di Kawasan FTZ Dompak
dimaksudkan untuk :
1.2.2 Tujuan
Sedangkan tujuan Kajian Embung untuk Infrastruktur untuk Sumber Air Baku di
Kawasan FTZ Dompak adalah untuk membuat kajian kapasitas air embung dan
referensi pelaksanaan pembuatan Kajian Embung untuk Infrastruktur untuk Sumber
Air Baku di Kawasan FTZ Dompak, sehingga dapat menjadi sumber / cadangan air baku
untuk menunjang kegiatan di Kawasan FTZ Dompak.
2
1.3 Sasaran
Sasaran dari Kajian Embung untuk Infrastruktur untuk Sumber Air Baku di Kawasan
FTZ Dompak ini antara lain :
Lokasi pekerjaan Kajian Embung untuk Infrastruktur untuk Sumber Air Baku di Kawasan
FTZ Dompak adalah Kota Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau.
3
BAB 2
GAMBARAN UMUM LOKASI PEKERJAAN
Secara geografis Kota Tanjungpinang terletak di Pulau Bintan dengan posisi berada
pada 51° sampai dengan 59° lintang Utara dan 104,23° sampai dengan 104,34° bujur
Timur dengan luas wilayah 239,50 km2.
4
Daftar luas wilayah 7 kabupaten/kota yang ada di Provinsi Kepulauan Riau yang terdiri
dari 5 kabupaten dan 2 kota pada tahun 2017 berdasarkan data yang dipublikasikan
oleh Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia adalah sebagai berikut:
Kota Tanjungpinang terdiri dari pulau-pulau besar dan kecil memiliki topografi yang
bervariatif dan bergelombang dengan kemiringan lereng berkisar dari 0 – 2 % hingga
40 % pada wilayah pegunungan. Sedangkan ketinggian wilayah pada pulau-pulau yang
terdapat di Kota Tanjungpinang berkisar antara 0 - 50 meter di atas permukaan laut
hingga mencapai ketinggian 400-an meter diatas permukaan laut. Dengan luas wilayah
mencapai 75,30 Km², dan kemiringan lereng 2 – 15 % mempunyai luas sekitar 51,15
Km². Sedangkan kemiriringan lereng 15 – 40 % memiliki luas wilayah paling sedikit
yaitu 5,09 Km².
Pada umumnya wilayah Kota Tanjungpinang beriklim tropis basah, dengan temperatur
berkisar antara 18 – 30oC. Rata-rata kelembaban udara sekitar 86 %, sedangkan yang
tertinggi dapat mencapai tingkat kelembaban 99 % dan yang terendah di persentase
58 %. Gugusan kepulauan di Kota Tanjungpinang mempunyai curah hujan cukup
dengan iklim basah, berkisar antara 2000 - 2500 mm/th. Rata-rata curah hujan per hari
± 17,0 milimeter, dengan jumlah hari hujan sebanyak ± 16,8 hari per bulan. Curah
hujan rata – rata adalah berkisar pada angka 324,4 mm. Temperatur rata-rata
terendah 22,5oC dengan kelembaban udara 83 - 89%.
5
Wilayah Kota Tanjungpinang memiliki 4 (empat) macam perubahan arah angin
sepanjang tahun yaitu:
2.1.3 Demografi
Dari tahun ke tahun, jumlah penduduk kota Tanjungpinang terus bertambah. Menurut
data Disdukcapil Kota Tanjungpinang, pada tahun 2011 jumlah penduduk Kota
Tanjungpinang tercatat sebesar 230.380 jiwa, dengan tingkat pertumbuhan mencapai
4,39 %. Akan tetapi di tahun 2012 (berdasarkan data sementara Disdukcapil, Mei
2013), jumlah penduduk di Kota Tanjungpinang masih stagnan di angka 230.380 jiwa.
Dari kepadatan penduduk setiap kecamatan terlihat bahwa penduduk terpadat berada
di Kecamatan Tanjungpinang Barat, dengan jumlah penduduk sebanyak 61.493 jiwa
dan luas wilayah 34,5 km2. Hal ini dapat diartikan bahwa di setiap Km2 wilayah
6
Kecamatan Tanjungpinang Barat terdapat penduduk sebanyak 1.782 jiwa. Selanjutnya
diikuti oleh Kecamatan Tanjungpinang Timur, dengan 975 jiwa/Km 2 dan Kecamatan
Bukit Bestari serta Kecamatan Tanjungpinang Kota masing‐masing dengan 925
jiwa/Km2 dan 450 jiwa/Km2.
Tabel 2-2 Jumlah penduduk Tanjungpinang saat ini dan Proyeksi pertambahan penduduk 5 tahun ke depan
Proyeksi total jumlah penduduk Kota Tanjungpinang hingga tahun 2017 adalan
mencapai 287973 jiwa dengan Jumlah Total KK sebesar 71993 KK dan tingkat
kepadatan penduduk perhektar 278 Jiwa/Ha.
2.1.4.1 Kependudukan
Pada tahun 2016 jumlah penduduk Kota Tanjungpinang sebesar 204.735 jiwa.
Penyebaran penduduk belum merata pada setiap Kecamatan. Penduduk terpadat
berada di Kecamatan Tanjungpinang Barat, dengan jumlah penduduk sebanyak 46.292
jiwa dan luas daratan 4,62 km2 sehingga setiap km2 terdapat 10.020 jiwa. Selanjutnya
diikuti oleh Kecamatan Tanjungpinang Timur, dengan 1.349 jiwa/km 2 dan Bukit Bestari
serta Tanjungpinang Kota masing-masing dengan 1.286 jiwa/km2 dan 445 jiwa/km2.
Pada tahun 2015, dilihat dari jumlah angkatan kerja di Kota Tanjungpinang yaitu
sekitar 85.654 jiwa, sekitar 93,73% telah bekerja. Sedangkan yang sedang mencari
7
pekerjaan dan pengangguran hanya 6,27% dari angkatan kerja. Dari penduduk yang
bekerja, sebagian besar yaitu sekitar 28,26% bekerja di sector jasa. Berikutnya, sekitar
27,44% bekerja di sector perdagangan, rumah makan, dan jasa akomodasi.
2.1.5 Sosial
Kemajuan dan tingkat kesejahteraan social masyarakat suatu daerah dapat dilihat dari
berbagai indicator penting yang diturunkan dari indicator Pendidikan, Kesehatan,
Keagamaan dan Indikator Sosial lainnya. Seberapa jauh kemajuan yang telah dicapai
Kota Tanjungpinang dibidang social secara singkat disajikan dalam bab ini.
2.1.5.1 Pendidikan
Wajib belajar 6 tahun dan dilanjutkan dengan wajib belajar 9 tahun serta program
pendidikan lainnya merupakan bentuk usaha pemerintah dalam rangka menciptakan
sumber daya manusia yang tangguh dan siap untuk bersaing pada era globalisasi.
Tahun ajaran 2016/2017 banyaknya SD/MI sejumlah 77, tingkat SMP/MTs sejumlah 31
sekolah, serta SMA/MA/SMK sejumlah 28 sekolah.
Pada tahun ajaran 2016/2017, jumlah murid SD/MI sebanyak 21.548 murid, jumlah
murid SMP/MTs sebanyak 10.795 murid, jumlah murid SMA/MA/SMK sebanyak 9.675
murid. Jumlah murid pada tahun ajaran ini mengalami penurunan dibandingkan tahun
sebelumnya
2.1.5.2 Kesehatan
Jumlah rumah sakit sama seperti tahun sebelumnya yakni sebanyak 3 unit. Begitu juga
puskesmas sebanyak 7 unit. Sedangkan untuk tenaga dokter spesialis sebanyak 65
dokter, dokter gigi sebanyak 23 dan dokter umum sebanyak 65 orang.
2.1.5.3 Keagamaan
Sebagian besar penduduk di Kota Tanjungpinang memeluk agama islam, dimana pada
tahun 2016 jumlah penganutnya mencapai 78,53 %. Terbesar kedua yaitu pemeluk
agama Budha sekitar 13,28 %.
8
2.1.5.4 Kriminalitas
Salah satu masalah social lainnya adalah gangguan keamanan dan ketertiban. Selama
tahun 2016 terdapat 592 kasus kejahatan yang dilaporkan, dan hanya 343 kasus yang
terselesaikan.
2.1.5.5 Perumahan
Sebagian besar penduduk Kota Tanjungpinang telah menikmati listrik PLN. Sekitar
98,24% rumah tangga di Kota Tanjungpinang menggunakan listrik PLN sebagai sumber
penerangan. Untuk keadaan rumah, terdapat sekitar 39,16% rumah tangga dengan
luas berkisar 50-99 m2.
2.1.5.6 Kemiskinan
9
Kecamatan Bukit Bestari terdiri dari 5 (lima) Kelurahan yaitu : Kelurahan Dompak,
Kelurahan Tanjungpinang Timur, Kelurahan Tanjung Ayun Sakti, Kelurahan Sei Jang,
dan Kelurahan Tanjung Unggat.
Kecamatan Bukit Bestari terletak di antara : 3o59’56’’ Lintang Utara serta 108o12’20’’
Bujur Timur. Batas-batas Kecamatan Bukit Bestari :
Ketinggian permukaan laut Kecamatan Bukit Bestari antara 1 s/d 30 meter, yang
terendah terdapat di kantor Camat Bukit Bestari 1 meter sedangkan yang tertinggi
terletak di Kelurahan Tanjungpinang Timur dan Kelurahan Sei Jang setinggi 30 meter.
1. Kelurahan Dompak
2. Kelurahan Tanjungpinang Timur
3. Kelurahan Tanjung Ayun Sakti
4. Kelurahan Sei Jang
5. Kelurahan Tanjung Unggat
10
Gambar 2-1 Banyaknya RW dan RT di Kecamatan Bukit Bestari, 2016
2.2.3 Kependudukan
Jumlah penduduk Kecamatan Bukit Bestari sebanyak 59.811 jiwa yang terdiri dari
30.100 jiwa laki-laki dan 29.711 jiwa perempuan. Rasio jenis kelamin (sex ratio)
sebesar 101 yang berarti di antara 100 penduduk perempuan terdapat 101 penduduk
laki-laki
Jumlah penduduk terbanyak terdapat di Kelurahan Sei Jang yaitu sebesar 18.348 jiwa
di antaranya laki-laki 9.398 jiwa dan perempuan 8.950 jiwa. Terbanyak kedua adalah
Kelurahan Tanjung Unggat sebesar 14.796 jiwa, Kelurahan Tanjung Ayun Sakti sebesar
13.248 jiwa, dan Kelurahan Tanjungpinang Timur sebesar 11.009 jiwa. Sedangkan
jumlah penduduk yang paling sedikit terdapat di Kelurahan Dompak, yaitu hanya 2.410
jiwa.
Kelurahan yang paling padat penduduknya terdapat pada Kelurahan Tanjung Unggat,
yaitu sebesar 11.559 jiwa per km2. Sedangkan Kelurahan yang paling jarang
penduduknya adalah Kelurahan Dompak yaitu 64 jiwa per km 2.
11
Gambar 2-2 Persentase penyebaran penduduk di Kecamatan Bukit Bestari Tahun 2016
2.2.4 Sosial
2.2.4.1 Pendidikan
Jumlah murid SD/MI Negeri sebanyak 5671 sedangkan Swasta 1428 murid. Jumlah
siswa SLTA/MA Negeri 3317 dan Swasta 356 siswa.
Perguruan Tinggi yang ada di Kecamatan Bukit Bestari sebanyak 5 buah yaitu Stisipol,
Universitas Maritim Raja Ali Haji, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Pembangunan, Stikes
Tanjungpinag dan Sekolah Tinggi Teknologi Indonesia (STIE).
2.2.4.2 Kesehatan
Sarana kesehatan yang terdapat di Kecamatan Bukit Bestari antara lain : dua unit
Puskesmas yaitu di Kelurahan Sei Jang dan Kelurahan Tanjung Unggat, Puskesmas
pembantu 4 buah. Untuk Tenaga Medis yang membuka praktek di Kecamatan Bukit
Bestari atau yang berdomisili sebanyak 9 orang dokter dan 3 orang bidan.
12
2.2.4.3 Agama
2.2.5 Industri
Batas-batas wilayah kelurahan Dompak seperti pada gambar, adalah sebagai berikut :
13
Gambar 2-3 Kelurahan Dompak
14
BAB 3
HASIL PENGUMPULAN DATA
Data sekunder adalah data yang bersumber dari studi atau penelitian yang telah
dilakukan sebelumya. Data-data sekunder dalam pekerjaan ini baik dari hasil studi
terdahulu yang relevan maupun hasil survei pendahuluan serta data penunjang lainnya
antara lain :
Peta
Peta administratif Desa/ Kecamatan/ Kabupaten
Peta/ Layout lokasi rencana Embung
Data hidrologi
Data Hujan
Data hujan yang digunakan yaitu data hujan stasiun meteorologi kijang-Tanjungpinang.
Stasiun meteorologi kijang berada pada koordinat 0°55'17.90" Lintang Utara dan
104°31'35.89" Bujur Timur. Data hujan yang digunakan yaitu dari tahun 2007-2016.
15
3.3 Lokasi Rencana Embung
Berdasarkan hasil survey lapangan yang telah dilakukan, terdapat 4 alternatif lokasi
embung Dompak yaitu :
3.3.1 Alternatif 1
16
3.3.2 Alternatif 2
3.3.3 Alternatif 3
17
3.3.4 Alternatif 4
18
3.4 Dokumentasi Survey Lapangan
19
Gambar 3-6 Survey Lokasi Embung melalui Foto Udara
20
Gambar 3-7 Survey Lokasi Embung melalui Foto Udara (2)
21
3.5 Survey Batimetri
22
Gambar 3-9 Survey Batimetri Embung Dompak (2)
23
BAB 4
ANALISIS DAN KRITERIA DESAIN EMBUNG
Kajian untuk menentukan letak site yang akan digunakan untuk mendapatkan fungsi
tampungan yang direncanakan dilakukan melalui beberapa pertimbangan. Beberapa
unsur yang akan dikaji dalam studi kali ini untuk menentukan satu dari beberapa
alternatif lokasi site yang sudah dikaji antara lain adalah ;
1. Aspek Teknis
2. Aspek Ekonomi
1. Aspek Teknis
A. Kondisi Topografi
Aspek yang ditinjau adalah :
Luas genangan embung
Volume tampungan embung
B. Kondisi Geologi
24
Permeabilitas tanah secara visual
C. Kondisi Hidrologi
2. Kondisi Ekonomi
Konstruksi Embung
Selain aspek-aspek teknis di atas, melalui informasi dan temuan fakta di lapangan yang
menjadi pertimbangan :
25
b. Menghindari lahan sawah, perkebunan atau lahan produktif lainnya khususnya
irigasi teknis. Lahan-lahan dengan kondisi tersebut sebaiknya dihindari untuk
dijadikan daerah genangan embung karena memiliki nilai produktifitas ekonomi
cukup tinggi. Tutupan lahan yang diutamakan ialah tegalan, semak belukar dan
lahan tidur/tidak produktif lainnya.
Desain embung kecil harus memenuhi persyaratan keamanan embung yang mencakup
3 (tiga) aspek keamanan yaitu :
26
(2) Aman dan stabil terhadap aliran rembesan dan filtrasi.
Tinggi jagaan adalah perbedaan antara elevasi muka air genangan maksimum rencana
dengan elevasi puncak mercu tubuh embung kecil.
Analisa Stabilitas Lereng dilakukan untuk mengetahui faktor keamanan lereng hulu dan
hilir tubuh embung kecil pada kondisi pembebanan tertentu. Pada umumnya analisa
stabilitas lereng dilakukan dengan asumsi garis gelincir berbentuk lingkaran yang
melalui material timbunan dan pondasi.
Faktor Keamanan
Lingkaran Gelincir
Ijin
Muka Air Kondisi Rembesan & Gaya
Kasus
Genangan Tekanan Air Pori Gempa
Dengan
Tegangan Lereng Normal
Gempa
Aliran Rembesan
Muka Air Udik
1 Tetap 100 % Efektif 1.20 1.50
Normal Hilir
Muka Air Normal
Aliran Rembesan
Muka Air Tetap
2 Banjir 50 % Efektif Hilir 1.20 1.50
Rencana Muka Air Banjir
Rencana
Aliran Rembesan
Muka Air Tetap
3 100 % Efektif Udik 1.20 1.50
Pertengahan
Muka Air Pertengahan
Kosong
selesai Udik
4 konstruksi Tekanan air pori Ru 50 % Total 1.20 1.50
Hilir
5 Surut Cepat Muka Air surut dari 50 % Efektif Udik 1.10 1.20
kondisi Normal ke
27
Muka Air Rendah
*) Panduan Perencanaan Waduk Dept PU, Dirjen Pengairan Direktorat Bina Teknik 1999
Berdasarkan review dari beberapa alternative, maka alternatif adalah lokasi terpilih
untuk merencanakan Embung Dompak.
28
4.2 Analisis Batimetri
93500
93400
-10-0
08 2
-16 -0 -1-0
5-0
55
8
-04 -05
-04
-04 -04
03
-07
09 -02 -07
12 -0074 02
11 01 02
0911 08 07 03 04
11 10 05
12 -0
-048
09 05
06
93300
-1 3
-16 -18 07
-10 05 04 01 -1 -12 -1 -12 -1 06
-09 -07 06 07 03 6 3 6
-12 -12 05 11
-11
02
-15-11 05
-13 -02 09
-12 -11
-19 -1 4
-11 -11 -12 -03 12
-09-08-06-07 -03 -14 -14 03
-13 -02
-12-2 -07
-146 -10 3 -07
-06
-16 -08 -05
-15 -13
-15 -03
-12 -1
-14 -14 -14 5
-15 -14 -14 -1-1
4
3 -1-10
0
-15 06
-13 -1 0 -10
93200
-10 -1 -17 -07
5
-16
-18
-1 8 -04
00
-04 -15 -12 -01
-07
-15 -03
-14
-12 -0 9
-16
-11
-15
93100
PETA BATHYMETRI
1 : 2000 (A3)
29
Gambar 4-2 Hasil Pengukuran Batimetri dengan Background Citra
Pasang surut air merupakan variasi periodik permukaan air karena adanya pengaruh
gaya-gaya astronomis, sebagai akibat pengaruh kejadian geodinamis dan geotermis di
dalam perut bumi, pengaruh mekanis dan fisika kimiawi yang ditimbulkan oleh radiasi
matahari dan kerja atmosfer, dan pengaruh kosmis atau benda-benda angkasa yang
menyebabkan terjadinya gaya pembangkit pasang surut. Data pasang surut bersifat
sebagai gelombang yang berulang, nilai amplitudo dan periode dapat menentukan
karakteristik pasang surut yang dicerminkan dari konstanta-konstanta harmonisnya.
Perhitungan konstanta harmonis pasang surut pada survei hidrografi ini menggunakan
metoda admiralty atau perataan kuadrat terkecil (least square adjustment).
30
1. Metode Admiralty
Analisis dengan metode Admiralty dengan bantuan tabel dan skema perhitungan
tertentu digunakan untuk mendapatkan konstanta harmonik dari sembilan komponen
pasut utama, yaitu M2, S2, K2, N2, O1, K1, P1, MS4 dan MS4.
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan terhadap kondisi pasang surut air laut,
didapat nilai HWS yaitu 3,3 meter. Berdasarkan hasil tersebut maka dapat disimpulkan
bahwa tinggi struktur embung yang direncanakan harus lebih dari 3,3 meter untuk
mengantisipasi air laut masuk ke dalam tampungan embung pada saat kondisi pasang
tertinggi.
Metoda perhitungan yang umum dipakai dalam analisa debit banjir dari curah hujan
maksimum harian dan selanjutnya dengan analisa frekuensi dapat dihitung besarnya
curah hujan harian maksimum rencana. Data curah hujan yang diperlukan adalah data
hujan harian maksimum pada tiap tahun, sekurang-kurangnya selama 10 tahun
31
berturut-turut. Curah hujan rencana tersebut selanjutnya didistribusikan dalam selang
waktu tertentu.
Pada rencana Embung Dompak, daerah tangkapan air diasumsikan seluas embung
dompak yaitu 46417.03 M2.
X
No. Tahun
(mm)
1 2007 92.96
2 2008 105.92
3 2009 109.98
4 2010 114.05
5 2011 124.21
6 2012 124.97
7 2013 139.19
8 2014 140.97
9 2015 148.08
10 2016 175.01
Jumlah 1275.33
Tabel 4-4 Perhitungan Curah Hujan Rancangan Dengan Menggunakan Distribusi Gumbel Tipe I
32
Tabel 4-5 Nilai Ekstrim Distribusi Gumbel Tipe I
T YT Sd Yn Sn K X (mm)
2 0.3665 23.9496 0.4952 0.9496 -0.1355 124.2878
5 1.4999 23.9496 0.4952 0.9496 1.0581 152.8736
10 2.2504 23.9496 0.4952 0.9496 1.8483 171.8000
20 2.9702 23.9496 0.4952 0.9496 2.6064 189.9545
25 3.1985 23.9496 0.4952 0.9496 2.8468 195.7134
50 3.9019 23.9496 0.4952 0.9496 3.5876 213.4537
100 4.6001 23.9496 0.4952 0.9496 4.3228 231.0631
Persamaan distribusi Log Pearson Tipe III dapat ditulis sebagai berikut :
33
4.4.3.2 Metode Log Normal 2 Parameter
T P k Log X X (mm)
2 0.5000 -0.0192 2.0973 125.1263
5 0.2000 0.8360 2.1660 146.5645
10 0.1000 1.2938 2.2028 159.5120
20 0.0500 1.6773 2.2336 171.2320
25 0.0400 1.7503 2.2395 173.5605
50 0.0200 2.1156 2.2688 185.6869
100 0.0100 2.4354 2.2945 197.0000
Hasil perhitungan curah hujan rencana untuk perioda ulang 2, 5, 10, 25, 50 dan 100
tahun dapat dilihat pada Tabel 4-10 dan Gambar 4-4.
34
Gambar 4-4 Plotting position curah hujan maksimum rencana
1. Kebenaran antara hasil pengamatan dengan model distribusi yang diharapkan atau
y1q ang diperoleh secara teoritis.
35
Adapun pemeriksaan/pengujian distribusi frekuensi dipakai dengan 2 metode sebagai
berikut :
D
Tahun X Log X K m S n (X) Px (X)
I PX (X) - S n (X) I
2007 92.96 1.9683 -1.6260 1.00 0.0909 -0.0636 0.1545
2008 105.92 2.0250 -0.9205 2.00 0.1818 -0.0093 0.1911
2009 109.98 2.0413 -0.7169 3.00 0.2727 0.2553 0.0175
2010 114.05 2.0571 -0.5207 4.00 0.3636 0.3241 0.0395
2011 124.21 2.0941 -0.0591 5.00 0.4545 0.4860 0.0315
2012 124.97 2.0968 -0.0261 6.00 0.5455 0.4976 0.0479
2013 139.19 2.1436 0.5569 7.00 0.6364 0.7021 0.0657
2014 140.97 2.1491 0.6256 8.00 0.7273 0.7262 0.0011
2015 148.08 2.1705 0.8917 9.00 0.8182 0.8195 0.0014
2016 175.01 2.2431 1.7952 10.00 0.9091 1.1364 0.2274
D Maks. 0.2274
Tabel 4-14 Uji Smirnov-Kolmogorof Untuk Distribusi Log Pearson Tipe III
D
Tahun X Log X G m S n (X) Pr Px (X)
I PX (X) - S n (X)
2007 92.964 1.968 -1.626 1.000 0.091 0.952 0.048 0.043
2008 105.918 2.025 -0.921 2.000 0.182 0.826 0.174 0.008
2009 109.982 2.041 -0.717 3.000 0.273 0.751 0.249 0.024
2010 114.046 2.057 -0.521 4.000 0.364 0.680 0.320 0.043
2011 124.206 2.094 -0.059 5.000 0.455 0.511 0.489 0.035
2012 124.968 2.097 -0.026 6.000 0.545 0.498 0.502 0.044
2013 139.192 2.144 0.557 7.000 0.636 0.295 0.705 0.068
2014 140.970 2.149 0.626 8.000 0.727 0.272 0.728 0.001
2015 148.082 2.171 0.892 9.000 0.818 0.179 0.821 0.003
2016 175.006 2.243 1.795 10.000 0.909 0.042 0.958 0.049
D Maks. 0.0682
36
4.4.6.2 Uji Vertikal dengan Metode Chi Square
Tabel 4-15 Harga X2 Untuk Uji Chi Square Test
Tabel 4-16 Besar Peluang dan Nilai Batas Kelas untuk Distribusi Gumbel Tipe I
P(%) T YT Sd Yn Sn K X (mm)
20 5.0000 1.4999 23.9496 0.4952 0.9496 1.0581 152.8736
40 2.5000 0.6717 23.9496 0.4952 0.9496 0.1859 131.9855
60 1.6667 0.0874 23.9496 0.4952 0.9496 -0.4294 117.2489
80 1.2500 -0.4759 23.9496 0.4952 0.9496 -1.0226 103.0420
c2hitung = 2.000
DK = K - (P + 1)
K (jumlah kelas) = 5
P (parameter yang terikat dalam agihan frekuensi) = 2
Untuk : DK = 2 dan a = 5% ----> c2cr = 5.991
Ternyata c2hitung < c2cr ----> Distribusi Frekuensi Dapat Diterima
37
2. Distribusi Log Normal 2 arameter
Tabel 4-18 Besar Peluang dan Nilai Batas Kelas untuk Distribusi Log Normal 2 ParameterI
Tabel 4-19 Perhitungan Uji Chi-Kuadrat Untuk Distribusi Log Normal 2 Parameter
c2hitung = 0.0909
DK = K - (P + 1)
K ( jumlah kelas ) = 5
P ( parameter yang terikat dalam agihan frekuensi ) = 2
Untuk : DK = 2 dan a = 5% ----> c2cr = 5.991
Ternyata c2hitung < c2cr ----> Distribusi Frekuensi Dapat Diterima
Uji Smirnov-Kolmogorof
38
2 Distribusi Log Normal 2 Parameter 0.2274 0.4090 Memenuhi
3 Distribusi Log Pearson Tipe III 0.0682 0.4090 Memenuhi
Dalam studi ini perhitungan pola distribusi hujan digunakan rumus Mononobe, sebagai
berikut :
2
R24 t 3
RT = t * T
dimana :
Hasil dari perhitungan sebaran Hujan Netto Jam-jaman disajikan pada tabel berikut:
39
Gambar 4-5 Hasil Perhitungan Distribusi Hujan
40
Gambar 4-6 Hidrograf Satuan Sintetik (HSS) Nakayasu Embung Dompak
Berdasarkan hasil pengamatan, bahwa lokasi embung dompak tidak dialiri oleh aliran
sungai sehingga tidak diperlukan analisis sedimen transport. Air pada tampungan
embung direncanakan hanya bersumber dari air hujan.
Tahapan pelaksanaan optimasi tampungan embung dapat dilihat pada Gambar 4-8.
Bagan Alir Optimasi Tampungan Embung.
41
Gambar 4-8 Bagan Alir Optimasi Tampungan Embung
Resume hasil analisa debit sintetis metoda NRECA pada studi ini dapat dilihat sebagai
berikut.
42
4.6.2 Analisis Kebutuhan Air
Kebutuhan air yang dimaksudkan disini adalah kebutuhan air untuk keperluan air
industri, karena nantinya direncanakan didirikan kawasan industri di sekitar wilayah
Embung. Kebutuhan air minimum untuk kondisi eksisting diestimasikan sebesar 4
L/detik untuk disuplai ke kawasan industri yang akan dibangun.
43
Sesuai hasil perhitungan, bahwa kapasitas embung rencana menggunakan hasil
perhitungan kapasitas berdasarkan topografi dan ketersediaan lahan yang ada. Dari
Gambar 4-10 tersebut dapat terlihat bahwa volume tampungan total embung eksisting
sebesar 73749,55 m3 dengan kedalaman maksimum sebesar 4,5 meter.
4.6.4.1 Umum
Komponen kesetimbangan air yang terdiri dari debit masuk (inflow) dan debit keluar
(outflow) dapat diuraikan seperti Gambar 4-11.
SUNGA
I
Data yang diperlukan untuk menjalankan program WEAP terdiri atas empat buah
kelompok data yaitu data sistem tata air, kebijaksanaan alokasi air, data kebutuhan air,
dan data ketersediaan air.
1) Data sistem tata air, meliputi komponen embung, industri, pengambilan air, dan
keterkaitannya dalam suatu jaringan sistem tata air.
44
Data Curah
Hujan
Embung Dompak
Demand Site
(Wilayah Industri)
Gambar 4-12 Skematisasi neraca air Embung Dompak pada DSS WEAP
45
4) Data hujan minimal 10 tahun terakhir
Tabel 4-23 Potensi Debit Pasokan Air Dua Mingguan (L/dtk) Embung Dompak
Potensi Embung
Bulan Total Pasokan Air (L/dtk)
Jan I 3.47
Jan II 2.24
Feb I 1.89
Feb II 2.61
Mar I 3.20
Mar II 3.28
Apr I 3.90
Apr II 3.92
Mei I 3.37
Mei II 3.59
Jun I 3.18
Jun II 3.22
Jul I 2.87
Jul II 2.88
Ags I 3.55
Ags II 2.53
Sept I 2.36
Sept II 2.70
Okt I 3.29
Okt II 3.16
Nov I 3.82
Nov II 3.89
Des I 4.00
Des II 3.80
46
Supply Delivered
Scenario: Dompak, Sub-yearly Average, All Sources (2)
Industri
0.0040
0.0038
0.0036
0.0034
0.0032
0.0030
0.0028
0.0026
Cubic Meters per Second
0.0024
0.0022
0.0020
0.0018
0.0016
0.0014
0.0012
0.0010
0.0008
0.0006
0.0004
0.0002
0.0000
January I January II February II March I March II April I April II May I May II June I June II July I July II August I August II September II October II Nov ember II December II
Gambar 4-14 Potensi Debit Pasokan Air Dua Mingguan (m3/dtk) Embung Dompak
2,000
1,900
1,800
1,700
1,600
1,500
1,400
1,300
1,200
1,100
1,000
900
800
700
600
500
400
300
200
100
0
January I January II February II March I March II April I April II May I May II June I June II July I July II August I August II September II October II Nov ember II December II
Resume hasil analisa debit sintetis metoda NRECA pada studi ini dapat dilihat sebagai
berikut.
47
Tabel 4-24 Hasil Perhitungan Debit Sintesis NRECA
Kebutuhan air yang dimaksudkan disini adalah kebutuhan air untuk keperluan air
industri, karena nantinya direncanakan didirikan kawasan industri di sekitar wilayah
Embung. Kebutuhan air minimum untuk kondisi setelah pengerukan diestimasikan
sebesar 8 L/detik untuk disuplai ke kawasan industri yang akan dibangun.
48
Gambar 4-16 Kurva luas vs volume tampungan embung
4.7.4.1 Umum
Komponen kesetimbangan air yang terdiri dari debit masuk (inflow) dan debit keluar
(outflow) dapat diuraikan seperti Gambar 4-17.
49
SUNGA
I
Data yang diperlukan untuk menjalankan program WEAP terdiri atas empat buah
kelompok data yaitu data sistem tata air, kebijaksanaan alokasi air, data kebutuhan air,
dan data ketersediaan air.
1) Data sistem tata air, meliputi komponen embung, industri, pengambilan air, dan
keterkaitannya dalam suatu jaringan sistem tata air
50
Gambar 4-18 Konsep Pemodelan setelah pengerukan dengan background Citra
Tabel 4-26 Potensi Debit Pasokan Air Dua Mingguan (L/dtk) Embung Dompak
Potensi Embung
Bulan Total Pasokan Air (L/dtk)
Jan I 5.40
Jan II 4.12
Feb I 3.82
Feb II 5.07
Mar I 5.41
51
Potensi Embung
Bulan Total Pasokan Air (L/dtk)
Mar II 5.97
Apr I 7.75
Apr II 7.06
Mei I 6.06
Mei II 6.42
Jun I 6.18
Jun II 5.46
Jul I 5.57
Jul II 5.32
Ags I 6.41
Ags II 4.89
Sept I 4.40
Sept II 4.53
Okt I 6.33
Okt II 5.74
Nov I 7.61
Nov II 7.53
Des I 7.61
Des II 6.37
Supply Delivered
Scenario: Dompak, Sub-yearly Average, All Sources (2)
0.0080 Industri
0.0075
0.0070
0.0065
0.0060
0.0055
0.0050
Cubic Meters per Second
0.0045
0.0040
0.0035
0.0030
0.0025
0.0020
0.0015
0.0010
0.0005
0.0000
January I January II February II March I March II April I April II May I May II June I June II July I July II August I August II September II October II Nov ember II December II
Gambar 4-19 Potensi Debit Pasokan Air Dua Mingguan (m3/dtk) Embung Dompak
52
Reservoir Storage Volume
Scenario: Dompak, Sub-yearly Average
3,800 Embung Dompak
3,700
3,600
3,500
3,400
3,300
3,200
3,100
3,000
2,900
2,800
2,700
2,600
2,500
2,400
2,300
2,200
2,100
Cubic Meter
2,000
1,900
1,800
1,700
1,600
1,500
1,400
1,300
1,200
1,100
1,000
900
800
700
600
500
400
300
200
100
0
January I January II February II March I March II April I April II May I May II June I June II July I July II August I August II September II October II Nov ember II December II
53