PROPOSAL SKRIPSI
OLEH
DENIK RIKASARI
NIM 160311604672
Kami panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat, taufik, hidayah, serta inayah-Nya kepada kita semua,
sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal dengan judul Pengembangan
Perangkat Pembelajaran Berbasis Guided Discovery Learning (Penemuan
Terbimbing) Materi Garis dan Sudut untuk Siswa Kelas VII.
Proposal ini telah kami susun atas bantuan dari berbagai pihak sehingga
proposal ini bisa selesai dengan tepat waktu. Kami menyadari, proposal yang kami
buat jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangan. Oleh sebab itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca, guna menghasilkan
proposal yang lebih baik
Kami berharap proposal yang kami susun bisa memberikan manfaat dan
inspirasi bagi pembaca.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
2
lama dan akan mampu menggunakan konsep terseut ke dalam konteks yang lain
(Hudojo, 2005:72).
3
Berdasarkan paparan diatas, pengembang berusaha mengembangkan
perangkat pembelajaran berbasis Guided Discovery berupa RPP dan LKS.
Perangkat pembelajaran ini difokuskan pada materi garis dan sudut untuk siswa
kelas VII dan disesuaikan dalam kurikulum 2013. Oleh karena itu, judul yang
diangkat adalah “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berbasis Guided
Discovery Learning (Penemuan Terbimbing) Materi Garis dan Sudut untuk Siswa
Kelas VII”.
B. Tujuan Pengembangan
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengembangkan
perangkat pembelajaran berbasis guided discovery learning (penemuan terbimbing)
materi garis dan sudut untuk siswa kelas VII yang valid, praktis, dan efektif.
4
Sebagai media pembelajaran agar dapat memahami konsep dengan lebih baik.
2. Bagi guru
Sebagai salah satu rujukan pembuatan perangkat pembelajaran yang akan
digunakan dalam pembelajaran khususnya materi kubus dan balok.
3. Bagi dunia pendidikan
Perangkat pembelajaran ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi
bahan pengembangan lebih lanjut dalam pembuatan perangkat pembelajaran
di masa mendatang dan hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi
perkembangan pendidikan matematika.
E. Keterbatasan Pengembangan
Adapun keterbatasan dalam penelitian dan pengembangan ini adalah
materi pembelajaran yang tebatas pada materi garis dan sudut kelas VII dengan
kompetensi dasar yaitu menganalisis hubungan antar sudut sebagai akibat dari dua
garis sejajar yang dipotong oleh garis transversal.
F. Definisi Operasional
Untuk menghindari kesalahpahaman terhadap penafsiran penulisan
pengembangan perangkat pembelajaran bercirikan penemuan terbimbing ini,
pengembang mendefinisikan bebrapa istilah yang digunakan sebagai berikut.
1. Pembelajaran penemuan terbimbing adalah pembelajaran yang pelaksanaan
pembelajarannya memberikan siswa utnuk terlibatb aktif dalam menemukan
sendiri suatu konsep berdasarkan bimbingan guru berupa pertanyaan-
pertanyaan atau langkah-langkah yang mengarahkan.
2. Perangkat pembelajaran adalah segala sesuatu yang digunakan oleh guru
untuk menunjang penyelenggaraan dan pengelolaan suatu kegiatan
pembelajaran untuk siswa. Dalam penelitian ini, perangkat yang
dikembangkan berupa RPP dan LKS.
3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana guru untuk
melakukan tindakan yang akan dilakukan dalam kegiatan pembelajaran
mencapai suatu tujuan pemeblajaran dengan mengacu pada kompetensi dasar
5
dans ilabus serta penyusunannya berpedoman pada Permendikbud 81A tahun
2013 dan tahapan penemuan terbimbing.
4. Lembar Kegiatan Siswa (LKS) adalah salah satu bahan ajar cetak yang harus
dikerjakan siswa dengan mengikuti langkah-langkah atau petunjuk yang telah
dirancang. LKS disusun berdasarkan pada LKS dari Depdiknas dan memuat
tahapan penemuan terbimbing.
5. Pengembangan perangkat pembelajaran berbasis guided discovery learning
adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan untuk membuat perangkat
pembelajaran berupa RPP dan LKS yang valid, praktis, dan efektif.
6. Hasil evaluasi belajar merupakan nilai yang ditentukan berdasarkan hasil
aktivitas siswa dalam pembelajaran, yaitu aktivitas penemuan terbimbing
yang terdapat pada LKS dan hasil tes pada materi volume prisma dan limas.
7. Hasil pengembangan perangkat pembelajaran dikatakan valid apabila
perangkat pembelajaran yang dikembangkan didasarkan pada teori yang kuat
dan semua komponen secara konsisten dapat dihubungkan satu dengan yang
lainnya. Validitas perangkat pembelajaran ditunjukkan dengan rata-rata
keseluruhan berada pada kategori minimal valid.
8. Hasil pengembangan perangkat pembelajaran dikatakan praktis apabila
perangkat pembelajaran yang dikembangkan secara nyata di lapangan dapat
digunakan oleh guru dan siswa dengan mudah dapat mengikuti kegiatan
pembelajaran. Kepraktisan perangkat pembelajaran ditunjukkan dengan hasil
uji kepraktisan berada pada kategori minimal praktis yaitu keaktifan guru
minimal tinggi, keaktifan siswa minimal tinggi, dan respon siswa positif..
9. Hasil pengembangan perangkat pembelajaran dikatakan efektif apabila
minimal 80% siswa di kelas uji coba hasil evaluasi belajarnya memenuhi
SKM (Standar Ketuntasan Minimal) yaitu lebih dari atau sama dengan 75.
6
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Perangkat Pembelajaran
Menurut KBBI (2016) perangkat adalah suatu alat perlengkapan sedangkan
pembelajaran merupakan proses menjadikan makhluk hidup belajar. Menurut Trianto
(2007:68) bahwa perangkat pembelajaran adalah sekumpulan perangkat yang digunakan
dalam mengelola proses belajar mengajar. Perangkat pembelajaran yang dimaksud dalam
pengembangan ini adalah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar
Kegiatan Siswa (LKS). Penjelasan-penjelasan, informasi dan uraian yang harus
dikerjakan guru dapat dituangkan di perangkat pembelajaran ini. Sehingga guru dapat
mengurangi kegiatannya menjelaskan pelajaran dan lebih banyak waktu untuk
membimbing siswa (Zulkarnain, 2009: 1).
7
Berdasarkan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 Tentang
Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah, komponen RPP
meliputi :
8
Berdasarkan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016, bahwa guru
wajib menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar mewujudkan
pembelajaran yang mampu memotivasi siswa untuk aktif. Selain itu,
pernyataan dari Shen (2007) menyatakan bahwa rencana pembelajaran
memberi guru kesempatan untuk lebih mendalami aspek pengetahuan
tentang materi pelajaran dan mengembangkan metode yang
memungkinkan siswa untuk memahami materi pelajaran. Dari uraian
tersebut, maka pengembangan RPP memiliki tujuan dan manfaat yang
baik untuk guru dalam melaksanakan pembelajaran sehingga mampu
mewujudkan pembelajaran yang aktif dan interaktif.
9
penilaian. Selain itu, menurut Depdiknas (2008) bahwa LKS paling tidak
memuat judul, KD, waktu penyelesaian, peralatan/bahan, informasi singkat,
langkah kerja, tugas yang harus dilakukan, dan laporan yang harus dikerjakan.
Dalam pengembangan LKS, ada beberapa aspek yang harus diperhatikan.
Menurut Prastowo (2011:216-224) langkah-langkah pengembangan tersebut
adalah:
1. Menentukan desain pengembangan LKS
Dalam mendesain LKS, ada beberapa batasan umum yang digunakan
dalam pengembangannya yaitu:
a. Ukuran
Ukuran perlu diperhatikan untuk mengetahui bagaimana ukuran yang
tepat agar dapat mengakomodasi kebutuhan pembelajaran yang telah
ditentukan.
b. Kepadatan halaman
Jika satu halaman LKS dipadati oleh banyak tulisan maka dapat
membuat siswa sulit memfokuskan perhatian. Sehingga dalam
penulisan LKS, kita perlu menurunkan tingkat kepadatan tulisan
tersebut.
c. Kejelasan
Kejelasan yang dimaksud adalah kejelasan materi dan langkah-
langkah pengerjaan supaya siswa dapat memahami dengan baik
langkah-langkah, sehingga diperoleh hasil kerja yang maksimal.
2. Langkah-langkah pengembangan LKS
Ada 4 langkah yang bisa dilakukan dalam mengembangkan LKS, yaitu
a. Menentukan tujuan pembelajaran LKS
Langkah ini ditandai dengan penentuan desain sesuai dengan tujuan
pembelajaran.
b. Pengumpulan materi
Langkah ini dapat ditentukan dengan menentukan materi dan tugas
yang akan dimuat dalam LKS sesuai dengan tujuan pembelajaran dari
berbagai sumber belajar.
c. Penyusunan elemen atau unsur-unsur
10
Langkah ini merupakan gabungan dari 2 langkah sebelumnya yaitu
desain LKS dan pengumpulan materi.
d. Pemeriksaan atau penyempurnaan
Sebelum diberikan kepada siswa, maka LKS yang dikembangkan
harus memenuhi 4 variabel yaitu kesesuaian desain dengan KD,
kesesuaian materi dengan tujuan pembelajaran, kesesuaian elemen
dengan tujuan pembelajaran, dan kejelasan penyampaian.
Dari pengembangan LKS tersebut, maka LKS dapat memberikan manfaat
bagi pembelajaran.
11
Menurut UT tahun 1997 (Dzarki, 2009) pembelajaran penemuan dibedakan
menjadi dua yakni penemuan murni (free discovery learning) dan penemuan
terbimbing (guided discovery learning). Pada metode penemuan murni
permasalahan yang akan ditemukan dan proses penemuan nantinya ditentukan
semua oleh siswa. Metode ini kurang tepat untuk siswa sekolah lanjutan atau
menengah, karena jika setiap konsep atau prinsip dalam materi harus ditemukan
dan dipelajari sendiri oleh siswa maka alokasi waktu untuk meguasai seluruh materi
tidak cukup atau kekurangan waktu. Bahkan pembelajaran hanya memakan waktu
yang lama dalam pelaksanannya dan juga menyebabkan siswa tidak
melaksanakannya karena tidak tahu cara penyelesaiannya dan menyebabkan
beberapa materi selanjutnya tidak dipelajari oleh siswa.
12
contoh-contoh topik spesifik yang diberi guru, siswa dibimbing untuk memahami
contoh tersebut dan dapat menyebutkan contoh lainnya.
13
(2008:195) bahwa melalui diskusi heterogen, dapat memberikan kesempatan ke
siswa untuk saling mengajar dan membantu, memudahkan pengelolaan kelas,
saling tukar-menukar informasi atau pendapat, memdiskusikan permasalahan
secara bersama-sama.
14
ditempatkan sebagai subjek yang belajar menempatkan guru sebagai fasilitator
yakni membimbing siswa saat siswa membutuhkan.
15
diupayakan memotivasi siswa untuk memiliki rasa ingin tahu agar siswa
mengetahuipermasalahan yang ada untuk melakukan penemuan konsep.
Permasalahan tersebut termuat dalam LKS yang telah disusun guru.
Pada tahap ini, siswa akan berdiskusi dengan teman sekelompok. Namun setiap
siswa di dalam kelompok tetap aktif mengembangkan ketrampilan berfikirnya
untuk memahami dan menemukan apa saja yang diketahui dari permasalahan
tersebut melalui observasi yang jelas hingga siswa dapat membuat kesimpulan
informasi dari permasalahan yang muncul.
2. Merumuskan masalah
Setelah siswa melakukan observasi dan menuliskan informasi yang
didapatkan dari permasalahan, siswa diminta untuk merumuskan masalah
tersebut. Rumusan masalah nantinya akan membawa siswa pada suatu
persoalan yang mengandung teka-teki. Menurut Sanjaya (2008: 192) bahwa
merumuskan masalah merupakan langkah yang membawa siswa pada suatu
persoalan yang mengandung teka-teki dimana rumusan masalah tersebut tentu
ada jawabannya dan siswa didorong untuk mencari jawaban yang tepat.
3. Mengajukan Hipotesis
Setelah membuat rumusan masalah, guru akan membimbing siswa untuk
mengajukan hipotesis terhadap masalah yang telah dirumuskannya. Menurut
Sanjaya (2008: 192) bahwa potensi berpikir itu dimulai dari kemampuan setiap
individu untuk menebak atau mengira-ngira (berhipotesis) dari suatu
permasalahan. Hipotesis yang dibuat siswa adalh berupa dugaan jawaban yang
sementara dimana jawaban tersebut harus diuji kebenaranya.
16
Menurut Jafarudin (Fitriana, 2008: 14) siswa menuliskan prediksi
jawaban pada LKS berdasarkan hasil diskusi kelompok siswa. Hipotesis yang
dibuat merupakan dugaan jawaban yang bersifat sementara. Hipotesis
dijadikan sebagai jawaban sementara dan perlu diuji kebenarannya. Guru tetap
menekankan ke siswa bahwa pada tahap ini, jawaban yang dibuat bukanlah
jawaban yang sudah diketahui kebenarannya sehingga guru mengajak siswa
untuk membuktikan hipotesis yang dibuat.
5. Melaksanakan eksperimen
Setelah merencanakan pemecahan masalah, siswa akan menguji
kebenaran jawaban sementara tersebut melalui percobaan. Dugaan jawaban ini
tentu didasarkan dengan data yang diperoleh. Selama siswa bekerja, guru akan
membimbing dan memfasilitasi siswa yang mengalami kendala dalam
melaksanakan eksperimen. Siswa akan melakukan percobaan sesuai dengan
17
rencana pemecahan masalah yang termuat di dalam LKS. Melalui percobaan
ini, siswa akan menemukan data-data dari percobaannya namun data yang
didapatkan perlu ditinjau kembali di tahap selanjutnya.
7. Analisis data
Setelah mengumpulkan data-data utama, siswa secara berkelompok
membawa data tersebut ke tahap menganalisis data. Data tersebut akan diolah
melalui analisis yang disesuaikan dengan instruksi pada LKS untuk
menemukan suatu konsep yang dituju. Menurut Dimyati dan Mudjiono
(2002:165) guru berperan sebagai pendamping, fasilitsator, pembimbing,
pendiagnosis kesukaran belajar dan rekan diskusi. Sehingga guru akan
membantu siswa dengan membimbing dan memberikan scaffolding ke siswa
yang mengalami kesulitan agar siswa dapat menemukan suatu konsep.
8. Penarikan kesimpulan
Sanjaya (2008: 193) mengungkapkan penarikan kesimpulan adalah
proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil analisis data.
Secara berkelompok siswa menarik kesimpulan, merumuskan masalah,
prinsip, ide generalisasi atau konsep berdasarkan data yang diperoleh serta guru
akan membimbing siswa mengambil kesimpulan berdasarkan data dan
menemukan sendiri konsep yang ingin ditanamkan.
18
F. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berbasis Guided Discovery
Learning
disebut sinar
garis dinotasikan dengan ⃗⃗⃗⃗⃗
𝐹𝐺
disebut garis
dinotasikan dengan ⃡⃗⃗⃗⃗
𝐷𝐸
19
a. Garis 𝑚 dikatakan memotong garis 𝑘, jika kedua garis bertemu pada satu
titik
b. Garis 𝑚 dikatakan sejaajr dengan garis 𝑘, jika kedua garis terletak pada satu
bidang datar dan kedua garis tidak berpotongan
c. Garis 𝑚 dan garis 𝑘 dikatakan berhimpit, jika garis 𝑚 terletak pada garis 𝑘
(atau sebaliknya)
2. Sudut
Satuan sudut dinyatakan dalam dua jenis, yaitu derajat dan radian. ∠𝐴𝑃𝐵 bisa
juga disebut sudut ∠𝑃. Besar sudut P dilambangkan dengan 𝑚∠𝑃.
20
2. merupakan sudut siku-siku, besar
sudutnya 900
21
Hubungan antar-sudut
22
Nama Sudut
Sudut sehadap ∠𝐴1 dan ∠𝐵5,
∠𝐴3 dan ∠𝐵6,
∠𝐴2 dan ∠𝐵7,
∠𝐴4 dan ∠𝐵8
Sudut dalam ∠𝐴2 dan ∠𝐵6,
berseberangan ∠𝐴4 dan ∠𝐵5
Sudut luar ∠𝐴1 dan ∠𝐵8,
berseberangan ∠𝐴3 dan ∠𝐵7
Sudut dalam ∠𝐴2 dan ∠𝐵5,
sepihak ∠𝐴4 dan ∠𝐵6
Sudut luar ∠𝐴1 dan ∠𝐵7,
sepihak ∠𝐴3 dan ∠𝐵8
23
BAB III
METODE PENGEMBANGAN
A. Model Pengembangan
B. Prosedur Pengembangan
Pengembangan perangkat pembelajaran berdasarkan pada langkah-langkah
berikut.
1. Tahap Investigasi Awal
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah 1) mengidentifikasi dan
menganalisis informasi, 2) mengkaji teori-teori, 3) membatasi masalah, dan 4)
merencanakan kegiatan lanjutan.
Mayoritas kesulitan siswa yang sering terjadi disebabkan oleh tiga faktor
utama, yaitu kebiasaan menghafal, kegiatan pembelajaran yang kurang
memberikan kesempatan untuk membangun pengetahuan mereka, dan modul
yang digunakan cenderung memberikan rumus secara langsung. Oleh karena
itu perlu dikembangkan suatu pembelajaran dan bahan ajar yang memberikan
24
kesempatan kepada siswa dalam menemukan konsep dan mempu mendukung
kreativitas siswa dalam menemukan konsep serta metode pembelajaran yang
dapat mengubah kebiasaan siswa menerima/membaca penjelasan menjadi aktif
mengonstruk.
c. Membatasi masalah
Pada tahap ini, pengembang menentukan batasan masalah dalam
pengembangan perangkat pembelajaran. Batasannya yaitu pembelajaran
yang dikembangkan terbatas pada RPP dan LKS untuk materi volume
prisma dan limas berdasarkan kurikulum 2013.
2. Tahap Desain
Kegiatan yang akan dilakukan pada tahap ini adalah sebagai berikut.
a. Menentukan materi dan kompetensi dasar yang dibahas pada perangkat
pembelajaran.
Materi yang dipilih adalah volume prisma dan limas. Adapun
kompetensi dasar yang menjadi acuan adalah KD 3.9 yaitu menentukan
luas permukaan dan volume kubus, balok, prisma, dan limas.
25
b. Mendesain format isi perangkat pembelajaran
Format isi RPP dan LKS dalam pengembangan ini disesuaikan
dengan format isi RPP dan LKS menurut Permendikbud dan Depdiknas
seperti yang sudah dipaparkan di bagian sebelumnya.
3. Tahap Realisasi/Konstruksi
Pada tahap ini dihasilkan prototype 1 sebagai hasil perancangan
perangkat pembelajaran. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah
menyusun bagian-bagian perangkat pembelajaran yang dikembangkan,
kemudian mendesain tampilan perangkat pembelajaran agar lebih menarik
digunakan. Hasil dari pengembangan perangkat pembelajaran diteliti kembali
sebelum diuji kevalidannya oleh validator.
26
4. Tahap Tes, Evaluasi, dan Revisi
Pada tahap ini dilakukan dua kegiatan pokok, yaitu uji validitas produk
dan uji coba produk. Penjelasan dari masing-masing kegiatan yaitu sebagai
berikut
a. Uji validitas produk
Pada tahap ini, uji validitas dilakukan terhadap produk yang
dihasilkan yaitu perangkat pembelajaran. Validator dalam pengembangan
ini biasanya terdiri dari dosen jurusan matematika Universitas Negeri
Malang sebagai validator ahli dan guru matematika SMP sebagai validator
praktisi. Instrument yang digunakan untuk uji validitas produk adalah
lembar validasi
Adapun aspek-aspek validasi RPP berdasarkan dari Akbar (2013:
153), yaitu sebagai berikut.
1) Kelayakan isi
a) Kelengkapan komponen-komponen RPP (mencakup identitas
mata pelajaran, KI, KD, tujuan pembelajaran, materi ajar, alokasi
waktu, metode, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian
kompetensi, penilaian hasil belajar, dan sumber belajar)
b) Pencantuman kegiatan apesepsi
c) Rumusan tujuan jelas dan sesuai dengan indikator pencapaian
kompetensi
d) Materi pembelajaran jelas, cakupannya sistematis, runtut sesuai
dengan kurikulum 13, sesuai dengan alokasi waktu, serta sesuai
dengan KD.
e) Kerincian dan kelengkapa scenario pembelajaran (awal, inti,
akhir) dan langkah-langkah pembelajaran mencerminkan metode,
media, dan sumber belajar yang digunakan.
f) Kesesuaian langkah-langkah pembelajaran dengan tujuan
pembelajaran dan alokasi waktu
g) Kesesuaian langkah-langkah pembelajaran yang memungkinkan
siswa terlibat aktif dan memberikan manfaat bagi siswa
27
h) Kesesuaian kegiatan pembelajaran dengan tingkat perkembangan
siswa.
i) Kegiatan pembelajaran berpusat pada siswa
j) Kesesuaian sumber belajar denagn materi pembelajaran
k) Kesesuian instrument penelitian yg digunakan dengan indikator
pencapaian kompetensi
2) Kesesuaian isi dengan penemuan terbimbing
a) Rancangan kegiatan pembelajaran memberikan sebuah
permasalahan yang akan dihadapkan siswa
b) Terdapat kegiatan memberikan kesempatan siswa untuk
mempelajari data dan menjawab pertanyaan LKS yang menuntun
untuk menemukan konsep
c) Memberikan kesempatan siswa untuk membuat dugaan
sementara
d) Memberi kesempatan siswa untuk mengkomuniaksikan proses
mencari dan hasil dugaan siswa, mendiskusikan kebenaran
dugaan dan meminta siswa untuk menyimpulkan konsep yang
benar.
3) Kebahasaan dan Kegrafisan
a) Kesesuaian Bahasa yang digunakan dengan kaidah Bahasa
Indonesia yang baik dan benar
b) Informasi di RPP diberikan secara jelas
c) Bahasa yang digunakan sangat efektif dan efisien.
d) Pengaturan letak komponen RPP tidak tumpeng tindih
28
d) LKS yang dikembangkan bermanfaat menambah pengetahuan
siswa
2) Kesesuaian LKS dengan penemuan terbimbing
a) Aktivitas siswa diawali dengan mengamati dan memahami
permasalahan dengan data secukupnya
b) Aktivitas pada LKS memberikan kesempatan siswa utnuk
mempelajari data dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
menuntun untuk menemukan konsep.
c) Aktivitas pada LKS memberikan kesempatan siswa utnuk
membuat dugaan sementara terkait konsep
d) Aktivitas pada LKS memberikan kesempatan siswa utnuk
mengkomunikasikan proses mencari dan hasil dugaan,
mendiskusikan kebenaran dugaan yang dibuat dan
menyimpulkan secara tertulis konsep yang benar
e) Aktivitas pada LKS memberikan kesempatan siswa utnuk
mengerjakan latihan soal terkait konsep yang telah ditemukan
3) Kebahasaan
a) Kejelasan informasi, perintah, dan penyataan pada LKS sehingga
mudah dipahami
b) Kesesuaian Bahasa yang digunakan denga kaidah Bahasa
Indonesia yang benar
c) Bahasa yang digunakan efektif dan efisien
4) Penyajian
a) Tujuan pembelajaran yang ingin dicapai jelas
b) LKS disajikan secara runtut dan jelas
c) Kelengkapan informasi yang disajikan pada LKS
5) Kegrafisan
a) Kesesuaian tulisan dan simbol pada LKS disajikan dengan ukuran
dan font yang tepat.
b) Kesesuaian ilustrasi, gambar, dan foto dengan topic
c) Desain tampilan LKS menarik
29
Hasil dari uji validitas produk digunakan untuk melakukan revisi
terhadap perangkat pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan
komentar/saran dari validator ahli dan praktisi diperlukan. Gunanya
untuk memperbaiki produk sebelum dilakukan uji coba produk.
C. Jenis Data
30
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua yaitu kualitatif dan
kuantitatif. Data kuantitatif diperoleh dari hasil penilaian lembar validasi perangkat,
lembar uji kepraktisan, angket respon siswa dan hasil evaluasi belajar siswa.
Sedangkan data kualitatif diperoleh dari komentar atau saran selama proses validasi
perangkat pembelajaran.
31
Skor 3 = berarti setuju
Skor 2 = berarti kurang setuju
Skor 1 = berarti tidak setuju
a. Menentukan rata-rata nilai hasil uji kevalidan dari semua validator untuk
setiap indikator (𝐼𝑖 ) dengan rumus
∑𝑛𝑗=1 𝑉𝑖𝑗
𝐼𝑖 =
𝑛
Dengan ∑𝑛𝑗=1 𝑉𝑖𝑗 adalah jumlah nilai validator ke-𝑗 untuk indikator ke-𝑖 dan
𝑛 adalah banyaknya validator
32
Jika dari hasil penilaian validator diperoleh kriteria valid, maka perangkat
pembelajaran dikatakan valid.
33
b. Data angket respon siswa
Data yang diperoleh dari angket siswa dihitung dengan pedoman penghitungan
sebagai berikut.
(a) Nilai rata-rata hasil uji kepraktisan dari semua observer untuk setiap
indikator (𝐼𝑖 ) dengan rumus
∑𝑛𝑗=1 𝑆𝑗𝑖
𝐼𝑖 =
𝑛
Dengan ∑𝑛𝑗=1 𝑆𝑗𝑖 adalah nilai subjek uji coba ke-𝑗 untuk indikator ke-𝑖
dan 𝑛 adalah banyaknya siswa.
(b) Skor respon siswa (𝑃𝑎 ) seluruh indikator dihitung dengan rumus
∑𝑛𝑗=1 𝐼𝑖
𝑃𝑎 =
𝑚
Dengan ∑𝑛𝑗=1 𝐼𝑖 jumlah rata-rata pengisisan angket ke-𝑗 terhadap
indikator ke-𝑖 dan 𝑚 adalah banyaknya indikator.
Dari hasil penilaian akan diperoleh kriteria kepraktisan RPP dan LKS
melalui kriteria hasil pengisian angket yang ditentukan sebagai berikut.
Nilai Kriteria Respon
𝑃𝑎 ≥ 3 Positif
𝑃𝑎 < 3 Negatif
(Diadaptasi dari Hobri, 2010: 53)
Berdasarkan data diatas, perangkat pembelajaran dikatakan
memiliki kriteria kepraktisan minimal praktis yaitu kegiatan guru
minimal tinggi, kegiatan siswa minimal tinggi, dan respon siswa positif.
Siswa dikatakan tuntas belajar jika memperoleh nilai lebih dari atau
sama dengan 75 yaitu SKM. Berdasarkan Kemp dalam Hobri (2010: 58),
salah satu indikator produk dikatakan efektif adalah minimal 80% siswa
yang mengikuti pelajaran dengan menggunakan LKS mampu mencapai
minimal SKM.
35
DAFTAR RUJUKAN
Trianto. 2007. Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktik. Jakarta:
Prestasi Pustaka.
36