Disusun Oleh:
Raditya Bagas Wicaksono G4A014067
Annisa Farah Fadhilah G4A016068
Pembimbing
dr. Harry Widyatomo
OKTOBER 2015
LEMBAR PENGESAHAN
Disusun oleh:
Raditya Bagas Wicaksono G4A014067
Annisa Farah Fadhilah G4A014068
Pembimbing Lapangan
DAFTAR ISI
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan salah satu layanan sosial dasar yang harus
dipenuhi oleh pemerintah sebagai kewajibannya untuk menjaga kesejahteraan
masyarakat. Kesehatan adalah hak asasi manusia dan sekaligus investasi
untuk keberhasilan pembangunan bangsa. Untuk itu diselenggarakan
pembangunan kesehatan secara menyeluruh dan berkesinambungan.Dalam
pelaksanaannya, pembangunan kesehatan saat ini harus lebih mengutamakan
paradigma sehat, daripada paradigma sakit. Hal ini berarti pelayanan
kesehatan lebih diarahkan secara terpadu pada proses promotif dan preventif,
tanpa melupakan kuratif dan rehabilitatif.Salah satu langkah untuk mencapai
tujuan tersebut adalah dengan dikembangkannya sarana dan prasarana
kesehatan oleh pemerintah, diantaranya adalah Polindes, Puskesmas dan
Rumah Sakit.
Berdasarkan Kepmenkes No. 128 tahun 2004, Puskesmas adalah
penanggung jawab penyelenggara upaya kesehatan untuk jenjang tingkat
pertama. Puskesmas merupakan unit organisasi pelayanan kesehatan terdepan
yang mempunyai misi sebagai pusat pengembangan pelayanan, yang
melaksanakan pembinaan dan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan
terpadu untuk masyarakat yang tinggal disuatu wilayah kerja tertentu.
Wilayah kerja puskesmas pada mulanya ditetapkan satu kecamatan, kemudian
dengan semakin berkembangnya kemampuan dana yang dimiliki oleh
pemerintah untuk membangun puskesmas, wilayah kerja puskesmas
ditetapkan berdasarkan jumlah penduduk di satu kecamatan, kepadatan dan
mobilitasnya.
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/
kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di
suatu wilayah kerja. Puskesmas sebagai pusat pembangunan kesehatan
memegang peranan yang penting karena fungsi dari puskesmas adalah
mengembangkan dan membina kesehatan masyarakat serta
5
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mampu menganalisa masalah kesehatan dan metode pemecahan masalah
kesehatan di Puskesmas II Tambak
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui gambaran umum keadaan kesehatan di wilayah kerja
Puskesmas II Tambak.
b. Mengetahui secara umum program dan cakupan program Kunjungan
Ibu Hamil K4 di Puskesmas II Tambak.
c. Mengetahui pelaksanaan dan keberhasilan program Kunjungan Ibu
Hamil K4 di Puskesmas II TambakKabupaten Banyumas.
6
C. Manfaat Penulisan
1. Sebagai bahan wacana bagi Puskesmas untuk memperbaiki kekurangan
yang mungkin masih ada dalam program Kunjungan Ibu Hamil K4
Puskesmas II Tambak.
2. Sebagai bahan pertimbangan bagi Puskesmas, khususnya pemegang
program kerja Kunjungan Ibu Hamil K4 dalam melakukan evaluasi
dalam kinerja program Kunjungan Ibu Hamil K4 di Puskesmas II
Tambak.
3. Sebagai bahan untuk perbaikan program kerja Kunjungan Ibu Hamil K4
kearah yang lebih baik guna mengoptimalkan mutu pelayanan kepada
masyarakat pada umumnya dan individu pada khususnya di wilayah kerja
Puskesmas II Tambak
4. Sebagai bahan untuk memperbaiki kekurangan dari program kerja
Kunjungan Ibu Hamil K4 yang masih dimiliki oleh Puskesmas II
Tambak
7
A. Gambaran Umum
1. Keadaan Geografi
Puskesmas II Tambak merupakan wilayah timur jauh (tenggara)
dari Kabupaten Banyumas, dengan luas wilayah 1.432 Ha atau sekitar
1,1% dari luas kabupaten Banyumas. Wilayah Puskesmas II Tambak
terdiri dari 5 desa yaitu: Purwodadi, Karangpucung, Prembun, Purwodadi
dan Buniayu. Desa yang paling luas adalah Purwodadi yaitu 374 ha,
sedangkan desa yang wilayahnya paling sempit adalah Karangpucung
yaitu sekitar 218 ha.
Wilayah Puskesmas II Tambak terletak diperbatasan Kabupaten
Banyumas dengan Kabupaten Kebumen, dan berbatasan dengan :
a. Disebelah utara : Desa Watuagung
b. Sebelah timur : Kabupaten Kebumen
c. Sebelah Selatan : Desa Gebangsari
d. Sebelah Barat : Desa Kamulyan, Desa Karangpetir.
Wilayah Puskesmas II Tambak terletak pada ketinggian sekitar 15
mdpl – 35 mdpl. Dengan suhu udara rata – rata sekitar 27 derajat celcius
dengan kelembaban udara sekitar 80 %. Sekitar 50 % dari luas tanah
adalah daerah persawahan, 43 % pekarangan dan tegalan dan 7 % lain-
lain.
2. Keadaan Demografi
a. Pertumbuhan Penduduk
Jumlah penduduk dalam wilayah Puskesmas II Tambak tahun 2013
berdasarkan data yang dari BPS adalah 20.361 jiwa. Terdiri dari
10.010 jiwa (49,16%) laki-laki dan 10.351 jiwa (50,83%) perempuan.
Jumlah keluarga 6.096 KK. Bila dibandingkan dengan jumlah
penduduk tahun 2012 (16.232 jiwa) mengalami kenaikan.
b. Kepadatan Penduduk
Jumlah penduduk tahun 2013 yang paling banyak adalah Desa
Pesantren sebesar 6.190 jiwa, dengan kepadatan penduduk 1.655
8
4. Sarana Kesehatan
a. Sarana Kesehatan Dengan Kemampuan Labkes
Puskesmas II Tambak satu-satunya sarana kesehatan yang mempunyai
kemampuan Labkes di wilayah Puskesmas II Tambak.
b. Rumah Sakit Yang Menyelenggarakan 4 Pelayanan Dasar
Rumah Sakit yang menyelenggarakan 4 pelayanan dasar tidak ada.
10
5. Pembiayaan Kesehatan
Penyelenggaraan pembiayaan di Puskesmas II Tambak terdiri dari
operasional umum, Jamkesmas, Jampersal dan dana BOK dengan tujuan
agar semua program kesehatan di Puskesmas II Tambak ini berjalan
dengan lancer dan mencapai target yang telah ditentukan. Anggaran dana
operasional umum di Rencana Kerja Anggaran tahun 2012 adalah
Rp.99.313.000,00 (sembilan puluh sembilan juta tiga ratus tiga belas ribu
rupiah), dan dapat direalisasikan Rp. 95.523.671,00 (96,2%). Rencana
anggaran untuk tahun 2013 sama seperti tahun 2012 yaitu
Rp.99.313.000,00.Sedangkan untuk dana Jamkesmas dan Jampersal tahun
2012 direncanakan sebesar Rp. 174.875.050,00 dan dapat direalisasikan
sebesar Rp. 78.982.800,00 (45,16%). Kemudian untuk RKA tahun 2013
Jamkesmas Jampersal adalah Rp. 148.576.200,00.
Dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) tahun 2012 di
rencanakan Rp. 58.000,00 (lima puluh delapan juta rupiah) dan 100%
dapat direalisasikan. Tahun 2013 dana BOK dianggarkan sebesar
Rp.60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah).
20
16.6
15 14.76 14.7
13.4
10 9.87
0
2009 2010 2011 2012 2013
Gambar 1.
Grafik Angka Kematian Bayi Per 1.000 Kelahiran Hidup
Di Puskesmas II Tambak Tahun 2009 – 2013
2011 adalah 662,3 per 100.000 kelahiran hidup. Kemudian tahun 2009
sampai tahun 2010 tidak ada kasus kematian ibu.
Angka-angka tersebut diatas masih belum mencapai target AKI
Jawa Tengah yaitu, 60 per 100.000 kelahiran hidup. Dilihat dari
kenyataan ini dapat dikatakan bahwa program KIA belum berjalan
secara optimal.
3) Angka Kematian Balita
Angka kematian Balita tahun 2013 nihil. Sedangkan balita mati
pada tahun 2011 juga nihil atau 0/1.000 kelahiran hidup. Tahun 2008
dan tahun 2009 angka kematian Balita juga 0/1.000 kelahiran hidup.
Ini menunjukan hasil pencapaian yang baik dan perlu untuk
dipertahankan.
b. Morbiditas
1) Malaria
Pada tahun 2013 tidak ditemukan kasus malaria positif maupun
malaria klinis. Demikian juga pada tahun 2011 dan 2012 juga tidak
ditemukan kasus malaria. Kasus malaria terakhir pada tahun 2010
ditemukan malaria klinis sebanyak 32 atau 1,61 per 1000 penduduk.
Positif malaria 3 kasus (1,6/1000 pddk) atau 9 % dari jumlah malaria
klinis. Semua mendapatkan pengobatan. Bila dibandingkan dengan
tahun 2009 terjadi peningkatan kasus karena pada tahun 2009 positif
malaria hanya 2 kasus (0,1/1000 pddk). Walau angkanya termasuk
kecil, dan tidak menunjukan endemis malaria namun demikian perlu
diwaspadai karena semua kasus malaria disini adalah eksodan dari
luar jawa.
2) TB Paru
Jumlah penemuan TB Paru BTA positif tahun 2013 adalah
sebanyak 9 kasus atau CDR 45/100.000 penduduk. Kasus TB Paru
BTA positif diobati 10, sembuh 4 dan pengobatan lengkap 2. Dengan
angka kesuksesan (SUCCESS RATE/SR) 60,00%. Tahun 2012
sebanyak 5 kasus atau CDR 25/100.000 penduduk. Tahun 2011 adalah
13
30
25
20
15
10
0
2009 2010 2011 2012 2013
Gambar 2.
Grafik Kasus DBD Per 100.000 Penduduk Di Puskesmas II Tambak
Tahun 2009-2013
B. Input
1. Man (Tenaga Kesehatan)
Tenaga kesehatan merupakan tenaga kunci dalam mencapai
keberhasilan pembangunan bidang kesehatan. Jumlah tenaga kesehatan
dalam wilayah Puskesmas II Tambak adalah sebagai berikut:
a. Tenaga Medis
Tenaga Medis atau dokter yang ada di sarana kesehatan dalam wilayah
Puskesmas II Tambak ada 2 (dua) orang dokter umum, yaitu dokter
umum yang bekerja di Puskesmas II dengan rasio 10/100.000 jumlah
penduduk. Menurut standar Indikator Indonesia Sehat (IIS) tahun 2010
ratio tenaga medis per 100.000 penduduk adalah 40 tenaga medis,
berarti tenaga medis masih kurang.
b. Dokter Spesialis
Dokter spesialis tidak ada. Standar IIS 2010, 6/100.000 penduduk.
c. Dokter Gigi
Dokter gigi tidak ada. Standar IIS 2010, 11/100.000 penduduk
d. Tenaga Farmasi
Tenaga farmasi tidak ada. Standar IIS 2010, 10/100.000 penduduk
16
e. Tenaga Bidan
Tenaga D-III Kebidanan jumlahnya 7 orang. Berarti ratio tenaga bidan
adalah 34,38/100.000 penduduk. Standar IIS 2010, jumlah tenaga bidan
100/100.000 atau 16 bidan. Dengan demikian jumlah bidan di wilayah
Puskesmas II tambak masih kurang 9 bidan.
f. Tenaga Perawat
Tenaga perawat kesehatan yang ada di Puskesmas II Tambak lulusan
SPK ada 2 orang dan D-III Keperawatan 3 orang, jumlah seluruhnya
ada 5 orang perawat (ratio 24,56/100.000 jumlah penduduk). Standar
IIS tahun 2010, adalah 117,5/100.000 penduduk (sekitar 19 perawat).
Berarti masih kurang 14 orang perawat.
g. Tenaga Gizi
Tenaga Gizi di Puskesmas II Tambak jumlahnya 1 orang, lulusan D-III
Gizi, ratio 4,91/100.000 penduduk. Standar IIS 2010, 22/100.000
penduduk (3,5 ahli gizi). Berarti kurang 3 orang ahli gizi.
h. Tenaga Sanitasi
Tenaga Sanitasi ada 1 orang dengan pendidikan D-I. Ratio 6/100.000
penduduk. Standar IIS 2010, 40/100.000 penduduk (6,5 tenaga
sanitasi). Kurang 5 orang tenaga sanitasi.
i. Tenaga Kesehatan Masyarakat
Tenaga Kesehatan Masyarakat ada 2 orang. Standar IIS tahun 2010,
40/100.000 penduduk (6,5). Masih kurang 4 orang tenaga kesehatan
masyarakat.
17
Jumlah Ratio
Target IIS /
No Jenis Tenaga Tenaga /100.000
100.000 pddk
Kesehatan pddk
1. Dokter Umum 2 10 40
2. Dokter Spesialis 0 0 6
3. Dokter Gigi 0 0 11
4. Farmasi 0 0 10
5. Bidan 7 34,38 100
6. Perawat 5 24,56 117,5
7. Ahli Gizi 1 4,91 22
8. Sanitasi 1 6 40
9. Kesh. Masy 2 24 40
Tabel 3. Nama dan Jumlah Tenaga Medis, Paramedis dan Non medis
Puskesmas II Tambak Tahun 2015
NAMA NIP PANGKAT/GOL JABATAN
Kepala
dr. Harry Widyatomo 198212202010011016 Penata/IIIC
Puskesmas
dr.Agus Suyudi 195808221986031016 Pembina Tk. I/IVb Dokter
Penata Tk I/ III d
Eko Suyatini,Amd.Keb 196812031989032009 Bidan
Lilis Lismawati, Amd. Penata Tk I/ III d
196911031989032003 Bidan
Keb
Marino 196309031985031009 Penata Tk I/ III d Sanitarian
Muji Rahadi 196212291985031011 Penata Tk I/ III d Perawat
Eko Wardoyo, AMK 197007261991031003 Penata Tk I/ III d Perawat
Sulistijo, AMK 197108201991031004 Penata Tk I/ III d Perawat
Maria Purwantiningsih,
196503241991032002 Penata / III c Gizi
AMG
Penata Muda Tk
Pujiwanto 195908071987031014 Staf
I/IIIb
Penata Muda Tk
Sairun 196508161989031018 Staf
I/IIIb
Penata Muda Tk
Roisah 196502031991032007 Ka. Subag
I/IIIb
Zuhrotun Abadiyah, Penata Muda Tk
198501172011012009 Epidemiolog
SKM I/IIIa
Penata Muda Tk
Dwi Indriana M, SKM 198507122011012004 Promkes
I/IIIa
Sawinah 195804151980072001 Pengatur/IId Staf
Nursasi Sri Harpeni,
197905012009032002 Pengatur/IId Perawat
AMK
Tusem, Amd.Keb 197207242006042011 Pengatur/IIc Bidan
18
d. Method
Dalam mempromosikan program Kunjungan Ibu Hamil K4, bidan
telah melaksanakan dengan cukup baik di masing-masing
wilayahnya.
e. Minute
Waktu yang diperlukan untuk melakukan program ini tidak terlalu
menyita kesibukan, dimana bidan desa masih dapat melakukan
program-program promotif lainnya.
f. Market
Keberadaan ibu hamil yang tersebar di setiap desa dapat menjadi
sasaran program kerja ini.
Proses
Sejauh ini proses pelaksanaan KIHK4 berjalan dengan lancar, apabila
terdapat kesulitan, bidan desa biasanya secara sukarela berkonsultasi
kepada dokter Agus Suyudi (mantan kepala puskesmas di Puskesmas II
Tambak).
2. Weakness
a. Ketiadaan figur kepala puskesmas yang bersifat mengarahkan,
mengontrol, dan menegur menjadi kesulitan tersendiri bagi rekan-
rekan bidan.
b. Perlu dilakukan penjelasan lebih lanjut mengenai pentingnya
kunjungan empat kali dan bagaimana prosedurnya. Masih
dimungkinkan terdapat ibu hamil yang hanya beranggapan “satu kali
kunjungan sudah cukup” atau “saya enggan memeriksakan diri,
takut biayanya membengkak”.
c. Masih rendahnya ibu hamil yang berkunjung memeriksakan diri
selama kehamilannya (83,71% dari target 95%) merupakan salah
satu masalah yang bisa disebabkan oleh kurang tertariknya animo
masyarakat khususnya ibu hamil terhadap pemeriksaan kesehatan
oleh bidan desa setempat. Dimungkinkan terdapat beberapa ibu
hamil yang memeriksakan diri ke bidan/tenaga kesehatan lain di luar
21
Pemeriksaan trimester ketiga juga dilakukan sebanyak minimal dua kali untuk
memantau kehamilan dan melihat kadar hemoglobin kembali.
Ketiadaan standar operasional prosedur menjadi masalah tersendiri
bagi bidan desa apabila menemui kondisi patologis, karena dimungkinkan
terdapat variasi antar bidan dalam penatalaksanaan dan manajemen ibu hamil.
Ibu hamil yang luput dari pendataan juga dapat menambah masalah di
kemudian hari, terutama apabila kondisi patologis tidak terdeteksi dan ibu
hamil sudah masuk ke masa persalinan. Tentu hal ini dapat berbahaya bagi ibu
dan dapat berdampak kepada peningkatan angka kematian ibu dan bayi.
Adapun konsultasi lintas program (BP, Gizi, dan Gizi) yang masih belum rutin
dilakukan menjadi masalah tersendiri, karena adanya kondisi patologis bisa
saja asimtomatis. Padahal selama ini konsultasi baru akan dilakukan jika
terdapat masalah. Ibu hamil tetap harus dilihat secara holistik dan
komprehensif sebagai seorang subyek yang memiliki berbagai aspek
kesehatan dan harus ditinjau seksama.
A. Kesimpulan
1. Program kesehatan yang masih memiliki masalah dalam pelaksanaan dan
pencapaiannya adalah kunjungan ibu hamil K4 di wilayah kerja
Puskesmas II Tambak pada tahun 2014.
2. Beberapa hal yang menjadi dasar ketidaktercapaian program tersebut
antara lain:
a. ketiadaan figur kepala puskesmas karena sebelumnya masih
dipegang oleh Pelaksana Tugas sementara,
b. kurangnya penekanan pada ibu hamil mengenai pentingnya
kunjungan minimal empat kali dalam satu periode kehamilan,
c. belum jelasnya prosedur pelaksanaan dan ketiadaan standar
operasional prosedur,
d. adanya ibu hamil yang memeriksakan diri di luar puskesmas
sehingga luput dari pendataan, serta
e. belum terlaksananya konsultasi lintas program.
B. Saran
1. Rapat koordinasi antara kepala puskesmas dan bidan desa
2. Pembuatan standar operasional prosedur untuk kondisi patologis sesuai
literatur terkini dan disosialisasikan kepada setiap bidan desa dalam
bentuk program ANC Terpadu
3. Menggalakan konsultasi lintas program secara rutin tanpa menunggu
adanya keluhan dari ibu hamil.
4. Sosialisasi pentingnya kunjungan ibu hamil sebanyak minimal empat kali
di setiap desa.
5. Melakukan pendataan secara saksama tentang ibu hamil di wilayah
Puskesmas II Tambak, juga mencakup ibu hamil yang memeriksakan diri
ke fasilitas pelayanan kesehatan selain bidan desa/puskesmas.