Bell’s palsy adalah kelumpuhan saraf perifer yang menyebabkan kelemahan otot pada salah
satu sisi wajah. Sir CharlesBell (1774-1842) adalah orang yang pertama kali meneliti beberapa
penderita dengan wajah asimetris, sejak itu semua kelumpuhan nervus fasialis ferifer yang tidak
diketahui sebabnya dikatakan atau disebut bell’s palsy.
Prevalensi Bell’s palsy di Indonesia yang dikumpulkan disebuah rumah sakit di Indonesia
diperoleh frekuensi sebesar 19,55 % dari seluruh kasus neuropatih, dan terbanyak terjadi pada usia
21-30 tahun, lebih sering terjadi pada wanita ( sukardi,p nara, 1989 ). Insidensi penyakit Bell’s palsy
di salah satu rumah sakit di makassar pada bulan januari sampai maret tahun 2012 sebanyak 3,2 % (
11 orang ) dari 320 orang pengunjung.
Penyebab bell’s palsy sampai saat ini belum diketahui secara pasti namun umumnya dapat
dikelompokkan sebagai berikut :
a. Kongenital
1). Anomali kongenital (sindroma moebius)
2). Trauma lahir (fraktur tengkorak, perdarahan intrakranial. Dll )
b. Didapat
1).Trauma
2).Penyakit tulang tengkorak (osteomielitis)
3). Proses itrakranial (tumor, radang, pendarahan dll )
4).Proses dileher yang menekan daerah processus sternocledomastoideus
5).Infeksi tempat lain ( otitis media, herpes zooster )
6).Sindroma paralisis nervus facialis familial
Faktor-faktor yang diduga berperan menyebabkan bell’s palsy antara lain : kedinginan pada muka,
stroke, tidur ditempat terbuka, tidur dilantai, stres, hiperkolestrol, diabetes militus, penyakit
vaskuler, gangguan imunologik, dan faktor genetik ( Binhasyim,2008)
2) Palpasi
Palpasi adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan cara merabah atau memegang. Dari hasil
palpasi didapatkan suhu wajah sisi kiri dan kanan sama, sudah tidak ada rasa nyeri tekan
dibagian belakang telinga.
3) Vital Sign
Tekanan Darah : 120/80 Mmhg
Denyut Nadi : 72 x /menit
Pernapasa : 23 x ?menit
Temperatur/ Suhu : 35,5 C
5) Pemeriksaan Spesifik
a. Tes Sensorik
Alat yang digunakan : Tabung reaksi
Teknik : Posisi pasien tidur terlentang, kemudian fisioterapi menunjukan
kepada pasiaen 2 tabung reaksi yaitu panas dan dingin pada area wajah yang dites. Setelah
pasien mengerti, kemudian pasien diminta untuk menutup matanya dan merasakn tes panas
atau dingin yang diberikan.
b. Pemeriksaan kekuatan otot-otot wajah dengan MMT (Manual Muscle Testing )
M. Frontalis
Posisi pasien dalam keadaan tidur terlentang, kemudian pasien diminta untuk
mengerutkan dahinya atau mengangkat alisnya.
Interpretasi : Kekuatan otot nilai 3 yaitu gerakan dapat dilakukan tetapi masih
kesulitan dan gerakan yang dihasilkan belum sempurnah.
M. Corrugator supercilii
posisi pasien dalam keadaan tidur terlentag , kemudian pasien diminta untuk
menarik kedua alisnya saling berdekatan seperti eksprsi marah
interpretasi : Kekuatan otot nilai 3 yaitu gerakan dapat dilakukan tetapi masih
kesulitan dan gerakan yang dihasilkan belum sempurnah.
M. Orbicularis Oculi
posisi pasien dalam keadaan tidur terlentang, kemudian pasien diminta untuk
menutup matanya
Interpretasi : Kekuatan otot nilai 3 yaitu gerakan dapat dilakukan tetapi masih
kesulitan dan gerakan yang dihasilkan belum sempurnah.
M. Procerus
posisi pasien dalam keadaan tidur terlentang, kemudian pasien diminta untuk
mengangkat kulit pada hidung kearah dahi saat menarik alis kebagian tengah seperti
ekspresi benci
Interpretasi : Kekuatan otot nilai 3 yaitu gerakan dapat dilakukan tetapi masih
kesulitan dan gerakan yang dihasilkan belum sempurnah.
M.Nasalis
posisi pasien dalam keadaan tidur terlentang, kemudian pasien diminta untuk
melebarkan cuping hidungnya seperti pada saat menarik nafas kedalam
Interpretasi : kekuatan otot nilai 1 yaitu gerakan tidak dapat dilakukan tetapi
hanya berkontraksi intermuscular pada saat dipalpasi.
M. Risorius
posisi pasien dalam keadaan tidur terlentang, kemudian pasien diminta untuk
menarik sudut bibirnya kearah samping dan diteruskan kebawah.
Interpretasi : Kekuatan otot nilai 3 yaitu gerakan dapat dilakukan tetapi masih
kesulitan dan gerakan yang dihasilkan belum sempurnah.
M. Zygomatikum Mayor
posisi pasien dalam keadaan tidur terlentang, kemudian pasien diminta untuk
tersenyum.
Interpretasi : Kekuatan otot nilai 3 yaitu gerakan dapat dilakukan tetapi masih
kesulitan dan gerakan yang dihasilkan belum sempurnah.
M. Obricularis Oris
posisi pasien dalam keadaan tidur terlentang, kemudian pasien diminta untuk
menekan dan memoncongkan bibirnya seperti gerakan bersiul
interpretasi : Kekuatan otot nilai 3 yaitu gerakan dapat dilakukan tetapi masih
kesulitan dan gerakan yang dihasilkan belum sempurnah.
M. Levator Labii superior
posisi pasien dalam keadaan tidur terlentang,kemudian pasien diminta mengangkat
bibir atas dan memperlihatkan gigi bagian atas dan gusinya .
interpretasi : Kekuatan otot nilai 3 yaitu gerakan dapat dilakukan tetapi masih
kesulitan dan gerakan yang dihasilkan belum sempurnah.
M. Mentalis
posisi pasien dalam keadaan tidur terlentang, kemudian pasien diminta untuk
mengangkat kulit dagu saat memoncongkan bibir bawah.
Interpretasi : Kekuatan otot nilai 3 yaitu gerakan dapat dilakukan tetapi masih
kesulitan dan gerakan yang dihasilkan belum sempurnah.
M. Depressor Labii Inferior dan Platysma
posisi pasien dalam keadaan tidur terlentang, kemudian pasien diminta untuk
menarik sudut bibir kebawah saat menegakkan kulit leher
Interpretasi : Kekuatan otot nilai 3 yaitu gerakan dapat dilakukan tetapi masih
kesulitan dan gerakan yang dihasilkan belum sempurnah.
M. Levator Angulis Oris
posisi pasien dalam keadaan tidur terlentang, kemudian pasien diminta untuk
mengangkat satu sudut bibir bagian atas seperti menyeringai
Interpretasi : Kekuatan otot nilai 3 yaitu gerakan dapat dilakukan tetapi masih
kesulitan dan gerakan yang dihasilkan belum sempurnah.
M. Depressor Angulus Oris
posisi pasien dalam keadaan tidur terlentang, kemudian pasien diminta untuk
menarik bagian lateral sudut pada bibirnya menurun
Interpretasi : Kekuatan otot nilai 3 yaitu gerakan dapat dilakukan tetapi masih
kesulitan dan gerakan yang dihasilkan belum sempurnah.
M.Biccinator
posisi pasien dalam keadaan tidur terlentang, kemudian pasien diminta untuk
menarik dagunya melawan graham dan menarik sudut mulut dan diteruskan
kebawah seperti meniup peluit atau terompet
Interpretasi : Kekuatan otot nilai 3 yaitu gerakan dapat dilakukan tetapi masih
kesulitan dan gerakan yang dihasilkan belum sempurnah.
C. DIAGNOSA FISIOTERAPI
D. PROBLEMATIK FISIOTERAPI
1. Kelemahan otot – otot wajah sebalah kiri
2. Gangguan kemampuan fungsional wajah
E. TUJUAN FISIOTERAPIS
a. Tujuan jangka panjang : meningkatkan kemampuan aktifitas fungsional yang
mengggunakan otot - otot wajah . seperti makan , minum berkumur , berbicara ,
dan tersenyum .
b. Tujuan jangka pendek : meningkatkan otot wajah sisi kiri
F. INTERVENSI FISIOTERAPI
1. IR-R
2. Massage Wajah
3. PNF
4. Mirror Exercise
LAPORAN PRAKTIKUM
NEUROMUSCULAR & PERILAKU
( BELL’S PALSY & STROKE )
KELOMPOK III
A.NIDHYA DWI RESTIANTI
ANITA
FADMAWATI. M
MIMA SARI TUASIKAL
MUHAMMAD FAISAL SALEH
RAMLIAH