Anda di halaman 1dari 3

Contoh Kasus dan Pembahasan Audit: Subsequent Event

1. Kasus pertama
Pada tanggal 20 Juni 2011, auditor menemukan bahwa salah satu debitur PT “XX”
bangkrut pada tanggal 1 April 2011. Penjualan kepada debitur dilakukan pada tanggal 15
Oktober 2010. Jumlah tersebut tertagih pada tanggal 31 Desember 2010 dan 10 Februari
2011.
Jawaban:
Tidak perlu melakukan apa-apa
Menurut SA Seksi 560 tentang peristiwa kemudian, menyatakan bahwa auditor
mempunyai tanggung jawab tertentu atas kejadian dan transaksi yang mempunyai
pengaruh material atas laporan keuangan yang terjadi setelah tanggal laporan posisi
keuangan sampai dengan tanggal berakhirnya pekerjaan lapangan (tanggal laporan audit).
Pada kasus ini piutang atas salah satu debitur tersebut telah tertagih tanggal 31 Desember
2010 dan 10 Februari 2011, artinya kejadian ini tentunya telah dilakukan revisi atas laporan
keuangan PT “XX” dan telah dilakukan penyesuaian oleh auditor. Karena pekerjaan
lapangan selesai tanggal 10 Februari 2011 dan laporan auditor keluar tanggal 2 Maret,
artinya kebangkrutan salah satu debitur PT “XX” tanggal 1 April 2011 tidak menjadi
tanggung jawab Auditor.

2. Kasus kedua
Pada tanggal 3 Februari 2011, auditor menemukan bahwa debitur PT. “XX” bangkrut pada
tanggal 26 Januari 2011. Penyebab kebangkrutan adalah adanya kerugian tak terduga
akibat tuntutan hukum pada tanggal 10 Januari 2011, karena adanya tuntutan dari
pelanggan lainnya mengenai kualitas produk.
Jawaban:
Mengungkapkan informasi ini dalam penjelasan tambahan untuk laporan per tanggal 31
Desember 2010
Apabila posisi keuangan debitur yang bersangkutan per tanggal 31 Desember 2010 berada
dalam keadaan sehat dan kebangkrutan disebabkan oleh kerugian tak terduga akibat
tuntutan hukum yang terjadi tanggal 10 Januari 2011 dimana terjadi sesudah tanggal
laporan posisi keuangan, maka klien hanya diminta untuk mengungkapkan dalam bentuk
catatan atas laporan keuangan per 31 Desember 2010.

3. Kasus ketiga
Pada tanggal 5 Februari 2011, Auditor menemukan bahwa debitur PT. “XX” bangkrut pada
tanggal 26 Januari 2011. Penjualan terakhir terjadi tanggal 7 Desember 2010 dan sejak
tanggal itu tidak ada penerimaan kas dari debitur tersebut.
Jawaban:
Menyesuaikan laporan keuangan tanggal 31 Desember 2010
Apabila dalam mereview peristiwa kemudian, auditor berkesimpulan bahwa kebangkrutan
debitur disebabkan akibat kesulitan keuangan yang ada pada tanggal laporan posisi
keuangan, dimana sejak penjualan terakhir terjadi tanggal 7 Desember 2010 dan sejak
tanggal tersebut tidak ada penerimaan kas dari debitur tersebut, maka klien diminta untuk
melakukan penyesuaian atas laporan keuangan per 31 Desember 2010 dengan mengakui
kerugian yang diderita.
4. Kasus keempat
Pada tanggal 6 Agustus 2011, auditor menemukan bahwa debitur PT. “XX” bangkrut pada
tanggal 20 Februari 2011 karena buruknya kondisi keuangannya. Penjualan kepada debitur
tersebut terjadi pada tanggal 14 Juni 2010.
Jawaban:
Menyesuaikan laporan keuangan tanggal 31 Desember 2010
Apabila dalam me-review peristiwa kemudian, kebangkrutan debitur disebabkan
memburuknya posisi keuangan yang ada pada tanggal laporan posisi keuangan, maka klien
diminta untuk melakukan penyesuaian atas laporan keuangan per 31 Desember 2010
dengan mengakui kerugian yang diderita.

5. Kasus kelima
Pada tanggal 2 Februari 2011, auditor menemukan bahwa debitur PT. “XX” bangkrut pada
tanggal 30 Januari 2011 atas penjulan yang terjadi pada tanggal 6 Januari 2011. Penyebab
kebangkrutan adalah terjadinya kerugian kebakaran pada tanggal 15 Januari 2011 yang
tidak diasuransikan.
Jawaban:
Mengungkapkan informasi ini dalam penjelasan tambahan untuk laporan per tanggal 31
Desember 2010
Apabila posisi keuangan debitur per tanggal 31 Desember 2010 berada dalam keadaan
sehat dan kebangkrutan disebabkan oleh kerugian kebakaran yang terjadi setelah tanggal
laporan posisi keuangan, maka klien hanya diminta untuk mengungkapkan dalam bentuk
catatan atas laporan keuangan.

6. Kasus keenam
Pada tanggal 18 Januari 2011, PT “XX” diajukan dalam tuntutan hukum akibat transaksi
yang terjadi pada tahun 2008 dan masih diakui sebagai kewajiban kontinjensi.
Jawaban:
Mengungkapkan informasi ini dalam penjelasan tambahan untuk laporan per tanggal 31
Desember 2010
Standar Akuntansi Keuangan mengharuskan kewajiban kontinjensi untuk diperlakukan
sebagai salah satu kemungkinan dicatat sebagai utang bersyarat, maka klien hanya diminta
untuk mengungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.

7. Kasus ketujuh
Pada tanggal 20 Maret 2011, PT “XX” kalah dalam kasus pengadilan yang berjalan sejak
tahun 2009 dengan jumlah kerugian tepat sebesar tuntutan. Pada tanggal 31 Desember
2010, penjelasan tambahan menunjukkan opini penasehat hukum yang menyatakan bahwa
perusahaan kemungkinan besar memenangkan kasus ini.
Jawaban:
Meminta klien untuk merevisi laporan keuangan 31 Desember 2010
Peristiwa yang memberikan tambahan bukti yang berhubungan dengan kondisi yang ada
pada tanggal laporan posisi keuangan berdampak terhadap taksiran yang melekat dalam
proses penyusunan laporan keuangan jika pada saat penyusunan laporan keuangan per 31
Desember 2010, PT “XX” belum mencatat jumlah kerugian tuntutan tersebut.
Dalam hal ini, PT “XX” harus melakukan revisi atas laporan keuangannya karena tututan
tersebut telah terjadi sebelum tanggal laporan posisi keuangan dan jumlahnya tepat tidak
ada perubahan. Jika jumlahnya berbeda baru dilakukan penyesuaian atas laporan keuangan
per tanggal 31 Dessember 2010.

8. Kasus kedelapan
Pada tanggal 16 Februari 2011, tuntutan hukum diajukan kepada PT “XX” karena kasus
pelanggaran paten yang terjadi pada awal tahun 2010. Penasehat hukum berpendapat
bahwa mungkin klien akan kalah.
Jawaban:
Tidak perlu melakukan apa-apa
Klaim terhadap pelanggaran hak paten menurut Standar Akuntansi Keuangan, tidak akan
dicatat sampai benar-benar hal tersebut telah direalisasikan.

9. Kasus kesembilan
Pada tanggal 31 Mei 2011, Auditor menemukan adanya tuntutan hukum yang tak lazim
kepada PT “XX” yang terjadi pada tanggal 20 Juni 2010.
Jawaban:
Tidak perlu melakukan apa-apa
Karena temuan terjadi setelah laporan audit dikeluarkan, maka auditor tidak perlu
melakukan apa-apa lagi karena tanggung jawab auditor terletak sejak dilakukannya
pemeriksaan sampai dengan laporan audit dikeluarkan. Jika ada kejadian yang terjadi
setelah tanggal laporan audit, maka bukan lagi menjadi tanggung jawab auditor.

Anda mungkin juga menyukai