Oleh:
Kelompok 7
1. Jingga Primarani (13222061)
2. Lisa Yuliantika (13222065)
3. M. Nasrul Mustain (13222068)
4. Nini Karlina (13222079)
5. Peni Eti (13222077)
Dosen Pembimbing:
Syarifah M. Kes
A. Latar Belakang
Sistem urinaria adalah sistem tempat terjadinya proses penyaringan darah
sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan
menyerap zat-zat yang masih dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak
dipergunakan oleh tubuh larut dalam air dan dikeluarkan berupa urine (air
kemih).
B. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan yang akan di capai setelah dilakukannya praktikum kali ini
yaitu untuk mengetahui adanya glukosa dan protein di dalam urin.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Ginjal
Ginjal suatu kelenjar yang terletak di bagian belakang cavum abdominalis
di belakang peritonium pada kedua sisi vertebra lumbalis III, melekat langsung
pada dinding belakang abdomen. Bentuk ginjal seperti biji kacang, julamhnya
ada dua buah kiri dan kanan, ginjal kiri lebih besar dari ginjal kanan dan pada
umumnya ginjal laki-laki lebih panjang dari ginjal wanita (Poedjiadi, 1994).
Menurut Poedjiadi (1994), adapun fungsi dari ginjal itu yaitu sebagai
berikut;
1. Memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-zat toksis atau racun
2. Mempertahankan suasana keseim bangan cairan
3. Mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan tubuh
4. Mempertahankan keseimbangan garam-garam dan zat lain dalam
5. Mengeluarkan sisa-sisa metabolisme hasil akhir dari protein ureum,
kreatinin, dan amoniak.
B. Histofisiologi Ginjal
Ginjal mengatur komposisi kimia cairan lingkungan interna melalui
proses filtrasi, reabsorsi, dan sekresi. Filtrasi barlangsung dalam glomerulus,
dimana ultra filtrate plasma darah dibentuk. Pada tubulus kontortus proksimal
terjadi reabsorbsi zat-zat yang berguna bagi metabolisme tubuh untuk
mempertahankan homeostatis lingkungan internal. Juga memindahkan hasil-
hasil sisa metaboisme dari darah ke lumen tubulus untuk dikeluarkan dalam
uri. Tubulus koligens mengabsorsi air, sehingga membantu pemekatan urin.
Dengan cara ini, organisme mengatur keseimbangan air dalam tubuh dan
tekanan osmotic. Kedua ginjal menghasilkan sekitar 125 ml filtrat per menit,
125 ml diabsorsi dan yang 1 ml dikeluarkan ke dalam kaliks sebagai urin.
Setiap 24 jam dibentuk sekitar 1500 ml urin (Santoso, 2011).
Menurut Santoso (2011), filtrasi glomerulus dibentuk akibat tekanan
hidrostatik darah dimana gaya-gaya yang melawan tekanan hidrostatik, yaitu:
1. tekanan osmotik koloid plasma (30 mm Hg)
2. tekanan cairan yang terdapat dalam bagian tubulus nefron (10 mm Hg)
3. tekanan interstitial di dalam parenkim ginjal (10 mm Hg), yang bekerja
pada kapsul Bowman yang diteruskan ke cairan kapsuler.
Tekanan hidrostatik adalah 75 mm Hg dan jumlah total gaya-gaya yang
melawannya adalah 50 mm Hg, sehingga gaya filtrasi yang dihasilkan kira-kira
25 mm Hg.
E. Uretra
Menurut Santoso (2011), uretra merupakan tabung yang mengalirkan
urin dari kandung kemih keluar tubuh;
1. Uretra pria terdiri atas 4 bagian yaitu: pars prostatika, pars membranasea,
pars bulbaris, dan pars pendulosa.
2. Uretra wanita merupakan tabung yang panjangnya 4 – 5 cm, dibatasi oleh
epitel berlapis gepeng dengan daerah-daerah dengan epitel toraks berlapis
semu. Bagian tengah uretra wanita dikelilingi oleh sfinkter eksternus yang
terdiri atas otot lurik volunter.
F. Protein
Protein adalah suatu polipeptida yang mempunyai bobot molekul yang
sangat bervariasi, dari 5000 hingga lebih dari satu juta. Di samping berat
molekul yang berbeda-beda, protein mempunyai sifat yang berbeda-beda pula.
Ada protein yang udah larut dalam air, tetapi ada juga yang sukar larut dalam
air. Rambut dan kuku adalah satu protein yang tidak larut dalam air dan tidak
mudah bereaksi, sedangkan protein yang terdapat dala bagian putih telur
mudah larut dalam air dan mudah bereaksi. Ada empat tingkat struktur dasar
protein, yaitu struktur primer, sekunder, tersier dan kuaterner. Struktur primer
menunjukkan jumlah, jenis dan urutan asam amino dan molekul protein. Oleh
karena ikatan antarsam amino ialah ikatan peptida, maka struktur primer
protein juga menunjukkan ikatan peptida yang urutannya diketahui.
Menurut Poedjiadi (1994), untuk mengetahui jumlah, jenis, dan urutan
asam amino dala protein dilakukan analisis yang terdiri dari beberapa tahap
yaitu;
1. Penentuan julah rantai polipeptida yang berdiri sendiri.
2. Pemecahan ikatan antara rantai polipeptida tersebut.
3. Pemecahan masing-masing rantai polipeptida, dan
4. Analisis urutan asam amino pada rantai polipeptida.
G. Penggolongan Karbohidrat
Menurut Poedjiadi (1994), berbagai senyawa yang termasuk kelompok
karbohidrat mempunyai molekul yang berbeda-beda ukurannya, yaitu dari
senyawa yang sederhana yang mempunyai berat molekul 90 hingga senyawa
yang mempunyai berat molekul 500.000 bahkan lebih. Berbagai senyawa itu
dibagi dalam tiga golongan, yaitu golongan monosakarida, golongan
oligosakarida dan golongan polisakarida;
1. Monosakarida
Monosakarida ialah karbohidrat yang sederhana, dalam arti
molekulnya hanya terdiri atas beberapa atom karbon saja dan tidak dapat
diuraikan dengan cara hidrolisis dalam kondisi lunak menjadi
kartetrosbohidrat lain. Monosakarida yang paling sederhana ialah
gliseraldehida dan dihidroksiaseton. Gliseraldehida dapat disebut
aldotriosa karena terdiri atas tiga atom karbon dan mempunyai gugus
aldehida. Dihidroksiaseton dinamakan ketotriosa karena terdiri atas tiga
atom karbon dan mempunyai gugus keton. Monosakarida yang terdiri atas
empat atom karbon disebut tetrosa dengan rumus C4 H8 O4 . Eritrosa
adalah contoh aldotetrosa dan eritrulosa adalah suatu ketotetrosa.
Menurut Poedjiadi (1994), untuk mengenal monosakarida lebih
lanjut, berikut ini akan dibahas beberapa monosakarida yang penting.
a. Glukosa
Glukosa adalah suatu aldoheksona dan sering disebut dekstrosa
karena mempunyai sifat dapat memutar cahaya terpolarisasi ke arah
kanan. Di alam, glukosa terdapat dalam buah-buahan dan madu lebah.
Darah manusia normal mengandung glukosa dala jumlah atau
kosentrasi yang tetap, yaitu antara 70-100 mg tiap 100 ml darah.
Glukosa darah ini dapat bertambah setelah kita makan-makanan sumber
karbohidrat. Julah glukosa darah akan kembali pada keadaan semula.
Pada orang yang menderita diabetes mellitus atau kecing manis,
jumlah glukosa darah lebih besar dari 130 mg per 100 l darah.
Dalam alam glukosa dihasilkan dari reaksi antara karbondioksida
dan air dengan bantuan sinar matahari dan klorofil dalam daun. Proses
ini disebut fotosintesis dan glukosa yang terbentuk terus digunakan
untuk pembentukan amilum atau selulosa.
Sinar matahari
6 CO2 + 6 H2O C6H12O6 + 6 O2
Klorofil
H. Sifat Mereduksi
Monosakasi dan beberapa disakarida mempunyai sifat dapat mereduksi,
terutama dalam suasana basa. Sifat sebagai reduktor ini dapat digunakan untuk
keperluan identifikasi karbohidrat maupun analisis kuantitatif. Sifat mereduksi
ini disebabkan oleh adanya gugus aldehida atau keton bebas dalam molekul
karbohidrat. Sifat ini tampak pada reaksi reduksi ion-ion logam misalnya ion
Cu++ dan ion Ag+ yang terdapat pada pereaksi-pereaksi tertentu (Poedjiadi
1994).
Menurut Poedjiadi (1994), beberapa contoh dari pereaksi-periasi diberikan
berikut ini;
1. Pereaksi Fehling
Pereaksi ini dapat direduksi selain oleh karbohidrat yang mempunyai
sifat mereduksi, juga dapat direduksi oleh reduktor lain. Pereaksi Fehling
terdiri atas dua larutan, yaitu larutan Fehling A dan larutan Fehling B.
Larutan Fehling A adalah larutan CuSO4 dalam air, sedangkan larutan
Fehling adalah larutan garam Knatartrat dan NaOH dalam air. Kedua
macam larutan ini disimpan terpisah dan baru dicampur menjelang
digunakan untuk memeriksa suatu karbohidrat. Dalam perekasi ini ion
Cu++ direduksi menjadi ion Cu+ yang dalam suasana basa akan siendapkan
sebagai Cu2O.
2 Cu+ + 2 OH- Cu2O + H2O
endapan
Dengan larutan glukosa 1%, pereaksi Fehling menghasilkan endapan
bewarna merah bata, sedangkan apabila digunakan larutan yang lebih
encer misalnya larutan glukosa 0,1%, endapan yang terjadi bewarna hijau
kekuningan.
2. Pereaksi Benedict
Pereaksi ini berupa larutan yang mengandung kuprisulfat,
natriumkarbonat dan natriumsitrat. Glukosa dapat mereduksi ion Cu++
darin kuprisulfat menjadi ion Cu+ yang kemudian mengendapan sebagai
Cu2O. Adanya natriumkarbonat dan natriumsitrat membuat pereaksi
Benedict bersifat basa lemah. Endapan yang terbentuk dapat bewarna
hijau, kuning, atau merah bata. Warna endapan ini tergantung pada
konsentrasi karbohidrat yang diperiksa. Pereaksi Benedict lebih banyak
digunakan untuk pemeriksaan glukosa dalam urine daripada pereaksi
Fehling karena beberapa alasan. Apabila dalam urine terdapat asam urat
atau kreatinin, kedua senyawa ini dapat mereduksi pereaksi Fehling, tetapi
tidak dapat mereduksi pereaksi Benedict lebih peka daripada pereaksi
Fehling. Penggunaan pereaksi Benedict juga lebih mudah karena hanya
terdiri atas satu macam larutan, sedangkan pereaksi Fehling terdiri atas dua
macam larutan.
3. Pereaksi Barfoed
Pereaksi ini terdiri atas larutan kupriasetat dan asam asetat dalam air,
dan digunakan untuk membedakan anatara monosakarida dengan
disakarida. Monosakarida dapat mereduksi lebih cepat daripada
disakarida. Jadi Cu2O terbentuk lebih cepat oleh monosakarida daripada
oleh disakarida, dengan anggapan bahwa konsentrasi monosakarida dan
disakarida dalam larutan tidak berbeda banyak. Tauber dan Kleiner
membuat modifikasi atas pereaksi ini, yaitu dengan jalan mengganti asam
asetat dengan asam laktat dan ion Cu+ yang dihasilkan direaksikan dengan
pereaksi warna fosfomolicdat hingga menghasilkan warna biru yang
menunjukkan adanya monosakarida. Disakarida dengan konsentrasi
rendah tidak memberikan hasil positif. Perbedaan anatra pereaksi Barfoed
dengan pereaksi Fehling atau Benedict ialah bahwa pereaksi Barfeod
digunakan suasana asam.
4. Pembentukan Fustal
Dalam larutan asam yang encer, walaupun dipanaskan,
monosakarida umumnya stabil. Tetapi apabila dipanaskan dengan asam
kuat yang pekat, monosakarida menghasilkan furfural atau derivatnya.
Reaksi pembentukan furfural ini adalah reaksi dehidrasi atau pelepasan
molekul air dari suatu senyawa. Pentosa-pentosa hampir secara kuantitatif
semua terdehidrasi menjadi furfural. Dengan dehidrasi heksosa-heksosa
menghasilkan hidroksimetilfurfural. Oleh karena furfural atau deviratnya
dapat membentuk senyawa yang berwarna apabila direaksi dengan naftol
atau btimol, reaksi ini dapat dijadikan reaksi pengenal untuk karbohidrat.
J. Uji Urinalysis
Urine analysis (analisa terhadap kandungan urin) merupakan salah satu
tes klinis yang paling sering dilakukan pada dunia pediatri. Hal ini didasari
pada kemudahan pengumpulan urin dan kesederhanaan prosedur tes yang harus
dilakukan. Tes urin dapat digunakan untuk mendeteksi beberapa gangguan
kesehatan. Deteksi ini dilakukan dengan menganalisa kandungan kimia yang
terdapat pada urin. Beberapa kandungan kimia yang umum dianalisa adalah
kandungan darah, protein, glukosa, leukosit esterase, nitrit, dan β-HCG.
Beberapa kandungan lain juga dianalisa namun jarang dilakukan adalah
kandungan keton, urobilin, bilirubin, berat jenis, dan pH (Barrat, 2007). Pada
uji urinalysis menggunakan reagent strips, sepuluh kandungan urin yang
terdeteksi antara lain: berat jenis, pH, leukosit, hemoglobin, nitrit, keton,
bilirubin, urobilinogen, protein, dan glukosa. Warna yang dihasilkan oleh
dipstick akan dibandingkan dengan urin chart sehingga dapat diperoleh
estimasi nilai dari masing-masing warna (Ginardi, 2013).
Beberapa manfaat urinalysis adalah dapat digunakan untuk mengetahui
adanya potensi gangguan hati, diabetes mellitus, infeksi pada ginjal atau
saluran kemih. Infeksi saluran kemih adalah infeksi yang terjadi di sepanjang
jalan saluran kemih, termasuk ginjal itu sendiri akibat proliferasi suatu
mikroorganisme. Untuk menyatakan adanya infeksi saluran kemih harus
ditemukan bakteri di dalam urin. Suatu infeksi dapat dikatakan jika terdapat
100.000 atau lebih bakteri/ml urin, namun jika hanya terdapat 10.000 atau
kurang bakteri/ml urin, hal itu menunjukkan bahwa adanya kontaminasi
bakteri.Bakteriuria bermakna yang disertai gejala pada saluran kemih disebut
bakteriuria bergejala. Sedangkan yang tanpa gejala disebut bakteriuria tanpa
gejala (Ginardi, 2013).
Dalam pemeriksaan laboratorium, pasien yang berpotensi mengidap ISK
dapat dilihat dari hasil urinalisis yang meliputi “Leukosuria” (ditemukannya
leukosit dalam urin) dimana dinyatakan positif jika terdapat 5 atau lebih
leukosit (sel darah putih) per lapangan pandang dalam sedimen urin dan
“Hematuria” (ditemukannya eritrosit dalam urin) yakni petunjuk adanya infeksi
saluran kemih jika ditemukan eritrosit (sel darah merah) 5-10 per lapangan
pandang sedimen urin (Ginardi, 2013).
Hematuria bisa juga karena adanya kelainan atau penyakit lain, misalnya
batu ginjal dan penyakit ginjal lainnya. Di sisi lain, dengan memanfaatkan uji
makroskopis, pasien mendapatkan informasi ada tidaknya kandungan zat pada
urin. Pada urin pasien yang mengandung nitrit berindikasi mengidap penyakit
ISK. Hal ini disebabkan adanya nitrit merupakan hasil perubahan asam nitrat
oleh bakteri. Dengan demikian potensi mengidap ISK dapat diteliti dari ada
atau tidaknya kandungan nitrit pada urin pasien (Ginardi, 2013).
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
C. Cara Kerja
1. Test Benedict
a. Masukkan 1,5 ml lauratan Benedict ke dalam tabung reaksi
b. Tambahkan 4 tetes urin
c. Capumrkan dan didihkan selama 2 menit atau masukkan ke dalam
penangas air mendidih selama 5 menit.
d. Perhatikan perubahan warna dari campuran tersebut.
2. Tes Biuret
a. Isi tabung reaksi dengan 1 ml urin dan tambahkan 1 ml KOH 0,1 M
b. Kocok sampai homogen lalu tambahkan 1 tetes CuSO4
c. Campurkan dan didihkan selama 2 menit atau masukkan ke dalam
penangas air mendidih selama 5 menit
d. Perhatian perubahan warna dari capuran tersebut.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Tabel 1. Pengujian Kadar Glukosa Pada Urin Menggunakan Larutan Benedict
nn Warna Urin
No Nama Sebelum Sesudah PH Endapan
1 Laki-Laki Jingga Orange
(Kebiruan) (1-2%) 11 Tidak
Ada
2 Perempuan Jingga Orange
(Kebiruan) (1-2%) 11 ada
3 Diabetes Jingga Kuning
(Kebiruan) (0,5-1,0%) 12 Tidak
Ada
Tabel 2. Pengujian Kadar Protein Pada Urin Menggunakan Larutan Biuret
nn Warna Urin
No Nama Sebelum Sesudah PH Endapan
1 Laki-Laki Biru
Ke unguan Coklat 13 Ada
2 Perempuan Biru
Ke unguan Coklat 14 ada
3 Diabetes Biru
Ke unguan Hijau 14 Ada
B. Pembahasan
Dari hasil praktikum untuk penentuan kadar glukosa pada urin, yang
pertama uji dengan laki-laki sebelum di panaskan berwarna jingga
menunjukkan bahwa urin mengandung glukosa dan setelah di panaskan dalam
waktu 5 mennit warna berubah menjadi orange menunjukkan bahwa glukosa
abnormal (1-2 %) dan tidak terdapat endapan, seharusnya terjadi endapan
apabila mengandung glukosa. Pada urin yang kedua uji kadar glukosa urin
perempuan warna sebelum di panaskan berwarna jingga ke biru-biruan
mengindeksi bahwa urin mengandung glukosa setelah di panaskan warna
berubah menjadi orange (1-2%) berarti glukosa abnormal dan ph urin sebesar
11 berarti bersifat basa dan terdapat endapan di lapisan bagian bawah. Urin
selanjutnya orang diabetes untuk menentuan kadar glukosa dengan uji larutan
benedict secara kasat mata warna sempel urin sangat bening tidak
menunjukkan bahwa orang terjangkit diabetes, warna urin bening
menunjukkan orang tersebut sangat cukup minum air. setelah diuji dengan
larutan benedict warna yang dihasilkan berwarna jingga kebiru-biruan dan
setelah dipanaskan warna berubah menjadi kuning menunjukkan kadar glukosa
normal (0.5-1.0 %) dengan pH urin basa yaitu 12 dan tidak terdapat endapan.
Menurut Poedjiadi (1994), pereaksi ini berupa larutan yang mengandung
kuprisulfat, natriumkarbonat dan natriumsitrat. Glukosa dapat mereduksi ion
Cu++ darin kuprisulfat menjadi ion Cu+ yang kemudian mengendapan sebagai
Cu2O. Adanya natriumkarbonat dan natriumsitrat membuat pereaksi Benedict
bersifat basa lemah. Endapan yang terbentuk dapat bewarna hijau, kuning, atau
merah bata. Warna endapan ini tergantung pada konsentrasi karbohidrat yang
diperiksa. Pereaksi Benedict lebih banyak digunakan untuk pemeriksaan
glukosa dalam urin daripada pereaksi Fehling karena beberapa alasan. Apabila
dalam urin terdapat asam urat atau kreatinin, kedua senyawa ini dapat
mereduksi pereaksi Fehling, tetapi tidak dapat mereduksi pereaksi Benedict
lebih peka daripada pereaksi Fehling. Penggunaan pereaksi Benedict juga lebih
mudah karena hanya terdiri atas satu macam larutan, sedangkan pereaksi
Fehling terdiri atas dua macam larutan.
Menurut Wijaya (2014), sangat penting untuk memperhatikan warna air
kemih yang tidak biasa (abnormal). Adanya darah segar atau hemoglobin dapat
menyebabkan warna kemerahan, sedangkan darah yang sudah lama menyebabkan
warna yang keruh pada air kemih; keduanya menjadi petunjuk terjadinya
pendarahan pada saluran urogenitalia. Pigmen empedu mengakibatkan air kemih
berwarna kehijauan, coklat, atau kuning tua yang menandakan gangguan fungsi
hati atau saluran empedu. Air kemih yang berwarna coklat tua dapat disebabkan
oleh adanya asam homogentisat yang diproduksi oleh penderita penyakit genetis
langka, yaitu alkaptonuria. Obat-obatan atau zat pewarna tertentu mungkin saja
mengubah warna urin.
Selanjutnya pengujian kadar protein dengan menggunakan larutan biuret
urin pertama dari laki-laki sebelum dipanaskan atau setelah di homogenkan
dengan larutan biuret berwarna biru ke unguan menandakan bahwa terdapat
protein di dalam urin tersebut. Setelah di panaskan larutan warna berubah
menjadi coklat pekat dengan pH 13 yang menunjukkan sangat basa dan
terdapat endapan. Warna coklat biasanya menunjukkan bahwa di dalam urin
tersebut terkandung zat kimia yang di hasilkan dari konsumsi obat-obatan. Urin
selanjutnya perempuan warna sebelum di panaskan sama berwarna biru ke
unguan menandakan terkandung protein dan setelah di panaskan berwarna
coklat dengan pH 14 sangat basa terdapat endapan. Urin diabetes dengan warna
sebelumnya dalah biru ke unguan menandakan terdapat protein dalam urin dan
warna setelah di panaskan berwarna hijau menunjukkan protein rendah
(normal) dengan skala (< 0,5 %) dan pH urin sangat basa yaitu 14 terdapat
suatu endapan sebagai bukti untuk mengetahui adanya kandungan protein.
Menurut Tamridho (2010), glukosa merupakan kelompok senyawa
karbohidrat sederhana atau monosakarida. Di alam, glukosa terdapat dalam
buah-buahan dan madu lebah. Glukosa berfungsi sebagai sumber energi untuk
sel-sel otak, sel saraf, dan sel darah merah. Darah manusia normal mengandung
glukosa dalam jumlah atau konsentrasi yang tetap, yaitu antara 70-100 mg tiap
100 ml darah. Glukosa darah ini dapat bertambah setelah kita makan makanan
sumber karbohidrat, namun setelah kira-kira 2 jam setelah makan, jumlah
darah akan kembali seperti semula. Pada orang yang menderita diabetes
melitus, jumlah glukosa darah lebih besar dari 130 mg/100 ml darah.
Dari semua data di atas tidak semua urin yang mengalami pH norma
semuanya bersifat basa. Urin manusia mempunyai pH fisiologis berkisar antara
4,6 hingga 8,0 dengan rerata sekitar 6,0. Kelaparan dan ketosis meningkatkan
keasaman urin. Sangat tidak lazim urin bersifat basa, kecuali pada kondisi tertentu
seperti alkalosis, terlalu banyak mengkonsumsi senyawa basa seperti obat untuk
penderita tukak lambung, atau adanya bakteri dalam urin yang menghasilkan
amonia. Penentuan pH dapat dilakukan dengan kertas celup yang mengandung
indikator asam atau basa atau kertas indikator pH komersil.
Dan indicator untuk menentukan glukosa normal yaitu warna hijau/ kuning
kehijauan (<0.5 %) dan warna kuning (0,5 – 1,0 %) sedangkan batas abnormal
yaitu berwarna jingga/orange (1-2 %) dan merah bata ( > 2%).
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa urin yang mengandung
glukosa mempunyai endapan dan berwarna jingga atau merah bata dengan
indicator untuk glukosa yaitu warna hijau atau kuning ( < 0,5 %) dan warna
kuning ( 0,5- 1,0 % ) merupakan batas normal sedangkan batas abnormal
berwarna jingga/orane (1-2 %) dan merah bata (> 2 %) dan untuk mengetahui
kadar glukosa tersebut dapat digunakan uji larutan benedict dan apabila uji
untuk menentukan kadar protein dengan biuret jika terdapat endapan dan
berwarna ungu berarti terdapat protein di dalam urin tersebut.
B. Saran
Dalam praktikum ini terdapat kesalahan dalam pengambilan sempel urin
diabetes, sempel urin diabetes, seharusnya sempel yang di ambil memang
sempel orang yang terjangkit diabetes melitus bukan sempel orang yang telah
sembuh diabetes. Dan untuk asisten hendaknya mempertegas lagi untuk
praktikum berikutnya bahwa harus ditekankan lagi mengenai sempel orang
diabetes agar praktikan tau mengenai kandungan yang terdapat pada urin
orang diabetes.