Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRAKTIKUM V

PENENTUAN KADAR GLUKOSA DAN


PROTEIN DI DALAM URIN

Oleh:
Kelompok 7
1. Jingga Primarani (13222061)
2. Lisa Yuliantika (13222065)
3. M. Nasrul Mustain (13222068)
4. Nini Karlina (13222079)
5. Peni Eti (13222077)

Dosen Pembimbing:
Syarifah M. Kes

PROGAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) RADEN FATAH
PALEMBANG
2015
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sistem urinaria adalah sistem tempat terjadinya proses penyaringan darah
sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan
menyerap zat-zat yang masih dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak
dipergunakan oleh tubuh larut dalam air dan dikeluarkan berupa urine (air
kemih).
B. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan yang akan di capai setelah dilakukannya praktikum kali ini
yaitu untuk mengetahui adanya glukosa dan protein di dalam urin.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Ginjal
Ginjal suatu kelenjar yang terletak di bagian belakang cavum abdominalis
di belakang peritonium pada kedua sisi vertebra lumbalis III, melekat langsung
pada dinding belakang abdomen. Bentuk ginjal seperti biji kacang, julamhnya
ada dua buah kiri dan kanan, ginjal kiri lebih besar dari ginjal kanan dan pada
umumnya ginjal laki-laki lebih panjang dari ginjal wanita (Poedjiadi, 1994).
Menurut Poedjiadi (1994), adapun fungsi dari ginjal itu yaitu sebagai
berikut;
1. Memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-zat toksis atau racun
2. Mempertahankan suasana keseim bangan cairan
3. Mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan tubuh
4. Mempertahankan keseimbangan garam-garam dan zat lain dalam
5. Mengeluarkan sisa-sisa metabolisme hasil akhir dari protein ureum,
kreatinin, dan amoniak.

B. Histofisiologi Ginjal
Ginjal mengatur komposisi kimia cairan lingkungan interna melalui
proses filtrasi, reabsorsi, dan sekresi. Filtrasi barlangsung dalam glomerulus,
dimana ultra filtrate plasma darah dibentuk. Pada tubulus kontortus proksimal
terjadi reabsorbsi zat-zat yang berguna bagi metabolisme tubuh untuk
mempertahankan homeostatis lingkungan internal. Juga memindahkan hasil-
hasil sisa metaboisme dari darah ke lumen tubulus untuk dikeluarkan dalam
uri. Tubulus koligens mengabsorsi air, sehingga membantu pemekatan urin.
Dengan cara ini, organisme mengatur keseimbangan air dalam tubuh dan
tekanan osmotic. Kedua ginjal menghasilkan sekitar 125 ml filtrat per menit,
125 ml diabsorsi dan yang 1 ml dikeluarkan ke dalam kaliks sebagai urin.
Setiap 24 jam dibentuk sekitar 1500 ml urin (Santoso, 2011).
Menurut Santoso (2011), filtrasi glomerulus dibentuk akibat tekanan
hidrostatik darah dimana gaya-gaya yang melawan tekanan hidrostatik, yaitu:
1. tekanan osmotik koloid plasma (30 mm Hg)
2. tekanan cairan yang terdapat dalam bagian tubulus nefron (10 mm Hg)
3. tekanan interstitial di dalam parenkim ginjal (10 mm Hg), yang bekerja
pada kapsul Bowman yang diteruskan ke cairan kapsuler.
Tekanan hidrostatik adalah 75 mm Hg dan jumlah total gaya-gaya yang
melawannya adalah 50 mm Hg, sehingga gaya filtrasi yang dihasilkan kira-kira
25 mm Hg.

C. Sistem Urin (Ginjal)


Sistem urin tersusun atas ginjal, ureter, vesica urinaria, dan urethra.
Berfungsi membantu terciptanya homeostasis dan pengeluaran sisa-sisa
metabolisme. Ginjal selain berfungsi sebagai alat ekskresi juga berperan
menghasilkan hormon seperti: renin-angiotensin, erythropoetin, dan mengubah
provitamin D menjadi bentuk aktif (vit.D) (Santoso, 2011).
Ginjal berbentuk seperti buah kacang buncis pada beberapa spesies
hewan Mammalia. Paling luar diselubungi oleh jaringan ikat tipis yang disebut
kapsula renalis. Bagian ginjal yang membentuk cekungan disebut hilum. Pada
hilum terdapat bundel saraf, arteri renalis, vena renalis, dan ureter. Ginjal
dapat dibedakan menjadi bagian korteks yakni lapisan sebelah luar warnanya
coklat agak terang dan medulla yaitu lapisan sebelah dalam warnanya agak
gelap. Pada korteks renalis banyak dijumpai corpusculum renalis Malphigi,
capsula Bowmani yang terpulas gelap, sedangkan pada medulla banyak
dijumpai loop of Henle (Santoso, 2011).
Ginjal mempertahankan keseimbangan garam dan mengontrol
osmolaritas cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan cairan ini
dengan mengatur keluaran garam dan urin sesuai kebutuhan untuk
mengkompensasi asupan dan kehilangan abnormal dari air dan garam tersebut.
Kebutuhan cairan yang adekuat penting bagi ginjal. Ginjal merupakan organ
vital karena mempunyai fungsi multipel yang tidak dapat digantikan oleh organ
lain. Fungsinya antaralain: ekskresi produk sisa metabolic dan bahan asing,
pengaturan keseimbangan cairan dan elektrolit, pengaturan osmolalitas cairan
tubuh dan kosentrasi elektrolit, pengaturan tekanan arteri, pengaturan
keseimbangan asam basa, sekresi-metabolisme-ekskresi hormon,
glukoneogenesis
Menutut Herliawati (2012), fungsi penting air bagi tubuh adalah:
1. Pembentuk sel dan cairan tubuh
Komponen utama sel, kecuali sel lemak, adalah air, yaitu 70-85 %. Air
berperan penting dalam pembentukan berbagai cairan tubuh, seperti darah,
cairan lambung, hormon, enzim dan sebagainya. Selain itu air juga terdapat
dalam otot dan berguna menjaga tonus otot sehingga otot mampu
berkontraksi.
2. Pengatur suhu tubuh
Air menghasilkan panas, menyerap dan menghantarkan panas ke
seluruh tubuh sehingga dapat menjaga suhu tubuh tetap stabil. Melalui
produksi keringat yang sebagaian besar terdiri atas air dan garam, air turut
mendinginkan suhu tubuh.
3. Pelarut
Air melarutkan zat-zat gizi lainnya dan membantu proses pencernaan
makanan. Karena air merupakan zat anorganik, air tidak dicerna. Air dengan
cepat melewati usus halus dan sebagian besar diserap kemudian turut
berfungsi sebagai salah satu komponen mukus agar sisa zat makanan dapat
keluar sebagai feses.
4. Pelumas dan bantalan
Air juga berfungsi sebagai pelumas atau lubrikan dalam bentuk cairan
sendi, yang memungkinkan sendi untuk bergerak dengan baik dan meredam
gesekan antar sendi. Air juga berfungsi sebagai bantalan tahan getar (shock
absorbing fluid cushion) pada jaringan tubuh, misalnya pada otak, mata,
medula spinalis, dan kantong amniom dalam rahim.
5. Media transportasi
Karena sturkturnya yang terdiri atas dua atom hidrogen dan satu atom
oksigen, air mudah bergerak dari satu kompartemen sel ke komparatemen
sel lainnya, dari satu sistem tubuh ke sistem lainnya. Air merupakan media
transportasi yang efektif. Dalam sistem pernapasan, air membantu
transportasi oksgien ke seluruh tubuh.
6. Detoksifikasi
Tubuh menghasilkan berbagai sisa metabolisme yang tidak diperlukan
termasuk toksin. Berbagai sisa metabolisme itu dikeluarkan melalui saluran
kemih, saluran cerna, saluran nafas dan kulit, yang memerlukan media,
yaitu air.
Menurut Herliawati (2012), urin terdiri dari air dengan bahan terlarut
berupa sisa metabolisme (seperti urea), garam terlarut, dan materi organik.
Fungsi utama urin adalah untuk membuang zat sisa seperti racun atau obat-
obatan dari dalam tubuh. Penggunaan multiple dipstick urin untuk 10
pemeriksaan, yaitu :
1. Bilirubin. Keberadaan bilirubin di dalam air seni menunjukkan adanya
infeksi hati / liver (hepatitis).
2. Blood/Darah. Keberadaan darah di dalam urine menunjukkan adanya
infeksi atau perdarahan pada ginjal, kandung kencing dan saluran kemih.
3. Glukosa. Keberadaan zat ini di dalam urine menunjukkan penyakit
kencing manis (diabetes melitus).
4. Ketone. Keberadaan zat ini membantu dokter untuk menentukan tingkat /
stadium dari beberapa penyakit dan gangguan kesehatan.
5. Leucocytes/Sel darah putih. Keberadaan sel darah putih di dalam urine
menunjukkan adanya infeksi di dalam ginjal, kandung kemih atau saluran
air kemih.
6. Nitrite. Keberadaan zat ini di dalam urine membantu dokter dalam
menganalisa kesehatan anda.
7. pH. Angka yang menunjukkan derajat keasaman urine anda.
Penyimpangan dari angka normal menunjukkan adanya perubahan kondisi
darah akibat pengaruh tertentu.
8. Protein. Keberadaan sedikit protein di dalam urine dapat disebabkan
karena suatu infeksi atau perdarahan di dalam ginjal, kandung kemih atau
saluran air kemih, tetapi kalau kehadiran protein dalam jumlah besar
menunjukkan adanya penyakit ginjal.
9. Specific Gravity/BD. Angka yang menunjukkan BD urine anda.
Penyimpangan dari angka normal menunjukkan adanya perubahan kondisi
urin akibat pengaruh tertentu. BD urin juga dapat menunjukkan adanya
penyakit diabetes insipidus.
10. Urobilinogen. Dalam keadaan normal zat ini ada di dalam urine.

D. Proses Pembentukan Urin


Glomerulus berfungsi sebagai ultrafiltrasi pada simpai Bowman, berfungsi
untuk penampung hasil filtrasi dari glomelurus. Pada tubulus ginjal akan
terjadi penyerapan kembali zat-zat yang sudah di saring pada glomerulus, sisa
cairan akan diteruskan ke piala ginjal terus berlanjut ke ureter. Urine berasal
dari darah yang dibawa arteri renalis masuk ke dalam ginjal, darah ini terdiri
dari bagian yang padat yaitu sel darah dan bagian plasma darah.
Menurut Poedjiadi (1994), ada tiga tahapan dalam pembentukan urine
yaitu sebagai berikut;
1. Proses Filtasi
Tejadi di glomerulus, proses ini terjadi karena permukaan aferen lebih
besar dari permukaan deferen maka terjadi penyerapan darah. Sedangkan
sebagian yang tersaring adalah bagian cairan darah kecuali protein. Cairan
yang tersaring ditampung oleh simpai Bowman yang terdiri dari glukosa,
air, natrium, klorida, sulfat, bikarbonat dll, yang diteruskan ke tubulus
ginjal.
2. Proses reabsorpsi
Pada proses ini terjadi penyerapan kembali sebagian glukosa,
natrium, klorida, fosfat, dan ion bikarbonat. Prosesnya terjadi secara pasif
yang dikenal dengan obligator reabsorpsi terjadi pada tubulus atas.
Sedangkan pada tubulus ginjal dibagian bawah terjadi kembali penyerapan
natrium dan ion bikarbonat. Bila diperlukan akan diserap kembali ke
dalam tubulus bagian bawah. Penyerapannya terjadi secara aktif dikenal
dengan reabsorpsi fakultatif dan sisanya dialirkan pada papila renalis.
3. Proses sekresi
Sisinya penyerapan urine kembali yang terjadi pada tubulus dan
diteruskan ke piala ginjal selanjutnya diteruskan ke ureter masuk ke vesika
urinaria.
Menurut (Santoso, 2011), adapun proses pembentukan urin yaitu
meliputi
1. filtrasi glomeruler
2. reabsopsi tubuler, dan
3. sekresi tubuler.
Menurut (Santoso, 2011), adapun ekskresi oleh ginjal memiliki
peranan untuk
1. Memelihara keseimbangan air
2. Memelihara keseimbangan elektrolit
3. Memelihara pH darah
4. Mengeluarkan sisa-sisa limbah metabolisme yang merupakan racun
bagi tubuh organism

E. Uretra
Menurut Santoso (2011), uretra merupakan tabung yang mengalirkan
urin dari kandung kemih keluar tubuh;
1. Uretra pria terdiri atas 4 bagian yaitu: pars prostatika, pars membranasea,
pars bulbaris, dan pars pendulosa.
2. Uretra wanita merupakan tabung yang panjangnya 4 – 5 cm, dibatasi oleh
epitel berlapis gepeng dengan daerah-daerah dengan epitel toraks berlapis
semu. Bagian tengah uretra wanita dikelilingi oleh sfinkter eksternus yang
terdiri atas otot lurik volunter.

F. Protein
Protein adalah suatu polipeptida yang mempunyai bobot molekul yang
sangat bervariasi, dari 5000 hingga lebih dari satu juta. Di samping berat
molekul yang berbeda-beda, protein mempunyai sifat yang berbeda-beda pula.
Ada protein yang udah larut dalam air, tetapi ada juga yang sukar larut dalam
air. Rambut dan kuku adalah satu protein yang tidak larut dalam air dan tidak
mudah bereaksi, sedangkan protein yang terdapat dala bagian putih telur
mudah larut dalam air dan mudah bereaksi. Ada empat tingkat struktur dasar
protein, yaitu struktur primer, sekunder, tersier dan kuaterner. Struktur primer
menunjukkan jumlah, jenis dan urutan asam amino dan molekul protein. Oleh
karena ikatan antarsam amino ialah ikatan peptida, maka struktur primer
protein juga menunjukkan ikatan peptida yang urutannya diketahui.
Menurut Poedjiadi (1994), untuk mengetahui jumlah, jenis, dan urutan
asam amino dala protein dilakukan analisis yang terdiri dari beberapa tahap
yaitu;
1. Penentuan julah rantai polipeptida yang berdiri sendiri.
2. Pemecahan ikatan antara rantai polipeptida tersebut.
3. Pemecahan masing-masing rantai polipeptida, dan
4. Analisis urutan asam amino pada rantai polipeptida.

G. Penggolongan Karbohidrat
Menurut Poedjiadi (1994), berbagai senyawa yang termasuk kelompok
karbohidrat mempunyai molekul yang berbeda-beda ukurannya, yaitu dari
senyawa yang sederhana yang mempunyai berat molekul 90 hingga senyawa
yang mempunyai berat molekul 500.000 bahkan lebih. Berbagai senyawa itu
dibagi dalam tiga golongan, yaitu golongan monosakarida, golongan
oligosakarida dan golongan polisakarida;
1. Monosakarida
Monosakarida ialah karbohidrat yang sederhana, dalam arti
molekulnya hanya terdiri atas beberapa atom karbon saja dan tidak dapat
diuraikan dengan cara hidrolisis dalam kondisi lunak menjadi
kartetrosbohidrat lain. Monosakarida yang paling sederhana ialah
gliseraldehida dan dihidroksiaseton. Gliseraldehida dapat disebut
aldotriosa karena terdiri atas tiga atom karbon dan mempunyai gugus
aldehida. Dihidroksiaseton dinamakan ketotriosa karena terdiri atas tiga
atom karbon dan mempunyai gugus keton. Monosakarida yang terdiri atas
empat atom karbon disebut tetrosa dengan rumus C4 H8 O4 . Eritrosa
adalah contoh aldotetrosa dan eritrulosa adalah suatu ketotetrosa.
Menurut Poedjiadi (1994), untuk mengenal monosakarida lebih
lanjut, berikut ini akan dibahas beberapa monosakarida yang penting.
a. Glukosa
Glukosa adalah suatu aldoheksona dan sering disebut dekstrosa
karena mempunyai sifat dapat memutar cahaya terpolarisasi ke arah
kanan. Di alam, glukosa terdapat dalam buah-buahan dan madu lebah.
Darah manusia normal mengandung glukosa dala jumlah atau
kosentrasi yang tetap, yaitu antara 70-100 mg tiap 100 ml darah.
Glukosa darah ini dapat bertambah setelah kita makan-makanan sumber
karbohidrat. Julah glukosa darah akan kembali pada keadaan semula.
Pada orang yang menderita diabetes mellitus atau kecing manis,
jumlah glukosa darah lebih besar dari 130 mg per 100 l darah.
Dalam alam glukosa dihasilkan dari reaksi antara karbondioksida
dan air dengan bantuan sinar matahari dan klorofil dalam daun. Proses
ini disebut fotosintesis dan glukosa yang terbentuk terus digunakan
untuk pembentukan amilum atau selulosa.
Sinar matahari
6 CO2 + 6 H2O C6H12O6 + 6 O2
Klorofil

Amilum terbentuk dari glukosa dengan jalah penggabungan


molekul-molekul glukosa yang membentuk rantai lurus maupun
bercabang dengan melepaskan molekul air.
C6H12O6 (C6H10 O5)n + n H2O
glukosa amilum
(n = bilangan yang besar)
b. Fruktosa
Fruktosa adalah suatu ketohektosa yang mempunyai sifat memutar
cahaya terpolarisasi ke kiri dan karenanya disebut juga levulosa. Pada
umumnya monosakarida dan disakarida mempunyai rasa manis.
Fruktosa mempunyai rasa lebih manis daripada glukosa, juga lebih
manis daripada gula tebu atau sukrosa. Fruktosa dapat dibedakan dari
glukosa dengan pereaksi Seliwanoff, yaitu larutan resorsinol (1,3
dihidroksi-benzena) dalam asam HCl. Dengan pereaksi ini mula-mula
fruktosa diubah menjadi hidroksimetilfurfural yang selanjtnya kekanan
dan mempunyai rotasi spesifik. Dengan iodium glikogen menghasilkan
warna merah. Struktur glikogen berupa dengan struktur amilopektin
yaitu merupakan rantai glukosa yang mempunyai cabang.
c. Selulosa
Selulosa terdapat dalam tumbuhan sebagai bahan pembentuk
dinding sel. Serat kapas boleh dikatakan seluruhnya adalah selusosa.
Dalam tubuh kita selulosa tidak dapat dicernakan karena kita tidak
mempunyai enzim yang dapat menguraikan selulosa. Dengan asam
encer tidak dapat terhidrolisis, tetapi oleh asam dengan konsentrasi
tinggi dapat terhidrolisis menjadi selobiosa dan D-glukosa. Selobiosa
adalah suatu disakarida yang terdiri atas du molekul glukosa yang
berikatan glikosidik antara atom karbon. Meskipun selusosa tidak dapat
digunakan sebagai serat-serat tumbuhan, sayuran atau buah-buahan,
berguna untuk memperlancar percernaan makanan. Adanya serat-serat
dalam saluran pencernaan gerak peristaltik ditingkatkan dan dengan
demikian memperlancar proses pncernaan dan dapat mencegah
konstipasi.
d. Mukopolisakarida
Mukopolisakarida adalah suatu heteropolisakarida, yaitu
polisakarida yang terdiri atas dua jenis devirat monosakarida. Devirat
monosakarida yang membentuk mukopolisakarida tersebut ialah gula
amino dan asam uronat. Herapin, suatu senyawa yang berfungsi
sebagai antikoagulan darah, adalah suatu mukopolisakarida.

H. Sifat Mereduksi
Monosakasi dan beberapa disakarida mempunyai sifat dapat mereduksi,
terutama dalam suasana basa. Sifat sebagai reduktor ini dapat digunakan untuk
keperluan identifikasi karbohidrat maupun analisis kuantitatif. Sifat mereduksi
ini disebabkan oleh adanya gugus aldehida atau keton bebas dalam molekul
karbohidrat. Sifat ini tampak pada reaksi reduksi ion-ion logam misalnya ion
Cu++ dan ion Ag+ yang terdapat pada pereaksi-pereaksi tertentu (Poedjiadi
1994).
Menurut Poedjiadi (1994), beberapa contoh dari pereaksi-periasi diberikan
berikut ini;
1. Pereaksi Fehling
Pereaksi ini dapat direduksi selain oleh karbohidrat yang mempunyai
sifat mereduksi, juga dapat direduksi oleh reduktor lain. Pereaksi Fehling
terdiri atas dua larutan, yaitu larutan Fehling A dan larutan Fehling B.
Larutan Fehling A adalah larutan CuSO4 dalam air, sedangkan larutan
Fehling adalah larutan garam Knatartrat dan NaOH dalam air. Kedua
macam larutan ini disimpan terpisah dan baru dicampur menjelang
digunakan untuk memeriksa suatu karbohidrat. Dalam perekasi ini ion
Cu++ direduksi menjadi ion Cu+ yang dalam suasana basa akan siendapkan
sebagai Cu2O.
2 Cu+ + 2 OH- Cu2O + H2O
endapan
Dengan larutan glukosa 1%, pereaksi Fehling menghasilkan endapan
bewarna merah bata, sedangkan apabila digunakan larutan yang lebih
encer misalnya larutan glukosa 0,1%, endapan yang terjadi bewarna hijau
kekuningan.
2. Pereaksi Benedict
Pereaksi ini berupa larutan yang mengandung kuprisulfat,
natriumkarbonat dan natriumsitrat. Glukosa dapat mereduksi ion Cu++
darin kuprisulfat menjadi ion Cu+ yang kemudian mengendapan sebagai
Cu2O. Adanya natriumkarbonat dan natriumsitrat membuat pereaksi
Benedict bersifat basa lemah. Endapan yang terbentuk dapat bewarna
hijau, kuning, atau merah bata. Warna endapan ini tergantung pada
konsentrasi karbohidrat yang diperiksa. Pereaksi Benedict lebih banyak
digunakan untuk pemeriksaan glukosa dalam urine daripada pereaksi
Fehling karena beberapa alasan. Apabila dalam urine terdapat asam urat
atau kreatinin, kedua senyawa ini dapat mereduksi pereaksi Fehling, tetapi
tidak dapat mereduksi pereaksi Benedict lebih peka daripada pereaksi
Fehling. Penggunaan pereaksi Benedict juga lebih mudah karena hanya
terdiri atas satu macam larutan, sedangkan pereaksi Fehling terdiri atas dua
macam larutan.
3. Pereaksi Barfoed
Pereaksi ini terdiri atas larutan kupriasetat dan asam asetat dalam air,
dan digunakan untuk membedakan anatara monosakarida dengan
disakarida. Monosakarida dapat mereduksi lebih cepat daripada
disakarida. Jadi Cu2O terbentuk lebih cepat oleh monosakarida daripada
oleh disakarida, dengan anggapan bahwa konsentrasi monosakarida dan
disakarida dalam larutan tidak berbeda banyak. Tauber dan Kleiner
membuat modifikasi atas pereaksi ini, yaitu dengan jalan mengganti asam
asetat dengan asam laktat dan ion Cu+ yang dihasilkan direaksikan dengan
pereaksi warna fosfomolicdat hingga menghasilkan warna biru yang
menunjukkan adanya monosakarida. Disakarida dengan konsentrasi
rendah tidak memberikan hasil positif. Perbedaan anatra pereaksi Barfoed
dengan pereaksi Fehling atau Benedict ialah bahwa pereaksi Barfeod
digunakan suasana asam.
4. Pembentukan Fustal
Dalam larutan asam yang encer, walaupun dipanaskan,
monosakarida umumnya stabil. Tetapi apabila dipanaskan dengan asam
kuat yang pekat, monosakarida menghasilkan furfural atau derivatnya.
Reaksi pembentukan furfural ini adalah reaksi dehidrasi atau pelepasan
molekul air dari suatu senyawa. Pentosa-pentosa hampir secara kuantitatif
semua terdehidrasi menjadi furfural. Dengan dehidrasi heksosa-heksosa
menghasilkan hidroksimetilfurfural. Oleh karena furfural atau deviratnya
dapat membentuk senyawa yang berwarna apabila direaksi dengan naftol
atau btimol, reaksi ini dapat dijadikan reaksi pengenal untuk karbohidrat.

I. Glukosa dan Diabetes


Glukosa merupakan kelompok senyawa karbohidrat sederhana atau
monosakarida. Di alam, glukosa terdapat dalam buah-buahan dan madu lebah.
Glukosa berfungsi sebagai sumber energy untuk sel-sel otak, sel saraf, dan sel
darah merah. Darah manusia normal mengandung glukosa dalam jumlah atau
konsentrasi yang tetap, yaitu antara 70-100 mg tiap 100 ml darah. Glukosa
darah ini dapat bertambah setelah kita makan makanan sumber karbohidrat,
namun setelah kira-kira 2 jam setelah makan, jumlah darah akan kembali
seperti semula. Pada orang yang menderita diabetes melitus, jumlah glukosa
darah lebih besar dari 130 mg/100 ml darah (Tamridho, 2010).
Agar dapat berfungsi secara optimal, tubuh hendaknya dapat
mempertahankan konsentrasi darah gula (dalam bentuk glukosa) dalam batas-
batas tertentu, yaitu 70-120 mg/ml dalam keadaan puasa. Bila gula darah naik
di atas 170 mg/100ml, gula akan dikeluarkan melalui urine. Sebaliknya bila
gula darah turun hingga 40-50 mg/ml, kita akan merasa gugup, pusing, lemas
dan lapar. Gula darah terlalu tinggi disebut hiperglikemia dan bila terlalu
rendah disebut hipoglikemia. Hiperglikemia dalam jangka panjang dapat
menyebabkan masalah-masalah kesehatan yang berkepanjangan pula yang
berkaitan dengan diabetes, termasuk kerusakan pada mata, ginjal, dan saraf.
Beberapa macam hormon terlibat dalam pengaturan darah ini, salah satunya
hormon insulin (Tamridho, 2010).
Tingkat gula darah dalam tubuh diatur oleh pankreas dengan cara
memproduksi hormon insulin. Insulin bertanggung jawab untuk mengontrol
kadar gula dalam darah dan juga untuk memproses karbohidrat, lemak, dan
protein menjadi energi yang diperlukan tubuh manusia. Diabetes terjadi jika
tubuh tidak menghasilkan insulin yang cukup untuk mempertahankan kadar
gula darah yang normal atau jika sel tidak memberikan respon yang tepat
terhadap insulin (Tamridho, 2010).

J. Uji Urinalysis
Urine analysis (analisa terhadap kandungan urin) merupakan salah satu
tes klinis yang paling sering dilakukan pada dunia pediatri. Hal ini didasari
pada kemudahan pengumpulan urin dan kesederhanaan prosedur tes yang harus
dilakukan. Tes urin dapat digunakan untuk mendeteksi beberapa gangguan
kesehatan. Deteksi ini dilakukan dengan menganalisa kandungan kimia yang
terdapat pada urin. Beberapa kandungan kimia yang umum dianalisa adalah
kandungan darah, protein, glukosa, leukosit esterase, nitrit, dan β-HCG.
Beberapa kandungan lain juga dianalisa namun jarang dilakukan adalah
kandungan keton, urobilin, bilirubin, berat jenis, dan pH (Barrat, 2007). Pada
uji urinalysis menggunakan reagent strips, sepuluh kandungan urin yang
terdeteksi antara lain: berat jenis, pH, leukosit, hemoglobin, nitrit, keton,
bilirubin, urobilinogen, protein, dan glukosa. Warna yang dihasilkan oleh
dipstick akan dibandingkan dengan urin chart sehingga dapat diperoleh
estimasi nilai dari masing-masing warna (Ginardi, 2013).
Beberapa manfaat urinalysis adalah dapat digunakan untuk mengetahui
adanya potensi gangguan hati, diabetes mellitus, infeksi pada ginjal atau
saluran kemih. Infeksi saluran kemih adalah infeksi yang terjadi di sepanjang
jalan saluran kemih, termasuk ginjal itu sendiri akibat proliferasi suatu
mikroorganisme. Untuk menyatakan adanya infeksi saluran kemih harus
ditemukan bakteri di dalam urin. Suatu infeksi dapat dikatakan jika terdapat
100.000 atau lebih bakteri/ml urin, namun jika hanya terdapat 10.000 atau
kurang bakteri/ml urin, hal itu menunjukkan bahwa adanya kontaminasi
bakteri.Bakteriuria bermakna yang disertai gejala pada saluran kemih disebut
bakteriuria bergejala. Sedangkan yang tanpa gejala disebut bakteriuria tanpa
gejala (Ginardi, 2013).
Dalam pemeriksaan laboratorium, pasien yang berpotensi mengidap ISK
dapat dilihat dari hasil urinalisis yang meliputi “Leukosuria” (ditemukannya
leukosit dalam urin) dimana dinyatakan positif jika terdapat 5 atau lebih
leukosit (sel darah putih) per lapangan pandang dalam sedimen urin dan
“Hematuria” (ditemukannya eritrosit dalam urin) yakni petunjuk adanya infeksi
saluran kemih jika ditemukan eritrosit (sel darah merah) 5-10 per lapangan
pandang sedimen urin (Ginardi, 2013).
Hematuria bisa juga karena adanya kelainan atau penyakit lain, misalnya
batu ginjal dan penyakit ginjal lainnya. Di sisi lain, dengan memanfaatkan uji
makroskopis, pasien mendapatkan informasi ada tidaknya kandungan zat pada
urin. Pada urin pasien yang mengandung nitrit berindikasi mengidap penyakit
ISK. Hal ini disebabkan adanya nitrit merupakan hasil perubahan asam nitrat
oleh bakteri. Dengan demikian potensi mengidap ISK dapat diteliti dari ada
atau tidaknya kandungan nitrit pada urin pasien (Ginardi, 2013).
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat


Pelaksanaan praktikum ini dilaksanakan pada hari Jumat, 18 Desember
2015 pukul 10.00-12.00 WIB. Di Laboratorium Biologi Fakultas Tarbiyah dan
Pendidikan Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang.

B. Alat dan Bahan


1. Alat
a. Tabung reaksi
b. Rak tabung reaksi
c. Pipet tetes
d. Gelas ukur
e. Bunsen
f. pH meter
2. Bahan
a. Reagen benedict
b. Reagen biuret
c. Urin spiritus

C. Cara Kerja
1. Test Benedict
a. Masukkan 1,5 ml lauratan Benedict ke dalam tabung reaksi
b. Tambahkan 4 tetes urin
c. Capumrkan dan didihkan selama 2 menit atau masukkan ke dalam
penangas air mendidih selama 5 menit.
d. Perhatikan perubahan warna dari campuran tersebut.
2. Tes Biuret
a. Isi tabung reaksi dengan 1 ml urin dan tambahkan 1 ml KOH 0,1 M
b. Kocok sampai homogen lalu tambahkan 1 tetes CuSO4
c. Campurkan dan didihkan selama 2 menit atau masukkan ke dalam
penangas air mendidih selama 5 menit
d. Perhatian perubahan warna dari capuran tersebut.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
Tabel 1. Pengujian Kadar Glukosa Pada Urin Menggunakan Larutan Benedict
nn Warna Urin
No Nama Sebelum Sesudah PH Endapan
1 Laki-Laki Jingga Orange
(Kebiruan) (1-2%) 11 Tidak
Ada
2 Perempuan Jingga Orange
(Kebiruan) (1-2%) 11 ada
3 Diabetes Jingga Kuning
(Kebiruan) (0,5-1,0%) 12 Tidak
Ada
Tabel 2. Pengujian Kadar Protein Pada Urin Menggunakan Larutan Biuret
nn Warna Urin
No Nama Sebelum Sesudah PH Endapan
1 Laki-Laki Biru
Ke unguan Coklat 13 Ada
2 Perempuan Biru
Ke unguan Coklat 14 ada
3 Diabetes Biru
Ke unguan Hijau 14 Ada

B. Pembahasan
Dari hasil praktikum untuk penentuan kadar glukosa pada urin, yang
pertama uji dengan laki-laki sebelum di panaskan berwarna jingga
menunjukkan bahwa urin mengandung glukosa dan setelah di panaskan dalam
waktu 5 mennit warna berubah menjadi orange menunjukkan bahwa glukosa
abnormal (1-2 %) dan tidak terdapat endapan, seharusnya terjadi endapan
apabila mengandung glukosa. Pada urin yang kedua uji kadar glukosa urin
perempuan warna sebelum di panaskan berwarna jingga ke biru-biruan
mengindeksi bahwa urin mengandung glukosa setelah di panaskan warna
berubah menjadi orange (1-2%) berarti glukosa abnormal dan ph urin sebesar
11 berarti bersifat basa dan terdapat endapan di lapisan bagian bawah. Urin
selanjutnya orang diabetes untuk menentuan kadar glukosa dengan uji larutan
benedict secara kasat mata warna sempel urin sangat bening tidak
menunjukkan bahwa orang terjangkit diabetes, warna urin bening
menunjukkan orang tersebut sangat cukup minum air. setelah diuji dengan
larutan benedict warna yang dihasilkan berwarna jingga kebiru-biruan dan
setelah dipanaskan warna berubah menjadi kuning menunjukkan kadar glukosa
normal (0.5-1.0 %) dengan pH urin basa yaitu 12 dan tidak terdapat endapan.
Menurut Poedjiadi (1994), pereaksi ini berupa larutan yang mengandung
kuprisulfat, natriumkarbonat dan natriumsitrat. Glukosa dapat mereduksi ion
Cu++ darin kuprisulfat menjadi ion Cu+ yang kemudian mengendapan sebagai
Cu2O. Adanya natriumkarbonat dan natriumsitrat membuat pereaksi Benedict
bersifat basa lemah. Endapan yang terbentuk dapat bewarna hijau, kuning, atau
merah bata. Warna endapan ini tergantung pada konsentrasi karbohidrat yang
diperiksa. Pereaksi Benedict lebih banyak digunakan untuk pemeriksaan
glukosa dalam urin daripada pereaksi Fehling karena beberapa alasan. Apabila
dalam urin terdapat asam urat atau kreatinin, kedua senyawa ini dapat
mereduksi pereaksi Fehling, tetapi tidak dapat mereduksi pereaksi Benedict
lebih peka daripada pereaksi Fehling. Penggunaan pereaksi Benedict juga lebih
mudah karena hanya terdiri atas satu macam larutan, sedangkan pereaksi
Fehling terdiri atas dua macam larutan.
Menurut Wijaya (2014), sangat penting untuk memperhatikan warna air
kemih yang tidak biasa (abnormal). Adanya darah segar atau hemoglobin dapat
menyebabkan warna kemerahan, sedangkan darah yang sudah lama menyebabkan
warna yang keruh pada air kemih; keduanya menjadi petunjuk terjadinya
pendarahan pada saluran urogenitalia. Pigmen empedu mengakibatkan air kemih
berwarna kehijauan, coklat, atau kuning tua yang menandakan gangguan fungsi
hati atau saluran empedu. Air kemih yang berwarna coklat tua dapat disebabkan
oleh adanya asam homogentisat yang diproduksi oleh penderita penyakit genetis
langka, yaitu alkaptonuria. Obat-obatan atau zat pewarna tertentu mungkin saja
mengubah warna urin.
Selanjutnya pengujian kadar protein dengan menggunakan larutan biuret
urin pertama dari laki-laki sebelum dipanaskan atau setelah di homogenkan
dengan larutan biuret berwarna biru ke unguan menandakan bahwa terdapat
protein di dalam urin tersebut. Setelah di panaskan larutan warna berubah
menjadi coklat pekat dengan pH 13 yang menunjukkan sangat basa dan
terdapat endapan. Warna coklat biasanya menunjukkan bahwa di dalam urin
tersebut terkandung zat kimia yang di hasilkan dari konsumsi obat-obatan. Urin
selanjutnya perempuan warna sebelum di panaskan sama berwarna biru ke
unguan menandakan terkandung protein dan setelah di panaskan berwarna
coklat dengan pH 14 sangat basa terdapat endapan. Urin diabetes dengan warna
sebelumnya dalah biru ke unguan menandakan terdapat protein dalam urin dan
warna setelah di panaskan berwarna hijau menunjukkan protein rendah
(normal) dengan skala (< 0,5 %) dan pH urin sangat basa yaitu 14 terdapat
suatu endapan sebagai bukti untuk mengetahui adanya kandungan protein.
Menurut Tamridho (2010), glukosa merupakan kelompok senyawa
karbohidrat sederhana atau monosakarida. Di alam, glukosa terdapat dalam
buah-buahan dan madu lebah. Glukosa berfungsi sebagai sumber energi untuk
sel-sel otak, sel saraf, dan sel darah merah. Darah manusia normal mengandung
glukosa dalam jumlah atau konsentrasi yang tetap, yaitu antara 70-100 mg tiap
100 ml darah. Glukosa darah ini dapat bertambah setelah kita makan makanan
sumber karbohidrat, namun setelah kira-kira 2 jam setelah makan, jumlah
darah akan kembali seperti semula. Pada orang yang menderita diabetes
melitus, jumlah glukosa darah lebih besar dari 130 mg/100 ml darah.
Dari semua data di atas tidak semua urin yang mengalami pH norma
semuanya bersifat basa. Urin manusia mempunyai pH fisiologis berkisar antara
4,6 hingga 8,0 dengan rerata sekitar 6,0. Kelaparan dan ketosis meningkatkan
keasaman urin. Sangat tidak lazim urin bersifat basa, kecuali pada kondisi tertentu
seperti alkalosis, terlalu banyak mengkonsumsi senyawa basa seperti obat untuk
penderita tukak lambung, atau adanya bakteri dalam urin yang menghasilkan
amonia. Penentuan pH dapat dilakukan dengan kertas celup yang mengandung
indikator asam atau basa atau kertas indikator pH komersil.
Dan indicator untuk menentukan glukosa normal yaitu warna hijau/ kuning
kehijauan (<0.5 %) dan warna kuning (0,5 – 1,0 %) sedangkan batas abnormal
yaitu berwarna jingga/orange (1-2 %) dan merah bata ( > 2%).
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa urin yang mengandung
glukosa mempunyai endapan dan berwarna jingga atau merah bata dengan
indicator untuk glukosa yaitu warna hijau atau kuning ( < 0,5 %) dan warna
kuning ( 0,5- 1,0 % ) merupakan batas normal sedangkan batas abnormal
berwarna jingga/orane (1-2 %) dan merah bata (> 2 %) dan untuk mengetahui
kadar glukosa tersebut dapat digunakan uji larutan benedict dan apabila uji
untuk menentukan kadar protein dengan biuret jika terdapat endapan dan
berwarna ungu berarti terdapat protein di dalam urin tersebut.

B. Saran
Dalam praktikum ini terdapat kesalahan dalam pengambilan sempel urin
diabetes, sempel urin diabetes, seharusnya sempel yang di ambil memang
sempel orang yang terjangkit diabetes melitus bukan sempel orang yang telah
sembuh diabetes. Dan untuk asisten hendaknya mempertegas lagi untuk
praktikum berikutnya bahwa harus ditekankan lagi mengenai sempel orang
diabetes agar praktikan tau mengenai kandungan yang terdapat pada urin
orang diabetes.

Anda mungkin juga menyukai