Dosen Pembimbing :
Kelas 3 A
Kelompok 5
Oleh :
Dea Yulianti
Ihnatul Fauziah
Pandu Patyawargana
PEMBAHASAN
2. Insomnia Sekunder
Insomnia sekunder biasanya terjadi akibat efek dari hal lain, misalnya
kondisi medis. Masalah psikologi seperti perasaan bersedih, depresi dan
dementia dapat menyebabkan terjadinya insomnia sekunder ini pada 5 dari
10 orang. Selain itu masalah fisik seperti penyakit arthritis, diabetes dan
rasa nyeri juga dapat menyebabkan terjadinya insomnia sekunder ini dan
biasanya mempengaruhi 1 dari 10 orang yang menderita insomnia atau
susah tidur. Insomnia sekunder juga dapat disebabkan oleh efek samping
dari obat-obatan yang diminum untuk suatu penyakit tertentu, penggunaan
obat-obatan yang terlarang ataupun penyalahgunaan alkohol. Faktor ini
dapat mempengaruhi 1-2 dari 10 orang yang menderita insomnia.
Secara internasional insomnia masuk dalam 3 sistem diagnostik yaitu
International code of diagnosis (ICD) 10, Diagnostic and Statistical Manual
of Mental Disorders (DSM) IV dan International Classification of Sleep
Disorders (ISD). Dalam ICD 10, insomnia dibagi menjadi 2 yaitu:
1) Organik
2) Non organik
- Dyssomnias (gangguan pada lama, kualitas dan waktu tidur)
- Parasomnias (ada episode abnormal yang muncul selama tidur
seperti mimpu buruk, berjalan sambil tidur, dll)
Dalam ICD 10 tidak dibedakan antara insomnia primer atau sekunder.
Insomnia disini adalah insomnia kronik yang sudah diderita paling sedikit 1
bulan dan sudah menyebabkan gangguan fungsi dan sosial.
Dalam DSM IV, gangguan tidur (insomnia) dibagi menjadi 4 tipe yaitu:
2.6 Diagnosis
Untuk mendiagnosis insomnia, dilakukan penilaian terhadap:
Pengaturan Dosis
2.8 Komplikasi
Tidur sama pentingnya dengan makanan yang sehat dan olahraga yang
teratur. Insomnia dapat mengganggu kesehatan mental dan fisik.
Komplikasi insomnia meliputi
1. Gangguan dalam pekerjaan atau di sekolah.
2. Saat berkendara, reaksi reflex akan lebih lambat. Sehingga meningkatkan
reaksi kecelakaan.
3. Masalah kejiwaan, seperti kecemasan atau depresi
4. Kelebihan berat badan atau kegemukan
5. Daya tahan tubuh yang rendah
6. Meningkatkan resiko dan keparahan penyakit jangka panjang, contohnya
tekanan darah yang tinggi, sakit jantung, dan diabetes.
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS INSOMNIA PADA LANSIA
3.1 Kasus
Perawat komunitas pada saat kunjungan di panti werdha, mendapatkan
banyak data lansia yang susah tidur di malam hari, dan sering terbangun di malam
hari karena ngompol yang kadang tidak disadari.
Nilai dan norma para lansia di panti werdha masih mengenal nilai
kesopanan, gotong royong dan kerukunan antar warganya. Hal ini
dapat dilihat dari adanya kegiatan-kegiatan kemasyarakatan yang
masih terus berjalan, seperti: kerja bakti, dan takziyah.
Agama : Mayoritas beragama Islam
2) Data subsistem
1. Lingkungan fisik
1) Kualitas udara
Keadaan udara di daerah tempat tinggal lansia di panti werda
beriklim sejuk, tidak terdapat polusi udara yang dapat
mengganggu pernafasan warga atau tidak.
2) Kualitas air
Sumber air yang digunakan warga untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari adalah dengan air sumur dengan keadaan saluran air
disekitar panti werdha bersih
3) Tingkat kebisingannya
Tidak adanya sumber suara / bising yang dapat mengganggu
keadaan lansia, contohnya tidak ada pendirian pabrik di sekitar
panti werdha
4) Jarak antar panti dan rumah warga/ kepadatan
Jarak antar panti werdha dengan yang lainnya cukup dekat, tetapi
dan tidak saling berdempetan.
2. Keamanan dan transportasi
Untuk kegiatan di dalam panti biasanya para lansia hanya berjalan kaki
untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Panti juga menyediakan kendaraan
berupa mobil untuk keadaan darurat, misalnya keadaan dimana lansia
harus segera mendapat penanganan di rumah sakit. Selain itu, masing-
masing wisma juga dijaga oleh tenaga keamanan yang diperkerjakan di
panti tersebut.
3. Politik dan pemerintahan
Panti Sosial Tresna Werdha Pandaan merupakan Unit Pelaksana Teknis dari
Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur yang memiliki struktur organisasi sesuai
dengan Perda Provinsi Jawa Timur No. 14 Tahun 2002 yang terdiri dari:
Kepala Panti, Kelompok Jabatan Fungsional, Ka. Sub. Bagian Tata Usaha,
Ka. Sie Unit Pelayanan Sosial Pandaan dan Bangkalan. Panti Sosial Tresna
Werdha juga memiliki prosedur pelayanan yang sistemastis untuk
mencapai lansia yang sejahtera. Panti Sosial Tresna Werdha Pandaan
memiliki 33 pegawai yang memiliki peran dan fungsinya masing-masing
Kebijakan yang ada di panti werdha ersebut cukup menunjang
sehingga memudahkan komunitas mendapat pelayanan di berbagai
bidang termasuk kesehatan.
4. Pelayanan social dan kesehatan
Tersedianya tempat pelayanan kesehatan (rumah sakit, puskesmas,
balai pengobatan) untuk melakukan deteksi dini gangguan atau
merawat dan memantau apabila gangguan sudah terjadi pemakaian
fasilitas pelayanan kesehatan.
5. Komunikasi
Panti Sosial Tresna Werdha memiliki fasilitas ruang tamu dan aula yang
biasa dimanfaatkan oleh para lansia untuk berkumpul dan melakukan
aktivitas sehari-hari.
Sarana komunikasi yang dapat dimanfaatkan di komunitas tersebut
untuk saling berkomunikasi antar warga atau untuk mendapatkan
informasi dari luar adalah televisi, radio, koran, atau leaflet yang
diberikan kepada komunitas.
6. Ekonomi
Tingkat sosial ekonomi komunitas secara keseluruhan tidak bekerja
karena lansia ini 80 % dari keluargaya dan 20 % dari pemerintah
untuk dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari.
7. Rekreasi
Para lansia biasa mengisi waktunya dengan berbagai aktivitas yang
diselenggarakan oleh panti. Di sela-sela aktivitas biasanya mereka
mengobrol, membaca koran atau sekedar menonton TV di dalam ruangan
rekreasi yang disediakan sebagai fasilitas panti. Selain itu lansia juga bisa
berjalan-jalan di kebun belakang panti dan disana terdapat kolam ikan
yang bisa digunakan untuk memancing .
3) Analisa data
No. Data Problem Etiologi
1 Ds: Gangguan pola tidur padaKurangnya kebersihan
- Kader posyandulansia perorangan dan lingkungan
mengatakan 20 orang
lansia mengeluh
susah tidur dan
sering terbangun di
malam hari karena
mengompol dan
kadang tidak di
sadrai.
- Banyak lansia di
wisma binaan sekitar
10 orang dari 30 orang
mengatakan bahwa di
lingkungan wisma
banyak yang malas
mandi dan merapikan
tempat tidur sehingga
baunya kurang sedap.
Do:
-berdasarkan data
kuisioner ditemukan
lansia yang
mengalami susah
tidur sebanyak 10
orang dari 30 orang.
- Berdasarkan data yang
didapatkan dari
penyebaran kuisioner,
ditemukan lansia yang
tidak pernah
membersihkan kamar
sebanyak 13,9% dan
69,6% lansia tidak
pernah membersihkan
kamar mandi.
2 DS: Ansietas Ketidakmampuan lansia
- Banyak lansia di dalam mengatasi
wisma binaan sekitar kegelisahan
10 orang dari 30 orang
mengaalmi kesulitan
4) Prioritas Masalah
Dx. Kep Kriteria penapisan Prioritas
1 2 3 4 5 6 Jumlah
minat
Keterangan :
1. kesadaran masyarakat akan adanya masalah
2. motivasi masyarakat dalam menyelesaikan masalah
3. kemampuan perawat untuk mempengaruhi dalam penyelesaian masalah
4. ketersediaan keahlian yang relevan
5. konsekuensi jika masalah tidak terselesaikan
6. percepatan penyelesaian masalah yang dapat di capai
Skor :
1 = sangat rendah
2 = rendah
3 = cukup
4 = tinggi
5 = sangat tinggi
2. Diagnosa
1.
2.
3. Intervensi
Diagnosa Tujuan Dan Kriteria Intervensi Rasional
Hasil
Dx 1 Kurangnya kebersihan
perorangan dan lingkungan
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan komunitas di
panti sosial Tresna Werdha
selama 2 minggu
diharapkan :
Dx 2
4. Implementasi
Diagnosa Tanggal Implementasi Paraf
Dx 1
Dx 2
5. Evaluasi
Diagnosa Evaluasi
Dx 1 S:
O:
A:
P:
Dx 2 S:
O:
A:
P:
c. Rencana Tindakan
Diagnosa Tujuan jangka pendek Tujuan jangka panjang
Diabetes berhubungan Setelah dilakukan tindakanSetelah dilakukan
dengan kebiasaan hidup keperawatan tindakan keperawatan
lansia yang tidak selama 4 minggu,selama 8 minggu,
terkontrol ditandai komunitas diharapkan: komunitas diharapkan
dengan 35 % lansia Lansia mampu mengontrolangka diabetes (kadar
menderita diabetes asupan makanan sehariglukosa) pada lansia dapat
harinya dan dapatmenurun
melakukan sedikit
aktivitas.
Lansia rutin setiap
bulannya menghadiri
kegiatan posyandu lansia
yang diadakan.
BAB 4
ANALISA JURNAL
Metode IMRAD
5.1 Kesimpulan
Insomnia merupakan kesulitan untuk masuk tidur, kesulitan dalam
mempertahankan tidur, atau tidak cukup tidur. Insomnia merupakan gangguan
fisiologis yang cukup serius, dimana apabila tidak ditangani dengan baik
dapat mempengaruhi kinerja dan kehidupan sehari-hari.
Insomnia dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti stres, kecemasan
berlebihan, pengaruh makanan dan obat-obatan, perubahan lingkungan, dan
kondisi medis. Insomnia didiagnosis dengan melakukan penilaian terhadap
pola tidur penderita, pemakaian obat-obatan, alkohol, atau obat terlarang,
tingkatan stres psikis, riwayat medis, aktivitas fisik, dan kebutuhan tidur
secara individual.
Insomnia dapat ditatalaksana dengan cara farmakologi dan non
farmakologi, bergantung pada jenis dan penyebab insomnia. Obat-obatan
yang biasanya digunakan untuk mengatasi insomnia dapat berupa golongan
benzodiazepin (Nitrazepam, Trizolam, dan Estazolam), dan non
benzodiazepine (Chloral-hydrate, Phenobarbital). Tatalaksana insomnia
secara non farmakologis dapat berupa terapi tingkah laku dan pengaturan
gaya hidup dan pengobatan di rumah seperti mengatur jadwal tidur.
5.2 Saran
Untuk menjaga keadaan kita tetap sehat dan fit, kita harus menjaga
kebutuhan istirahat dan tidur kita sesuai kebutuhan agar kita dapat melakukan
berbagai kegiatan dengan baik.