Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pada saat ini, siswa dituntut harus mengikuti perkembangan

zaman. Siswa harus lebih cerdas dan lebih berkembang dari

generasi sebelumnya. Hal ini disebabkan karena pada saat ini

informasi dan ilmu pengetahuan lebih mudah untuk diakses.

Salah satu cara untuk mengetahui perkembangan siswa adalah

dengan cara memberikan tes atau ujian. Kemampuan siswa

biasanya diukur melalui nilai yang mereka dapat. Di Indonesia

sendiri, siswa kelas VI, IX, dan XII (yang biasa dijuluki siswa kelas

akhir) dihadapkan pada ujian nasional untuk melangkah ke jenjang

yang lebih tinggi. Nilai dari ujian nasional ini berpengaruh pada masa

depan mereka untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih

tinggi atau tidak.

Oleh sebab itu, tak sedikit siswa kelas akhir yang mengalami

rasa cemas dan stres, bahkan sampai depresi. Mereka merasa

tertekan dan takut jika hasil ujian mereka tidak memuaskan. Rasa

cemas, stres, dan depresi ini tentu saja berpengaruh terhadap

prestasi belajar siswa. Rasa cemas yang tidak berlebihan tentu saja

dapat menjadi motivasi diri. Namun, jika berlebihan tentu saja akan

mempengaruhi pikiran.

1
Berdasarkan hal tersebut, dalam penyusunan karya tulis ini

penulis mengambil judul “Pengaruh Kecemasan Siswa Kelas XII

SMAN 1 Garut dalam Menghadapi Ujian Nasional terhadap Prestasi

Belajar Siswa”.

1.2 Rumusan dan Batasan Masalah

Perumusan masalah untuk karya tulis “Pengaruh Kecemasan

Siswa Kelas XII SMAN 1 Garut dalam Menghadapi Ujian Nasional

terhadap Prestasi Belajar Siswa” dapat ditentukan sebagai nama

penelitian yang diharapkan jelas dan terarah dengan dibatasi oleh

pertanyaan-pertanyaan berikut.

1. Bagaimana persentase siswa kelas XII SMAN 1 Garut yang

mengalami kecemasan menghadapi ujian nasional?

2. Bagaimana pengaruh kecemasan siswa kelas XII SMAN 1

Garut dalam menghadapi ujian nasional terhadap prestasi

belajar?

3. Bagaimana cara siswa kelas XII SMAN 1 Garut dalam

mengatasi kecemasan terhadap ujian nasional?

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

Tujuan penulis membuat karya tulis ini adalah untuk

mengetahui pengaruh kecemasan siswa kelas XII SMAN 1 Garut

dalam menghadapi ujian nasional terhadap prestasi belajar. Selain

2
itu, tujuan lainnya adalah untuk mengetahui cara mengatasi rasa

kecemasan yang dialami oleh siswa kelas XII SMAN 1 Garut.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah.

1. Mengetahui pengaruh dari kecemasan terhadap prestasi

belajar.

2. Menambah wawasan mengenai kecemasan dan cara

mengatasinya.

3. Hasil dari penelitian dapat digunakan untuk memperbaiki pola

pikir dan kontrol diri siswa dalam menghadapi kecemasan.

1.5 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam menyusun penelitian ini adalah

metode kuantitatif dan deskriptif kualitatif. Metode kuantitatif

dilakukan dengan cara memberikan kuesioner kepada beberapa

siswa kelas XII (sebagai sampel) di SMAN 1 Garut. Setelah itu, data

yang dihasilkan dari penyebaran kuesioner akan diolah dan

ditafsirkan. Deskriptif kualitatif

1.6 Sistematika Penulisan

Berikut ini penulis menyajikan sistematika penulisan karya tulis

“Pengaruh Kecemasan Siswa Kelas XII SMAN 1 Garut dalam

3
Menghadapi Ujian Nasional terhadap Prestasi Belajar Siswa” yang

dibagi menjadi empat bagian, yaitu:

1. Bab 1 berisi tentang pendahuluan yang terdiri atas latar

belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

2. Bab 2 berisi tentang kajian teori, pada bab ini dibahas

mengenai teori yang berhubungan dengan judul karya tulis ini.

3. Bab 3 berisi tentang pembahasan, terdiri dari hasil penelitian

berupa data-data yang didapat dalam karya tulis ini.

4. Bab 4 yaitu penutup, terdiri dari kesimpulan dan saran

terhadap karya tulis ini.

4
BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Kecemasan

2.1.1 Pengertian Kecemasan

Kecemasan adalah suatu istilah yang menggambarkan


gangguan psikologis yang dapat memiliki karakteristik yaitu
berupa rasa takut, keprihatinan terhadap masa depan,
kekhawatiran yang berkepanjangan, dan rasa gugup. Rasa
cemas memang biasa dihadapi semua orang. Namun, rasa
cemas disebut gangguan psikologis ketika rasa cemas
menghalangi seseorang untuk menjalani kehidupan sehari-hari
dan menjalani kegiatan produktif.
Menurut Ajeng Quamila, kecemasan adalah reaksi kita
terhadap stres. Cemas menjadi gangguan psikologis kronis
ketika kita terus-terusan dilanda ketakutan tidak masuk akal
atau ketakutan dari segala macam hal yang kita anggap
sebagai ancaman besar, padahal tidak menimbulkan bahaya
nyata. (Ajeng Quamila, “Cara Membedakan Stres, Depresi, dan
Gangguan Kecemasan”).

2.1.2 Penyebab Kecemasan


Penyebab pasti rasa cemas tidak diketahui. Namun, sudah
terbukti bahwa rasa cemas disebabkan oleh kombinasi faktor-
faktor tertentu. Seperti gangguan mental lainnya, rasa cemas
disebabkan oleh gagalnya saraf-saraf otak untuk mengontrol
emosi dan rasa takut. Contohnya stress dapat mengubah alur
komunikasi sel-sel saraf dalam sirkuit otak. Hal ini akan
mengubah struktur otak tertentu yang mengkontrol emosi.

5
Struktur otak tertentu ini pada awalnya dibentuk dari genetik
dan keturunan keluarga.

2.1.3 Tipe Gangguan Kecemasan


Gangguan kecemasan dapat diklasifikasikan menjadi
beberapa tipe yaitu:

1. Generalized Anxiety Disorder (GAD)/Gangguan Kecemasan


Umum – Ini adalah gangguan berkepanjangan dan
berlebihan terhadap situasi atau kejadian secara tidak
spesifik. Pasien umumnya mengkhawatirkan segala macam
hal secara berlebihan dan merespon dengan berlebihan.
Contohnya, pasien dengan gangguan ini mengkhawatirkan
masalah keuangan, kesehatan, pekerjaan, atau keluarga
namun tidak bisa menentukan hal apa yang sebenarnya
mereka khawatirkan.
2. Panic Disorder / Panik yang Tidak Normal – Pasien dengan
gangguan ini menderita serangan rasa takut dan panik
secara cepat dan tiba-tiba.
3. Phobia – kondisi ini memiliki karakteristik rasa takut yang
tidak diketahui mengapa terhadap suatu objek, situasi, atau
makhluk hidup. Contohnya, takut ketinggian, takut ruangan
sempit, takut terhadap laba-laba, atau takut terhadap
binatang melata. Tidak seperti GAD dimana pasien tidak
bisa menentukan apa yang dia khawatirkan, pasien phobia
dapat dengan jelas menentukan apa yang dia takutkan.
Walaupun apa yang mereka takutkan terkadang irasional,
pasien tetap tidak bisa mengontrol rasa takut mereka.
4. Social Anxiety Disorder/Gangguan Kecemasan dalam
Bersosialisasi – Biasa disebut phobia sosial, gangguan ini
terjadi saat pasien berada dalam situasi bersosialisasi.

6
Pasien merasa gelisah dan terlalu sadar diri terhadap
penampilan, perilaku, sikap, ataupun perkataan pribadi jika
dihadapkan dengan seseorang. Umumnya, pasien
menghindari perkumpulan sosial karena takut memalukan
diri sendiri dan dipandang oleh orang lain.
5. Obsessive Compulsive Disorder (OCD)/Gangguan Perilaku
Obsesif – Gangguan ini adalah perilaku dan pemikiran yang
membuat gelisah dan repetitif. Contohnya, beberapa pasien
begitu terobsesi dengan tangan yang bersih sehingga
mereka selalu mencuci tangan setiap jam atau melihat
tangan orang lain kotor mereka juga merasa gelisah. Pasien
yang menderita gangguan ini menyadari apa yang mereka
lakukan itu tidak seharusnya namun tetap tidak bisa
mengkontrolnya.
6. Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD)/Gangguan Post-
traumatic – Gangguan ini disebabkan oleh kejadian masa
lalu yang menyebabkan trauma berat seperti kecelakaan,
pemerkosaan, atau menyaksikan tindak kriminal. PTSD
sering menyebabkan perubahan perilaku dan sikap dengan
harapan dapat menghidar dari penyebab trauma.
7. Separation Anxiety Disorder/Ganguan Kecemasan dalam
Perpisahan – Pasien dengan gangguan ini akan mengalami
kecemasan berlebihan dan kepanikan berlebihan ketika
mereka berpisah dengan seseorang atau suatu tempat yang
memberi rasa aman kepada pasien.

2.2 Stres
2.2.1 Pengertian Stres
Menurut Rosenthal (2002), biasanya stres diartikan sebagai
sebuah pengalaman emosional negatif yang dihubungkan
dengan perubahan. Perubahan biologis yang menggerakkan

7
tubuh untuk melakukan penyesuaian-penyesuaian terhadap
rangsangan-rangsangan dari luar (external triggers). Misalnya,
untuk merespon stres, kelenjar-kelenjar adrenal akan
memompa keluar hormon-hormon stres sehingga mempercepat
kerja tubuh . Detak jantung akan meningkat dan kadar gula
akan naik sehingga tubuh bisa mengalihkan glukosa ke otot-
otot pada kasus tubuh harus menyelamatkan diri dari situasi-
situasi yang berbahaya. Secara bersamaan, perubahan-
perubahan ini dikenal sebagai respon bertempur (fight respons)
atau respon kabur (flight respond). Hormon-hormon stres, yang
secara teknis disebut catecholamines, dibagi ke dalam
epinephrine (adrenaline) dan norepinephrine.

2.2.2 Stres Sekolah


Verma, dkk. (2002), mendefinisikan school stress sebagai
school demands (tuntutan sekolah), yaitu stres siswa (students
stress) yang bersumber dari tuntutan sekolah (school demands).
Tuntutan sekolah yang dimaksud oleh Verma, dkk. Lebih
difokuskan pada tuntutan tugas-tugas sekolah (schoolwork
demands) dan tuntutan dari guru-guru (the demands of tutors).
Sementara itu, Desmita (2005) mendefinisikan stres sekolah
(school stress) sebagai ketegangan emosional yang muncul dari
peristiwa-peristiwa kehidupan di sekolah dan perasaan
terancamnya keselamatan atau harga diri siswa, sehingga
memunculkan reaksi-reaksi fisik, psikologis, dan tingkah laku yang
berdampak pada penyesuaian psikologis dan prestasi akademis.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud
dengan stres sekolah adalah kondisi stres atau perasaan tidak
nyaman yang dialami oleh siswa akibat adanya tuntutan sekolah
yang dinilai menekan, sehingga memicu terjadinya ketegangan

8
fisik, psikologis, dan perubahan tingkah laku, serta dapat
memengaruhi prestasi belajar mereka (Desmita, 2014).
Kecemasan atau stres sekolah yang dialami oleh anak
mempunyai dampak, tidak saja pada penyesuaian fisiologis,
psikologis, dan psikososial, melainkan juga pada penyesuaian
akademis (Desmita, 2014).

2.2.3 Dampak dan Gejala Stres

Stres dapat berpengaruh positif maupun negatif terhadap


individu. Pengaruh positif, yaitu mendorong individu untuk
melakukan sesuatu, membangkitkan kesadaran, dan
menghasilkan pengalaman baru. Sedangkan pengaruh negatif,
yaitu menimbulkan perasaan-perasaan tidak percaya diri,
penolakan, marah, atau depresi; dan memicu berjangkitnya sakit
kepala, sakit perut, insomnia, tekanan darah tinggi, atau stroke.
Untuk mengetahui apakah diri kita atau orang lain mengalami
stres, dapat dilihat dari gejala-gejalanya, baik fisik maupun psikis.

1) Gejala Fisik, di antaranya: sakit kepala, sakit lambung (mag),


hypertensi (darah tinggi), sakit jantung atau jantung berdebar-
debar, insomnia (sulit tidur), mudah lelah, keluar keringat
dingin, kurang selera makan, dan sering buang air kecil.
2) Gejala Psikis, di antaranya: gelisah atau cemas, kurang dapat
berkonsentrasi belajar atau bekerja, sikap apatis (masa
bodoh) sikap pesimis, hilangnya rasa humor, bungkam seribu
bahasa, malas belajar atau bekerja, sering melamun, dan
sering marah-marah atau bersikap agresif (baik secara verbal,
seperti: kata-kata kasar dan menghina; maupun non-verbal,
seperti: menempeleng, menendang, membanting pintu, dan
memecahkan barang-barang) (Yusuf & Nurihsan, 2014).

9
2.2.4 Stres sebagai Motivator
Stres dapat merupakan motivator yang sangat penting dan
berpengaruh. Dengan kata lain, stres bisa sangat bermanfaat bagi
kita. Jika kita mencemaskan atau mengkhawatirkan pencapaian
tujuan tertentu, misalnya memenangkan sebuah pertandingan,
lulus ujian atau mendapat promosi jabatan, maka kita tentu akan
berusaha keras untuk itu. Jadi, stres dapat mendorong kita,
membantu kita untuk berprestasi dan mendapatkan hal-hal yang
penting. Apabila kita tidak stres atau tidak peduli apakah tujuan
kita tercapai atau tidak, maka kita mungkin tidak akan bekerja
keras untuk berlatih, atau mempelajari keterampilan-keterampilan
ekstra untuk meraihnya (Brecht, 2000).

2.3 Prestasi Belajar dan Hasil Belajar Siswa


2.3.1 Prestasi Belajar Siswa
Menurut Drs. H. Abu Ahmadi menjelaskan pengertian
prestasi belajar sebagai berikut: Secara teori bila sesuatu
kegiatan dapat memuaskan suatu kebutuhan, maka ada
kecenderungan besar untuk mengulanginya. Sumber penguat
belajar dapat secara ekstrinsik (nilai, pengakuan, penghargaan)
dan dapat secara ekstrinsik (kegairahan untuk menyelidiki,
mengartikan situasi).
Disamping itu siswa memerlukan/ dan harus menerima
umpan balik secara langsung derajat sukses pelaksanaan
tugas (nilai raport/nilai test) (Psikologi Belajar DRS.H Abu
Ahmadi, Drs. Widodo Supriyono 151).

2.3.2 Hasil Belajar


Hasil belajar atau achievement merupakan realisasi atau
pemekaran dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas
yang dimiliki seseorang. Penguasaan hasil belajar oleh

10
seseorang dapat dilihat dari perilakunya, baik perilaku dalam
bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan berpikir
maupun ketrampilan motorik. Hampir sebagian terbesar dari
kegiatan atau perilaku yang diperlihatkan seseorang
merupakan hasil belajar. Di sekolah hasil belajar ini dapat
dilihat dari penguasaan siswa akan mata-mata pelajaran yang
ditempuhnya.
Tingkat penguasaan pelajaran atau hasil belajar dalam
mata pelajaran tersebut di sekolah dilambangkan dengan
angka-angka atau huruf, seperti angka 0 – 10 pada pendidikan
dasar dan menengah dan huruf A, B, C, D pada pendidikan
tinggi.
Sebenarnya hampir seluruh perkembangan atau kemajuan
hasil karya juga merupakan hasil belajar, sebab proses belajar
tidak hanya berlangsung di sekolah tetapi juga di tempat kerja
dan di masyarakat. Pada lingkungan kerja, hasil belajar ini
sering diberi sebutan prestasi kerja, yang sesungguhnya
merupakan sesuatu achievement juga (Sukmadinata, 2011).

2.4 Ujian Nasional


Ujian Nasional biasa disingkat UN / UNAS adalah sistem
evaluasi standar pendidikan dasar dan menengah secara
nasional dan persamaan mutu tingkat pendidikan antar daerah
yang dilakukan oleh Pusat Penilaian Pendidikan, Depdiknas di
Indonesia berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia
nomor 20 tahun 2003 menyatakan bahwa dalam rangka
pengendalian mutu pendidikan secara nasional dilakukan
evaluasi sebagai bentuk akuntabilitas penyelenggara
pendidikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
Banyak pihak yang setuju dan tidak setuju dengan adanya
UN ini. Para siswa setiap tahun ketar-ketir dalam menghadapi

11
Ujian Nasional, kekuatiran ini juga tidak hanya dirasakan oleh
para siswa, tetapi juga orang tua murid, guru dan sekolah
sendiri. Banyak hal terkait yang menyebabkan ini, misalnya
orang tua takut anaknya tidak lulus, guru tidak berhasil
“membuat” muridnya lulus UN, dan sekolah tidak berhasil
meloloskan para siswa/I nya dari UN sehingga berpengaruh
terhadap akreditasinya. Ada yang bilang bahwa bersekolah
selama 6-9-12 tahun para siswa seperti tidak berguna karena
kelulusannya / keberhasilannya ditentukan semata-mata oleh
UN.
Jika kita simak lebih baik lagi arti dari UN tersebut, Ujian
Nasional ini bertujuan untuk menjadi tolak ukur / parameter
pendidikan Indonesia, menyama-ratakan mutu pendidikan dan
kelulusan para siswa/I Indonesia.
Dengan meningkatnya tingkat pendidikan, otomatis Sumber
Daya Manusia (SDM) Indonesia akan meningkat, begitu juga
nasib si anak itu kelak. Yang berujung kemudian dengan
kemajuan Indonesia sendiri.
Daripada kita mengkuatiran dan menentang penetapan UN
oleh pemerintah, lebih baik kita mencari cara bagaimana
membantu anak didik / anak anda dalam menghadapi UN.
Tujuan dan manfaat UN itu baik adanya, kita sebagai
pembimbing / orang tua perlu sadar dan mendukung Ujian
Nasional guna masa depan anak didik / anak anda.

12
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Metode Penelitian

Dalam pengumpulan data untuk penelitian ini, penulis

menggunakan metode penelitian lapangan. Adapun data yang

didapat berasal dari pemberian kuesioner kepada responden.

3.2 Ruang Sampel

Siswa kelas XII yang terdapat di SMAN 1 Garut berjumlah 478

siswa yang tersebar di tiga belas kelas. Oleh sebab itu, penulis

mengambil sampel sebanyak 65 siswa dari 478 siswa.

3.4 Cara Pengolahan dan Penafsiran Data

Langkah-langkah yang digunakan dalam pengolahan dan

penafsiran data adalah sebagai berikut.

1. Pemeriksaan Data

Pemeriksaan data dilakukan dengan cara memeriksa seluruh

data responden pada kuesioner untuk menghindari kekeliruan pada

data yang telah didapat.

2. Tabulasi Data

Tabulasi data merupakan pembuatan tabel-tabel berdasarkan

data yang telah diperoleh dari responden. Hal ini bertujuan untuk

13
mengolah gambaran mengenai frekuensi dari respon yang diberikan

oleh responden.

3. Perhitungan Data

Perhitungan data digunakan untuk mengetahui hasil dari

respon yang diberikan responden. Perhitungan data dilakukan

dengan cara menghitung poin dari setiap pernyataan yang telah

diberikan.

Untuk pernyataan bernilai positif, diberikan poin empat untuk

Sangat Setuju (SS), poin tiga untuk Setuju (S), poin dua untuk

Kurang Setuju (KS), dan poin satu untuk Tidak Setuju (TS).

Sedangkan untuk pernyataan bernilai negatif, diberikan poin satu

untuk Sangat Setuju (SS), poin dua untuk Setuju (S), poin tiga untuk

Kurang Setuju (KS), dan poin empat untuk Tidak Setuju (TS).

Selain itu, terdapat beberapa data dari hasil kuesioner yang

diolah menggunakan persentase. Data diolah dengan rumus

persentase sebagai berikut.

𝑓
P= × 100%
𝑛

Dengan keterangan :

P = Persentase

f = Jumlah frekuensi alternatif jawaban

n = Jumlah keseluruhan responden

14
4. Penafsiran Data

Penafsiran data merupakan proses pengubahan data

kuantitatif menjadi data yang berbentuk kualitatif. Penafsiran data

akan menjelaskan setiap data yang diperoleh berdasarkan hasil dari

perhitungan data. Penafsiran data yang dilakukan oleh penulis

memiliki kriteria sebagai berikut.

Tabel 3.1

Rentang Poin Keterangan

1-14 Tidak Cemas

15-28 Kurang Cemas

29-42 Cemas

43-56 Sangat Cemas

15
3.5 Pembahasan Rumusan Masalah

Berikut ini merupakan pembahasan dari rumusan masalah.

3.5.1 Bagaimana persentase siswa kelas XII SMAN 1 Garut

yang mengalami kecemasan menghadapi ujian nasional?

Tabel 3.2

Data Poin Kecemasan Siswa

Rentang Poin Keterangan Frekuensi Persentase

1-14 Tidak Cemas 0 0%

15-28 Kurang Cemas 12 18,46%

29-42 Cemas 45 69,23%

43-56 Sangat Cemas 8 12,31%

Jumlah 65 100%

Dari data di atas dapat dilihat bahwa terdapat 12,31% siswa kelas

XII SMAN 1 Garut yang merasa SANGAT CEMAS menghadapi ujian

nasional. Sebanyak 69,23% siswa merasa CEMAS menghadapi

ujian nasional. Sebanyak 18,46% siswa merasa KURANG CEMAS

menghadapi ujian nasional. Lalu, terdapat 0% siswa yang merasa

TIDAK CEMAS menghadapi ujian nasional.

16
3.5.2 Bagaimana pengaruh kecemasan siswa kelas XII SMAN

1 Garut dalam menghadapi ujian nasional terhadap

prestasi belajar?

Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner, didapatkan hasil

dari 65 siswa terdapat 48 siswa (sebanyak 78,85%) yang merasa

bahwa nilai (prestasi belajar) yang mereka dapatkan tidak

terpengaruh oleh kecemasan yang mereka alami. Maksud dari tidak

terpengaruh di sini adalah nilai mereka tetap stabil dan cenderung

naik. Sedangkan menurut 17 dari 65 siswa (sebanyak 26,15%)

merasa bahwa nilai yang mereka dapatkan terpengaruh dari

kecemasan yang mereka alami. Maksud dari terpengaruh di sini

adalah nilai mereka cenderung turun.

Hal ini dapat terjadi karena 48 dari 65 siswa dapat mengontrol

kecemasan mereka. Sedangkan 17 dari 65 siswa tidak dapat

mengontrol kecemasan mereka.

17
Tabel 3.3

Tabel Siswa yang Dapat Mengontrol Kecemasan Mereka

Pertanyaan : Apakah anda dapat mengontrol kecemasan yang anda

alami?

No. Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase

1. Ya, tentu saya bisa 32 49,23%

2. Saya masih ragu-ragu 30 46,15%

3. Tidak, saya tidak bisa 3 4,62%

Jumlah 65 100%

Dari 30 siswa yang merasa ragu-ragu dalam mengontrol

kecemasan, terdapat 16 siswa yang berhasil mengontrol kecemasan

mereka dan mengubahnya menjadi motivasi untuk belajar lebih giat.

18
3.5.3 Bagaimana cara siswa kelas XII SMAN 1 Garut dalam

mengatasi kecemasan terhadap ujian nasional?

Berdasarkan data yang diperoleh melalui penyebaran

kuesioner, didapatkan hasil sebagai berikut.

Tabel 3.4

Tabel Cara Mengatasi Kecemasan

Pertanyaan : Menurut anda, bagaimana cara anda mengatasi

kecemasan yang anda alami?

No. Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase

1. Mencari sumber 1 1,54%

kecemasan dan

menghadapinya

2. Mencari hiburan untuk 29 44,61%

menenangkan diri

3. Mengubah rasa cemas 22 33,85%

menjadi motivasi untuk

berbuat hal yang berguna

4. Berserah diri pada nasib 3 4,62%

5. Melakukan persiapan dan 10 15,38%

belajar lebih giat

Jumlah 65 100%

19
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa cara siswa

mengatasi kecemasannya adalah berbeda-beda. Sebanyak 44,61%

siswa mengatasi rasa cemas yang mereka alami dengan mencari

hiburan untuk menenangkan diri. Cara ini paling banyak digunakan

oleh siswa. Sedangkan, sebanyak 1,54% siswa mengatasi rasa

cemas yang mereka alami dengan cara mencari sumber kecemasan

dan menghadapinya. Cara ini merupakan cara yang paling sedikit

digunakan oleh siswa SMAN 1 Garut.

20
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah siswa

kelas XII di SMAN 1 Garut banyak yang mengalami kecemasan

menghadapi ujian nasional. Selain itu, kecemasan memiliki pengaruh

yang besar terhadap prestasi belajar siswa. Akan tetapi rasa cemas

tersebut dapat berubah menjadi sebuah motivasi agar dapat

mencapai hasil yang lebih baik dari sebelumnya. Rasa cemas dapat

berubah menjadi motivasi ketika kita dapat mengontrol dan

mengatasinya.

4.2 Saran

Sebagai seorang siswa wajar jika kita memiliki rasa cemas,

tetapi rasa cemas yang kita alami tidak boleh sampai menghalangi

kesuksesan kita. Sebaiknya kita dapat mengubah rasa cemas

tersebut menjadi sebuah motivasi yang dapat membuat diri kita

menjadi lebih baik dari sebelumnya. Selain itu, kita harus mengontrol

dan mengatasi rasa cemas kita agar tidak mengganggu kesuksesan

kita. Setiap orang memiliki cara masing-masing untuk menghadapi

rasa cemas yang mereka alami. Maka penulis menyerahkan ini

kepada pembaca, sebab karakteristik setiap orang berbeda.

21
Daftar Pustaka

Brecht, Grant. 2000. Mengenal dan Menanggulangi Stres. Jakarta :

PT. Prenhallindo.

Desmita. 2014. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung :

PT. Remaja Rosdakarya.

Rosenthal, M. Sara. 200. 50 Cara Mencegah dan Menghadapi Stres.

Jakarta : Prestasi Pustaka.

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2011. Landasan Psikologi Proses

Pendidikan. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Yusuf, Syamsu, dan Juntika Nurihsan. 2014. Landasan Bimbingan

dan Konseling. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

H., Kraemel. “Apa sih UN (Ujian Nasional)?”. 29 November 2018.

http://digitalsense.co.id/news/apa-sih-un-ujian-nasional.

Hariyanto. “Pengertian Prestasi Belajar”. 28 November 2018.

http://belajarpsikologi.com/pengertian-prestasi-belajar/.

Lim, Gabriel. “Apa itu Kecemasan: Gejala, Penyebab, Diagnosis, dan

Cara Mengobati”. 28 November 2018.

https://www.docdoc.com/id/info/condition/kecemasan/.

Quamila, Ajeng. “Cara Membedakan Stres, Depresi, dan Gangguan

Kecemasan”. 28 November 2018. https://hellosehat.com/hidup-

sehat/psikologi/perbedaan-stres-dan-depresi-kecemasan/.

22

Anda mungkin juga menyukai