Anda di halaman 1dari 8

BISNIS INTERNASIONAL

BAB 2 PERBEDAAN NASIONAL DALAM EKONOMI


POLITIK (HALAMAN 86)
INDONESIA-SETELAH SUHARTO DAN KRISIS ASIA

DOSEN PENGAMPU:
Dra. RAWINTAN E BINTI, M.Com. MTQM (Hons), Ak, CA

Disusun oleh:
DINA NORIVANA 1710313120013 NO. ABSEN 07
JULIANTI NUR RAHMAH 1710313320035 NO. ABSEN 40
LINTANGCAHYANING UTOMO 1710313220031 NO. ABSEN 24

SELASA, 30 APRIL 2019

PROGRAM S1 AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
INDONESIA-SETELAH SUHARTO DAN KRISIS ASIA

0
Indonesia adalah negara yang luas, memiliki dua puluh dua juta penduduk yang
tersebar di 17.000 pulau. Pada pertengahan tahun 1960-an, kondisi ekonomi Indonesia telah
mencapai keadaan yang sangat buruk di bawah kepemimpinan presiden pertama Indonesia
yaitu Ir. Soekarno dan kemudian kekuasaan tersebut diambil alih oleh Suharto. Pada saat
Suharto naik menjadi presiden, Beliau membuat kebijakan untuk memperbaiki keadaan
ekonomi yang telah merosot. Salah satu prioritas utama Suharto adalah meningkatkan kondisi
perekonomian Indonesia. Dia mengandalkan sebuah tim ahli ekonomi yang dilatih di AS
untuk memulai periode rehabilitasi dan pemulihan ekonomi. (https://www.indonesia-
investments.com/id/budaya/kolom-budaya/sejarah-indonesia-politik-dan-ekonomi-di-bawah-
sukarno/item5271?, di akses tanggal 27 April 2019)

Kinerja ekonomi yang lemah merupakan salah satu penyebab merosotnya


Perekonomian Indonesia. Lemahnya kinerja ekonomi di Indonesia dapat dilihat dari
pertumbuhan ekonomi yang rendah, tingginya angka pengangguran yaitu 10 persen dari
angkatan kerja, kenaikan inflasi pada akhir tahun 2005 yang mencapai 14 persen, dan
penurunan investasi pihak asing. (Hill, W. L. Hills;Chouw-Hou Wee;Krishna
Udayasankar.2014.Bisnis Internasional Perspektif Asia.Jakarta:Salemba Empat.)

Adapun faktor politik yang menyebabkan lemahnya kinerja ekonomi yaitu karena
bangsa Indonesia selama 30 tahun diperintah secara diktator oleh Presiden Suharto. Dia juga
dikenal karena “kapitalisme kroni” karena menggunakan perintahnya dari sistem politik
untuk memberi keuntungan bisnis bagi perusahaan pendukung dan keluarganya. Akan tetapi,
selama pemerintahan Presiden Suharto, tidak boleh adanya perbedaan pendapat dalam negeri
sehingga masyarakat tidak dapat mengkritisi kebijakan pemerintah. Jika terdapat perbedaan
pendapat dalam negeri, maka Presiden Suharto akan menindaklanjuti secara tegas. Hal ini
sesuai dengan apa yang diungkapkan Virgilio da Silva Guterrez yang pernah dipenjara selama
14 tahun pada masa Suharto "Rejim Suharto yang menginvasi dan menindas kami selama 24
tahun. Bagi saya, Suharto pada saat itu adalah musuh besar kami: dialah yang menghambat
kemerdekaan kami," kata Virgilio, 47 tahun. Hal yang sama diungkapkan warga Timor Leste
lainnya, Rosa Marcal. "Dia adalah penjahat, bukan orang baik. Dia mengirim tentara banyak
sekali untuk melawan rakyat Timor Leste," katanya. Rosa adalah seorang guru yang
mengalami kekerasan tentara karena menentang Suharto, ia dituduh memihak Fretilin,
kelompok utama gerakan kemerdekaan Timor Leste waktu itu.
(https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-43513185, diakses tanggal 27 April 2019)

1
Pada akhirnya, Suharto ditumbangkan sebagai presiden karena utang besar yang
dimiliki Indonesia yang terakumulasi selama 1990-an, yang menyebabkan terjadinya
kekacauan dalam perekonomian Indonesia pada tahun 1997. Kekacauan perekonomian
Indonesia dapat terjadi karena penyelewengan Dana Moneter Internasional yang merupakan
pinjaman senilai $43 miliar, sebagian besar dari uang tersebut masuk ke pundi-pundi Suharto
dan kroni-kroninya. Hal ini menyebabkan demonstrasi masyarakat sebagai tindak protes dan
memaksa presiden Suharto mengundurkan diri dari jabatannya sebagai presiden. (Hill, W. L.
Hills;Chouw-Hou Wee;Krishna Udayasankar.2014.Bisnis Internasional Perspektif
Asia.Jakarta:Salemba Empat.)

Korupsi merupakan salah satu faktor yang menyebabkan lemahnya kinerja ekonomi
Indonesia. Seperti yang di kutip dari REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA “Presiden Soeharto
ditempatkan sebagai Presiden terkorup sedunia berdasarkan temuan Transparency
International 2004 dengan total perkiraan korupsi sebesar 15-25 miliar dolar AS”.
(https://www.republika.co.id/berita/nasional/hukum/14/07/04/n85dwn-soeharto-diktator-
terkorup-sedunia-abad-ke20, di akses tanggal 27 April 2019). Transparency International,
lembaga yang mempelajari korupsi di seluruh dunia, menempatkan Indonesia di antara yang
paling korup, yaitu di peringkat ke-137 dari 158 negara yang diteliti pada tahun 2005. Dari
tingginya peringkat korupsi Indonesia ini dapat di lihat bahwa adanya keterkaitan antara
faktor-faktor yang menyebabkan melemahnya kinerja ekonomi. Pemerintahan secara diktator
memudahkan seorang pemimpin untuk melakukan tindakan politik yang kekuasaannya
diarahkan agar memberikan keuntungan bisnis untuk pendukung dan keluarganya.

Masalah ekonomi terus mewabah di Indonesia sejak Suharto mengundurkan diri


sebagai Presiden. Hal ini disebabkan oleh menurunnya kegiatan bisnis di Indonesia, seperti
birokrasi yang berlebihan. Untuk memulai bisnis, dibutuhkan rata-rata 151 hari untuk
menyelesaikan dokumen bisnis tersebut di Indonesia. Padahal di Malaysia hanya
membutuhkan 30 hari dan di Singapura hanya membutuhkan 8 hari. Masalah ekonomi
lainnya yaitu tingginya angka korupsi dan suap di Indonesia. Hal ini dapat di lihat dari
pernyataan Abdul Rahman Saleh, selaku Jaksa Agung di Indonesia menyebutkan bahwa
sistem hukum secara keseluruhan, termasuk polisi dan jaksa Indonesia terperosok dalam
korupsi. (Hill, W. L. Hills;Chouw-Hou Wee;Krishna Udayasankar.2014.Bisnis Internasional
Perspektif Asia.Jakarta:Salemba Empat.)

2
Selain itu, menurunnya investasi pada infrastruktur publik juga mengakibatkan
infrastruktur yang buruk. Menurunnya investasi infrastruktur cukup signifikan yaitu dari $16
miliar pada 1996 turun menjadi $3 miliar pada tahun 2003. Hal ini dapat dilihat dari sistem
jalan raya yang berantakan, setengah dari penduduk tidak memiliki akses listrik, jumlah
pemadaman listrik terus meningkat akibat usia jaringan listrik, dan hampir 99 persen
penduduk tidak memiliki akses fasilitas pembuangan limbah modern. (Hill, W. L.
Hills;Chouw-Hou Wee;Krishna Udayasankar.2014.Bisnis Internasional Perspektif
Asia.Jakarta:Salemba Empat.)

Selain penurunan investasi publik, juga terjadi penurunan pada investasi swasta.
Produksi minyak telah menurun meskipun harga minyak berada pada harga yang tertinggi.
Investasi dalam sektor pertambangan juga menurun yaitu dari $2,6 miliar pada 1997 menjadi
$177 juta pada 2003.

Melemahnya kinerja ekonomi di Indonesia menyebabkan banyaknya modal asing


yang ditarik di Indonesia, seperti Sony yang merupakan perusahaan Pabrik peralatan Audio
pada tahun 2003 dan sejumlah perusahaan pakaian yang meninggalkan Indonesia untuk
berpindah ke Cina dan Vietnam. Hal ini memiliki dampak yang merugikan negara yaitu
mengakibatkan turunnya investasi asing di Indonesia. Pada tahun 2001 saham investasi asing
di Indonesia yaitu $24,8 miliar, turun menjadi $11,4 miliar pada tahun 2004 sebagai tanda
bahwa perusahaan asing meninggalkan Indonesia. (Hill, W. L. Hills;Chouw-Hou
Wee;Krishna Udayasankar.2014.Bisnis Internasional Perspektif Asia.Jakarta:Salemba
Empat.)

Ditariknya investasi di Indonesia juga mengakibatkan meningkatnya angka


pengangguran karena lapangan pekerjaan yang kian berkurang. Selain itu, juga menyebabkan
menurunnya pendapatan negara karena tidak ada lagi pajak yang dibayarkan oleh perusahaan
asing.

Sehubungan dengan faktor-faktor ekonomi, salah satu variabel yang penting adalah
kemajuan ekonomi suatu negara. Indonesia merupakan negara yang masih berkembang
dengan infrastruktur yang masih lemah sehingga untuk pihak asing melakukan bisnis di
Indonesia, biaya yang digunakan untuk menunjang bisnis tersebut lebih mahal jika
dibandingkan dengan negara yang sistem politik dan ekonominya stabil. Hal tersebut
mengakibatkan keluarnya perusahaan asing di Indonesia karena berbisnis di negara

3
berkembang dengan kondisi politik yang tidak stabil akan mendapatkan keuntungan yang
minimum.

Dengan kondisi seperti yang dijelaskan sebelumnya, Indonesia memerlukan investasi


dari pihak asing untuk menunjang kegiatan ekonomi agar menjadi lebih baik. Diperlukan
perbaikan dalam sistem birokrasi agar lebih mudah dalam pembuatan dokumen bisnis,
infrastruktur yang baik juga diperlukan agar perusahaan yang ada di Indonesia tidak
mengalami kesulitan dalam hal transportasi seperti jalan raya yang berantakan.

Turunnya pendapatan negara disebabkan oleh kekacauan kondisi politik. Hal ini
berdampak pada pendapatan masyarakat Indonesia yang masih jauh dibandingkan negara lain
seperti Malaysia maupun Singapura. Hal ini menjadi pencetus karyawan maupun pejabat
Indonesia melakukan korupsi untuk menambah penghasilan mereka. Tunjangan kerja yang
diberikan juga tidak mampu menutupi kebutuhan masyarakat Indonesia.

Pengertian tindak pidana korupsi sendiri menurut UU No. 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, ditegaskan adalah setiap perbuatan seseorang atau
badan hukum yang melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau
orang lain atau suatu badan yang secara langsung merugikan keuangan negara dan/atau
perekonomian negara atau diketahui patut disangka olehnya bahwa perbuatan tersebut
merugikan keuangan negara. (https://www.kpk.go.id/images/pdf/Undang-
undang/uu311999.pdf)

Jalur birokrasi perusahaan menjadi tujuan koruptor memberlakukan suap dengan


kedok kelancaran sebuah urusan usaha perusahaan. Tanpa bukti yang memadai, eksekutif
perusahaan asing sekalipun bisa terjerumus ke dalam jeruji besi jika tidak melakukan
prosedur yang diminta koruptor yang berlatarbelakang bertugas untuk melindungi dan
menjaga ketertiban Indonesia, polisi dan jaksa.

Maraknya korupsi tidak diikuti dengan tindakan tegas dari pemerintah. Sekedar
undang-undang antikorupsi yang dibuat sendiri oleh elite politik yang terjerat kasus korupsi.
Berbagai sanksi dan hukuman yang selama ini dijatuhkan pada koruptor belum menimbulkan
efek jera.

Korupsi berdampak sangat buruk bagi kehidupan berbangsa dan bernegara karena
telah terjadi kebusukan, ketidakjujuran, dan melukai rasa keadilan masyarakat.
Penyimpangan anggaran yang terjadi akibat korupsi telah menurunkan kualitas pelayanan

4
negara kepada masyarakat. Pada tingkat makro, penyimpangan dana masyarakat ke dalam
kantong pribadi telah menurunkan kemampuan negara untuk memberikan hal-hal yang
bermanfaat untuk masyarakat, seperti: pendidikan, perlindungan lingkungan, penelitian, dan
pembangunan. Pada tingkat mikro, korupsi telah meningkatkan ketidakpastian adanya
pelayanan yang baik dari pemerintah kepada masyarakat. ( (Salama, Nadiatus. "Fenomena
Korupsi Indonesia)

Korupsi selalu membawa konsekuensi negatif terhadap proses demokratisasi dan


pembangunan, sebab korupsi telah mendelegetimasi dan mengurangi kepercayaan publik
terhadap proses politik melalui money-politik. Korupsi juga telah mendistorsi pengambilan
keputusan pada kebijakan publik, tiadanya akuntabilitas publik serta menafikan the rule of
law. Di sisi lain, korupsi menyebabkan berbagai proyek pembangunan dan fasilitas umum
bermutu rendah serta tidak sesuai dengan kebutuhan yang semestinya, sehingga menghambat
pembangunan jangka panjang yang berkelanjutan. (Salama, Nadiatus. "Fenomena Korupsi
Indonesia)

Di tengah kondisi perlambatan ekonomi yang terjadi saat ini, Indonesia kini disebut-
sebut negara yang kurang menarik minat investor untuk berinvestasi. Pasalnya, faktor utama
tinggi rendahnya pertumbuhan investasi sangat ditentukan oleh faktor kepastian hukum di
samping faktor stabilitas keamanan.

Indikator utama kepastian hukum itu sendiri sangat ditentukan oleh tinggi rendahnya
tingkat korupsi. Semakin tinggi tingkat korupsi di suatu negara maka semakin rendah pula
tingkat investasi ke negara yang bersangkutan. Karena korupsi membuat para pengusaha
asing menjadi ketakutan menanamkan investasinya di Indonesia.

Indonesia akan semakin bergerak melambat jika investasi tidak dapat memenuhi
kebutuhan negara ini. Maka dari itu diperlukan tindakan memperbaiki keadaan yang ada dan
mencegah kemungkinan buruk terjadi. Terutama dalam pemberantasan korupsi.

Korupsi merupakan penyakit birokrasi yang penyembuhannya hanya dapat dilakukan


melalui reformasi birokrasi. Pekerjaan administrasi negara dimulai dari polisi. Mereformasi
birokrasi untuk memberantas korupsi juga melalui penyusunan public policy. Sejak masa
pemerintahan Soekarno hingga Susilo Bambang Yudhoyono, berbagai kebijakan publik untuk
membentuk badan anti korupsi telah diterbitkan, namun sejauh ini masih belum efektif dan
korupsi masih terus meningkat. Berikut adalah tindakan yang diharapkan mampu menekan

5
angka korupsi di Indonesia menurut Sri Suwitri dalam jurnalnya yang berjudul
Pemberantasan Korupsi Di Indonesia: Sebuah Upaya Reformasi Birokrasi

a. Indonesia perlu melalukan kajian komparasi lebih mendalam ke negara-negara yang


berhasil memberantas korupsi seperti Hongkong.
b. Perlu kajian komparatif antara ICAC di Hongkong dengan KPK di Indonesia untuk
meningkatkan profesionalitas KPK.
c. Perlu reward and punishment bagi daerah terendah dan tertinggi angka korupsinya.
Ini mengingatkan kita saat sistem ini diterapkan untuk memberi sebutan suatu desa
melalui skore UDKP. Cara seperti ini ternyata efektif dilaksanakan di Indonesia.
Adipura bukan hanya untuk kebersihan tetapi juga untuk korupsi.
d. Perlu menerapkan shame culture atau budaya malu kepada pejabat dan rakyat suatu
daerah yang dinyatakan daerah terkorup di Indonesia. Lihat keefektifan budaya malu
di Indonesia untuk program Keluarga Berencana yang sangat berhasil di Indonesia.
Jika dianggap korupsi telah membudaya, maka hanya akan dapat diatasi melalui
budaya pula.
e. Menegakkan hukum tanpa ada perkecualian
f. Kerjasama internasional dalam menerapkan hukum pemberantasan korupsi seperti
pelarian koruptor ke luar negeri, penyimpanan uang hasil korupsi di luar negeri dan
pengadilan internasional bagi penjahat koruptor internasional.

6
DAFTAR PUSTAKA

Hill, W. L. Hills;Chouw-Hou Wee;Krishna Udayasankar.2014.Bisnis Internasional Perspektif


Asia.Jakarta:Salemba Empat.

Suwitri. Sri. Pemberantasan Korupsi Di Indonesia : Sebuah Upaya Reformasi Birokrasi. Vol
4, No. 1, https://ejournal.undip.ac.id/index.php/dialogue/article/download/179/273
diakses tanggal 27 April 2019

Salama, Nadiatus. "Fenomena Korupsi Indonesia (Kajian Mengenai Motif dan Proses
Terjadinya Korupsi)." Pusat Penelitian IAIN Walisongo Semarang (2010), diakses
tanggal 27 April 2019

Indonesia Invesment. Sejarah Indonesia: Politik dan Ekonomi di Bawah Sukarno dari
https://www.indonesia-investments.com/id/budaya/kolom-budaya/sejarah-indonesia-
politik-dan-ekonomi-di-bawah-sukarno/item5271?, di akses tanggal 27 April 2019

Republika.Co.Id, Jakarta “Presiden Soeharto ditempatkan sebagai Presiden terkorup sedunia


berdasarkan temuan Transparency International 2004 dengan total perkiraan korupsi
sebesar 15-25 miliar dolar AS”, , dari
https://www.republika.co.id/berita/nasional/hukum/14/07/04/n85dwn-soeharto-diktator-
terkorup-sedunia-abad-ke20, di akses tanggal 27 April 2019

Pengertian Tindak Pidana Korupsi, dari https://www.kpk.go.id/images/pdf/Undang-


undang/uu311999.pdf, di akses tanggal 27 April 2019

Anda mungkin juga menyukai