LAPORAN PENDAHULUAN
a. PENGERTIAN
Kekurangan Volume cairan (FVD) terjadi jika air dan elektrolit hilang pada
proporsi yang sama ketika mereka berada pada cairan tubuh normal sehingga
rasio elektrolit serum terhadap air tetap sama. (Brunner & suddarth, 2002).
1) Hipovolemia adalah suatu kondisi akibat kekurangan volume cairan
ekstraseluler (CES).
2) Hipovolemia adalah penipisan volume cairan ekstraseluler (CES)
3) Hipovolemia adalah kekurangan cairan di dalam bagian-bagian ekstraseluler
(CES)
b. ETIOLOGI
Hipovolemia ini terjadi dapat disebabkan karena :
1) Penurunan masukan.
2)Kehilangan cairan yang abnormal melalui : kulit, gastro intestinal, ginjal
abnormal, dll.
3) Perdarahan.
c. PATOFISIOLOGI
Kekurangan volume cairan terjadi ketika tubuh kehilangan cairan dan elektrolit
ekstraseluler dalam jumlah yang proporsional (isotonik). Kondisi seperti ini
disebut juga hipovolemia. Umumnya, gangguan ini diawali dengan kehilangan
cairan intravaskuler, lalu diikuti dengan perpindahan cairan interseluler menuju
intravaskuler sehingga menyebabkan penurunan cairan ekstraseluler. Untuk untuk
mengkompensasi kondisi ini, tubuh melakukan pemindahan cairan intraseluler.
Secara umum, defisit volume cairan disebabkan oleh beberapa hal, yaitu
kehilangan cairan abnormal melalui kulit, penurunan asupan cairan, perdarahan
dan pergerakan cairan ke lokasi ketiga (lokasi tempat cairan berpindah dan tidak
mudah untuk mengembalikanya ke lokasi semula dalam kondisi cairan
ekstraseluler istirahat). Cairan dapat berpindah dari lokasi intravaskuler menuju
lokasi potensial seperti pleura, peritonium, perikardium, atau rongga sendi. Selain
itu, kondisi tertentu, seperti terperangkapnya cairan dalam saluran pencernaan,
dapat terjadi akibat obstruksi saluran pencernaan.
d. BATASAN KARAKTERISTIK
Tanda dan gejala klinik yang mungkin didapatkan pada klien dengan hipovolemia
antara lain : pusing, kelemahan, keletihan, sinkope, anoreksia, mual, muntah,
haus, kekacauan mental, konstipasi, oliguria. Tergantung pada jenis kehilangan
cairan hipovolemia dapat disertai dengan ketidak seimbangan asam basa, osmolar
atau elektrolit. Penipisan (CES) berat dapat menimbulkan syok hipovolemik.
Mekanisme kompensasi tubuh pada kondisi hipolemia adalah dapat berupa
peningkatan rangsang sistem syaraf simpatis (peningkatan frekwensi jantung,
inotropik (kontraksi jantung) dan tahanan vaskuler), rasa haus, pelepasan hormon
antideuritik (ADH), dan pelepasan aldosteron. Kondisi hipovolemia yang lama
dapat menimbulkan gagal ginjal akut.
2. KONSEP HIPERGLIKEMIA
a. DEFINISI
Kadar glukosa darah yang tinggi dari rentang kadar puasa normal 120 mg/ 100 ml
darah. (Elizabeth J.Corwin, 2009).
b. ETIOLOGI
1) Defisiensi insulin, seperti yang dijumpai pada DM tipe I
2) Penurunan responsivitas sel terhadap insulin, seperti yang dijumpai pada DM
tipe II karena adanya penyebab obesitas, kurangnya aktifitas fisik
3) Stres kronis
4) Respon terhadap stres mencakup aktivasi sistem saraf simpatis dan pelepasan
hormon pertumbuhan (tyroid), katekolamin epinefrin dan norepinefrin dari
kelenjar adrenal yang selanjutnya akan merangsang peningkatan pemecahan
simpanan glukosa di hepar dan otot rangka.
5) Hipertiroid
6) Hormon-hormon tersebut menstimulasi pelepasan insulin yang berlebihan
oleh sel-sel pankreas, sehingga akhirnya terjadi penurunan respon sel terhadap
insulin
7) Autoimun
8) Autoimun menyebabkan kerusakan sel-sel β pancreas yang berakibat
defisiensi insulin sampai kelainan yang menyebabkan retensi terhadap kerja
insulin.
9) Alkoholisme
10) Dianggap menambah risiko terjadinya kerusakan sel-sel pada pancreas
(ADA, 2009)
3. MANIFESTASI KLINIS
1) Kadar gula darah sewaktu (acak) melebihi angka 200 mg/dl atau kadar gula
darah puasa melebihi 126 mg/dl meningkat
2) Poliuria (banyak dan sering kencing)
3) Polipagia (banyak makan)
4) Polidipsi (banyak minum)
5) Kelemahan tubuh, lesu, cepat lelah, tidak bertenaga.
6) Berat badan menurun
7) Rasa kesemutan, karena iritasi (perangsangan) pada serabut-serabut saraf
8) Kelainan kulit, gatal-gatal, bisul-bisul
9) Infeksi saluran kencing
10) Infeksi yang sukar sembuh
11) Glukosuria
(ADA, 2009)
4. PATHWAY KEPERAWATAN
5. MASALAH KEPERAWATAN YANG MUNCUL
1. Nyeri akut b.d agen injuri biologis (penurunan perfusi jaringan
perifer)
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d.
ketidakmampuan menggunakan glukose (tipe 1)
3. Ketidakseimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh b.d. kelebihan
intake nutrisi (tipe 2)
4. Defisit Volume Cairan b.d Kehilangan volume cairan secara aktif,
Kegagalan mekanisme pengaturan
5. PK: Hipoglikemia
6. PK: Hiperglikemi
7. Perfusi jaringan tidak efektif b.d hipoksemia jaringan.
6
6. INTERVENSI KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC)
1 Nyeri akut berhubungan NOC: Manajemen nyeri :
dengan agen injuri ü Tingkat nyeri 1. Lakukan pegkajian nyeri secara komprehensif
biologis (penurunan ü Nyeri terkontrol termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
perfusi jaringan perifer)ü Tingkat kenyamanan kualitas dan ontro presipitasi.
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2.
3 Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan.
x 24 jam, klien dapat : 3. Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk
1. Mengontrol nyeri, dengan indikator : mengetahui pengalaman nyeri klien sebelumnya.
§ Mengenal faktor-faktor penyebab 4. Kontrol ontro lingkungan yang mempengaruhi nyeri
§ Mengenal onset nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan.
§ Tindakan pertolongan non farmakologi 5. Kurangi ontro presipitasi nyeri.
§ Menggunakan analgetik 6. Pilih dan lakukan penanganan nyeri
§ Melaporkan gejala-gejala nyeri kepada tim (farmakologis/non farmakologis)..
kesehatan. 7. Ajarkan teknik non farmakologis (relaksasi, distraksi
§ Nyeri terkontrol dll) untuk mengetasi nyeri..
2. Menunjukkan tingkat nyeri, dengan indikator: 8. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri.
§ Melaporkan nyeri 9. Evaluasi tindakan pengurang nyeri/ontrol nyeri.
§ Frekuensi nyeri 10. Kolaborasi dengan dokter bila ada komplain tentang
7
§ Lamanya episode nyeri pemberian analgetik tidak berhasil.
§ Ekspresi nyeri; wajah 11. Monitor penerimaan klien tentang manajemen nyeri.
§ Perubahan respirasi rate
§ Perubahan tekanan darah Administrasi analgetik :.
§ Kehilangan nafsu makan 1. Cek program pemberian analogetik; jenis, dosis, dan
. frekuensi.
2. Cek riwayat alergi..
3. Tentukan analgetik pilihan, rute pemberian dan dosis
optimal.
4. Monitor TTV sebelum dan sesudah pemberian
analgetik.
5. Berikan analgetik tepat waktu terutama saat nyeri
muncul.
6. Evaluasi efektifitas analgetik, tanda dan gejala efek
samping.
8
ketidakmampuan § Intake cairan peroral adekuat 2. Tentukan berapa jumlah kalori dan tipe zat gizi yang
menggunakan glukose§ Intake cairan yang adekuat dibutuhkan dengan berkolaborasi dengan ahli gizi
(tipe 1) § Intake TPN adekuat 3. Dorong peningkatan intake kalori, zat besi, protein
dan vitamin C
4. Beri makanan lewat oral, bila memungkinkan
5. Kaji kebutuhan klien akan pemasangan NGT
6. Lepas NGT bila klien sudah bisa makan lewat oral
9
8. Buat rencana olahraga untuk klien.
9. Ajari klien untuk diet sesuai dengan kebutuhan
nutrisinya.
10
12. Tawarkan snack ( jus buah, buah segar )
13. Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih muncul
meburuk
14
Managemen Hiperglikemia
11
1. Monitor GDR sesuai indikasi
2. Monitor tanda dan gejala diabetik ketoasidosis ; gula
darah > 300 mg/dl, pernafasan bau aseton, sakit
kepala, pernafasan kusmaul, anoreksia, mual dan
muntah, tachikardi, TD rendah, polyuria,
polidypsia,poliphagia, keletihan, pandangan kabur atau
kadar Na,K,Po4 menurun.
3. Monitor v/s :TD dan nadi sesuai indikasi
4. Berikan insulin sesuai order
5. Pertahankan akses IV
6. Berikan IV fluids sesuai kebutuhan
7. Konsultasi dengan dokter jika tanda dan gejala
Hiperglikemia menetap atau memburuk
8. Dampingi/ Bantu ambulasi jika terjadi hipotensi
9. Batasi latihan ketika gula darah >250 mg/dl khususnya
adanya keton pada urine
10. Pantau jantung dan sirkulasi ( frekuensi & irama,
warna kulit, waktu pengisian kapiler, nadi perifer dan
kalium
12
11. Anjurkan banyak minum
12. Monitor status cairan I/O sesuai kebutuhan
13
§ membuat keputusan dengan benar
14
15