Oleh:
Sudrajat Koco Prabowo
F34104010
2010
DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
Sudrajat Koco Prabowo. F34104010. Produksi Bakteriosin dari Bakteri Asam
Laktat Galur SCG 1223 Dalam Media Molasses. Dibawah Bimbingan Prof. Dr. Ir.
Djumali Mangunwidjaja, DEA dan Prof. Abubakar, MS
Ringkasan
Bakteriosin merupakan senyawa protein (umumnya peptida) yang bersifat
bakterisidal terhadap mikroorgansime (bakteri) yang ditinjau dari segi
filogeniknya (genetiknya) berdekatan dengan mikroorganisme penghasil
bakteriosin tersebut. Bakteriosin yang dihasilkan oleh BAL sangat
menguntungkan industri makanan terutama makanan fermentasi, karena
aktivitasnya mampu menghambat pertumbuhan beberapa bakteri kontaminan
penyebab kebusukan makanan dan penyakit yang ditularkan melalui makanan
(food borne illnesses)
Proses produksi yang efisien dan efektif dapat diperoleh dengan
mengoptimasikan faktor-faktor produksi. Salah satu media yang sering digunakan
dalam menghasilkan bakteriosin adalah MRS (de Mann Rogosa and Sharpe)
broth. Namun harga MRS Broth relatif mahal untuk skala industri. Oleh karena itu
perlu dicari media pengganti yang harganya relatif murah namun efektif sebagai
media pertumbuhan. Molasses merupakan salah satu bahan yang sering digunakan
sebagai medium pertumbuhan mikroorganisme. Untuk mengoptimalkan
pertumbuhan bakteri asam laktat, media molasses dapat ditambah ekstrak khamir,
pepton, dan tween 80.
Penelitian ini bertujuan untuk Mengetahui kemampuan bakteriosin yang
dihasilkan oleh BAL galur SCG 1223 pada media kultivasi molasses dan
mendapatkan formula media berbasis molasses yang efisien untuk produksi
bakteriosin dengan efektivitas daya hambat terhadap bakteri patogen.
Bakteri indikator diperlukan untuk mengetahui kemampuan bakteriosin
untuk menghambat bakteri yang ada dalam makanan. Semakin banyak jenis
bakteri yang dapat dihambat maka semakin luas aktivitas bakteriosin tersebut.
Adanya aktivitas penghambatan terhadap bakteri indikator ditandai timbulnya
zona jernih di sekitar koloni. Zona jernih timbul karena bakteri indikator tidak
dapat tumbuh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa formula media M4K1P2
yang terdiri atas molasses 4%, ekstra khamir 1%, pepton 2%, dan tween 80 1%
cukup efektif dalam menghambat bakteri patogen. Formula M4K1P2 memiliki
aktvitas hambat 1004.80 AU/ml terhadap E. coli. 2047.59 AU/ml terhadap
Listeria monocytogenes, dan 529.80 AU/ml terhadap S. thypimurium.
Sudrajat Koco Prabowo. F34104010. Production Bacteriocins from Lactic Acid
Bacteria (LAB) Strain SCG 1223 in Molasses Media. Under Advicers Prof. Dr. Ir.
Djumali Mangunwidjaja, DEA dan Prof. Abubakar, MS
Summary
Bacteriocins are proteinaceous (generally peptide) which can inhibit the
growth bactery pathogen that similar or closely related bacterial strain with the
cell producer of bacteriocins. Efficiency and effectivitiy of bacteriocins
production can be obtained by optimizing production factors. Bacteriocins given
much benefit for industrial food, because bacteriocins can reduced the
contaminant microorganism causing food spoiled and food borne illness diseas.
Usually media for bacteriocins production is MRS Broth (de Mann Rogosa
Sharpe). But MRS broth is expensive for industrial scale production. Because of
that, we need to find alternative media which is cheaper but effective for growth
medium. Molasses is one of ingredient that usually to use as medium growth of
microorganism. To optimized the growth of lactic acid bacteria (LAB), molasses
media can be added by yeast extract, peptone, and tween 80.
This research obtain to know ability bacteriocins from LAB SCG 1223
which growth in molasses medium and get formula medium based on melasses
media that is efficient to produce bacteriocins and effective to inhibit the bacterial
pathogen.
Indicator bacterial was needed to know the ability of bacteriocins to inhibit
the growth bactery pathogen. The more bactery pathogen species which can
inhibit by bactericins more wide the spectrum inhibit activity. The inhibit activity
of bacteriocins was known by the transparent zone around the colony. According
to the result of this research, formula media M4K1P2 which consist of molasses
4%, yeast extract 1%, peptone 2%, and tween 80 1% is effective to inhibit
pathogen bacterial. The formula M4K1P2 has inhibit activity 1004.80 AU.ml
against E. Coli, 2047.59 AU/ml against L. Monocytogenes, and 529.80 AU/ml
against S. Thypimurium. Inhibit activity is an ability for one molecul bacteiocin to
inhibit single cell pathogen microorganism which we can assume from the wide of
the clear zone.
PRODUKSI BAKTERIOSIN DARI BAKTERI ASAM LAKTAT GALUR
SCG 1223 DALAM MEDIA MOLASSES
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
Pada Departemen Teknologi Industri Pertanian
Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Oleh
SUDRAJAT KOCO PRABOWO
F 34104010
2010
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2010
Judul Skripsi : Produksi Bakteriosin dari Bakteri Asam Laktat Galur SCG
1223 dalam Media Molasses
Nama : Sudrajat koco Prabowo
NRP : F34104010
Menyetujui,
Bogor, Desember 2010
Mengetahui,
Ketua Departemen
Tanggal Lulus :
PERNYATAAN
Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini yang
berjudul “Produksi Bakteriosin dari Bakteri Asam Laktat Galur SCG 1223 Dalam
media Molasses”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Teknologi Pertanian pada Departemen Teknologi Industri Pertanian,
Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Selama penyusunan skripsi dan studi di IPB penulis telah banyak
mendapatkan bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini
penulis ingin mengucakan terima kasih sebesar-besarnya kepada :
1. Prof. Dr. Ir. Djumali Mangunwidjaja, DEA, selaku dosen pembimbing I yang
telah bersedia untuk meluangkan waktu, tenaga, pikiran serta kesabarannya
dalam memberikan bimbingan, saran, dan bantuan kepada penulis selama
kuliah hingga penyusunan skripsi ini.
2. Ir. Abubakar, MS, selaku dosen pembimbing II yang telah bersedia
memberikan pengarahan, bimbingan, dan saran selama pelaksanaan penelitian
hingga skripsi ini terselesaikan.
3. Dr. Indah Yuliasih, S.TP. M.Si, atas kesediaannya sebagai dosen penguji
skripsi ini.
4. Kedua orang tua tercinta atas kasih sayang, do’a, nasihat, motivasi serta
dukungan yang telah diberikan, semoga Allah SWT masih memberikan
penulis kesempatan untuk senantiasa dapat membahagiakan serta membalas
kebaikan mereka.
5. Kakak dan adik perempuanku; Wisnu Nurahman, Desi Sulistyowati, Endah
Nur Ayomi, dan Mutiara Nursanti yang selalu memberikan perhatian,
dukungan, dan doa-doanya.
6. Tutur, Ami, Rini, Darto, Rendi, Asif, Farid, dan Lala, selaku teman
sebimbingan akademik yang telah banyak membantu dan berbagi ilmu serta
kisah hidup selama ini.
7. Bapak Ato, Bapak Wahyudin, dan Bapak Jaenuri yang selalu memberikan
dorongan, saling membantu dan berbagi informasi hingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
8. Teman-teman TIN’41 atas kisah dan kenangan yang telah diberikan selama
empat tahun ini.
9. Saudara-saudaraku FROMTIN’41 atas ukhuwah dan do’a nya yang telah
diberikan selama ini.
10. Anak-anak Wisma Cemara, Hardi, Otep, Irvan, dan Jabi atas kebersamaannya
selama ini.
11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, atas kontribusinya
sehingga skripsi ini dapat selesai disusun.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat beberapa kekurangan.
Akhir kata, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR………………………………………………… i
DAFTAR ISI…………………………………………………………... ii
DAFTAR TABEL……………………………………………………... iii
DAFTAR GAMBAR………………………………………………….. iv
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………... v
I. PENDAHULUAN…………………………………………………. 1
A. LATAR BELAKANG………………………………………….. 1
B. TUJUAN………………………………………………………... 2
II. TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………… 3
A. BAKTERI ASAM LAKTAT………………………………….... 3
B. BAKTERIOSIN………………………………………………… 4
C. MEDIA………………………...……….……………………….. 10
D. BAKTERI INDIKATOR……………………………………….. 13
III. METODOLOGI PENELITIAN…………………………………… 17
A. BAHAN DAN ALAT………………………………….………... 17
B. METODA PENELITIAN……………………………………….. 17
C. RANCANGAN PERCOBAAN…………………………………. 21
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN…………………………………….. 25
1. Uji aktivitas penghambatan terhadap E. coli………………………. 26
2. Uji aktivitas penghambatan terhadap L. monocytogenes...........….. 32
3. Uji aktivitas penghambatan terhadap S. thypimurium.................... 37
V. KESIMPULAN DAN SARAN…………………………………….. 43
A. KESIMPULAN………………………………………………….. 43
B. SARAN…………………………………………………………… 43
VI. DAFTAR PUSTAKA……...………………………………………... 44
LAMPIRAN............................................................................................... 48
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Kandungan MRS Broth........................................................... 11
Tabel 2. Formulasi media yang digunakan.............................................. 22
Tabel 3. Hasil uji aktivitas bakteriosin terhadap bakteri indikator.............. 25
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Bakteri asam laktat…………………………………………. 3
Gambar 2. Escherichia coli ……………………………………..……… 14
Gambar 3. Salmonella thypimurium …………………………………...…… 15
Gambar 4. Listeria monocytogenes …………………………………………. 16
Gambar 5. Diagram alir penyegaran kultur SCG 1223 pada media MRS
Broth................................................................................ 18
Gambar 6. Propagasi bakteriosin kultur SCG 1223 pada media MRS
Broth............................................................................... 19
Gambar 7. Diagram alir produksi bakteriosin pada media molasses............ 23
Gambar 8. Grafik aktivitas hambat bakteriosin terhadap E. coli……….…. 27
Gambar 9. Pengaruh konsentrasi molasses terhadap daya hambat E. coli.. 28
Gambar 10. Pengaruh konsentrasi ekstrak khamir terhadap daya hambat
E. coli ……………..…….…....................................................... 29
Gambar 11. Pengaruh konsentrasi pepton terhadap daya hambat E. coli... 30
Gambar 12. Zona aktivitas hambat bakteriosin terhadap E. coli…………. 31
Gambar 13. Grafik aktivitas hambat bakteriosin terhadap
L. monocytogenes............................................................. 32
Gambar 14. Pengaruh konsentrasi Molasses terhadap daya hambat
L. monocytogenes...………………………………………….. 33
Halaman
Lampiran 1. Diagram Alir Pengujian Daya Hambat.................................... 49
Lampiran 2. Data Hasil Penelitian……........................................................ 50
Lampiran 3. Hasil Analisa statistika pengaruh konsentrasi molasses,
ekstrak khamir, dan pepton terhadap daya hambat E. coli.... 51
Lampiran 4. Hasil Analisa statistika pengaruh konsentrasi molasses,
ekstrak khamir, dan pepton terhadap daya hambat
L. monocytogenes…………………………………………….. 54
Lampiran 5. Hasil Analisa statistika pengaruh konsentrasi molasses,
ekstrak khamir, dan pepton terhadap daya hambat
S. thypimurium…………………………………………………… 56
Lampiran 6. Foto Peralatan Penelitian…………………………………… 59
I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kejadian keracunan, penyakit infeksi, dan pembusukan yang terjadi
selama pengolahan, transportasi dan penyimpanan pangan antara lain
disebabkan oleh aktivitas mikroba. Dalam industri pangan, hal ini dapat
menimbulkan kerugian. Untuk mengatasi hal tersebut diantaranya digunakan
pengawet untuk keamanan pangan dan memperpanjang masa simpannya.
Namun penggunaan pengawet harus dipertimbangkan secara hati-hati bahkan
harus sekecil mungkin aplikasi bahan pengawet non pangan dan sintetis karena
sebagian besar konsumen dewasa ini sadar akan pentingnya kesehatan lebih
tertarik pada bahan pangan yang tidak mengandung bahan pengawet terutama
yang berasal dari bahan non pangan sintetis/kimia. Oleh karena itu orientasi
penggunaan bahan pengawet adalah yang dapat diterima konsumen dan secara
alami ada dalam pangan, misalnya berasal dari tanaman, hewan atau dihasilkan
oleh mikroba yang lebih dikenal dengan istilah biopreservatif.
Bahan alami yang telah digunakan dan diuji aman diantaranya adalah
bakteriosin yang dapat dihasilkan oleh berbagai bakteri asam laktat (BAL).
Penggunaan bakteriosin pada beberapa tahun terakhir ini telah banyak menarik
perhatian karena senyawa tersebut potensial digunakan sebagai pengawet
pangan dan diklaim aman. Bakteriosin adalah senyawa antimikroba protein
yang mudah didegradasi oleh enzim proteolitik dalam pencernaan manusia dan
hewan, yang dapat menghambat pertumbuhan spesies yang biasanya
berkerabat (filogenik) dekat dengan sel penghasilnya. Bakteriosin yang
dihasilkan oleh BAL sangat menguntungkan bagi industri makanan pada
umumnya dan terutama makanan fermentasi, karena aktivitasnya mampu
menghambat pertumbuhan beberapa bakteri kontaminan penyebab pembusuk
makanan dan penyakit yang ditularkan melalui makanan (food borne illnesses).
Berkaitan dengan penggunaan bakteriosin dalam industri pangan, maka
ketersediaan bakteriosin merupakan hal yang perlu mendapat perhatian dalam
hal produksinya, karena menyangkut efisiensi dan efektivitas dalam
aplikasinya. Proses produksi yang efisien dalam penggunaan bahan dan efektif
dalam menghambat bakteri patogen dapat diperoleh dengan mengoptimasikan
faktor-faktor produksi. Hal yang paling penting dalam produksi bakteriosin
yaitu tipe media tumbuh disamping faktor jenis bakteri produser dan kondisi
fisik fermentasi. Hal ini berhubungan dengan biaya produksi terutama bila
ingin memperbesar skala produksi bakteriosin. Salah satu komponen biaya
utama dalam produksi bakteriosin yaitu harga medium fermentasi. Modifikasi
nutrien dalam media kultivasi diharapkan mampu mendapatkan jumlah
maksimal produksi bakteriosin.
Salah satu media yang sering digunakan dalam menghasilkan
bakteriosin adalah MRS (de Mann, Rogosa, and Sharpe) broth. Namun harga
MRS Broth relatif mahal untuk skala industri. Oleh karena itu perlu dicari
media pengganti yang harganya relatif murah namun efektif sebagai media
pertumbuhan sehingga dihasilkan bakteriosin yang berdaya hambat tinggi
terhadap mikroorganisme patogen.
Molasses merupakan salah satu bahan yang sering digunakan sebagai
medium pertumbuhan mikroorganisme. Untuk mengoptimalkan pertumbuhan
bakteri asam laktat, media molasses dapat ditambah ekstrak khamir, pepton,
dan tween 80. Namun untuk menghasilkan bakteriosin yang benar-benar
optimal, perlu dilakukan penelitian untuk mendapatkan formulasi media yang
efisien tetapi efektif dalam menghambat bakteri patogen.
B. TUJUAN
Tujuan penelitian adalah untuk:
1. Mengetahui kemampuan bakteriosin oleh BAL galur SCG 1223 pada
media kultivasi molasses.
2. Mendapatkan formula media berbasis molasses yang kompetitif sebagai
media alternatif MRS Broth.
II. TINJAUAN PUSTAKA
B. BAKTERIOSIN
Bakteriosin merupakan senyawa protein (umumnya peptida) yang
bersifat bakterisidal terhadap mikroorgansime (bakteri) yang ditinjau dari segi
filogeniknya (genetiknya) berdekatan dengan mikroorganisme penghasil
bakteriosin tersebut (Tagg et al., 1976). Menurut Jimenez-Diaz et al. (1993),
bakteriosin merupakan protein atau peptida, sehingga didegradasi dalam
pencernaan manusia maupun hewan oleh enzim proteolitik. Bakteriosin
diartikan sebagai molekul protein atau peptida yang memiliki kemampuan
menghambat pertumbuhan mikroba sensitif. Antimikroba dari bakteriosin
bersifat bakterisidal dan bakteriostatik (Tagg et al., 1976; Garver dan Muriana,
1993; Barefoot et al., 1994).
Bakteriosin yang dihasilkan oleh BAL sangat menguntungkan industri
makanan terutama makanan fermentasi, karena aktivitasnya mampu
menghambat pertumbuhan beberapa bakteri kontaminan penyebab kebusukan
makanan dan penyakit yang ditularkan melalui makanan (food borne illnesses)
(Tahara et al., 1996; Gonzales et al., 1996). Penggunaan bakteriosin sebagai
pengawet pada makanan mempunyai keuntungan sebagai berikut:
a. Bakteriosin bukan merupakan bahan yang toksik dan mudah mengalami
degradasi oleh enzim proteolitik karena merupakan senyawa protein;
b. Penggunaannya tidak membahayakan mikroflora usus karena mudah
dicerna oleh enzim-enzim dalam saluran pencernaan,
c. Ditinjau dari segi lingkungan, penggunaan bakteriosin dapat mengurangi
penggunaan bahan kimia yang selama ini digunakan sebagai bahan
pengawet makanan;
d. Penggunaannya sangat fleksibel, dapat berupa biakan starter karena
menghasilkan senyawa antibakteri yang mampu menghambat bakteri
patogen makanan.
Beberapa kriteria bakteriosin yaitu berupa protein, bersifat bakterisidal,
bakteri target memiliki sisi pengikatan yang spesifik (spesific binding site), gen
pengkode bakteriosin berada dalam plasmid, aktif terhadap bakteri yang dekat
secara filogenik (Tagg et al., 1976). Konisky (1982) hanya mengajukan dua
persyaratan tentang bakteriosin yaitu sebagai protein dan tidak membunuh
bakteri penghasilnya. Menurut Klaenhammer (1988) bakteriosin yang
dihasilkan oleh beberapa galur BAL diketahui mempunyai aktivitas
menghambat pertumbuhan bakteri pembusuk dan patogen makanan sehingga
dapat meningkatkan keamanan dan daya simpan pangan. Bakteriosin
dikelompokkan menjadi empat jenis yaitu:
a. Lantibiotik, merupakan bakteriosin yang mengandung cincin lantionin
dalam molekulnya, contohnya nisin, lacticin 481, lacticin S, sterptococcin
SA-FF22
b. Bakteriosin kecil (<10kDa), relatif tahan panas, peptida pada sisi aktifnya
tidak mengandung lantionin, kelompok kedua ini dibagi lagi dalam sub
kelas. Kelas IIa mempunyai peptida listeria-active dengan sekumpulan
sekuen N-terminal: Tyr-Gly-Asn-Val-X-Cis. Kelas IIb adalah kelompok
bakteriosin yang biasanya membentuk kompleks berpori dengan aktivitas
dua peptida yang berbeda. Kelas IIc adalah bakteriosin yang memerlukan
peptida teraktivasi-tiol untuk mengurangi residu sistein dalam altivitasnya.
c. Bakteriosin bermolekul protein besar (>30kDa) dan tidak tahan panas,
contohnya Helvotin J dan Brevicin 27.
d. Bakteriosin yang mengandung protein kompleks, terdiri atas komponen
karbohidrat atau lipid, contohya plantarisin S yang mengandung
glikoprotein (Jimenez-diaz et al., 1993).
Molekul aktif bakteriosin dari bakteri asam laktat, umumnya dapat
dikarakterisasi sebagai berikut:
a. terdiri atas senyawa protein maka dapat diinaktivasi oleh enzim-enzim
proteolitik.
b. mempunyai berat molekul yang relatif kecil (3-10kDa).
c. aktivitasnya berkurang pada suasana basa dan
d. banyak yang mempunyai sifat thermoresisten, yaitu aktivitasnya tetap ada
walaupun telah mengalami pemanasan sampai dengan 100°C selama 30
menit. (Sudirman, 1993)
Bakteriosin merupakan metabolit sekunder yang dihasilkan dalam
ribosom sel. Umumnya tidak aktif oleh enzim protease dalam saluran
pencernaan, stabil pada pemanasan tinggi (100-120oC) dan stabil pada
penyimpanan khususnya pada pH rendah serta tidak efektif terhadap bakteri
Gram negatif (Barefoot dan Klaenhammer, 1983; Buchanan dan Klawitter,
1992; Liao et al., 1994; Vlaemynck et al., 1994 dan Coventry et al., 1995).
Menurut Bhunia et al. (1987), bakteriosin memiliki sifat yang unik, tetap aktif
pada kondisi asam dan basa serta tetap stabil pada perlakuan suhu rendah
maupun suhu tinggi.
1. Sintesis bakteriosin
Bakteriosin disintesis pada fase eksponensial (Keppler et al., 1994;
Samelis et al., 1994; Stoffles et al., 1992), dan biasanya mengikuti pola
klasik sintesis protein. Sistem ini diatur oleh plasmid DNA ekstra
kromosomal (Piart et al., 1993; Mayer et al., 1993; Gupta dan batish, 1992)
dan dipengaruhi oleh beberapa faktor terutama pH (Vaughan et al., 1992);
Mortvedt-Abildgaard et al., 1995). Umumnya bakteriosin disintesis dalam
bentuk lengkap secara langsung melalui jalur ribosomal (Engelke et al.,
1992), sedangkan kelompok lantibiotik disintesis secara ribosomal sebagai
peptida kemudian mengalami modifikasi (Hurst, 1981). Prinsip regulasi
sintesis bakteriosin diatur oleh keberadaan gen pengkode produksi dan
pengkode immunitas (Rince et al., 1994). Sekresi prepeptida dilakukan pada
fase eksponensial dan maksimal diproduksi pada fase stasioner (Engelke et
al., 1992).
Beberapa peneliti mengemukakan mekanisme sintesis asam amino
yang tak lazim tersebut merupakan mekanisme ribosomal, dimana
pembentukan asam amino tak lazim terjadi karena adanya dehidrasi pada
peptida serin atau sistein dan treonin (Ingram, 1970). Selanjutnya terjadi
penambahan sulfur pada ikatan ganda pada asam amino yang terhidrasi
yaitu sistein dan asam dehidroamino (Engelke et al.,1992 dan hurst, 1981).
Bakteriosin asal bakteri asam laktat lebih bersifat bakterisidal dibandingkan
dengan bakteriolisis ataupun bakteriostatik pada sel-sel yang sensitif
(venema et al 1993; Villani 1993; Goriss dan Bennik 1994; Gonzales et al.
1996; Pilet et al 1995). Beberapa diantaranya bersifat bakteriostatik yang
lebih dominan (Liao et al. 1993; Morgan 1992; Vaughan et al. 1992).
Bakteriosin berupa protein sederhana misalnya pediosin AcH,
sedangkan laktosin LP27 dan stafilokoksin 1580 membentuk kompleks
dengan lipida dan karbohidrat (Bhunia et al., 1988). Perbandingan protein-
karbohidrat berbeda pada satu galur dengan galur lainnya. Hidrolisis
karbohidrat dengan asam lemak akan merusak aktivitas biologis bakteriosin,
menunjukkan bahwa aktivitasnya tergantung pada integritas dari kompleks
protein-karbohidrat. Beberapa bakteriosin dengan sifat-sifat tersebut
misalnya laktosin, nisin dan pediosin masing-masing diproduksi oleh
Lactobacillus spp., Lactococcus spp., dan Pediococcus spp. (Klaenhammer,
1988).
Wiryawan (2001) melakukan optimasi nilai pH untuk
menghasilkan bacteriosin dari BAL, dikulturkan pada media MRS dengan
pH yang diujikan 5,5; 6,0; 6,5; 7,0; 7,5 selama 8 jam pada suhu 39°C.
Produksi komponen aktif bakteriosin paling tinggi dicapai pada pH 5,5-6,0
dengan zona penghambatan berkisar 12 mm - 15mm.
C. MEDIA
Biaya produksi merupakan hal yang penting bila ingin memperbesar
skala produksi bakteriosin sebagai pengawet alamiah. Salah satu komponen
biaya utama dalam produksi bakteriosin yaitu harga medium fermentasi.
Modifikasi nutrien dalam media kultivasi diharapkan mampu mendapatkan
jumlah maksimal produksi bakteriosin yang berpotensi sebagai biopreservatif
(Biswas 1991 dalam Ogunbawo 2003). Produksi bakteriosin dapat
dimaksimalkan dengan membatasi faktor-faktor pertumbuhan seperti gula,
vitamin, dan sumber-sumber nitrogen, pengaturan pH (Vignolo et al., 1995).
MRS Broth merupakan medium fermentasi yang biasa digunakan untuk
memproduksi bakteriosin. Komposisi nutrient pada MRS Broth sangat baik
sebagai media pertumbuhan bakteri asam laktat. Komposisi nutrient tersebut
ditunjukkan pada tabel 1 berikut:
1. Escherichia coli
Escherichia coli termasuk mikroorganisme jenis koliform yang
terdapat banyak pada usus manusia dan hewan. Escherichia coli berbentuk
batang, hidup dengan cara aerob atau anaerob fakultatif, merupakan bakteri
Gram negatif, tidak berkapsul, dan umumnya memiliki fibria dan bersifat
motil. Bakteri E. coli ini mampu memfermentasi laktosa dengan cepat
sehingga pada agar McConkey dan EMB membentuk koloni merah muda
sampai tua dengan kilat logam yang spesifik. Escherichia coli termotoleran
merupakan strain E. coli yang dapat hidup pada suhu biakan 44,5oC dan
merupakan indikator pencemaran pada makanan dan air oleh tinja.
Escherichia coli dapat menyebabkan gastroenteritis akut terutama
menyerang anak-anak dibawah usia 2 tahun, peritonitis dan radang empedu
(Supardi dan Sukamto, 1999). Diare, haemorrhagic colitis, infeksi ginjal
dan kandung kemih, serta pneumonia dan meningitis. Beberapa dari kasus
tersebut menyebabkan kematian (Blackburn dan McClure, 2002). Selain itu,
hewan unggas pun berpotensi terinfeksi E. coli O157:H7, mikroba patogen
yang menyebabkan haemorrhagic enteritis pada manusia (Hargis et al.,
2001).
2. Salmonella typhimurium
Salmonella merupakan bakteri Gram negatif yang tidak berspora.
Salmonella thypimurium tidak tahan pada kondisi lingkungan yang
mengandung konsentrasi garam tinggi (Jay, 2000). Bakteri Salmonella dapat
menyebabkan gastroenteritis, demam enterik (thypoid dan parathypoid),
septicemia (mikroorganisme berkembangbiak dalam aliran darah), diare
(McKane dan Kandel, 1985), nausea dan muntah (Alcamo, 1983). Infeksi
Salmonella sering terjadi pada musim panas karena bakteri ini berkembang
biak pada suhu hangat. Sumber utama penyebab infeksi Salmonella adalah
bahan makanan yang tidak dipanaskan secara baik seperti ayam, telur,
daging atau susu (C, Roman, 1996). Jenis Salmonella yang menjadikan
tubuh manusia sebagai tempat berkembangbiaknya antara lain S.
typhimurium, S. paratyphi, S. schottmuelleri, dan S. hirschfeldi dimana
tampak gejala klinis setelah 8-72 jam (Brandly et al., 2001). Sumber
kontaminasi Salmonella umumnya berasal dari binatang atau manusia yang
terkontaminasi Salmonella atau pembawa carrier Salmonella. Salmonella
dari binatang umumnya dari kucing, anjing, babi, unggas, tikus dan kecoak
dan telur juga salah satu sumber kontaminan Salmonella (Adam dan Moss,
1995).
3. Listeria monocytogenes
Listeria monocytogenes bakteri Gram-positif berbentuk batang
yang anaerob-fakultatif dan tidak membentuk spora. Bersifat psikrotrofik
dan dapat tumbuh pada suhu yang kisarannya 3-42°C kendati pertumbuhan
optimalnya pada suhu sekitar 30-35°C. Kisaran pH untuk pertumbuhannya
adalah 5,0-9,0. Nilai pH minimal dan aw untuk pertumbuhan bakteri ini
masing-masing 4,4 dan 0,92. Bakteri Listeria dapat tumbuh dalam media
yang mengandung 10% garam.
Infeksi yang disebabkan oleh bakteri L. monocytogenes yaitu
listeriosis. Listeriosis juga termasuk didalamnya septicemia, meningitis,
encephalitis, corneal ulcer, pneumonia dan infeksi intrauterine pada wanita
hamil. Kuman Listeria biasanya ada di tanah dan beberapa daging mentah.
Setiap tahun ada 20-30 kejadian khas Listeriosis yang dilaporkan NSW.
Listeriosis merupakan kejadian yang langka namun angka kematiannya
cukup tinggi. (www.health.nsw.gov.au).
Menurut Martyn (2000), satu sel bakteri patogen sudah cukup
untuk menyebabkan infeksi pada manusia, namun kenyataannya dibutuhkan
jumlah lebih banyak bakteri. Dosis bahaya untuk E.coli O157 sebesar 1-10
sel/gram sedangkan L. monocytogenes < 10000/g makanan untuk kelompok
manusia yang lanjut usia dan ibu hamil serta immunocompromised. Namun
pada orang yang sehat akan membutuhkan lebih banyak bakteri untuk
terjadinya infeksi bakteri patogen tersebut.
B. METODA PENELITIAN
Penelitian terdiri atas 3 kegiatan yaitu penyegaran dan propagasi kultur,
pembuatan ekstrak tauge, produksi bakteriosin dan uji daya hambatnya.
Metode sumuran agar digunakan untuk menilai aktivitas hambat (De Vusyt,
1994).
Inokulasi 10%
pada media
MRSB steril
Inkubasi 24 jam
suhu 37 oC
Inokulasi 10%
pada media
MRSB steril
Inkubasi 24 jam
suhu 37 oC
Gambar 5. Diagram alir penyegaran kultur SCG 1223 pada media MRS Broth
Pembuatan media
MRS broth
Sterilisasi
autoclave 121oC
15 menit
Inkubasi shaker
37oC 150 rpm
selama 24 jam
Inokulum SCG
1223 siap
produksi
bakteriosin
Gambar 6. Propagasi bakteriosin kultur SCG 1223 pada media MRS Broth
2. Pembuatan media molasses
Molasses dipipet sesuai dengan komposisi masing-masing formulasi
(v/v). Ekstrak khamir dan pepton juga ditimbang sesuai komposisi formulasi
(b/v). Volume media produksi yang digunakan sebanyak 18 ml dalam
erlenmeyer 50 ml. Kemudian pH media diatur menjadi 5 dan di sterilisasi
pada suhu 1210C selama 15 menit.
C. RANCANGAN PERCOBAAN
Model perancangan penelitian yang digunakan yaitu dengan Rancangan
Acak Kelompok pola faktorial terdiri atas 3 faktor yaitu dengan jumlah
pengamatan terhadap parameter daya hambat dengan dua kali pengulangan.
Perlakuan yang diberikan adalah perlakuan konsentrasi molasses sebagai faktor
M, konsentrasi ekstrak khamir sebagai faktor K dan konsentrasi pepton sebagai
faktor P.
Formulasi media yang dipakai terdapat pada tabel 2:
M3 = Molasses 3%
M4 = Molasses 4%
K1 = Ekstrak khamir 1%
K2 = Ekstrak khamir 2%
K3 = Ekstrak khamir 3%
P1 = Pepton 1%
P2 = Pepton 2%
Model matematika yang digunakan adalah (Gaspersz, 1994).
Yijkl= µ + αi + βj + γk + (αβ)ij + (αγ)ik + (βγ)jk + (αβγ)ijk + εijkl
Dimana :
Yijkl = nilai pengamatan yang memperoleh taraf ke-i dari faktor α, taraf ke-
j dari faktor ke β dan taraf ke-k dari faktor ke-γ
µ = nilai rata-rata aktivitas hambat yang sesungguhnya
αi = pengaruh dari taraf ke-i faktor α (konsentrasi molasses)
βj = pengaruh dari taraf ke-j faktor β (konsentrasi ekstrak khamir)
γk = pengaruh dari taraf ke-k faktor γ (konsentrasi pepton)
(αβ)ij = pengaruh interaksi taraf ke-i dan taraf ke-j faktor β
(αγ)ik = pengaruh interaksi taraf ke-i dan taraf ke-k faktor γ
(βγ)jk = pengaruh interaksi taraf ke-j dan taraf ke-k faktor γ
(αβγ)ijk = pengaruh interkasi taraf ke-i faktor α, taraf ke-j faktor β, dan taraf
ke-k faktor γ
εijkl = pengaruh galat percobaan pada ulangan ke-l yang memperoleh taraf ke- faktor α,
taraf ke-j faktor β, dan taraf ke-k faktor γ
Tabel 2. Formulasi media yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
Inokulasi 10 %
Kultur SCG 1223
Media Inokulum
Produksi Propagasi
Inkubasi shaker
330 C
Pelarutan dengan Selama 9 jam
Aquades (18 ml)
Pengaturan pH 7
Pengaturan pH 5
Sterilisasi
Pemanasan 80 0 C
autoclave 1210 C
Selama 15 menit
15 menit
Media Molasses
Pengaturan pH 5
Sentirfugasi
10000 rpm selama
15 menit
Pelet Supernatan
Penyaringan
dengan milipore
0.22 µm
Supernatan
bebas sel
1200
1000
Daya Hambat (AU/ml)
800
600
400
200
Formulasi Media
Keterangan:
M : Konsentrasi molasses yang terdiri dari 3% dan 4%
K : Konsentrasi ekstrak khamir yang terdiri dari 1%, 2%, dan 3%
P : Konsentrasi pepton yang terdiri dari 1% dan 2%
Gambar 10. Pengaruh konsentrasi ekstrak khamir terhadap daya hambat E. coli
(a) (b)
(c)
Keterangan:
a. Formula media:
1. M3K1P1 yang terdiri dari molasses 3%, ekstrak khamir 1%, dan pepton 1%
2. M3K2P1 yang terdiri dari molasses 3%, ekstrak khamir 2%, dan pepton 1%
3. M3K3P1 yang terdiri dari molasses 3%, ekstrak khamir 3%, dan pepton 1%
4. M3K1P2 yang terdiri dari molasses 3%, ekstrak khamir 1%, dan pepton 2%
b. Formula media:
5. M3K2P2 yang terdiri dari molasses 3%, ekstrak khamir 2%, dan pepton 2%
6. M3K3P2 yang terdiri dari molasses 3%, ekstrak khamir 3%, dan pepton 2%
7. M4K1P1 yang terdiri dari molasses 4%, ekstrak khamir 1%, dan pepton 1%
8. M4K2P1 yang terdiri dari molasses 4%, ekstrak khamir 2%, dan pepton 1%
c. Formula media:
9. M4K3P1 yang terdiri dari molasses 4%, ekstrak khamir 3%, dan pepton 1%
10. M4K1P2 yang terdiri dari molasses 4%, ekstrak khamir 1%, dan pepton 2%
11. M4K2P2 yang terdiri dari molasses 4%, ekstrak khamir 2%, dan pepton 2%
12. M4K3P2 yang terdiri dari molasses 4%, ekstrak khamir 3%, dan pepton 2%
Keterangan:
M : Konsentrasi molasses yang terdiri dari 3% dan 4%
K : Konsentrasi ekstrak khamir yang terdiri dari 1%, 2%, dan 3%
P : Konsentrasi pepton yang terdiri dari 1% dan 2%
(c)
Keterangan:
a. Formula media:
1. M3K1P1 yang terdiri dari molasses 3%, ekstrak khamir 1%, dan pepton 1%
2. M3K2P1 yang terdiri dari molasses 3%, ekstrak khamir 2%, dan pepton 1%
3. M3K3P1 yang terdiri dari molasses 3%, ekstrak khamir 3%, dan pepton 1%
4. M3K1P2 yang terdiri dari molasses 3%, ekstrak khamir 1%, dan pepton 2%
b. Formula media:
5. M3K2P2 yang terdiri dari molasses 3%, ekstrak khamir 2%, dan pepton 2%
6. M3K3P2 yang terdiri dari molasses 3%, ekstrak khamir 3%, dan pepton 2%
7. M4K1P1 yang terdiri dari molasses 4%, ekstrak khamir 1%, dan pepton 1%
8. M4K2P1 yang terdiri dari molasses 4%, ekstrak khamir 2%, dan pepton 1%
c. Formula media:
9. M4K3P1 yang terdiri dari molasses 4%, ekstrak khamir 3%, dan pepton 1%
10. M4K1P2 yang terdiri dari molasses 4%, ekstrak khamir 1%, dan pepton 2%
11. M4K2P2 yang terdiri dari molasses 4%, ekstrak khamir 2%, dan pepton 2%
12. M4K3P2 yang terdiri dari molasses 4%, ekstrak khamir 3%, dan pepton 2%
Keterangan:
M : Konsentrasi molasses yang terdiri dari 3% dan 4%
K : Konsentrasi ekstrak khamir yang terdiri dari 1%, 2%, dan 3%
P : Konsentrasi pepton yang terdiri dari 1% dan 2%
(c)
Keterangan:
a. Formula media:
13. M3K1P1 yang terdiri dari molasses 3%, ekstrak khamir 1%, dan pepton 1%
1. M3K2P1 yang terdiri dari molasses 3%, ekstrak khamir 2%, dan pepton 1%
2. M3K3P1 yang terdiri dari molasses 3%, ekstrak khamir 3%, dan pepton 1%
3. M3K1P2 yang terdiri dari molasses 3%, ekstrak khamir 1%, dan pepton 2%
b. Formula media:
4. M3K2P2 yang terdiri dari molasses 3%, ekstrak khamir 2%, dan pepton 2%
5. M3K3P2 yang terdiri dari molasses 3%, ekstrak khamir 3%, dan pepton 2%
6. M4K1P1 yang terdiri dari molasses 4%, ekstrak khamir 1%, dan pepton 1%
7. M4K2P1 yang terdiri dari molasses 4%, ekstrak khamir 2%, dan pepton 1%
c. Formula media:
8. M4K3P1 yang terdiri dari molasses 4%, ekstrak khamir 3%, dan pepton 1%
9. M4K1P2 yang terdiri dari molasses 4%, ekstrak khamir 1%, dan pepton 2%
10. M4K2P2 yang terdiri dari molasses 4%, ekstrak khamir 2%, dan pepton 2%
11. M4K3P2 yang terdiri dari molasses 4%, ekstrak khamir 3%, dan pepton 2%
A. KESIMPULAN
Molasses berpotensi sebagai media pertumbuhan bakteri asam laktat
dalam menghasilkan bakteriosin. Bakteri asam laktat yang digunakan sebagai
produser bakteri asam laktat galur SCG 1223. Bakteri asam laktat galur SCG
1223 mampu menghasilkan bakteriosin pada media berbasis molasses dengan
penambahan ekstrak khamir, pepton, dan tween 80. Untuk menghasilkan
bakteriosin yang kompetitif, maka perlu dilakukan formulasi media.
Formula media yang efisien dalam penggunaan bahan-bahan tambahan
dan cukup efektif untuk menghambat bakteri patogen adalah formula M4K1P2.
Formula media M4K1P2 yang terdiri atas molasses 4%, ekstrak khamir 1%,
pepton 2%, dan tween 80 1% efektif dalam menghambat bakteri patogen.
Formula M4K1P2 memiliki aktivitas hambat 1004,80 AU/ml terhadap E. coli,
2047,59 AU/ml terhadap Listeria monocytogenes, dan 529,80 AU/ml terhadap
S. thypimurium.
B. SARAN
Karena sampai saat ini bahan ekstrak khamir dan pepton sebagai
sumber N berharga cukup mahal, maka perlu dikaji lebih lanjut untuk mencari
alternatif sumber asam amino yang lebih murah. Selain itu, penggunaan bahan
molasses secara langsung akan mengurangi kepraktisan dalam pembuatan
media. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian lanjutan berupa spray
drying seperti media MRS Broth.
VI. DAFTAR PUSTAKA
Pe ncam puran da n
Pen genc eran p erend am a n M e u
hing ga 10 6 ) ole h Ba kteri indik ator
selam a 10 m en it
pe ngeringan
Pe m bu atan sum ur
Inku basi
37 o C , 2 4 ja m
Pe ngam atan
D a ya h am b at
(C lear Zone )
Lampiran 2. Data Hasil Penelitian
Formulasi Komponen Bahan Aktivitas Hambat Bakteriosin terhadap Bakteri Indikator (AU/ml)
Media Molasses (%) Ekstrak khamir(%) Pepton(%) E. coli1 E. coli2 Listeria1 Listeria2 Salmonella1 Salmonella2
Hasil uji lanjut Duncan pengaruh konsentrasi molasses terhadap daya hambat E.
coli (α=0,05)
Perlakuan N Rata – Rata (AU/ml) Kelompok Duncan
M3 12 557,89 A
M4 12 878,34 B
Hasil uji lanjut Duncan pengaruh konsentrasi ekstrak khamir daya aktivitas
hambat E. coli (α=0,05)
Perlakuan N Rata – Rata (AU/ml) Kelompok Duncan
K1 8 585,41 A
K2 8 757,58 B
K3 8 811,36 B
Hasil uji lanjut Duncan pengaruh konsentrasi pepton terhadap daya hambat E. coli
(α=0,05)
Perlakuan N Rata – Rata (AU/ml) Kelompok Duncan
P1 12 650,45 A
P2 12 785,78 B
Hasil uji lanjut Duncan pengaruh interaksi konsentrasi molasses dengan ekstrak
khamir terhadap daya hambat E. coli (α=0,05)
Perlakuan N Rata – Rata (AU/ml) Kelompok Duncan
M3K1 4 446,07 A
M3K2 4 478,06 A
M3K3 4 610,02 B
M4K1 4 617,6 B
M4K2 4 772,16 C
M4K3 4 835,67 C
Hasil uji lanjut Duncan pengaruh interaksi konsentrasi molasses dengan pepton
terhadap daya hambat E. coli (α=0,05)
Perlakuan N Rata – Rata (AU/ml) Kelompok Duncan
M3P1 6 513,05 A
M3P2 6 602,75 B
M4P1 6 787,85 C
M4P2 6 968,82 D
Hasil uji lanjut Duncan pengaruh interaksi konsentrasi molasses ,ekstrak khamir,
dan pepton terhadap daya hambat E. coli (α=0,05)
Perlakuan N Rata – Rata (AU/ml) Kelompok Duncan
M3K1P1 2 427,12 A
M3K1P2 2 465,03 A,B
M4K1P1 2 491,10 A,B
M3K2P1 2 542,75 B
M3K3P1 2 569,28 B,C
M3K3P2 2 650,77 C,D
M3K2P2 2 692,45 D
M4K2P1 2 851,88 E
M4K2P2 2 943,26 E,F
M4K1P2 2 958,41 F
M4K3P1 2 1020,58 F
M4K3P2 2 1004,80 F
Hasil uji lanjut Duncan pengaruh konsentrasi molasses terhadap daya hambat L.
monocytoenes (α=0,05)
Perlakuan N Rata – Rata (AU/ml) Kelompok Duncan
M3 12 1834,75 A
M4 12 2066,04 B
Hasil uji lanjut Duncan pengaruh konsentrasi ekstrak khamir daya aktivitas
hambat L. monocytoenes (α=0,05)
Perlakuan N Rata – Rata (AU/ml) Kelompok Duncan
K1 8 1790,56 A
K2 8 1904,88 A
K3 8 2155,75 B
Hasil uji lanjut Duncan pengaruh konsentrasi pepton terhadap daya hambat L.
monocytoenes (α=0,05)
Perlakuan N Rata – Rata (AU/ml) Kelompok Duncan
P1 12 1633,78 A
P2 12 2267,01 B
Hasil uji lanjut Duncan pengaruh interaksi konsentrasi molasses dengan ekstrak
khamir terhadap daya hambat L. monocytoenes (α=0,05)
Perlakuan N Rata – Rata (AU/ml) Kelompok Duncan
M3K1 4 1670.83 A
M3K2 4 1774.49 A
M4K1 4 1910.29 B
M4K2 4 2035.27 B,C
M3K3 4 2058.94 C
M4K3 4 2252.56 D
Hasil uji lanjut Duncan pengaruh interaksi konsentrasi molasses dengan pepton
terhadap daya hambat L. monocytoenes (α=0,05)
Perlakuan N Rata – Rata (AU/ml) Kelompok Duncan
M3P1 6 1551.42 A
M4P1 6 1716.14 B
M3P2 6 2118.08 C
M4P2 6 2415.94 D
Hasil uji lanjut Duncan pengaruh konsentrasi molasses terhadap daya hambat S.
thypimurium (α=0,05)
Perlakuan N Rata – Rata (AU/ml) Kelompok Duncan
M3 12 404,94 A
M4 12 521,37 B
Hasil uji lanjut Duncan pengaruh konsentrasi ekstrak khamir daya aktivitas
hambat S. thypimurium (α=0,05)
Perlakuan N Rata – Rata (AU/ml) Kelompok Duncan
K1 8 416.52 A
K2 8 483.62 B
K3 8 489.33 B
Hasil uji lanjut Duncan pengaruh interaksi konsentrasi ekstrak khamir dengan
pepton terhadap daya hambat E. coli (α=0,05)
Perlakuan N Rata – Rata (AU/ml) Kelompok Duncan
K1P1 4 348,34 A
K2P1 4 402,46 A
K3P1 4 402,70 A
K1P2 4 484,69 B
K2P2 4 564,76 C
K3P2 4 575,95 C
Hasil uji lanjut Duncan pengaruh konsentrasi molasses, ekstrak khamir, dan
pepton terhadap aktivitas hambat S. thypimurium
Perlakuan N Rata – Rata (AU/ml) Kelompok Duncan
M4K1P1 2 317,93 A
M3K3P1 2 365,81 A,B
M3K2P1 2 377,82 A,B,C
M3K1P1 2 378,76 A,B,C
M3K3P2 2 402,63 A,B,C
M4K2P1 2 427,12 B,C
M3K1P2 2 439,6 B,C
M4K3P1 2 439,6 B,C
M3K2P2 2 465,03 C,D
M4K1P2 2 529,80 D
M4K2P2 2 664,50 E
M4K3P2 2 749,28 F
Sentrifuse pH meter