Anda di halaman 1dari 11

REFERAT

GANGGUAN WAHAM MENETAP

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gangguan waham menetap didefinisikan sebagai suatu gangguan psikiatrik
dimana gejala utama adalah waham. Gangguan waham menetap mungkin timbul
sebagai respon normal terhadap pengalaman abnormal didalam lingkungan atau
sistem saraf pusat.4
Mekanisme pasti dari gangguan waham menetap belum diketahui, namun
ada beberapa teori mengenai hal tersebut, yaitu adanya hubungan dengan faktor
genetik dan biologikal yang disebabkan oleh adanya ketidakseimbangan
neurotransmitter diotak. Angka kejadian gangguan waham menetap hanya
berkisar 0,03% dari seluruh gangguan psikiatrik lainnya. Dimana gangguan ini
lebih sering mengenai perempuan daripada laki-laki, dengan ratio perbandingan
3:1.4 Selain faktor usia dan jenis kelamin, faktor budaya disangkakan
berhubungan dengan terjadinya gangguan ini. Dimana beberapa kebudayaan
beranggapan bahwa adanya waham merupakan bagian dari adat istiadat dan
budaya di suatu daerah. Angka kematian pada penyakit ini adalah sekitar 0,05%
sampai 0,1%.2
Pasien dengan gangguan waham menetap biasanya memiliki fungsi yang
baik didalam keluarganya dan pekerjaannya. Dimana gangguan ini berbeda
dengan skizofrenia yang mungkin memiliki ketidakmampuan dalam menjalankan
fungsinya. Waham yang dimiliki pun berbeda, dimana pada pasien gangguan
waham menetap, wahamnya mungkin tidak dapat dipercaya, namun dapat terjadi
dikehidupan ini.5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Definisi
Gangguan waham menetap adalah suatu gangguan psikiatrik dimana gejala
yang utama adalah waham.4

2.2. Epidemiologi
Pemeriksaan akurat tentang epidemiologi gangguan waham menetap
dihalangi oleh relatif jarangnya gangguan ini. Selain itu juga karena pasien
dengan gangguan waham menetap jarang mencari gangguan psikiater kecuali bila
dipaksa oleh keluarganya. Walaupun adanya keterbatasan tersebut, literatur
mendukung pendapat bahwa gangguan waham menetap, walaupun merupakan
suatu gangguan yang jarangm namun memang ada dalam populasi dengan angka
yang tidak tetap.4
Prevalensi terjadinya gangguan waham menetap di Amerika Serikat
berdasarkan DSM-IV-TR adalah sekitar 0,03%, dimana angka ini jauh dibawah
angka kejadian skizofrenia (1%) dan gangguan mood (5%).1,4 Insidensi tahunan
gangguan waham menetap adalah 1 sampai 3 kasus baru per 100.000 populasi,
yaitu kira-kira 4% dari semua perawatan pertama pasien psikiatrik. Usia rata-rata
adalah kira-kira 40 tahun, tetapi rentang usia untuk onsetnya adalah berkisar
antara 18 tahun sampai 90 tahun.4 Namun, studi lain yang dilakukan di Spanyol
pada tahun 2008 berdasarkan rekam medis di suatu rumah sakit, mendapati 370
pasien yang dirawat, didiagnosa dengan gangguan waham menetap, dimana
ditemukan rata-rata usia pesien-pasien adalah 55 tahun. Wanita lebih sering
menderita gangguan waham menetap dengan rasio 3:1.1

2.3. Etiologi
Etiologi dari gangguan waham menetap masih belum dikathui secara pasti.4
Terdapat beberapa sangkaan mengenai terjadinya gangguan waham menetap.
Data yang paling mendukung berasal dari keluarga yang melaporkan suatu
peningkatan prevalensi terjadinya gangguan waham menetap (4,8%), dimana
gangguan waham menetap lebih sering terjadi pada seseorang dengan riwayat
keluarga menderita penyakit yang sama atau menderita skizofrenia. Selain itu
juga terdapat teori biologikal yang menghubungkan kejadian gangguan wahan
menetap akibat adanya ketidakseimbangan neurotransmitter di otak.7,2

2.4 Gambaran Klinis


1. Status Mental
a. Deskripsi Umum
Pasien biasanya berdandan dengan baik dan berpakian baik, tanpa
bukti adanya disintegritas nyata pada kepribadian atau aktifitas harian.
Tetapi pasien mungkin terlihat aneh, pencuriga atau bermusuhan.4

b. Mood, Perasaan dan Afek


Mood pasien biasanya konsisten atau sejalan dengan isi waham.
Misalnya pasien dengan waham kejar akan curiga.4

c. Gangguan Persepsi
Menurut DSM-IV-TR, waham raba atau cium mungkin ditemukan
jika hal tersebut konsisten dengan waham.4

d. Pikiran
Gangguan isi pikiran berupa waham merupakan gejala utama dari
gangguan ini. Waham biasanya bersifat sistematis dan karakteristiknya
adalah dimungkinkan.4

2. Sensorium dan Kognisi


a. Orientasi dan Daya Ingat
Pasien dengan gangguan waham menetap biasanya tidak memiliki
kelainan dalam orientasi, serta daya ingat dan proses kognitif lainnya
tidak terganggu.4

b. Pengendalian Impuls
Klinis harus memeriksa pasien dengan gangguan waham menetap
untuk menentukan ada atau tidak gagasan atau rencana melakukan
material wahamnya dengan bunuh diri, membunuh atau melakukan
tindakan kekerasan. Insidensinya tidak diketahui pada penyakit ini.4
c. Pertimbangan dan Tilikan
Pasien dengan gangguan waham menetap hampir seluruhnya tudak
memiliki tilikan terhadap konsisi mereka dan hampir seluruhnya
dibawa ke rumah sakit oleh keluarga, perusahaan atau polisi.4

d. Kejujuran
Pasien dengan gangguan waham menetap biasanya dapat dipercaya
dalam informasinya.4

2.5. Tipe – Tipe Gangguan Waham Menetap


Terdapat beberapa tipe pada gangguan waham menetap, yaitu :
a. Tipe Kejar (Persecutory Type)
Tipe ini adalah tipe gangguan waham menetap yang paling sering
dijumpai.1 Waham kejar mungkin sederhana atau terperinci dan biasanya
berupa tema tunggal atau sejumlah tema yang berhubungan, seperti
disekongkoli, dicurangi, dimata-matai, diikuti, diracuni, difitnah secara
kejam, diusik atau dihalang-halangi dalam menggapai tujuan jangka
panjang. Hinaan kecil dapat menjadi besar dan menjadi pusat sistem
waham. Orang dengan waham kejar seringkali membenci, marah, dan
mungkin mereka melakukan kekerasan terhadap orang ain yang
diyakininya akan menyerang dirinya. Yang membedakannya dengan tipe
kejar pada skizofrenia adalah waham pada gangguan waham menetap
umumnya tersistematisasi, koheren dan dapat dibenarkan secara logika.
Seringkali orang dengan waham kejar menolak untuk mencari bantuan.4
Seseorang dengan gangguan waham tipe ini akan mudah marah, mudah
tersinggung dan terkadang dapat bersikap agresif bahkan sampai
melakukan tindakan pembunuhan.7
b. Tipe Erotomania (Erotomanic Type)
Gangguan waham menetap tipe ini memiliki beberapa nama lain
seperti sindroma De Cleambault atau psychose passionelle.8 Pada tipe
erotomanik, waham inti adalah bahwa pasien dicintai mati-matian oleh
seseorang, dimana orang yang dibanyangkannya biasanya berasal dari
strata status yang lebih tinggi darinya, seperti bintang film atau atasan
kerja, atau dapat pula seseorang yang sudah menikah atau seseorang yang
tidak mungkin digapai.1 Pasien dengan waham erotomanik adalah sumber
gangguan bermakna terhadap masyarakat.4
Onset gejala dapat mendadak dan kemudian menjadi kronis
sehingga seringkali menjadi pusat perhatian utama pada kehidupan
seseorang yang terkena. Usaha untuk berhubungan dengan objek waham,
baik melalui telepon, surat, hadiah, kunujngan bahkan mengawasi sampai
mengikuti adalah sering. Pasien yang terkena biasanya adalah wanita,
meskipun didalam sampel forensik sebagian besar adalah laki-laki. Orang
yang terkena seringkali ditemukan hidup menyendiri, menarik diri dari
masyarakat, memiliki kontak seksual terbatas dan memiliki level sosial
rendah atau pekerjaan yang sederhana. Angka kejadian gangguan waham
tipe ini adalah 1-2%.3

c. Tipe Kebesaran (Grandiose Type)


Gangguan waham menetap tipe ini juga disebut megalomania.
Bentuk paling umum dari waham kebesaran adalah keyakinan bahwa
dirinya memiliki wawasan atau bakat yang luar biasa tetapi tidak
diketahui, atau membuat penemuan penting, dimana pasien telah dibawa
ke berbagai badan pemerintahan seperti FBI. Waham yang lebih jarang
adalah bahwa penderita memiliki hubungan khusus dengan seseorang
yang terkemuka atau isi waham religius, dimana penderita menjadi
pemimpin sekte religius.4

d. Tipe Cemburu (Jealous Type)


Gangguan waham menetap tipe ini juga dikenal dengan conjugal
paranoia dan sindroma Othello. Waham tipe ini lebih sering terjadi pada
laki-laki daripada wanita. Waham ini jarang dijumpai, hanya sekitar
kurang dari 0,2% dari semua pasien psikiatrik. Onsetnya seringkali
mendadak dan gejalanya akan menghilang hanya setelah perpisahan atau
kematian pasangannya.4 Waham cemburu dapat menyebabkan penyiksaan
verbal dan fisik yang bermakna terhadap pasangannya dan bahkan dapat
menyebabkan pembunuhan.7

e. Tipe Somatik (Somatic Type)


Waham tipe ini juga dikenal sebagai psikosis hipokondriakal
monosimptomatik. Perbedaan antara hipokondriasis dengan gangguan
waham menetap tipe somatik terletak pada derajat keyakinan yang
dimiliki pasien tentang anggapan adanya penyakit dalam dirinya.4
Kesadaran pasien biasanya baik dan gejala yang ditimbulkannya tidak
berhubungan dengan penyakit umum yang mendasarinya atau penyakit
psikiatri lainnya. Waham tipe ini dapat terjadi secara perlahan-lahan atau
tiba-tiba. Pada sebagian pasien, penyakitnya tidak berulang meskipun
derajat keparahan waham ini berfluktuasi. Kecemasan dan kewaspadaan
yang berlebihan adalah karakteristik dari waham ini.8 Waham yang paling
sering diderita adalah infeksi (misalnya bakteri, virus, parasit),
dismorfofobia (misalnya bentuk yang tidak sesuai pada hidung, payudara),
waham tentang bau badan yang berasal dari kulit, mulut atau vagina, atau
waham bahwa bagian tubuh tertentu seperti usus besar, tidak berfungsi.
Dapat terjadi halusinasi taktil yang behubungan dengan tema waham,
misalnya pasien merasa ada merayap dibawah kulitnya.4

f. Tipe Campuran (Mixed Type)


Pasien menunjukkan lebih dari satu tipe waham diatas dan tidak ada
satu tema waham yang menonjol.1

g. Unspecified Type
Pasien menunjukkan tema waham yang tidak memenuhi salah satu
waham diatas. Sebagai contoh misidentifikasi sindroma, seperti sindroma
Capgras, yaitu keadaan yang dikarakteristikan dimana pasien percaya
bahwa anggota keluarganya telah di gantikan dengan seorang penipu
ulung.1,7

2.6. Diagnosis
Untuk mendiagnosa suatu gangguan waham menetap, dapat digunakan
kriteria berdasarkan DSM-IV-TR, yaitu4 :
A : Waham yang tidak aneh (yaitu melibatkan situasi yang terjadi didalam
kehidupan nyata, seperti sedang diikuti, diracuni, ditulari virus, dicintai
dari jarak jauh atau dikhianati oleh pasangan atau kekasih atau menderita
suatu penyakit) selama sekurangnya 1 bulan.

B : Kriteria A untuk skizofrenia tidak terpenuhi (pasein tidak


menunjukkan gejala halusinasi yang dominan, bicara terdisorganisasi,
gejala negatif seperti afek datar). Catatan : halusinasi taktil dan cium
mungkin ditemukan pada gangguan delusional jika berhubungan dengan
waham.

C : Terlepas dari gangguan waham atau percabangannya, fungsi adalah


tidak terganggu dengan jelas dan perilaku tidak jelas aneh atau kacau.

D : Jika episode mood telah terjadi secara bersama-sama dengan waham,


lama totalnya adalah relatif singkat dibandingkan lama periode waham.

E : Gangguan adalah bukan karena efek fisiologis langsung dari suatu zat
(misalnya obat yang disalahgunakan, suatu medikasi) atau suatu kondisi
medis umum.

2.7 Diagnosis Banding


Diagnosis banding yang paling mendekati gangguan waham menetap
adalah skizofrenia tipe paranoid.4 Dimana yang memebedakannya dengan
gangguan waham menetap adalah kualitas waham. Skizofrenia tipe paranoid
memiliki pedoman diagnostik sebagai berikut6 :
1. Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia.
2. Sebagai tambahan :
a. Halusinasi dan/atau waham harus menonjol :
· Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi perintah,
atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi pluit
(whistling), mendengung (humming) atau bunyi tawa (laughing).
· Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual atau
lain-lain perasaan tubuh; halusinasi visual mungkin ada, tetapi jarang
menonjol.
· Waham dapat berupa hampir semua jenis, tetapi waham dikendalikan
(delusion of control), dipengaruhi (delusion of influence) atau
“passivity” (delusion of passivity) dan keyakinan dikejar-kejar yang
beraneka ragam adalah yang paling khas.
·
b. Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan serta gejala
katatonik secara relatif tidak nyata / tidak menonjol.

2.8 Penatalaksanaan
Terdapat beberapa penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada
penderita gangguan waham menetap, yaitu :
a. Perawatan di Rumah Sakit
Pada umumnya pasien dengan gangguan waham menetap dapat
diobati atas dasar rawat jalan. Tetapi klinis harus mempertimbangkan
beberapa hal. Pertama, diperlukan pemeriksaan medis dan neurologis
pada diri pasien untuk menentukan apakah terdapat kondisi medis
nonpsikiatrik yang menyebabkan penyakit ini. Kedua, pasien perlu
diperiksa tentang kemampuannya mengendalikan impuls kekerasan
yang mungkin berhubungan dengan waham. Ketiga, perilaku tentang
waham mungkin secara bermakna telah memperngaruhi
kemampuannya untuk berfungsi didalam keluarga atau pekerjaannya.4

b. Farmakoterapi
Antipsikotik telah digunakan sejak tahun 1970 sebagai pengobatan
gangguan waham menetap. Beberapa peneliti telah menyatakan bahwa
Pimozide(Orap) mungkin efektif pada gangguan waham menetap tipe
somatik.4 Terapi kombinasi sering dilakukan, termasuk mengkombinasi
obat antipsikotik dengan antidepresan. Secara keseluruhan, penderita
gangguan waham menetap sangat berespon terhadap pengobatan
(antipsikosit) yang diberikan, dimana 50% dilaporkan sembuh dari
gejalanya, 90% menunjukkan adanya perubahan dari klinisnya.1

c. Psikoterapi
Memberikan informasi dan edukasi yang benar mengenai penyakit
pasien, sehingga diharapkan keluarga dapat menerima pasien dan
mendukungnya ke arah penyembuhan. Memberitahukan kepada keluarga
untuk tidak memberikan tekanan emosional kepada pasien, Keluarga juga
diharapkan mampu mengawasi kepatuhan pasien untuk kontrol minum
obat, dan meminta keluarga untuk lebih mendengarkan dan berkomunikasi
dengan pasien.1 Tanda terapi yang berhasil mungkin adalah suatu kepuasan
penyesuaian sosial.4

2.9 Prognosis
Gangguan waham menetap diperkirakan merupakan diagnosis yang cukup
stabil. Kurang dari 25% dari semua pasien gangguan waham menetap menjadi
skizofrenia. Kira-kira 50% psien pulih pada follow up jangka panjang, 20%
lainnya mengalami penurunan gejalanya dan 30% lainnya tidak mengalami
perubahan pada gejalanya.4
BAB III
KESIMPULAN

3.1. Kesimpulan
Gangguan waham menetap adalah suatu gangguan psikiatrik dimana
gejala yang utama adalah waham. Prevalensi terjadinya gangguan waham
menetap dianggap sama dengan prevalensi di Amerika Serikat, yaitu 0,03%,
dimana angka ini jauh berbeda dengan prevalensi terjadinya skizofrenia dan
gangguan mood. Angka munculnya kasus baru adalah 1 sampai 3 kasus baru
per 100.000 per tahunnya. Gangguan waham menetap ini terjadi lebih banyak
pada wanita dari pada laki-laki dengan ratio perbandingannya adalah 3:1.
Penyebab terjadinya gangguan waham menetap masih belum
diketahui. Namun, terdapat beberapa pendapat, yaitu faktor genetik dan
faktor biologi. Penderita gangguan waham menetap umumnya memiliki
status mental, sensorium dan kognisi yang baik.
Terdapat tujuh tipe gangguan waham menetap, diantaranya adalah tipe
kejar, tipe erotomanik, tipe kebesaran, tipe cemburu, tipe somatik, tipe
campuran dan tipe tidak tidak ditentukan. Tipe kejar dan tipe cemburu
merupakan tipe gangguan waham menetap yang paling sering dijumpai, tipe
kebesaran tidak begitu sering, tipe erotomanik dan tipe somatik merupakan
tipe yang paling jarang terjadi.
Untuk menentukan diagnosa gangguan waham menetap, dapat dipakai
kriteria yang diadaptasi dari DSM-IV-TR. Diagnosa banding yang paling
mendekati gangguan waham menetap adalah skizofrenia tipe paranoid,
dimana yang membedakannya adalah kualitas dari wahamnya.
Penatalaksanaan yang dapat diberikan pada panderita gangguan
waham menetap adalah perawatan rumah sakit, farmakoterapi, psikoterapi,
faktor psikodinamik dan terapi keluarga. Gangguan waham menetap memiliki
prognosa yang bisa dikatakan baik, karena jurang dari 50% penderitanya
dapat sembuh dengan follow up jangka panjang.
DAFTAR PUSTAKA

1. Chopra, Shivani dan Raheel A. Khan. 2009. Delusional Disorder. Diunduh


dari : www.emedicine.com. Dibuka pada tanggal P1 Januari 2015.
2. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder Fourth Edition Text
Revision. 2009. Philadelphia : Lippincot Williams & Wilkins.
3. Grover, Sandeep, Nitin Gupta dan Suhendra Kumar Matto. 2005. Delusional
Disorder : An Overview. Diunduh dari : www.gjpsy.uni-goettingen.de.
Dibuka pada tanggal 1 Januari 2015
4. Kaplan, Harorld I, Benjamin J. Sadock dan Jack A. Grebb. 1997. Gangguan
Delusional. Jakarta : Binapura Aksara.
5. F. Oliver, W. Anthony P, G. Donald C. 2008. Psychosis and Schizophrenia
dalam Massachusetts General Hospital Comprehensive Clinical Psychiatry.
Misouri: C.V Mosby.
6. Maslim, Rusli. 2013. Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ-
III dan DSM-5. Jakarta : PT. Nuh Jaya.
7. Sadock, Benjamin J, Virginia A. Sadock dan Pedro Ruiz. 2009. Kaplan &
Sadock’s : Comprehensive Textbook of Psychiatry Volume 1 Ninth Edition.
Philadelphia : Lippincot Williams & Wilkins.

Anda mungkin juga menyukai