Disusun Oleh :
TI B 2017
ERDINAL RESPATTI 1715015048
WAHYU RAMADHANI 1715015079
HERMA AGUSTINA 1715015087
SELVY WULANDARI 1715015054
MUHAMMAD FADHIL SETIARSO 1715015061
April, 2018
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah swt, karena atas limpahan rahmatnya, sehingga
penulisan makalah ini dapat terselesaikan dan telah rampung. Makalah ini
berjudul“SOSIOLOGI ISLAM DAN PEMBENTUKAN MASYARAKAT
MADANI”. Dengan tujuan penulisan sebagai sumber bacaan yang dapat digunakan untuk
memperdalam pemahaman dari materi ini.Selain itu, penulisan makalah ini tak terlepes pula
dengan tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam. Namun penulis cukup menyadari bahwa
makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik
dan saran pembaca yang bersifat membangun.
Samarinda, 2018
Penulis.
2
Daftar Isi
BAB I ............................................................................................................................ 4
PENDAHULUAN ........................................................................................................ 4
1.1 Latar Belakang ................................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 5
1.3 Tujuan .................................................................................................................. 5
BAB II ........................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN ........................................................................................................... 6
2.1 Pengertian Sosiologi Islam ............................. Error! Bookmark not defined.
2.2 Sejarah Masyarakat Madani .............................................................................. 8
2.3 Masyarakat Madani dan Kesejahteraan Umat . Error! Bookmark not defined.
2.4 Pengertian Masyarakat Madani ....................................................................... 12
2.5 Karakteristik Masyarakat Madani ................................................................... 12
BAB III ....................................................................................................................... 14
PENUTUP ................................................................................................................... 14
3.1. Kesimpulan ....................................................................................................... 14
3.2. Saran ................................................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 15
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
4
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
5
BAB II
PEMBAHASAN
1. Ibnu Khaldun
Pengertian sosiologi oleh Ahli Islam ini adalah ilmu pengetahuan yang
menjelaskan tentang solidaritas sosial melalui konsep ashabiyah. Yakni sebuah
konsep yang menjelasakan bahwa manusia pada dasarnya memiliki kedekatan dan
saling membuthkan satu dengan yang lainnya
2. Soerjono Soekanto
6
4. Auguste Comte
Auguste Comte yang dikenal sebagai The Founding Father Of Sociology (Bapak
Sosiologi) memeberi pengertian sosiologi sebagai fenomena sosial yang memiliki kemiripan
karakteristik dengan fenomena alam (natural). Pemikiran Comte sebagai pendiri disiplin ilmu
sosiologi ini pada akhirnya menjadi dasar utama di dalam mengawali perjalanan cabang ilmu
sosisologi yang lainnya. Dalam menetapkan objek kajian sosiologi. Comte mengungkapkan
bahwa masyarakat mengalami perkembangan melalui tahapan-tahapan teologis, metafisik
dan positif.
Dari hal tersebut dapat di artikan bahwa sosiologi islam adalah ilmu yang
mempelajari hubungan timbal balik, gejala sosial dan non sosial yang terjadi dalam
masyarakat islam pada khususnya. Dalam pemahaman masyarakat islam adalh
masyarakat yang tidak lebih dari sekumpulan individu atau keluarga. Dalam
masyarakat ini ada tiga komponen yang terdapat didalamnya yang menghubungkan
antarindividu di dalamnya:
1. Adanya pemikiran-pemikiran yang paling berpengaruh dalam masyarakat
2. Adanya perasaan-perasaan yang berpengaruh masyarakat
3. System pemerintahan yang berkuasa
Ketiga komponen ini membentuk ikatan umum antar individu dalam
masyarakat. Ikatan-ikatan umum inilah yang menjadikan masyarakat membentuk
prilaku dalam kehidupan individu, termasuk segala macam aktivitas yang terjadi.
Berbagai ilustrasi pertanyaan yang mendasar “dari mana kita (ontologi), kemana
7
tujuan kita (historis) dan apa yang terjadi setelah kita mati (aksiologi)”. Dengan
pertanyaan tersebut akan menimbulkan jawaban secara umum dalam memilih
tindakan dalam hidup. Bagi kaum muslimim itu berpegang teguh pada alquran dan
hadist.
Perasaan-perasaan yang bersifat umum sangat luas dan ditentukan pemikiran
masyarakat, baik atau tudak baik, tabu atau tidak tabu, oleh masyarakat islam ini
diwaranai oleh Al Qur’an dan hadis yang di gunakan sebagai pedoman otentik.
Disamping itu ada hal lain yang mempersatukan ikatan antar individu dalam
masyarakat yaitu kekuasaan ataupun pemerintah. Secara umum masyarakat sudah
mengetahuinya, dengan kekuasaannya dia bisa beropini dan memperbaiki hubungan
masarakat dan antar Negara.
8
Yahudi dan beragama Watsani dari kaum Aus dan Khazraj. Perjanjian Madinah
berisi kesepakatan ketiga unsur masyarakat untuk saling menolong, menciptakan
kedamaian dalam kehidupan sosial, menjadikan Al-Qur’an sebagai konstitusi,
menjadikan Rasullullah SAW sebagai pemimpin dengan ketaatan penuh terhadap
keputusan-keputusannya, dan memberikan kebebasan bagi penduduknya untuk
memeluk agama serta beribadah sesuai dengan ajaran agama yang di anutnya.
Menurut Quraish Shibab, masyarakat Muslim awal disebut umat terbaik
karena sifat-sifat yang menghiasi diri mereka, yaitu tidak bosan-bosan menyeru
kepada hal-hal yang dianggap baik oleh masyarakat selama sejalan dengan nilai-nilai
Allah (al-ma’ruf) dan mencegah kemunkaran. Selanjutnya Shihab menjelaskan,
kaum Muslim awal menjadi “khairu ummah” karena mereka menjalankan amar
ma’ruf sejalan dengan tuntunan Allah dan rasul-Nya. (Quraish Shihab, 2000, vol.2:
185).
Perujukan terhadap masyarakat Madinah sebagai tipikal masyarakat ideal
bukan pada peniruan struktur masyarakatnya, tapi pada sifat-sifat yang menghiasi
masyarakat ideal ini. Seperti, pelaksanaan amar ma’ruf nahi munkar yang sejalan
dengan petunjuk Ilahi, maupun persatuan yang kesatuan yang ditunjuk oleh ayat
sebelumnya (lihat, QS. Ali Imran [3]: 105). Adapun cara pelaksanaan amar ma’ruf
nahi mungkar yang direstui Ilahi adalah dengan hikmah, nasehat, dan tutur
kata yang baik sebagaimana yang tercermin dalamQS an-Nahl [16]: 125.
Dalam rangka membangun “masyarakat madani modern”, meneladani Nabi
bukan hanya penampilan fisik belaka, tapi sikap yang beliau peragakan saat
berhubungan dengan sesama umat Islam ataupun dengan umat lain, seperti menjaga
persatuan umat Islam, menghormati dan tidak meremehkan kelompok lain, berlaku
adil kepada siapa saja, tidak melakukan pemaksaan agama, dan sifat-sifat luhur
lainnya.
Kita juga harus meneladani sikap kaum Muslim awal yang tidak
mendikotomikan antara kehidupan dunia dan akhirat. Mereka tidak meninggalkan
dunia untuk akhiratnya dan tidak meninggalkan akhirat untuk dunianya. Mereka
bersikap seimbang (tawassuth) dalam mengejar kebahagiaan dunia dan akhirat. Jika
sikap yang melekat pada masyarakat Madinah mampu diteladani umat Islam saat ini,
9
maka kebangkitan Islam hanya menunggu waktu saja.
Konsep masyarakat madani adalah sebuah gagasan yang menggambarkan
maasyarakat beradab yang mengacu pada nila-inilai kebajikan dengan
mengembangkan dan menerapkan prinsip-prinsip interaksi sosial yang kondusif bagi
peneiptaan tatanan demokratis dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
Manusia menurut Al-farabi bersifat sosial yang tidak mungkin hidup sendiri-
sendiri. Manusia hidup bermasyarakat dalam bantu membantu untuk kepentingan
bersama dalam mencapai tujuan hidup. Masyarakat menurutnya terbagi menjadi dua
macam yakni masyarakat sempurna dan masyarakat tidak sempurna. Masyarakat
yang disebut yang pertama, yakni masyarakat kelompok besar bisa berbentuk
masyarakat kota, bisa pula masyarakat yang terdiri dari beberapa bangsa yang bersatu
dan bekerjasama secara internasional. Sementara itu, masyarakat yang disebut kedua,
seperti masyarakat dalam keluarga atau masyarakat se desa. Masyarakat yang terbaik
adalah warga masyarakat yang bekerja sama, saling membantu untuk mencapai
kebahagiaan. Masyarakat seperti ini disebut masyarakat utama.
Dalam bukunya Ara’ Ahl Al-Madinah Al-Fadilah, kota sebagai badan
manusia mempunyai bagian-bagian yang satu dengan yang lain rapat hubungannya
dengan mempunyai fungsi-fungsi tertentu yang harus dijalankan untuk kepentingan
keseluruhan badan. Dalam kota (masyarakat) kepada masing-masing anggota harus
diberikan kerja yang sepadan dengan kesanggupan masing-masing.
Pekerjaan yang terpenting dalam masyarakat adalah pekerjaan kepala
masyarakat, yang dalam tubuh manusia serupa dengan pekerjaan akal. Kepala lah
sumber dari segala peraturan dan keharmonisan dalam masyarakat. Ia mesti bertubuh
kuat, sehat, pintar, cinta pada ilmu pengetahuan dan pada keadilan. Sehingga
masyarakat menjadi makmur dan baik, dan didalamnya anggota-anggota dapat
memperoleh kesenangan. Tugas kepala negara, bukan hanya mengatur negara tapi
mendidik masyarakat mempunyai akhlak yang baik. Keunggulan filsafat pemerinthan
al-farabi ini terletak pada tujuan pemerintahan yang hendak dicapai yakni
kebahagiaan dunia dan akhirat.
10
2.3 MASYARAKAT MADANI DAN KESEJAHTERAAN UMAT
11
2.4 Pengertian Masyarakat Madani
Masyarakat madani adalah masyarakat yang beradab, menjunjung tinggi nilai-
nilai kemanusiaan, yang maju dalam penguasaan ilmu pengetahuan, dan teknologi.
Allah SWT memberikan gambaran dari masyarakat madani dengan firman-Nya
dalam Q.S. Saba’ ayat 15:
Sesungguhnya bagi kaum Saba’ ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat
kediaman mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri. (kepada
mereka dikatakan): “Makanlah olehmu dari rezki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan
bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu)
adalah Tuhan yang Maha Pengampun”.
12
8. Bertuhan, artinya bahwa masyarakat tersebut adalah masyarakat yang beragama,
yang mengakui adanya Tuhan dan menempatkan hukum Tuhan sebagai landasan
yang mengatur kehidupan sosial.
9. Damai, artinya masing-masing elemen masyarakat, baik secara individu maupun
secara kelompok menghormati pihak lain secara adil.
10. Tolong menolong tanpa mencampuri urusan internal individu lain yang dapat
mengurangi kebebasannya.
11. Toleran, artinya tidak mencampuri urusan pribadi pihak lain yang telah diberikan
oleh Allah sebagai kebebasan manusia dan tidak merasa terganggu oleh aktivitas
pihak lain yang berbeda tersebut.
12. Keseimbangan antara hak dan kewajiban sosial.
13. Berperadaban tinggi, artinya bahwa masyarakat tersebut memiliki kecintaan
terhadap ilmu pengetahuan dan memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan untuk
umat manusia.
14. Berakhlak mulia.
Dari beberapa ciri tersebut, kiranya dapat dikatakan bahwa masyarakat
madani adalah sebuah masyarakat demokratis dimana para anggotanya menyadari
akan hak-hak dan kewajibannya dalam menyuarakan pendapat dan mewujudkan
kepentingan-kepentingannya; dimana pemerintahannya memberikan peluang yang
seluas-luasnya bagi kreatifitas warga negara untuk mewujudkan program-program
pembangunan di wilayahnya. Namun demikian, masyarakat madani bukanlah
masyarakat yang sekali jadi, yang hampa udara, taken for granted. Masyarakat
madani adalah onsep yang cair yang dibentuk dari poses sejarah yang panjang dan
perjuangan yang terus menerus. Bila kita kaji, masyarakat di negara-negara maju
yang sudah dapat dikatakan sebagai masyarakat madani.
13
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Konsep masyarakat madani adalah Membangun masyarakat yang adil, terbuka
dan demokrasi dengan landasan taqwa kepada Allah dan taat kepada ajaran-ajarannya
untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.
3.2. Saran
Dalam rangka mewujudkan masyarakat madani, kita dapat melakukan
pemberdayaan masyarakat dengan menempuh beberapa upaya yaitu:
1. Memperluas golongan menengah melalui pembangunan ekonomi yang lebih
terarah
2. Memberdayakan sistem politik dengan menciptakan kerangka kelembagan
yang lebih kondusif terhadap demokratisasi
3. Dengan upaya-upaya penyadaran dan pendidikan politik di seluruh lapisan
maasyarakat.
14
DAFTAR PUSTAKA
15