Vorikokel Tugas
Vorikokel Tugas
PENDAHULUAN
1.3 TUJUAN
Testis adalah sepasang organ genital pria berbentuk ovoid yang terletak di dalam
skrotum. Ukuran testis pada orang dewasa adalah 4 x 3 x 2,5 cm, dengan volume 15-25 ml.
Kedua buah testis dibungkus oleh jaringan tunika albuginea yang melekat pada testis, di luar
tunika albuginea terdapat tunika vaginalis yang terdiri dari lapisan viseralis dan parietalis,
serta tunika dartos. Testis kiri terletak lebih inferior dibandingkan testis yang kanan.
Testis terdiri dari ± 250 lobuli dan tiap lobulus terdiri dari tubuli seminiferi. Di dalam
tubulus seminiferi terdapat sel sertoli dan sel-sel spermatogonia, sedangkan diantara tubulus
seminiferi terdapat sel-sel leydig. Sel-sel spermatogonium pada saat proses spermatogenesis
akan menjadi spermatozoa. Sel-sel sertoli berfungsi untuk memberi makan pada bakal
sperma. Sedangkan sel-sel leydig atau disebut juga sel-sel interstisial testis berfungsi untuk
menghasilkan hormon testosteron.
Sekitar 98% varikokel terjadi pada sisi kiri karena aliran balik di dalam vena
spermatika interna bertanggung jawab terhadap terjadinya dilatasi dan berkeloknya vena,
perbedaan dalam konfigurasi vena spermatika interna kiri dan kanan, serta perkembangan
embriologisnya berhubungan dengan predominannya varikokel pada sisi kiri. Vena testikular
sinistra masuk ke vena renalis sinistra, sedangkan vena spermatika interna dextra masuk ke
vena kava inferior secara oblique (kira-kira 30º). Sudut ini, bersamaan dengan tingginya
aliran vena kava inferior diperkirakan dapat meningkatkan drainase pada sisi kanan (Venturi
Effect) Insersi vena renalis sinistra 8-10 cm lebih kranial dari insersi vena spermatika interna
dextra. Oleh karena itu, vena spermatika interna kiri mempunyai tekanan 8-10 cm lebih besar,
sehingga aliran darah relatif lebih lambat. Vena renalis sinistra juga dapat terkompres di
daerah proksimal di antara arteri mesenterika superior dan aorta, distalnya diantara arteri
iliaka komunis dan vena. Fenomena nutcracker ini dapat meningkatkan tekanan vena
testikular sinistra.
Varikokel adalah pelebaran atau dilatasi pembuluh darah vena yang abnormal dari
pleksus pampiniformis di daerah funikulus spermatikus dan di testis/ epididimis akibat
gangguan aliran darah balik vena spermatika interna.
Gambar 3. Varikokel
Varikokel adalah varises vena pada korda spermatic (Tambayong, 1999). Varikokel
adalah dilatasi pleksus pampiniformis dari vena di atas testis. Merupakan gambaran lazim
dalam pria muda dan paling sering terlihat pada bagian kiri. Pleksus pampiniformis bermuara
ke dalam vena spermatika interna, yang mengalir ke dalam vena renalis di kiri dan vena kava
di kanan (Sabiston, 1994). Varikokel ini terbentuk dari massa yang mengalami konvolusi dari
vena yang berdilatasi dalam pleksus venosus korda. Karena varikokel terbentuk dari vena
yang terisi darah, maka varikokel tidak mengirimkan cahaya seperti hidrokel.
2.3 Epidemiologi
Varikokel terdeteksi lebih sering pada populasi pria infertil (40%) dibandingkan pria
fertil (15%). Sebagian besar varikokel terdeteksi setelah pubertas dan prevalensi pada pria
dewasa sekitar 11-15%. Pada 80-90% kasus, varikokel hanya terdapat pada sebelah kiri,
varikokel dapat bilateral hingga 20% kasus, meskipun dilatasi sebelah kanan biasanya lebih
kecil. Varikokel unilateral sebelah kanan sangat jarang terjadi.
Varikokel pada remaja pria pernah dilaporkan sekitar 15% kasus. Meskipun varikokel
pernah dilaporkan pada pria sebelum remaja, varikokel jarang pada kelompok usia ini. Pada
2.4 Klasifikasi
2.5 Etiologi
Hingga sekarang masih belum diketahui secara pasti penyebab varikokel, tetapi dari
pengamatan membuktikan bahwa varikokel sebelah kiri lebih sering dijumpai daripada
sebelah kanan (varikokel sebelah kiri 70-93%). Hal ini disebabkan karena vena spermatika
interna kiri bermuara pada vena renalis kiri dengan arah tegak lurus, sedangkan yang kanan
Jika terdapat varikokel sebelah kanan atau varikokel bilateral patut dicurigai adanya
kelainan pada rongga peritonial (terdapat obstruksi vena karena tumor), atau pada muara vena
spermatika kanan pada vena renalis kanan.
a. Etiologi Anatomi
Suplai arteri testis mempunyai 3 komponen mayor yaitu: arteri testikular, arteri
kremaster dan arteri vasal. Walaupun kebanyakan darah arterial pada testis berasal dari arteri
testikular, sirkulasi kolateral testikular membutuhkan perfusi yang adekuat dari testis,
walaupun arteri testikular terligasi atau mengalami trauma. Drainase venous dari testis
Pada tahun 1966, Ahlberg menjelaskan bahwa pembuluh testis berisi katup yang
protektif terhadap varikokel, namun terdapat kekurangan atau ketidakmampuan pada sisi kiri
yang menyebabkan terjadinya varikokel. Untuk mendudung gagasan ini, ia menemukan tidak
adanya/hilangnya katup pada 40% postmortem vena spermatika kiri dibandingkan dengan
23% hilangnya pada sisi kanan. Namun dari studi radiologi terbaru yang dilakukan oleh
Braedel dkk menemukan bahwa 26.2% pasien dengan katup yang kompeten tetap ditemukan
varikokel. Beberapa anatomis kini bahkan menjelaskan bahwa sebenarnya tidak terdapat
katup baik pada vena spermatika sisi kanan maupun kiri. (Schneck,2007)
a. Terjadi aliran darah balik pada sirkulasi testis sehingga testis mengalami hipoksia karena
kekurangan oksigen.
b. Refluks hasil metabolit ginjal dan adrenal (antara lain katekolamin dan prostaglandin)
melalui vena spermatika interna ke testis.
d. Adanya anastomosis antara pleksus pampiniformis kiri dan kanan, memungkinkan zat-zat
hasil metabolit tadi dapat dialirkan dari testis kiri ke testis kanan sehingga menyebabkan
gangguan spermatogenesis testis kanan dan pada akhirnya terjadi infertilitas.
Disfungsi Bilateral
Penyebab disfungsi testikular bilateral sampai saat ini masih dalam studi. Aliran darah
retrograd sisi kanan didapatkan pada pria dengan varikokel sisi kiri dan menjadi mekanisme
yang memungkinkan. Zorgniotti dan MacLeod membuat hipotesa pada era tahun 1970an,
dengan data yang disebutkan pada pria dengan oligosperma dan varikokel memiliki
temperarur intraskrotal 0.60C lebih tinggi dibandingkan pada pasien dengan oligosperma
tanpa varikokel. Saypol dkk dan Green dkk keduanya mendeskripsikan peningkatan aliran
darah testikular bilateral dan peningkatan temperatur pada eksperimen dengan binatang yang
dibuat varikokel artifisial unilateral. Sebagai tambahan, dilakukan perbaikan dari varikokel
tersebut dengan hasil normalisasi dari aliran dan temperatur. Setelah itu, peneliti
mendemonstrasikan bahwa aktivitas DNA polimerase dan enzim DNA rekombinan pada sel
germ sensitif terhadap temperatur, dengan suhu optimal kira- kira 330C. Temperatur optimal
untuk sintesis protein pada spermatid kira-kira 340C. Proliferasi sel germ mungkin
Karena adrenal kiri dan vena gonadal menuju ke proksimitas terdekat satu sama lain
dari vena renalis, MacLeod menyebutkan bahwa derivate-derivat dari ginjal atau adrenal
dapat menuju ke vena gonad. Jika metabolit ini bersifat vasoaktif (mis: prostaglandin), maka
dapat menjadi berbahaya pada fungsi testis. Hasil dari beberapa studi tidak mensuport teori
ini, tetapi peningkatan jumlah norepinefrin, prostaglandin E dan F, adrenomedulin
(vasodilator poten) ditemukan pada vena spermatika pria dengan varikokel. Metabolit lainnya
seperti renin, dehidroepiandrosteron, atau kortisol tidak ditemukan. Beberapa penulis
menyebutkan dengan adanya metabolit, refluks tidak mengubah/mempengaruhi
spermatogenesis.
Hipoksia
Menurut Shafik dan Bedeir, perbedaan gradien tekanan dan gradien oksigen antara
vena renalis dan gonadal dapat menyebabkan hipoksia diantara vena gonadal. Dua teori
hipoksia lainnya yaitu: peningkatan tekanan vena dengan olahraga dapat menyebabkan
hipoksia, dan stasis dari darah menyebabkan penurunan tekanan oksigen. Menurut Tanji dkk,
pria dengan varikokel memiliki atrophy pattern muskulus kremaster dari studi histokimia.
Disamping penemuan ini, tidak ada perbedaan yang signifikan diantara kontrol dan tekanan
gas oksigen, yang dilakukan percobaan pada binatang.
Gonadotoksin
Beberapa studi telah mendemonstrasikan bahwa pria yang merokok memiliki efek
samping yang lebih tinggi dibandingkan yang tidak merokok. Perokok setidaknya memiliki
insiden 2 kali lebih tinggi untuk terkena varikokel, dan yang telah memiliki varikokel
setidaknya 10 kali terjadi peningkatan insiden oligospermia jika dibandingkan dengan pria
varikokel yang tidak merokok. Nikotin memiliki implikasi sebagai kofaktor pada patogenesis
varikokel. Cadmium, gonadotoksin yang mudah dikenal sebagai penyebab apoptosis,
10 | V o r i k o k e l – K e s e h a t a n R e p r o d u k s i
ditemukan secara signifikan lebih tinggi pada konsentrasi testikular pria dengan varikokel
dan penurunan spermatogenesis daripada pria dengan varikokel dan spermatogenesis normal.
2.8 Diagnosis
Pada anamnesis untuk pemeriksaan dasar kelainan skrotum, dapat ditemukan jika
kelainan tidak terbatas di sebelah proksimal, biasanya merupakan hernia inguinalis,
sedangkan bila kelainan terbatas di sebelah atas, kemungkinan besar terjadi kelainan pada
skrotum. Jika kelainan bersifat kistik kadang tidak menunjukkan fluktuasi, sedangkan apabila
11 | V o r i k o k e l – K e s e h a t a n R e p r o d u k s i
kelainan bersifat padat berupa tumor kecil yang lunak sekali dapat menunjukkan fluktuasi.
Yang menentukan dalam hal ini adalah pemeriksaan transluminasi karena cairan jernih selalu
bersifat tembus cahaya.
Biasanya pasien datang dengan keluhan belum memiliki anak setelah beberapa tahun
menikah, mengeluh adanya benjolan di atas testis, bengkak dan nyeri yang diperkirakan
berhubungan dengan peregangan tunika albuginea, rasa tak nyaman di skrotum, seperti berat
atau rasa nyeri setelah berdiri sepanjang hari. Varikokel pada remaja biasanya asimptomatik
dan untuk itu diagnosis khususnya diperoleh saat pemeriksaan fisik rutin.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada pasien dalam posisi berdiri dan supinasi. Inspeksi
pada posisi berdiri untuk melihat adanya dilatasi vena. Struktur yang pertama kali dilihat
adalah skrotum, apakah terdapat distensi kebiruan dari dilatasi vena. Jika tidak dapat terlihat,
maka pemeriksaan dilakukan dengan cara palpasi, dengan atau tanpa manuver valsava. Pada
varikokel dapat teraba adanya pembesaran skrotum seperti meraba cacing di dalam kantong
(bag of worms). Namun pada beberapa kasus didapatkan adanya asimetri atau penebalan
dinding vena. Pemeriksaan berikutnya dilakukan pada pasien dalam posisi supinasi untuk
12 | V o r i k o k e l – K e s e h a t a n R e p r o d u k s i
membedakan antara varikokel dengan lipoma of cord. Pada lipoma of cord penebalan
ditemukan pada posisi berdiri, tetapi tidak hilang dalam posisi berbaring.
Gambar 5. Orchidometer
Terkadang sangat sulit untuk menentukan bentuk varikokel secara klinis, atau sering
disebut juga varikokel subklinis. Oleh karena itu pemeriksaan secara auskultasi menggunakan
stetoskop Doppler dapat membantu untuk mendeteksi adanya peningkatan aliran darah pada
pleksus pampiniformis.
13 | V o r i k o k e l – K e s e h a t a n R e p r o d u k s i
Pemeriksaan Penunjang
1. Angiografi/ Venografi
Venografi merupakan modalitas yang paling sering digunakan untuk
mendeteksi varikokel yang kecil ataupun subklinis. Dengan menggunakan venografi
dapat ditemukan refluks darah vena abnormal di daerah retrograde menuju ke vena
spermatika interna dan pleksus pampiniformis. Pemeriksaan venografi bersifat
invasif. Oleh karena itu hanya digunakan pada pasien yang simptomatik untuk
menentukan anatomi dari vena. Pada pemeriksaan dengan menggunakan venografi
dapat terjadi positif/negatif palsu oleh karena vena testikular seringkali spasme dan
terkadang terjadi opasifikasi dari vena dengan kontras medium sehingga sulit dinilai.
Selebihnya, masalah dapat diatasi dengan menggunakan kanul menuju vena testikular
dextra.
2. Ultrasonografi
Ultrasonografi (USG) merupakan pilihan pemeriksaan non-invasif yang paling
akurat. Temuan varikokel pada ultrasonografi, antara lain: 11
- Struktur anekoik karena terpelintirnya tubular yang letaknya berdekatan dengan
testis
- Varikokel dapat berukuran kecil hingga sangat besar dengan pembesaran
pembuluh darah berdiameter ± 8 mm
- Pasien dengan posisi berdiri tegak, diameter dari vena dominan pada kanalis
inguinalis yaitu lebih dari 2.5 mm, dan saat manuver valsava meningkat 1 mm.
- Varikokel dapat ditemukan di medial, lateral, anterior, posterior ataupun inferior
dari testis
- USG Doppler dapat digunakan untuk menentukan grade refluks vena
14 | V o r i k o k e l – K e s e h a t a n R e p r o d u k s i
Pada USG juga dapat terjadi positif/negatif palsu karena kista epidermoid dan
spermatokel memberikan gambaran seperti varikokel. Jika meragukan, USG Doppler
berwarna dapat digunakan untuk diagnosis.
3. MRI
Pada MRI, varikokel tampak sebagai suatu massa dari dilatasi, serpiginosa
pembuluh darah, biasanya berdekatan dengan kaput epididimis. Spermatic canal
melebar, dan intraskrotal spermatic cord atau pleksus pampiniformis prominen.
Spermatic cord memiliki intensitas signal heterogen. Spermatic cord memuat struktur
serpiginosa dengan intensitas signal tinggi. Peranan MRI dalam diagnosis varikokel
belum terbukti.
4. CT-Scan
CT scan dapat menunjukkan gambaran vena – vena serpiginosa berdilatasi menyangat
15 | V o r i k o k e l – K e s e h a t a n R e p r o d u k s i
5. Analisis Semen
Kelainan analisis semen berupa oligozoospermia, asthenozoospermia dapat
disebabkan oleh varikokel. Mac Leod pada tahun 1965 pertama kali mengemukakan
trias oligospermia, penurunan motilitas sperma, dan peningkatan persentase sel-sel
sperma immatur merupakan karakteristik semen yang khas pada pria infertil dengan
varikokel. Koreksi varikokel sering menghasilkan peningkatan kualitas semen,
beberapa penelitian menghubungkan ukuran dengan efektivitas tatalaksana
pembedahan varikokel.
2.9 Tatalaksana
Masih terjadi silang pendapat di antara para ahli tentang perlu tidaknya melakukan
operasi pada varikokel. Di antara mereka berpendapat bahwa varikokel yang telah
menimbulkan gangguan fertilitas atau gangguan spermatogenesis merupakan indikasi untuk
mendapatkan suatu terapi.
16 | V o r i k o k e l – K e s e h a t a n R e p r o d u k s i
3) pembedahan memungkinkan meningkatnya fertilitas
4) resiko terapi kecil
Teknik Operasi
Ligasi dari vena spermatika interna dapat dilakukan dengan berbagai teknik. Teknik
yang paling pertama dilakukan dengan memasang clamp eksternal pada vena lewat kulit
skrotum. Operasi ligasi varikokel termasuk retroperitoneal, inguinal atau subinguinal,
laparoskopik, dan microkroskopik varikokelektomi.
17 | V o r i k o k e l – K e s e h a t a n R e p r o d u k s i
Pasien dalam posisi supinasi pada meja operasi.
Insisi horizontal daerah iliaka dari umbilikus ke SIAS sepanjang 7 – 10 cm tergantung
besar tubuh pasien.
Aponeurosis M. Obliqus eksternus diinsisi secara oblique.
M. Obliqus internus terpisah 1 cm ke arah lateral dari M. Rectus abdominis dan M.
Transversus abdominis diinsisi.
Peritoneum dipisahkan dari dinding abdomen dan diretraksi.
Pembuluh spermatic terlihat berdekatan dengan peritoneum, sangatlah penting
menjaganya tetap berdekatan dengan peritoneum.
Dilanjutkan memotong dinding abdomen menuju M. Psoas posterior.
Dengan retraksi luas memudahkan untuk mengindentifikasi vena spermatika, dan
pada <10% kasus, arteri spermatika mudah dilihat, terisolasi dari seluruh struktur
spermatik dan mudah dikenali.
Proses operasi ditentukan dari penemuan intraoperatif. Pada kasus dengan vena
tunggal dan tidak ada kolateral, arteri dapat dikenali dan hanya akan dijaga apabila
tidak bersamaan dengan vena kecil yang menyatu dengan arteri. Pada kasus dengan
vena multipel, kolateral akan teridentifikasi dan seluruh pembuluh darah dari ureter
menuju dinding abdomen terligasi. Pembuluh darah spermatika secara umum
terinspeksi pada jarak 7-8 cm dan diligasi dengan pemisahan/pemotongan, kemudian
dijahit permanen.
Setelah hemostasis dipastikan, M. Obliqus internus, M. Transversus abdominis, dan
M. Obliqus eksternus ditutup lapis demi lapis dengan jahitan yang dapat diserap.
Fasia scarpa ditutup dengan jahitan yang akan diserap.
Kulit dijahit subkutikuler dengan jahitan yang dapat diserap.
18 | V o r i k o k e l – K e s e h a t a n R e p r o d u k s i
Setiap pembuluh darah terisolasi, kemudian diligasi dengan menggunakan benang
yang nonabsorbable.
Setelah semua pembuluh darah kolateral terligasi, fasia M. Obliqus eksternus ditutup
dengan benang yang absorbable dan kulit dijahit subkutikuler.
3. Teknik Laparoskopik
19 | V o r i k o k e l – K e s e h a t a n R e p r o d u k s i
Komplikasi
Perdarahan
Infeksi
Atrofi testis atau hilangnya testis
Kegagalan mengkoreksi varikokel
Apabila varikokel berhasil dikoreksi: tidak terabanya varix setelah 6 bulan
postoperasi, orchalgia, oligoastenospermia
20 | V o r i k o k e l – K e s e h a t a n R e p r o d u k s i
21 | V o r i k o k e l – K e s e h a t a n R e p r o d u k s i
Komplikasi
Hidrokel
Rekurens, dikarenakan ligasi inkomplit
Iskemia testis dan atrofi, karena trauma dari arteri testikular
5. Teknik embolisasi
22 | V o r i k o k e l – K e s e h a t a n R e p r o d u k s i
memasang balon/coil pada vena spermatika interna. Teknik ini memiliki risiko pada arteri
testikular dan limfatik dikarenakan sulitnya menuju vena spermatika interna. Teknik
embolisasi ini juga memiliki komplikasi seperti migrasi materi balon/coil menuju ke vena
renalis yang mengakibatkan rusaknya ginjal dan emboli paru, tromboflebitis, trauma arteri,
dan reaksi alergi dari pemberian kontras. Tindakan oklusi antegrad varikokel dilakukan
dengan tindakan kanulasi perkutan dari vena pampiniformis skrotum dan injeksi agen
sklerotik. Teknik ini memiliki angka performa yang tinggi tetapi angka rekurensi jika
dibandingkan dengan yang teknik retrograd, dapat memberikan risiko trauma pada arteri
testikular. Langkah-langkah tindakan oklusi retrograd sebagai berikut.
Embolisasi varikokel dilakukan dengan anestesi intravena sedasi dan lokal anestesi.
Angiokateter kecil dimasukkan ke sistem vena, dapat lewat vena femoralis kanan
atau vena jugularis kanan.
Kateter dimasukan dengan guiding fluoroskopi ke vena renalis kiri (karena
kebanyakan varikokel terdapat di sisi kiri) dan kontras venogram.
Dilakukan ISV venogram sebagai “peta” untuk mengembolisasi vena.
Kateter kemudian dimanuever ke bawah vena menuju kanalis inguinalis internal.
Biasanya vena atau cabangnya terembolisasi dengan injeksi besi atau platinum spring-
like embolization coils.
Vena kemudian terblok pada level kanalis inguinalis interna dan sendi sakroiliaka.
Dapat ditambahkan sclerosing foam untuk menyelesaikan embolisasi.
Pada tahap akhir, venogram dilakukan untuk memastikan semua cabang ISV terblok,
kemudian kateter dapat dikeluarkan.
Dibutuhkan tekanan manual pada daerah tusukan selama 10 menit, untuk mencapai
hemostasis.
Tidak ada penjahitan pada teknik ini. Setelah selesai, pasien diobservasi selama
beberapa jam, kemudian dapat dipulangkan. Angka keberhasilan proses ini mencapai
95%.
23 | V o r i k o k e l – K e s e h a t a n R e p r o d u k s i
Evaluasi Pascaoperasi
Pada kerusakan testis yang belum parah, evaluasi pascabedah vasoligasi tinggi dari
Palomo didapatkan 80% terjadi perbaikan volume testis, 60-80% terjadi perbaikan analisis
semen, dan 50% pasangan menjadi hamil.
o Komplikasi
24 | V o r i k o k e l – K e s e h a t a n R e p r o d u k s i
Semua pendekatan pembedahan varikokel berkaitan dengan suatu resiko kecil seperti infeksi
luka, hidrokel, varikokel berulang dan jarang terjadi yaitu atrofi testis. Potensi komplikasi
dari insisi inguinal karena tatalaksana varikokel mencakup mati rasa skrotal dan nyeri
berkepanjangan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1.Varikokel adalah dilatasi abnormal dari vena pada pleksus pampiniformis akibat
gangguan aliran darah balik vena spermatika interna.
2. Kelainan ini terdapat pada 15% pria. Varikokel merupakan salah satu penyebab
infertilitas pada pria; dan didapatkan 21-41% pria yang steril menderita varikokel.
3. Hingga sekarang masih belum diketahui secara pasti penyebab varikokel, tetapi
dari pengamatan membuktikan bahwa varikokel sebelah kiri lebih sering dijumpai daripada
sebelah kanan (varikokel sebelah kiri 70–93 %). Hal ini disebabkan karena vena spermatika
interna kiri bermuara pada vena renalis kiri dengan arah tegak lurus, sedangkan yang kanan
bermuara pada vena kava dengan arah miring. Di samping itu vena spermatika interna kiri
lebih panjang daripada yang kanan dan katupnya lebih sedikit dan inkompeten.
25 | V o r i k o k e l – K e s e h a t a n R e p r o d u k s i
pemeriksaan terpilih untuk menginvstigasi adanya varikokel, dan merupakan teknik
pemeriksaan yang paling akurat noninvasif.
26 | V o r i k o k e l – K e s e h a t a n R e p r o d u k s i