Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN EVALUASI PROGRAM POKOK PUSKESMAS

KUNJUNGAN IBU HAMIL K4

Disusun Oleh:
Raditya Bagas Wicaksono G4A014067
Annisa Farah Fadhilah G4A016068

Pembimbing
dr. Harry Widyatomo

KEPANITERAAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


JURUSAN KEDOKTERAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

OKTOBER 2015
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN EVALUASI PROGRAM POKOK PUSKESMAS


KUNJUNGAN IBU HAMIL K4

Disusun untuk memenuhi syarat dari


Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Komunitas /
Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran
Universitas Jenderal Soedirman

Disusun oleh:
Raditya Bagas Wicaksono G4A014067
Annisa Farah Fadhilah G4A014068

Telah dipresentasikan dan disetujui


Tanggal ……………….

Pembimbing Lapangan

dr. Harry Widyatomo


NIP. 19821220.201001.1.016
3

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. 2


DAFTAR ISI ......................................................................................................... 3
I. PENDAHULUAN ............................................................................................. 4
A.Latar Belakang.............................................................................................. 4
B.Tujuan Penulisan .......................................................................................... 5
C.Manfaat Penulisan ........................................................................................ 6
II. ANALISIS POTENSI DAN IDENTIFIKASI ISU STRATEGIS.................... 7
A.Gambaran Umum Puskesmas II Tambak ..................................................... 7
B.Input .............................................................................................................. 16
C.Analisis SWOT ............................................................................................. 19
III. PEMBAHASAN ISU STRATEGIS DAN ALTERNATIF PEMECAHAN
MASALAH ........................................................................................................... 22
A.Pembahasan Isu Strategis ............................................................................. 22
B.Alternatif Pemecahan Masalah ..................................................................... 23
IV. KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................................... 25
A.Kesimpulan ................................................................................................... 25
B.Saran ............................................................................................................. 25
4

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan salah satu layanan sosial dasar yang harus
dipenuhi oleh pemerintah sebagai kewajibannya untuk menjaga kesejahteraan
masyarakat. Kesehatan adalah hak asasi manusia dan sekaligus investasi
untuk keberhasilan pembangunan bangsa. Untuk itu diselenggarakan
pembangunan kesehatan secara menyeluruh dan berkesinambungan.Dalam
pelaksanaannya, pembangunan kesehatan saat ini harus lebih mengutamakan
paradigma sehat, daripada paradigma sakit. Hal ini berarti pelayanan
kesehatan lebih diarahkan secara terpadu pada proses promotif dan preventif,
tanpa melupakan kuratif dan rehabilitatif.Salah satu langkah untuk mencapai
tujuan tersebut adalah dengan dikembangkannya sarana dan prasarana
kesehatan oleh pemerintah, diantaranya adalah Polindes, Puskesmas dan
Rumah Sakit.
Berdasarkan Kepmenkes No. 128 tahun 2004, Puskesmas adalah
penanggung jawab penyelenggara upaya kesehatan untuk jenjang tingkat
pertama. Puskesmas merupakan unit organisasi pelayanan kesehatan terdepan
yang mempunyai misi sebagai pusat pengembangan pelayanan, yang
melaksanakan pembinaan dan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan
terpadu untuk masyarakat yang tinggal disuatu wilayah kerja tertentu.
Wilayah kerja puskesmas pada mulanya ditetapkan satu kecamatan, kemudian
dengan semakin berkembangnya kemampuan dana yang dimiliki oleh
pemerintah untuk membangun puskesmas, wilayah kerja puskesmas
ditetapkan berdasarkan jumlah penduduk di satu kecamatan, kepadatan dan
mobilitasnya.
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/
kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di
suatu wilayah kerja. Puskesmas sebagai pusat pembangunan kesehatan
memegang peranan yang penting karena fungsi dari puskesmas adalah
mengembangkan dan membina kesehatan masyarakat serta
5

menyelenggarakan pelayanan kesehatan terdepan dan terdekat dengan


masyarakat dalam bentuk kegiatan pokok yang menyeluruh dan terpadu di
wilayah kerjanya. Puskesmas sebagai pelayanan kesehatan dasar pada
masyarakat, dalam pelaksanaan kegiatannya dijalankan dalam bentuk 6
program pokok Puskesmas. Namun pada umumnya program pokok
Puskesmas ini belum dapat dilaksanakan secara optimal. Adanya keterbatasan
dan hambatan baik di Puskesmas maupun masyarakat dalam pelaksanaan
program pokok Puskesmas maka untuk mengatasinya harus berdasarkan skala
prioritas sesuai permasalahan yang ada, dengan memanfaatkan potensi yang
ada di masyarakat dengan melakukan pemberdayaan masyarakat.
Salah satu hal yang menjadi masalah di Puskesmas II Tambak adalah
programKunjungan Ibu Hamil K4. Program ini bertujuan untuk membantu
dalam pemantauan kondisi ibu hamil secara berkala sekaligus penapisan
(screening) ibu hamil dengan risiko tinggi di Kecamatan Tambak.
Permasalahan yang muncul adalah capaian target yang belum terpenuhi
secara maksimal pada tahun 2014.Berdasarkan masalah diatas maka perlu
dianalisa ulang mengenai kekurangan dalam pelaksanaan program-program
puskesmas terutama program Kunjungan Ibu Hamil K4 di Puskesmas II
Tambak.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mampu menganalisa masalah kesehatan dan metode pemecahan masalah
kesehatan di Puskesmas II Tambak
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui gambaran umum keadaan kesehatan di wilayah kerja
Puskesmas II Tambak.
b. Mengetahui secara umum program dan cakupan program Kunjungan
Ibu Hamil K4 di Puskesmas II Tambak.
c. Mengetahui pelaksanaan dan keberhasilan program Kunjungan Ibu
Hamil K4 di Puskesmas II TambakKabupaten Banyumas.
6

d. Menganalisis kekurangan dan kelebihan pelaksanaan program


Kunjungan Ibu Hamil K4 di Puskesmas II Tambak

C. Manfaat Penulisan
1. Sebagai bahan wacana bagi Puskesmas untuk memperbaiki kekurangan
yang mungkin masih ada dalam program Kunjungan Ibu Hamil K4
Puskesmas II Tambak.
2. Sebagai bahan pertimbangan bagi Puskesmas, khususnya pemegang
program kerja Kunjungan Ibu Hamil K4 dalam melakukan evaluasi
dalam kinerja program Kunjungan Ibu Hamil K4 di Puskesmas II
Tambak.
3. Sebagai bahan untuk perbaikan program kerja Kunjungan Ibu Hamil K4
kearah yang lebih baik guna mengoptimalkan mutu pelayanan kepada
masyarakat pada umumnya dan individu pada khususnya di wilayah kerja
Puskesmas II Tambak
4. Sebagai bahan untuk memperbaiki kekurangan dari program kerja
Kunjungan Ibu Hamil K4 yang masih dimiliki oleh Puskesmas II
Tambak
7

II. ANALISIS POTENSI DAN IDENTIFIKASI ISU STRATEGIS

A. Gambaran Umum
1. Keadaan Geografi
Puskesmas II Tambak merupakan wilayah timur jauh (tenggara)
dari Kabupaten Banyumas, dengan luas wilayah 1.432 Ha atau sekitar
1,1% dari luas kabupaten Banyumas. Wilayah Puskesmas II Tambak
terdiri dari 5 desa yaitu: Purwodadi, Karangpucung, Prembun, Purwodadi
dan Buniayu. Desa yang paling luas adalah Purwodadi yaitu 374 ha,
sedangkan desa yang wilayahnya paling sempit adalah Karangpucung
yaitu sekitar 218 ha.
Wilayah Puskesmas II Tambak terletak diperbatasan Kabupaten
Banyumas dengan Kabupaten Kebumen, dan berbatasan dengan :
a. Disebelah utara : Desa Watuagung
b. Sebelah timur : Kabupaten Kebumen
c. Sebelah Selatan : Desa Gebangsari
d. Sebelah Barat : Desa Kamulyan, Desa Karangpetir.
Wilayah Puskesmas II Tambak terletak pada ketinggian sekitar 15
mdpl – 35 mdpl. Dengan suhu udara rata – rata sekitar 27 derajat celcius
dengan kelembaban udara sekitar 80 %. Sekitar 50 % dari luas tanah
adalah daerah persawahan, 43 % pekarangan dan tegalan dan 7 % lain-
lain.
2. Keadaan Demografi
a. Pertumbuhan Penduduk
Jumlah penduduk dalam wilayah Puskesmas II Tambak tahun 2013
berdasarkan data yang dari BPS adalah 20.361 jiwa. Terdiri dari
10.010 jiwa (49,16%) laki-laki dan 10.351 jiwa (50,83%) perempuan.
Jumlah keluarga 6.096 KK. Bila dibandingkan dengan jumlah
penduduk tahun 2012 (16.232 jiwa) mengalami kenaikan.
b. Kepadatan Penduduk
Jumlah penduduk tahun 2013 yang paling banyak adalah Desa
Pesantren sebesar 6.190 jiwa, dengan kepadatan penduduk 1.655
8

jiwa/km2, sedangkan yang paling sedikit penduduknya adalah Desa


Pesantren sebesar 2.577jiwa dengan kepadatan penduduk 1.141
jiwa/km2. Kepadatan penduduk total wilayah Puskesmas II Tambak
adalah 1.422 jiwa/km2. Penyebaran penduduknya cukup merata, mulai
dari daerah yang dekat jalan raya sampai ke daerah.
3. Petugas kesehatan
Tenaga kesehatan merupakan tenaga kunci dalam mencapai
keberhasilan pembangunan bidang kesehatan. Jumlah tenaga kesehatan
dalam wilayah Puskesmas II Tambak adalah sebagai berikut :
a. Tenaga Medis
Tenaga Medis atau dokter yang ada di sarana kesehatan dalam wilayah
Puskesmas II Tambak ada 2 (dua) orang dokter umum, yaitu dokter
umum yang bekerja di Puskesmas II dengan rasio 10/100.000 jumlah
penduduk. Menurut standar Indikator Indonesia Sehat (IIS) tahun 2010
ratio tenaga medis per 100.000 penduduk adalah 40 tenaga medis,
berarti tenaga medis masih kurang.
b. Dokter Spesialis
Dokter spesialis tidak ada. Standar IIS 2010, 6/100.000 penduduk.
c. Dokter Gigi
Dokter gigi tidak ada. Standar IIS 2010, 11/100.000 penduduk
d. Tenaga Farmasi
Tenaga farmasi tidak ada. Standar IIS 2010, 10/100.000 penduduk
e. Tenaga Bidan
Tenaga D-III Kebidanan jumlahnya 7 orang. Berarti ratio tenaga bidan
adalah 34,38/100.000 penduduk. Standar IIS 2010, jumlah tenaga
bidan 100/100.000 atau 16 bidan. Dengan demikian jumlah bidan di
wilayah Puskesmas II tambak masih kurang 9 bidan. Saat ini ada
tambahan 2 bidan kontrak.
f. Tenaga Perawat
Tenaga perawat kesehatan yang ada di Puskesmas II Tambak lulusan
SPK ada 2 orang dan D-III Keperawatan 3 orang, jumlah seluruhnya
ada 5 orang perawat (ratio 31/100.000 jumlah penduduk). Standar IIS
9

tahun 2010, adalah 117,5/100.000 penduduk (sekitar 19 perawat).


Berarti kurang 14 orang perawat.
g. Tenaga Gizi
Tenaga Gizi di Puskesmas II Tambak jumlahnya 1 orang, lulusan D-III
Gizi, ratio 4,91/100.000 penduduk. Standar IIS 2010, 22/100.000
penduduk (3,5 ahli gizi). Berarti kurang 3 orang ahli gizi.
h. Tenaga Sanitasi
Tenaga Sanitasi ada 1 orang dengan pendidikan D-I.Ratio 6/100.000
penduduk. Standar IIS 2010, 40/100.000 penduduk (6,5 tenaga
sanitasi). Kurang 5 orang tenaga sanitasi.
i. Tenaga Kesehatan Masyarakat
Tenaga Kesehatan Masyarakat ada 2 orang. Standar IIS tahun 2010,
40/100.000 penduduk (6,5). Masih kurang 4 orang tenaga kesehatan
masyarakat.
Tabel 1. Ratio Jumlah Tenaga Kesehatan terhadap Jumlah Penduduk di
Puskesmas II Tambak, tahun 2014.
Jumlah Ratio per Target IIS
No Jenis Tenaga Tenaga 100.000 per 100.000
Kesehatan penduduk penduduk
1 Dokter Umum 2 10 40
2 Dokter Spesialis 0 0 6
3 Dokter Gigi 0 0 11
4 Farmasi 0 0 10
5 Bidan 9 34,38 100
6 Perawat 5 24,56 117,5
7 Ahli Gizi 1 4,91 22
8 Sanitasi 1 6 40
Kesehatan
9 2 24 40
Masyarakat
Sumber: Data Primer Puskesmas II Tambak

4. Sarana Kesehatan
a. Sarana Kesehatan Dengan Kemampuan Labkes
Puskesmas II Tambak satu-satunya sarana kesehatan yang mempunyai
kemampuan Labkes di wilayah Puskesmas II Tambak.
b. Rumah Sakit Yang Menyelenggarakan 4 Pelayanan Dasar
Rumah Sakit yang menyelenggarakan 4 pelayanan dasar tidak ada.
10

c. Pelayanan Gawat Darurat


Pelayanan gawat darurat di wilayah Puskesmas II Tambak hanya ada
di Puskesmas.

5. Pembiayaan Kesehatan
Penyelenggaraan pembiayaan di Puskesmas II Tambak terdiri dari
operasional umum, Jamkesmas, Jampersal dan dana BOK dengan tujuan
agar semua program kesehatan di Puskesmas II Tambak ini berjalan
dengan lancer dan mencapai target yang telah ditentukan. Anggaran dana
operasional umum di Rencana Kerja Anggaran tahun 2012 adalah
Rp.99.313.000,00 (sembilan puluh sembilan juta tiga ratus tiga belas ribu
rupiah), dan dapat direalisasikan Rp. 95.523.671,00 (96,2%). Rencana
anggaran untuk tahun 2013 sama seperti tahun 2012 yaitu
Rp.99.313.000,00.Sedangkan untuk dana Jamkesmas dan Jampersal tahun
2012 direncanakan sebesar Rp. 174.875.050,00 dan dapat direalisasikan
sebesar Rp. 78.982.800,00 (45,16%). Kemudian untuk RKA tahun 2013
Jamkesmas Jampersal adalah Rp. 148.576.200,00.
Dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) tahun 2012 di
rencanakan Rp. 58.000,00 (lima puluh delapan juta rupiah) dan 100%
dapat direalisasikan. Tahun 2013 dana BOK dianggarkan sebesar
Rp.60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah).

6. Capaian Program dan Derajat Kesehatan Masyarakat


Untuk melihat gambaran dari derajat kesehatan masyarakat di
wilayah Puskesmas II Tambak, dapat dilihat dari angka kematian
(mortalitas), angka kesakitan (morbiditas) dan status gizi.
a. Mortalitas
Angka kematian dapat dipergunakan untuk menilai derajat
kesehatan masyarakat diwilayah tertentu dalam waktu
tertentu.Disamping untuk mengetahui derajat kesehatan, juga dapat
digunakan sebagai tolok ukur untuk menilai tingkat keberhasilan dari
program pembangunan kesehatan dan pelayanan kesehatan di suatu
11

wilyah tertentu. Angka kematian berdasarkan data yang dihimpun dari


berbagai sumber dipaparkan sebegai berikut dibawah ini.
1) Angka Kematian Bayi
Angka kelahiran hidup di wilayah Puskesmas II Tambak tahun
2013 adalah 336 (163 laki-laki dan173 perempuan). Sedangkan kasus
bayi mati 5 bayi. Berarti angka kematian bayi (AKB) di wilayah
Puskesmas II Tambak adalah 14,7 per 1.000 kelahiran hidup.
Jika dibandingkan dengan AKB Puskesmas II Tambak tahun
lalu yaitu 13,4/1.000 kelahiran maka terjadi kenaikan 1,3/1.000
kelahiran hidup. Dan jika dibandingkan dengan target Millenium
Development Goals (MDGS) tahun 2015 sebesar 17/1000 kelahiran
hidup maka AKB di Puskesmas II Tambak termasuk baik karena telah
melampaui target.

20
16.6
15 14.76 14.7
13.4
10 9.87

0
2009 2010 2011 2012 2013

Gambar 1.
Grafik Angka Kematian Bayi Per 1.000 Kelahiran Hidup
Di Puskesmas II Tambak Tahun 2009 – 2013

2) Angka Kematian Ibu


Angka Kematian Ibu (AKI) adalah kematian yang terjadi pada
ibu karena peristiwa kehamilan, persalinan, dan masa nifas. Angka
kematian ibu (AKI) tahun 2013 tidak ada kasus, tahun 2012 adalah 3
kasus atau 1.003,3 per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan tahun
12

2011 adalah 662,3 per 100.000 kelahiran hidup. Kemudian tahun 2009
sampai tahun 2010 tidak ada kasus kematian ibu.
Angka-angka tersebut diatas masih belum mencapai target AKI
Jawa Tengah yaitu, 60 per 100.000 kelahiran hidup. Dilihat dari
kenyataan ini dapat dikatakan bahwa program KIA belum berjalan
secara optimal.
3) Angka Kematian Balita
Angka kematian Balita tahun 2013 nihil. Sedangkan balita mati
pada tahun 2011 juga nihil atau 0/1.000 kelahiran hidup. Tahun 2008
dan tahun 2009 angka kematian Balita juga 0/1.000 kelahiran hidup.
Ini menunjukan hasil pencapaian yang baik dan perlu untuk
dipertahankan.
b. Morbiditas
1) Malaria
Pada tahun 2013 tidak ditemukan kasus malaria positif maupun
malaria klinis. Demikian juga pada tahun 2011 dan 2012 juga tidak
ditemukan kasus malaria. Kasus malaria terakhir pada tahun 2010
ditemukan malaria klinis sebanyak 32 atau 1,61 per 1000 penduduk.
Positif malaria 3 kasus (1,6/1000 pddk) atau 9 % dari jumlah malaria
klinis. Semua mendapatkan pengobatan. Bila dibandingkan dengan
tahun 2009 terjadi peningkatan kasus karena pada tahun 2009 positif
malaria hanya 2 kasus (0,1/1000 pddk). Walau angkanya termasuk
kecil, dan tidak menunjukan endemis malaria namun demikian perlu
diwaspadai karena semua kasus malaria disini adalah eksodan dari
luar jawa.
2) TB Paru
Jumlah penemuan TB Paru BTA positif tahun 2013 adalah
sebanyak 9 kasus atau CDR 45/100.000 penduduk. Kasus TB Paru
BTA positif diobati 10, sembuh 4 dan pengobatan lengkap 2. Dengan
angka kesuksesan (SUCCESS RATE/SR) 60,00%. Tahun 2012
sebanyak 5 kasus atau CDR 25/100.000 penduduk. Tahun 2011 adalah
13

12 kasus atau CDR 60/100.000 penduduk. Sedangkan tahun 2010


kasus TB Paru BTA positif 7 kasus atau 33/100.000 penduduk.
3) HIV/AIDS
Kasus HIV tidak pernah ada yang terdeteksi dalam wilayah
kerja atau tidak pernah ada kasus positif HIV.Hal ini tidak bisa
menunjukan secara pasti tidak adanya kasus HIV, sebab bisa
dimungkinkan ada kasus tetapi tidak karena pemeriksaan laborat
untuk penderita HIV sementara baru dilakukan pada klinik VCT atau
di PMI pada waktu donor darah.Dan Puskesmas selaku yang
mempunyai wilayah belum pernah mendapatkan tembusan hasil
pemeriksaan laborat dari klinik VCT maupun PMI karena laporan
langsung ke tingkat kabupaten.
4) Acute Flaccid Paralysis (AFP)
Tidak ditemukan kasus AFP dalam wilayah kerja Puskesmas II
Tambak tahun 2013 maupun tahun sebelumnya. Hal ini dapat
dijadikan indikator keberhasilan program, baik program immunisasi
polio maupun program penemuan penderita AFP. Namun demikian
kita harus tetap waspada akan terjadinya AFP karena angka penemuan
penderita AFP kabupaten tahun 2011 adalah 6 kasus dan tahun 2010,
ditemukan 2 kasus.
5) Demam Berdarah Dengue (DBD)
Kasus DBD pada tahun 2013 ditemukan 2 kasus. Sedangkan
pada tahun 2012 dan tahun 2011 tidak ditemukan. Pada tahun 2010
ada 5 kasus (25,13/100.000 pddk) dan pada tahun 2009 juga
ditemukan 5 kasus (25,45/100.000 pddk). Hal ini menunjukan
terjadinya peningkatan kasus DBD dari tahun 2009 sampai tahun
2010. Ini perlu diwaspadai terutama masalah penularan penyakit DBD
ini terkait erat dengan masalah lingkungan. Program pemberantasan
sarang nyamuk tentunya perlu ditingkatan lagi selain dilakukan
fogging apabila terjadi kasus DBD di wilayah tertentu.
14

30

25

20

15

10

0
2009 2010 2011 2012 2013
Gambar 2.
Grafik Kasus DBD Per 100.000 Penduduk Di Puskesmas II Tambak
Tahun 2009-2013

6) Penyakit Tidak Menular


Kasus penyakit tidak menular yang terbanyak adalah Hipertensi,
kemudian diikuti oleh Diabetes Militus (DM), sedangkan peringkat
ketiga asma bronkhiale dan sebagainya. Kalau dianalisa maka
kebanyakan penyakit tidak menular disebabkan oleh pola hidup yang
kurang sehat. Mulai dari pola makan, pola olahraga dan istirahat yang
tidak baik yang bisa memicu timbulnya penyakit tidak menular ini.
7) Hipertensi
Angka kejadian hipertensi di Puskesmas II Tambak pada tahun
2011 mencapai 366 kasus, dan pada tahun 2012 meningkat menjadi
380 kasus dan pada tahun 2013 didapatkan 406 kasus, Pada tahun
2014 dari bulan januari sampai oktober 2014, jumlah kasus hipertensi
mencapai 679 kasus, dimana jumlah tersebut selalu meningkat dari
tahun sebelumnya.
c. Status Gizi
Berdasarkan hasil Pemantauan Status Gizi di Posyandu melalui
penimbangan rutin tahun 2013, diperoleh hasil sebagai berikut :
1) Jumlah balita yang ada : 1.260 anak
2) Jumlah balita ditimbang : 990 anak (78,6%)
3) Jumlah balita yang naik BB-nya : 672 anak (67,9%)
15

4) Jumlah BGM :15 anak (1,5%)


5) Jumlah Gizi buruk :1 anak (0,079%).
Dari hasil tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa balita yang
ditimbang pada tahun 2013 mencapai angka 78,6% terjadi
peningkatan jika dibanding dengan tahun 2012 (69,3%). Angka balita
yang naik berat badannya mencapai 67,9 % ini berarti terjadi
penurunan apabila dibandingkan dengan tahun 2012 (74,2%). Angka
BGM (1,5%) dan BGT (0%) cukup baik karena masih jauh dari angka
15% sebagai angka batasan maksimal BGM. Hal ini menunjukan
bahwa program gizi sudah cukup berhasil, namun demikian perlu
ditingkatkan kinerja posyandu terutama untuk mengaktifkan peran
serta untuk meningkatkan angka kehadiran balita di masing-masing
posyandu.

B. Input
1. Man (Tenaga Kesehatan)
Tenaga kesehatan merupakan tenaga kunci dalam mencapai
keberhasilan pembangunan bidang kesehatan. Jumlah tenaga kesehatan
dalam wilayah Puskesmas II Tambak adalah sebagai berikut:
a. Tenaga Medis
Tenaga Medis atau dokter yang ada di sarana kesehatan dalam wilayah
Puskesmas II Tambak ada 2 (dua) orang dokter umum, yaitu dokter
umum yang bekerja di Puskesmas II dengan rasio 10/100.000 jumlah
penduduk. Menurut standar Indikator Indonesia Sehat (IIS) tahun 2010
ratio tenaga medis per 100.000 penduduk adalah 40 tenaga medis,
berarti tenaga medis masih kurang.
b. Dokter Spesialis
Dokter spesialis tidak ada. Standar IIS 2010, 6/100.000 penduduk.
c. Dokter Gigi
Dokter gigi tidak ada. Standar IIS 2010, 11/100.000 penduduk
d. Tenaga Farmasi
Tenaga farmasi tidak ada. Standar IIS 2010, 10/100.000 penduduk
16

e. Tenaga Bidan
Tenaga D-III Kebidanan jumlahnya 7 orang. Berarti ratio tenaga bidan
adalah 34,38/100.000 penduduk. Standar IIS 2010, jumlah tenaga bidan
100/100.000 atau 16 bidan. Dengan demikian jumlah bidan di wilayah
Puskesmas II tambak masih kurang 9 bidan.
f. Tenaga Perawat
Tenaga perawat kesehatan yang ada di Puskesmas II Tambak lulusan
SPK ada 2 orang dan D-III Keperawatan 3 orang, jumlah seluruhnya
ada 5 orang perawat (ratio 24,56/100.000 jumlah penduduk). Standar
IIS tahun 2010, adalah 117,5/100.000 penduduk (sekitar 19 perawat).
Berarti masih kurang 14 orang perawat.
g. Tenaga Gizi
Tenaga Gizi di Puskesmas II Tambak jumlahnya 1 orang, lulusan D-III
Gizi, ratio 4,91/100.000 penduduk. Standar IIS 2010, 22/100.000
penduduk (3,5 ahli gizi). Berarti kurang 3 orang ahli gizi.
h. Tenaga Sanitasi
Tenaga Sanitasi ada 1 orang dengan pendidikan D-I. Ratio 6/100.000
penduduk. Standar IIS 2010, 40/100.000 penduduk (6,5 tenaga
sanitasi). Kurang 5 orang tenaga sanitasi.
i. Tenaga Kesehatan Masyarakat
Tenaga Kesehatan Masyarakat ada 2 orang. Standar IIS tahun 2010,
40/100.000 penduduk (6,5). Masih kurang 4 orang tenaga kesehatan
masyarakat.
17

Tabel 2. Ratio Jumlah Tenaga Kesehatan terhadap Jumlah Penduduk di


Puskesmas II Tambak

Jumlah Ratio
Target IIS /
No Jenis Tenaga Tenaga /100.000
100.000 pddk
Kesehatan pddk
1. Dokter Umum 2 10 40
2. Dokter Spesialis 0 0 6
3. Dokter Gigi 0 0 11
4. Farmasi 0 0 10
5. Bidan 7 34,38 100
6. Perawat 5 24,56 117,5
7. Ahli Gizi 1 4,91 22
8. Sanitasi 1 6 40
9. Kesh. Masy 2 24 40

Tabel 3. Nama dan Jumlah Tenaga Medis, Paramedis dan Non medis
Puskesmas II Tambak Tahun 2015
NAMA NIP PANGKAT/GOL JABATAN
Kepala
dr. Harry Widyatomo 198212202010011016 Penata/IIIC
Puskesmas
dr.Agus Suyudi 195808221986031016 Pembina Tk. I/IVb Dokter
Penata Tk I/ III d
Eko Suyatini,Amd.Keb 196812031989032009 Bidan
Lilis Lismawati, Amd. Penata Tk I/ III d
196911031989032003 Bidan
Keb
Marino 196309031985031009 Penata Tk I/ III d Sanitarian
Muji Rahadi 196212291985031011 Penata Tk I/ III d Perawat
Eko Wardoyo, AMK 197007261991031003 Penata Tk I/ III d Perawat
Sulistijo, AMK 197108201991031004 Penata Tk I/ III d Perawat

Maria Purwantiningsih,
196503241991032002 Penata / III c Gizi
AMG
Penata Muda Tk
Pujiwanto 195908071987031014 Staf
I/IIIb
Penata Muda Tk
Sairun 196508161989031018 Staf
I/IIIb
Penata Muda Tk
Roisah 196502031991032007 Ka. Subag
I/IIIb
Zuhrotun Abadiyah, Penata Muda Tk
198501172011012009 Epidemiolog
SKM I/IIIa
Penata Muda Tk
Dwi Indriana M, SKM 198507122011012004 Promkes
I/IIIa
Sawinah 195804151980072001 Pengatur/IId Staf
Nursasi Sri Harpeni,
197905012009032002 Pengatur/IId Perawat
AMK
Tusem, Amd.Keb 197207242006042011 Pengatur/IIc Bidan
18

Sri Wahyuni, Amd.Keb 197704292008012008 Pengatur/IIc Bidan


Arif Hidayat, AMKG 198607212011011006 Pengatur/IIc Perawat Gigi
196502032007012008 Pengatur Muda Tk
Rodiyah Staf
I/IIb
Uun Kunaefi, Amd.Keb 11.4.048.4664 PTT Bidan desa
Tri Mulyani, Amd.Keb 11.4.3402742 PTT Bidan desa
Erliyas Wiwit W.,
11.4.3300986 PTT Bidan desa
Amd. Keb
Administrasi
Khamiyati Honorer
loket
Dian Isnaeni, AMK Honorer Perawat
Yekti Kusumawati Honorer Perawat
Ninuk Retno M.H,
Honorer Perawat
AMK
Susi Reniati Honorer Administrasi
Uswah Hikmawati,
Honorer Perawat
AMK
Lidi Prihasto, AMK Honorer
Apriliana Dewi K.,
Kontrak Bidan
Amd.Keb
Siti Kamilatun, S.ST Kontrak Akutansi

2. Money (Pembiayaan Kesehatan)


Penyelenggaraan pembiayaan di Puskesmas terdiri dari
operasional umum, Jamkesmas, Jampersal dan dana BOK. Semua
anggaran ini tujuannya adalah agar semua program kesehatan di
puskesmas bisa berjalan sesuai yang diharapkan dan bisa mencapai
target target yang telah ditentukan. Oleh karena itu semua anggaran
ini saling melengkapi satu sama lain.
Anggaran dana operasional umum di Rencana Kerja Anggaran
tahun 2013 adalah Rp.99.313.000,00 (sembilan puluh sembilan juta
tiga ratus tiga belas ribu rupiah), dan dapat direalisasikan Rp.
95.523.671,00 (96,2%). Rencana anggaran untuk tahun 2013 sama
seperti tahun 2012 yaitu Rp.99.313.000,00.
Dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) tahun 2012 di
rencanakan Rp. 58.000,00 (lima puluh delapan juta rupiah) dan 100%
dapat direalisasikan. Tahun 2013 dana BOK dianggarkan sebesar
Rp.60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah). Untuk anggaran program
promosi kesehatan sendiri pada tahun 2014 berasal dari Puskesmas
BOK sejumlah Rp 7.285.000
19

3. Material (Sarana Kesehatan)


Di wilayah kerja Puskesmas II Tambak tidak ada puskesmas
pembantu, namun terdapat 2 buah polindes, 3 bidan desa, 24 posyandu
balita dan 11 posyandu lansia yang tersebar di 5 desa wilayah kerja
Puskesas II Tambak. Puskesmas II Tambak satu satunya sarana
Kesehatan yang mempunyai kemampuan Labkes di wilayah
Puskesmas II Tambak dan pelayanan gawat darurat di wilayah
Puskesmas II Tambak hanya ada di Puskesmas
4. Methode
Ketrampilan diperoleh dari pelatihan-pelatihan yang diadakan oleh
Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas yang diadakan secara
insidensil.
C. Analisis Strength, Weakness, Opportunity, Threat (SWOT)
Analisis penyebab masalah dilakukan berdasarkan pendekatan sistem
sehingga dilihat apakah output (skor pencapaian suatu indikator kinerja)
mengalami masalah atau tidak. Apabila ternyata bermasalah, penyebab
masalah tersebut dapat kita analisis dari input dan proses kegiatan tersebut.
1. Strength
Kelebihan yang menjadi titik tumpu keberhasilan program Kunjungan
Ibu Hamil K4 (KIHK4) dijabarkan sebagai berikut.
Input
a. Man
Terdapat sumber daya manusia berupa bidan desa yang mencukupi,
dimana setiap bidan memiliki wilayah kerjanya masing-masing dan
memiliki fokus di setiap desa.
b. Money
Masalah anggaran tidak ada masalah bagi keberlangsungan program
ini.
c. Material
Masalah pengadaan barang dan bahan habis pakai dalam rangka
pemeriksaan rutin ibu hamil juga tidak mengalami permasalahan.
20

d. Method
Dalam mempromosikan program Kunjungan Ibu Hamil K4, bidan
telah melaksanakan dengan cukup baik di masing-masing
wilayahnya.
e. Minute
Waktu yang diperlukan untuk melakukan program ini tidak terlalu
menyita kesibukan, dimana bidan desa masih dapat melakukan
program-program promotif lainnya.
f. Market
Keberadaan ibu hamil yang tersebar di setiap desa dapat menjadi
sasaran program kerja ini.
Proses
Sejauh ini proses pelaksanaan KIHK4 berjalan dengan lancar, apabila
terdapat kesulitan, bidan desa biasanya secara sukarela berkonsultasi
kepada dokter Agus Suyudi (mantan kepala puskesmas di Puskesmas II
Tambak).
2. Weakness
a. Ketiadaan figur kepala puskesmas yang bersifat mengarahkan,
mengontrol, dan menegur menjadi kesulitan tersendiri bagi rekan-
rekan bidan.
b. Perlu dilakukan penjelasan lebih lanjut mengenai pentingnya
kunjungan empat kali dan bagaimana prosedurnya. Masih
dimungkinkan terdapat ibu hamil yang hanya beranggapan “satu kali
kunjungan sudah cukup” atau “saya enggan memeriksakan diri,
takut biayanya membengkak”.
c. Masih rendahnya ibu hamil yang berkunjung memeriksakan diri
selama kehamilannya (83,71% dari target 95%) merupakan salah
satu masalah yang bisa disebabkan oleh kurang tertariknya animo
masyarakat khususnya ibu hamil terhadap pemeriksaan kesehatan
oleh bidan desa setempat. Dimungkinkan terdapat beberapa ibu
hamil yang memeriksakan diri ke bidan/tenaga kesehatan lain di luar
21

wilayah cakupan Puskesmas II Tambak sehingga tidak masuk dalam


pendataan.
d. Selain itu, dalam KIHK4 masih belum terdapat Standar Operasional
Prosedur/Prosedur Tetap (SOP/Protap) yang detail dan konsisten
apabila menemui kondisi obstetri patologis. Diperlukan perancangan
SOP dan protap segera agar memudahkan keberlangsungan KIHK4
ke depannya. Dalam masing-masing KIHK4, bidan mengakui masih
belum dilaksanakannya konsultasi lintas program secara rutin
(misalnya konsultasi ke BP Umum, BP Gigi, Gizi, dsb.), dimana saat
ini konsultasi tersebut hanya dilakukan pada saat terdapat keluhan
spesifik dari ibu hamil yang bersangkutan.
Output
Berdasarkan rekapitulasi hasil pengkajian data, hanya 83,71% angka
kunjungan ibu hamil K-4, angka tersebut belum memenuhi target
cakupan yaitu 95% pada tahun 2014.
3. Opportunity
a. Adanya bantuan dana operasional kesehatan dari Kabupaten
Banyumas
b. Adanya dokter umum yang mendukung kegiatan bidan khususnya
dalam program KIH4
c. Adanya sistem perujukan yang relatif lebih konsisten dan terstruktur
semenjak adanya program BPJS.
4. Threat
a. Ibu hamil yang memiliki keterbatasan dana terutama dalam
pembiayaan kesehatan
b. Ibu hamil yang memiliki keterbatasan akses fasilitas kesehatan
(transportasi, lokasi)
c. Peningkatan jumlah ibu hamil pendatang yang melahirkan di
wilayah Puskesmas II Tambak, padahal sebelumnya tidak
memeriksakan diri secara rutin di bidan yang bertugas di wilayah
puskesmas tersebut, sehingga terjadi penurunan angka KIHK4 yang
signifikan.
22

III. PEMBAHASAN ISU STRATEGIS DAN ALTERNATIF PEMECAHAN


MASALAH

A. Pembahasan Isu Strategis


Rendahnya angka capaian program KIHK4 yaitu 83,71% dari target
95% pada tahun 2014 merupakan salah satu masalah yang terdapat di
Puskesmas II Tambak. Berdasarkan hasil kajian kami, terdapat beberapa
permasalahan yang berhasil diidentifikasi dalam program KIHK4, antara lain
ketiadaan figur kepala puskesmas pada tahun 2014 karena sebelumnya masih
dipegang oleh Pelaksana Tugas sementara, kurangnya penekanan pada ibu
hamil mengenai pentingnya kunjungan minimal empat kali dalam satu
periode kehamilan, belum jelasnya prosedur pelaksanaan dan ketiadaan
standar operasional prosedur, adanya ibu hamil yang memeriksakan diri di
luar puskesmas sehingga luput dari pendataan, serta belum terlaksananya
konsultasi lintas program.
Figur kepala puskesmas dibutuhkan dalam rangka mengarahkan,
mengevaluasi, dan mengontrol pelaksanaan program. Bidan desa selama ini
merasa kurang diarahkan oleh karena ketiadaan posisi kepala puskesmas,
yang saat ini telah teratasi oleh adanya kepala puskesmas baru. Ibu hamil
secara umum masih dimungkinkan belum paham sepenuhnya mengenai
pentingnya pemeriksaan kehamilan sebanyak minimal empat kali selama
periode kehamilan. Pemeriksaan kehamilan (antenatal care) dibutuhkan
untuk mengetahui kondisi ibu hamil dan melakukan screening faktor risiko
yang dapat berkontribusi pada proses kehamilan dan/atau persalinan. Pada
trimester pertama, selain dilakukan pemeriksaan fisik obstetri dan ginekologi,
juga diperlukan pemeriksaan golongan darah (sistem ABO, rhesus) dan kadar
hemoglobin darah. Apabila diperlukan, pemeriksaan penapisan tetanus,
tuberculosis, TORCH, sifilis, malaria, dan HIV juga dilakukan pada ibu hamil
yang memiliki faktor risiko. Selanjutnya, pada pemeriksaan ibu hamil di
trimester kedua dilakukan untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan
janin serta kemungkinan munculnya hipertensi dan/atau diabetes gestasional.
23

Pemeriksaan trimester ketiga juga dilakukan sebanyak minimal dua kali untuk
memantau kehamilan dan melihat kadar hemoglobin kembali.
Ketiadaan standar operasional prosedur menjadi masalah tersendiri
bagi bidan desa apabila menemui kondisi patologis, karena dimungkinkan
terdapat variasi antar bidan dalam penatalaksanaan dan manajemen ibu hamil.
Ibu hamil yang luput dari pendataan juga dapat menambah masalah di
kemudian hari, terutama apabila kondisi patologis tidak terdeteksi dan ibu
hamil sudah masuk ke masa persalinan. Tentu hal ini dapat berbahaya bagi ibu
dan dapat berdampak kepada peningkatan angka kematian ibu dan bayi.
Adapun konsultasi lintas program (BP, Gizi, dan Gizi) yang masih belum rutin
dilakukan menjadi masalah tersendiri, karena adanya kondisi patologis bisa
saja asimtomatis. Padahal selama ini konsultasi baru akan dilakukan jika
terdapat masalah. Ibu hamil tetap harus dilihat secara holistik dan
komprehensif sebagai seorang subyek yang memiliki berbagai aspek
kesehatan dan harus ditinjau seksama.

B. Alternatif Pemecahan Masalah


Beberapa alternatif pemecahan masalah yang kami ajukan adalah sebagai
berikut.
1. Kepala puskesmas melakukan rapat koordinasi bersama bidan desa untuk
membahas kesulitan yang dialami selama ini dalam rangka pelaksanaan
program KIHK4.
2. Pembuatan standar operasional prosedur untuk kondisi patologis sesuai
literatur terkini dan disosialisasikan kepada setiap bidan desa, mencakup
kemungkinan adanya penyakit infeksi pada ibu hamil, intrauterine
growth retardation, hipertensi dalam kehamilan, diabetes gestasional,
anemia defisiensi besi, hiperemesis gravidarum, perdarahan prepartum,
trauma ibu hamil, gemeli, dan lain-lain dalam bentuk program ANC
terpadu.
3. Menggalakan konsultasi lintas program secara rutin tanpa menunggu
adanya keluhan dari ibu hamil.
24

4. Sosialisasi pentingnya kunjungan ibu hamil sebanyak minimal empat kali


di setiap desa, menggunakan metode penyuluhan yang dibungkus dalam
acara senam sehat atau jalan sehat sehingga setiap masyarakat memahami
tentan pentingnya program ini dan dapat saling mengingatkan, bukan
hanya pada ibu hamil.
5. Melakukan pendataan secara seksama mengenai jumlah ibu hamil,
alamat ibu hamil, dan mencatat hasil pemeriksaan ibu hamil apabila ia
memeriksakan diri ke fasilitas pelayanan kesehatan selain bidan
desa/puskesmas.
Dengan melaksanakan program KIHK4 secara konsisten dan kontinu,
diharapkan AKI dan AKB dapat ditekan seminimal mungkin dan dapat
mewujudkan Millenium Development Goals.
25

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1. Program kesehatan yang masih memiliki masalah dalam pelaksanaan dan
pencapaiannya adalah kunjungan ibu hamil K4 di wilayah kerja
Puskesmas II Tambak pada tahun 2014.
2. Beberapa hal yang menjadi dasar ketidaktercapaian program tersebut
antara lain:
a. ketiadaan figur kepala puskesmas karena sebelumnya masih
dipegang oleh Pelaksana Tugas sementara,
b. kurangnya penekanan pada ibu hamil mengenai pentingnya
kunjungan minimal empat kali dalam satu periode kehamilan,
c. belum jelasnya prosedur pelaksanaan dan ketiadaan standar
operasional prosedur,
d. adanya ibu hamil yang memeriksakan diri di luar puskesmas
sehingga luput dari pendataan, serta
e. belum terlaksananya konsultasi lintas program.

B. Saran
1. Rapat koordinasi antara kepala puskesmas dan bidan desa
2. Pembuatan standar operasional prosedur untuk kondisi patologis sesuai
literatur terkini dan disosialisasikan kepada setiap bidan desa dalam
bentuk program ANC Terpadu
3. Menggalakan konsultasi lintas program secara rutin tanpa menunggu
adanya keluhan dari ibu hamil.
4. Sosialisasi pentingnya kunjungan ibu hamil sebanyak minimal empat kali
di setiap desa.
5. Melakukan pendataan secara saksama tentang ibu hamil di wilayah
Puskesmas II Tambak, juga mencakup ibu hamil yang memeriksakan diri
ke fasilitas pelayanan kesehatan selain bidan desa/puskesmas.

Anda mungkin juga menyukai