Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Sekola Dasar adalah jenjang paling dasar pada pendidikan formal di
Indonesia, ditempuh dalam waktu enam tahun, mulai dari kelas satu sampai kelas
enam dan merupakan suatu lembaga dengan organisasi yang tersusun rapi dan
segala aktivitasnya direncanakan dengan sengaja yang disebut kurikulum.(1)
Menurut Buku Data Penduduk yang diterbitkan oleh Kementerian Kesehatan
Indonesia, anak usia sekolah adala anak-anak yang berusia 7 – 12 tahun. (2)
Berbagai studi antropometri menunjukkan bahwa 90% pertumbuhan daun telinga
akan mencapai puncaknya pada usia 11 atau 12 tahun.(3)
Biometrik merupakan pengembangan dari metode dasar pengenalan diri
dengan menggunakan karakteristik alami manusia sebagai basisnya. Karakteristik
yang dimaksud antara lain sidik jari, siluet tangan, karakteristik wajah, pola retina
dan iris mata.(4) Biometrik telinga merupakan salah satu dari enam biometrik yang
dapat membantu identifikasi manusia.(5)
Telinga pada manusia memiliki karakteristik yang khas yang tidak akan
berubah sejak manusia lahir hingga meninggal dunia dan tidak seorang pun yang
memiliki karakteristik telinga yang sama walaupun ia merupakan kembar identik.
(5)
Biometrik telinga juga lebih mudah untuk dideteksi, karena bentuknya yang
unik dan tidak berubah-rubah, tidak seperti wajah yang dapat berubah sesuai
ekspresi.(6) Pengetahuan mengenai bentuk dimensi normal telinga, pola
pertumbuhan telinga dan kelainannya penting untuk kita ketahui dalam
mendiagnosis berbagai kelainan atau sindrom kongenital. Hal ini juga penting
bagi perkembangan industri alat bantu dengar.(3)
Telinga merupakan alat penerima gelombang suara atau gelombang udara
kemudian gelombang mekanik ini diubah menjadi pulsa listrik dan diteruskan ke
korteks pendengar melalui saraf pendengaran. Telinga berperan penting pada
proses pendengaran dan keseimbangan. Telinga sendiri dibagi atas telinga luar,
telinga tengah dan telinga dalam. Gangguan pada telinga luar dan telinga tengah

1
dapat menyebabkan tuli konduktif, sedangkan gangguan telinga dalam
menyebabkan tuli sensorineural.(7,8)
Bentuk daun telinga (aurikula) yang baik ditentukan oleh bentuk tulang
rawan daun telinga yang elastis. Sampai saat ini belum ada pengetahuan yang
tepat bagi kita sampai usia berapa pertumbuhan daun telinga manusia
berlangsung.(9) Panjang aurikula bergantung kepada tinggi badan serta umur
seseorang. Pada umumnya, panjang aurikula mencapai 85% dari panjang akhir
pada saat usia 6 tahun dan 90% pada usia 9 tahun. Selanjutnya ukuran tinggi
aurikula bertambah sangat sedikit, biasanya karena perubahan jaringan lunak
lobules dan bukan menunjukkan pertumbuhan yang sebenarnya. Lebar aurikula
juga bergantung pada tinggi badan dan umur, namun sudah mencapai 95% lebar
pada usia 6 tahun. Berbeda dengan proyeksinya, lebar aurikula yang dilihat dari
sudut pandang anterior dinilai cukup konstan. Pada umumnya proyeksi telinga
adalah 20+4 mm dengan batas normal berkisar antara 12 sampai dengan 28 mm.
Data-data tersebut penting untuk rujukan indikasi dan perencanaan otoplasti. (10)
Ukuran panjang telinga normal diukur dari superaurale-subaurale ialah antara
55.0 mm sampai dengan 65.0 mm. Ukuran lebar telinga diukur dari preaurale
postaurale ialah antara 32.0 mm sampai dengan 36.0 mm.(3,11,27,33-35)
Daun telinga berfungsi sebagai pengumpul energi bunyi dan
dikonsentrasikan pada membran tympani serta hanya menangkap 6 – 8 dB. Pada
kanalis telinga teberfungsi sebagai peningkatan kepekaan terhadap frekuensi suara
3.000 – 4.000 Hz. Membran timpani tebalnya 0,1 mm, luas 65 mm2 , mengalami
vibrasi dan diteruskan ke telinga bagian tengah yaitu pada tulang telinga (incus,
malleulus, dan stapes). Nilai ambang pendengar yang dapat didengar ~ 20 Hz dan
pada 160 dB membran tympani mengalami ruptur atau pecah
Pendengaran adalah persepsi saraf mengenai energi suara. Gelombang
suara (akustik) adalah getaran udara yang merambat dan terdiri dari daerah
bertekanan tinggi karena kompresi (pemampatan) molekul-molekul udara yang
berselang seling dengan daerah bertekanan rendah akibat penjarangan
(rarefaction) molekul tersebut. Pendengaran merupakan indra mekanoreseptor.
Hal ini karena telinga memberikan respon terhadap getaran mekanik gelombang

2
suara yang terdapat di udara.(12,13,14) Seseorang dapat mendengar karen adanya
gelombang suara yang masuk ke dalam telinga, lalu dihantarkan oleh saraf
menuju ke otak, khususnya pada lobus temporal. Tetepi jika seseorang mengalami
penurunan ketajaman pendengaran yang ditandai susah untuk mendengar, berarti
terjadi gangguan pada fungsi pendengarannya ataupu organ pendengarannya. (7)
Menurut World Health Organization (WHO), saat ini diperkirakan ada 360 juta
(5.3%) orang di dunia mengalami gangguan cacat pendengaran, 328 juta (91%)
diantaranya adalah orang dewasa (183 juta laki-laki, 145 juta perempuan) dan 32
juta (9%) adalah anak-anak. Prevalensi gangguan meningkat seiring dengan
pertambahan usia. Prevalensi gangguan pendengaran pada orang di atas usia 65
tahun bervariasi dari 18 sampai hampir 50% di seluruh dunia.(15)
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Afandi F dkk pada tahun 2010
menunjukkan hasil bahwa hubungan yang tidak bermakna pada biometrik lebar
antiheliks dan tragus telinga kanan laki-laki dan perempuan. Namun pada
beberapa penelitian juga menyebutkan bahwa ada hubungan yang bermakna pada
biometrik lebar antiheliks dan tragus kiri dan kanan.(16,17)
Berdasarkan hasil tersebut serta masih minimnya peneltian yang dilakukan

di Indonesia akhirnya melatarbelakangi penulis untuk melakukan penelitian yang

bertujuan untuk mengetahui perbandingan biometrik telinga dengan ketajaman

pendengaran.

1.2 Perumusan masalah


Berdasarkan latarbelakang diatas dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut:
apakah terdapat perbandingan ketajaman pendengaran antara biometrik telinga
kanan dan kiri?

3
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan umum
Untuk mengetahui perbandingan biometrik telinga dengan ketajaman
pendengaran pada anak sekolah dasar.
1.3.2 Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui biometrik telinga kanan dengan ketajaman
pendengaran.
b. Untuk mengetahui biometrik telinga kiri dengan ketajaman
pendengaran.

1.4 Hipotesis
Terdapat perbedaan antara biometrik telinga kanan dan kiri dengan
ketajaman pendengaran.

1.5 Manfaat
1.5.1 Bagi ilmu pengetahuan
Penelitian ini dapat berguna untuk menambah pengetahuan pada studi
kedokteran mengenai perbandingan biometrik telinga dengan ketajaman
pendengaran.

1.5.2 Bagi profesi


Hasil penelitian ini diharapkan dapat beguna untuk menambah referensi
dalam penelitian-penelitian berikutnya tentang biometri telinga dengan
ketajaman pendengaran.

1.5.3 Bagi masyarakat


Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk memperluas ilmu
pengetahuan masyarakat di bidang kesehatan dan memberikan informasi
tambahan mengenai biometrik telinga dengan ketajaman pendengaran.

Anda mungkin juga menyukai