Anda di halaman 1dari 5

2.1.

Teori Manajemen Ilniah


Teori manajemen ilmiah adalah bagian ketiga dari tiga bagian dasar dari teori klasik
organisasi (Hick dan Gullett, 1975). Manajemen ilmiah berbagi dengan teori administrasi dan
teori birokrasi yang menekankan pada sisi logika, perintah dan hirarki dalam organisasi. Seperti
halnya dalam teori administrasi, di dalam manajemen ilmiah terdapat bias perbedaan pada
praktek manajemennya. Fokus manajemen ilmiah lebih mikroskopis ketimbang fokus teori
administrasi. Ketika teori administrasi menjelaskan cara-cara organisasi yang harus dibangun,
manajemen ilmiah menjelaskan cara-cara spesifik dari tugas organisasi yang harus dibangun
guna meningkatkan efisiensi pencapaian hasilnya.

SEJARAH DAN PERKEMBANGAN

Manajemen ilmiah, atau dalam bahasa Inggris disebut scientific management, pertama
kali dipopulerkan oleh Frederick Winslow Taylor dalam bukunya yang berjudul Principles of
Scientific Management pada tahun 1911. Dalam bukunya itu, Taylor mendeskripsikan
manajemen ilmiah adalah “penggunaan metode ilmiah untuk menentukan cara terbaik dalam
menyelesaikan suatu pekerjaan.” Beberapa penulis seperti Stephen Robbins menganggap tahun
terbitnya buku ini sebagai tahun lahirnya teori manajemen modern.

Ide tentang penggunaan metode ilmiah muncul ketika Taylor merasa kurang puas dengan
ketidakefesienan pekerja di perusahaannya. Ketidakefesienan itu muncul karena mereka
menggunakan berbagai macam teknik yang berbeda untuk pekerjaan yang sama, nyaris tak ada
standar kerja di sana. Selain itu, para pekerja cenderung menganggap gampang pekerjaannya.
Taylor berpendapat bahwa hasil dari para pekerja itu hanyalah sepertiga dari yang seharusnya.
Taylor kemudian, selama 20 tahun, berusaha keras mengoreksi keadaan tersebut dengan
menerapkan metode ilmiah untuk menemukan sebuah “teknik paling baik” dalam menyelesaikan
tiap-tiap pekerjaan.

Pengujian secara ilmiah bentuk pekerjaan organisasi yang spesifik menurut Taylor harus
dirancang mulai dari tugasnya sehingga mampu meningkatkan efisiensi dan produktivitas. ketika
langkah penyelesaian tugas telah ditentukan dengan benar, maka studi waktu dan gerak dapat
dipakai untuk mengetahui tingkat optimal penyelesaian tugasnya. Dengan menentukan tingkat
kinerjanya, Taylor mengatakan, bahwa insentif yang diterima bisa diberikan kepada para pekerja
yang menunjukkan peningkatan. Ia memberikan penilaian penting bahwa “Waktu adalah uang.,”
sehingga membangun semangat manajemen ilmiah (Cummings, Long, dan Lewis, 1983:74).
Taylor berusaha mempengaruhi semua anggota organisasi untuk menerima keyakinan
manajemen ilmiah untuk mempromosikan implementasinya. Dalam arti, Taylor telah
mendukung “revolusi mental” menurut cara di mana aktivitas organisasi dapat dirumuskan dan
dipraktekkan dengan benar.

Taylor menulis tentang banyak kisah-kisah sukses hingga dokumen yang berguna dari
praktek manajemen ilmiah. Sebagai contoh, dalam Manajemen Ilmiah (1974, yang pertama
dipublikasikan pada tahun 1911), ia menjelaskan tentang penggunaan tehnik manajemen ilmiah
untuk menguji bagaimana ball bearing diperiksa. Setelah metode kerja secara ilmiah dievaluasi
dan tugas dirancang menurut prosedur yang paling efisien, sebanyak 35 pekerja mampu
melaksanakan tugas yang telah diselesaikan oleh 120 pekerja, dengan peningkatan kualitas kerja
lebih dari dua pertiganya (Hick dan Gullett, 1975).

Demikian pula halnya dalam studi yang sekarang ini dilakukan di pabrik mesin
Bethlehem Steel Corporation, Taylor kembali memperlihatkan kegunaan dari teknik manajemen
ilmiah dalam meningkatkan produktivitas pekerja dan meningkatkan efisiensinya. Melalui studi
gerak dan waktu di bagian pengolahan batu bara dan bijih besi di perusahaan baja, ia
memperlihatkan bahwa bobot shovel dengan material yang diangkut oleh pekerja bervariasi dari
16 hingga 38 pound (Rogers dan Agarwala-Roger, 1976). Sebelum efisiensi maksimum dalam
pengangkutan terjadi bobot angkutan bisa melebihi 20 pound. Berdasarkan material spesifik
yang telah diangkut pekerja, shovel berbeda memperlihatkan daya angkut rata-rata 21 pound
material. Para pekerja menerima perintah untuk mengangkut shovel yang akan digunakan untuk
mengangkut material, maupun tehnik pengangkutan yang lebih efektif. Selain itu, pemberian
insentif membuat para pekerja mengangkat beban di atas rata-rata.

Hasil intervensi Taylor di Bethlehem Steel Corporation sangat luar biasa. Jumlah material
yang diangkut per hari naik dari 16 menjadi 59 ton. Bahkan setelah studi gerak dan waktu
Taylor, dan upah insentif pekerja yang diterima, perusahaan mampu memangkas biaya
penanganan menjadi separuhnya. Selain itu, situasi tersebut mampu mengurangi jumlah pekerja
yang diperlukan untuk mengangkut material hingga lebih dari 65 persen sampai 75 persen
(Koehler, Anatol, dan Applbaum, 1981). Hasil tersebut memberikan bukti dramatis bahwa tehnik
manajemen ilmiah bisa meningkatkan efisiensi dan produktivitas dalam organisasi industri.

Berdasarkan pengalamannya, Taylor membuat sebuah pedoman yang jelas tentang cara
meningkatkan efesiensi produksi. Pedoman tersebut adalah:

1. Kembangkanlah suatu ilmu bagi tiap-tiap unsur pekerjaan seseorang, yang akan
menggantikan metode lama yang bersifat untung-untungan.
2. Secara ilmiah, pilihlah dan kemudian latihlah, ajarilah, atau kembangkanlah pekerja
tersebut.
3. Bekerja samalah secara sungguh-sungguh dengan para pekerja untu menjamin bahwa
semua pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan prinsip-prinsip ilmu yang telah
dikembangkan tadi.
4. Bagilah pekerjaan dan tanggung jawab secara hampir merata antara manajemen dan para
pekerja. Manajemen mengambil alih semua pekerjaan yang lebih sesuai baginya daripada
bagi para pekerja.

Taylor juga memperkenalkan beberapa prinsip dasar dan konsep manajemen yang penting
dalam Manajemen Ilmiah (1911) yang telah melalui banyak pengujian.

1. Ilmu harus menekankan pada rule of thumb dalam memandu rancangan tugas dan
aktivitas organisasi. Efektivitas operasi organisasi harus diukur secara obyektif dan
ilmiah.
2. Harmonisasi harus ditingkatkan dalam organisasi dengan menciptakan kaidah, aturan dan
peran formal anggota organisasi secara ilmiah dengan basis dan penunjukkan yang jelas.
3. Perusahaan harus menekankan pada individualisme. Manajemen harus bekerja sama
dengan pekerja untuk memastikan bahwa tugas diselesaikan dengan sangat efisien, dan
berbasis pada cara ilmiah. (Bandingkan prinsip ini dengan sentimen tentang tidak
pentingnya individu dalam teori birokrasi Weber dan teori administrasi Fayol
4. Pencapaian hasil maksimum, termasuk output terbatas, harus menjadi tujuan utama
organisasi.
5. Semua pekeja harus ditingkatkan kemampuan produksi maksimum dan potensi kerjanya
sehingga dengan demikian mereka bisa mencapai efisiensi dan kesesuaian yang lebih
baik. Ini dapat dicapai dengan pemilihan dan pelatihan pekerja secara ilmiah untuk tugas-
tugas khusus. Hanya pekerja kelas satu yang harus diberikan pekerjaan dalam organisasi.
6. Perlunya divisi kerja di antara manajer dan para pekerjanya; manajer harus bertanggung
jawab atas penyelesaian tugas dimana mereka memiliki dukungan yang lebih baik untuk
menangani tugas ketimbang yang dimiliki bawahannya. Perencanaan dan tugas
administrasi harus dilakukan oleh manajer yang terlatih dan ahli dalam tugas, sedangkan
pekerja harus diarahkan untuk menyelesaikan tugas yang dirancang oleh manajer.
7. Perhatian harus diberikan untuk menghilangkan semua bentuk shouldering dalam
aktivitas organisasi. Anggota organisasi bekerja serius dan memberikan kemampuan
yang terbaik. (Bandingkan prinsip ini dengan prinsip “profesionalisme” Weber dan
prinsip “inisiatif” Fayol;

8. Pekerja harus diberi gaji atas pekerjaan yang dilakukannya melalui penggunaan piece
rate. Berdasarkan tingkat yang ditetapkan dalam studi waktu dan gerak, standar
minimum produksi harus ditentukan, dan pekerja harus dihargai menurut kemampuan
standar minimum. “Bonus” kepada pekerja dapat pula diberikan jika standar produksi
minimum terlampaui.

Konsep manajemen ilmiah Taylor menekankan pentingnya struktur dan desain dalam
penyelesaian tugas organisasi. Penelitiannya memberi andil bagi pengembangan tehnik
manajemen dalam standarisasi kerja, perencanaan tugas, studi waktu dan gerak, piece rate, dan
penghematan biaya dan terbentuknya bidang studi seperti pengawasan, tehnik industri,
manajemen industri, dan manajemen personal.

Frank dan Lillian Gilbreth mendukung Taylor yang berusaha menerapkan prinsip
manajemen ilmiahnya bagi praktek organisasi. Mereka menyempurnakan studi waktu dan gerak
dalam ilmu pengetahuan yang menggunakan analisis gambar gerak untuk mengevaluasi kinerja
pegawai (Spriegel dan Myer, 1953; Gillbreth, 1915). Mereka menekankan pentingnya faktor
manusia dalam manajemen dan studi pekerja (Hick dan Gullett, 1975). Bersama dengan Taylor,
mereka membantu mempopulerkan tehnik manajemen ilmiah dalam tatanan organisasi.

Akan tetapi, banyak situasi organisasi tidak tampak menguntungkan dari segi penelitian
Taylor dan para pendukungnya. Manajemen ilmiah secara khusus telah diterapkan untuk
organisasi industri yang memiliki pekerjaan “rutin, berulang, distandarkan, dan mungkin
pekerjaan tersebut akan bertambah besar di masyarakat di mana mesin-mesin kini sudah banyak
digunakan untuk menyelesaikan proses pekerjaan.
Perkembangan manajemen ilmiah juga didorong oleh munculnya pemikiran baru dari Henry
Gantt dan keluarga Gilberth. Henry Gantt. yang pernah bekerja bersama Taylor di Midvale Steel
Company, menggagas ide bahwa seharusnya seorang mandor mampu memberi pendidikan
kepada karyawannya untuk bersifat rajin (industrious ) dan kooperatif. Ia juga mendesain sebuah
grafik untuk membantu manajemen yang disebut sebagai Gantt chart yang digunakan untuk
merancang dan mengontrol pekerjaan. Sementara itu, pasangan suami-istri Frank dan Lillian
Gilbreth berhasil menciptakan micromotion, sebuah alat yang dapat mencatat setiap gerakan
yang dilakukan oleh pekerja dan lamanya waktu yang dihabiskan untuk melakukan setiap
gerakan tersebut. Alat ini digunakan untuk menciptakan sistem produksi yang lebih efesien.

Perkembangan manajemen ilmiah juga ditandai dengan munculnya teori administratif, yaitu
teori mengenai apa yang seharusnya dilakukan oleh para manajer dan bagaimana cara
membentuk praktik manajemen yang baik. Pada awal abad ke-20, seorang industriawan Perancis
bernama Henri Fayol mengajukan gagasan lima fungsi utama manajemen: merancang,
mengorganisasi, memerintah, mengoordinasi, dan mengendalikan. Gagasan Fayol itu kemudian
mulai digunakan sebagai kerangka kerja buku ajar ilmu manajemen pada pertengahan tahun
1950, dan terus berlangsung hingga sekarang. Selain itu, Henry Fayol juga mengagas 14 prinsip
manajemen yang merupakan dasar-dasar dan nilai yang menjadi inti dari keberhasilan sebuah
manajemen.

Sumbangan penting lainnya datang dari ahli sosilogi Jerman Max Weber. Weber
menggambarkan suatu tipe ideal organisasi yang disebut sebagai birokrasi—bentuk organisasi
yang dicirikan oleh pembagian kerja, hierarki yang didefinisikan dengan jelas, peraturan dan
ketetapan yang rinci, dan sejumlah hubungan yang impersonal. Namun, Weber menyadari bahwa
bentuk "birokrasi yang ideal" itu tidak ada dalam realita. Dia menggambarkan tipe organisasi
tersebut dengan maksud menjadikannya sebagai landasan untuk berteori tentang bagaimana
pekerjaan dapat dilakukan dalam kelompok besar. Teorinya tersebut menjadi contoh desain
struktural bagi banyak organisasi besar sekarang ini.

Perkembangan selanjutnya terjadi pada tahun 1940-an ketika Patrick Blackett melahirkan
ilmu riset operasi, yang merupakan kombinasi dari teori statistika dengan teori mikroekonomi.
Riset operasi, sering dikenal dengan "manajemen sains", mencoba pendekatan sains untuk
menyelesaikan masalah dalam manajemen, khususnya di bidang logistik dan operasi. Pada tahun
1946, Peter F. Drucker—sering disebut sebagai Bapak Ilmu Manajemen—menerbitkan salah
satu buku paling awal tentang manajemen terapan: "Konsep Korporasi" (Concept of the
Corporation). Buku ini muncul atas ide Alfred Sloan (chairman dari General Motors) yang
menugaskan penelitian tentang organisasi.

Berikut adalah tahap - tahap perkembangan manajemen ilmiah :

1. Tahap Survival ( 1886 - 1930 ), tahun 1886, adalah tahun lahirnya ilmu manajemen yang
ditandai dengan gerakan manajemen ilmiah yang dipelopori oleh Frederick Winslow
Taylor.Dalam tahap survival ini, para ahli memperjuangkan untuk diakuinya manajemen
sebagai salah satu cabang ilmu pengetahuan.
2. Tahap konsolidasi atau penyempurnaan ( 1930 - 1945 ), dalam tahap ini para pelopor
manajemen ilmiah merumuskan metode - metode dan prinsip - prinsip dari ilmu
manajemen yang dapat dipraktekan dalam kegiatan - kegiatan perusahaan.
3. Tahap human relation ( 1945 - 1959 ), dalam tahap ini, selain menggunakan prinsip -
prinsip berdasarkan keilmuan, juga lebih mengutamakan perhatian kepada manusia ( para
pekerja ) yang berperan serta dalam kegiatan - kegiatan mencapai tujuan usaha. Hubungan
antara pemimpin dan pegawai diupayakan dilaksanakan dalam suasana hubungan manusia
yang lebih baik.
4. Tahap behaviouralisme ( 1959 - sekarang ), dalam tahap ini perhatian utama para ahli
manajemen terutama dipusatkan terhadap pentingnya peranan manusia kerja dalam usaha
mencapai tujuan perusahaan.

Anda mungkin juga menyukai