TOR - Rapid Foot Security Kit 2017
TOR - Rapid Foot Security Kit 2017
A. LATAR BELAKANG
1. Dasar Hukum.
a. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008 tentang Ibadah Haji (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4845);
b. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5063);
c. Peraturan Menteri Agama Nomor 63 Tahun 2013 tentang Kriteria Keberangkatan
Jemaah haji;
d. Peraturan Menteri Agama Nomor 29 Tahun 2015 tentang perubahan atas
Peraturan Menteri Agama Nomor 14 Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan
Ibadah Haji Reguler (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 898);
e. Peraturan Menteri Agama Nomor 23 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan
Ibadah Haji Khusus (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 760);
f. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 2348 Menkes/Per/ XI/ 2011 tentang
Perubahan atas Permenkes No 10356 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Kantor Kesehatan Pelabuhan;
g. Kepmenkes Nomor 1116/Menkes/SK/VIII/2003 tentang Pengamatan Kesehatan
Haji.
h. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor: 62 tahun 2016 tentang Penyelenggaraan
Kesehatan Haji Indonesia.
i. Pedoman pengawasan Makanan
1
jemaah di Makkah selama di Makkah, makanan diberikan dengan menggunakan box.
Pendistribusian makanan di Madinah diberikan sebanyak 2 (dua) kali yaitu makan
siang dan makan malam sesuai dengan menu dan jadwal yag telah ditetapkan
termasuk paket coffe shop (teh, susu dan gula) sedangkan di makkah makanan
hanya diberikan 1 (satu) kali saat makan siang.
Dalam upaya kewaspadaan dini terhadap Kejadian Luar Biasa (KLB) Diare
yang dikonsumsi oleh jemaah haji Indonesia khususnya makanan yang disediakan
oleh katering maka dilakukan pengawasan pada tempat pengolahan makanan
(katering) maupun di pondokan jemaah haji. Kegiatan pengawasan ini dilakukan
mengacu pada 6 (enam) prinsip hygiene sanitasi makanan mulai dari bahan,
penyimpanan, pengolahan, penyimpanan, pengangkutan makanan matang sampai
makanan siap di konsumsi oleh jemaah haji.
Salah satu faktor penyebab terjadinya KLB diare adalah karena pengelolaan
makanan melalui katering yang kurang sehat, diantaranya makanan/minuman yang
akan dikonsumsi oleh jemaah haji telah terkontaminasi oleh mikrobiolgi berbahaya
sehingga menimbulkan keracunan pada makanan jemaah haji. Kejadian keracunan
makanan jemaah haji adalah sebuah persoalan krusial manakala jemaah haji
akhirnya terhalang untuk beribadah karena sakit atau malah kemungkinan dapat
menghilangkan nyawa jemaah haji.
Dalam rangka mengantisipasi dan menindak lanjuti kejadian diare maka
diperlukan suatu alat yang dapat digunakan untuk mendeteksi keberadaan mikroba
yang berkembang dalam makanan, untuk itu perlu disediakan peralatan tambahan
Rapid Foot Test Security Kit sebagai alat yang digunakan untuk mendeteksi secara
cepat kualitas makanan dan minuman yang akan dikonsumsi oleh jemaah haji,
khususnya di daerah kerja Makkah.
Selain alat untuk mendeteksi kualitas makanan dan minuman maka
diperlukan juga reagensia uji kontaminasi makanan/minuman dan uji bakteri yang
mendukung peralatan Rapid Foot Test Security Kit.
B. PENERIMA MANFAAT
1. Kementerian Agama
2. Pusat Kesehatan Haji
3. Jemaah Haji
2) Pelaksanaan
Inventarisasi penyedia dengan metoda pengumpulan data daftar
penyedia alat dilaksanakan pada bulan April 2017.
Penawaran harga oleh penyedia Pelaksanaan pada bulan April 2017.
Penentuan HPS
Penunjukan penyedia reagensia, melalui penunjukan langsung
Penyelesaian dokumen
Penyelesaian pembayaran
3) Penyusunan laporan
2
o Skema tahapan kegiatan pengadaan alat sebagai berikut:
Input
1. Inventarisasi Proses Output
penyedia
2. Penawaran 1. Penunjukan
harga penyedia Reagensia
3. Penetuan HPS 2. Penyelesaian
dokumen
b) Waktu pelaksanaan
No Kegiatan
Waktu April Mei Juni Juli
1 Inventarisasi penyedia X
2 Penawaran Harga X
3 Penentuan HPS x
4 Penunjukkan penyedia x
5 Penyelesaian Dokumen X
6 Laporan Akhir X