Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA DENGAN MASALAH


WAHAM

Oleh:

MARGA ANISAH

1614401002

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAJAPAHIT

MOJOKERTO

2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Kesehatan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama
di negara- negara maju. Meskipun masalah kesehatan jiwa tidak dianggap
sebagai gangguan yang menyebabakan kematian secara langsung, namun
gangguan tersebut dapat menimbulkan ketidakmampuan individu dalam
berkarya serta ketidak tepatan individu dalam berprilaku yang dapat
mengganggu kelompok dan masyarakat serta dapat menghambat
pembangunan karena mereka tidak produktif. (Hawari, 2001)

Prevalensi gangguan waham menetap di dunia sangat bervariasi,


berdasarkan beberapa literatur, prevalensi gangguan waham menetap pada
pasien yang dirawat inap dilaporkan sebesar 0,5-0,9% dan pada pasien yang
dirawat jalan, berkisar antara 0,83-1,2%. Sementara, pada populasi dunia,
angka prevalensi dari gangguan ini mencapai 24-30 kasus dari 100.000 orang
(Ariawan dkk, 2014). Sedangkan di Jawa Tengah sendiri menurut direktur
RSJD Amino Gondohutomo Semarang dr. Sri Widyayati, Sppk, M.Kes
mengatakan di tahun 2009 angka kejadian penderita gangguan jiwa di jawa
tengah berkisar antara 3300 orang sampai 9300 orang, angka kejadian ini
merupakan penderita yang sudah terdiagnosa. Pasien rawat inap yang
mengalami gangguan jiwa skizofrenia paranoid dan gangguan psikotik dengan
gejala curiga berlebihan, sikap eksentrik, ketakutan, murung, bicara sendiri,
galak dan bersikap bermusuhan. Gejala ini merupakan tanda dari skizofrenia
dengan perilaku waham sesuai dengan jenis waham yang diyakininya (medical
record, 2010).

Intensitas kecemasan yang tinggi, perasaan bersalah dan berdosa,


penghukuman diri, rasa tidak mampu, fantasi yang tak terkendali, serta
dambaan-dambaan atau harapan yang tidak kunjung sampai, merupakan
sumber dari waham. Waham dapat berkembang jika terjadi nafsu kemurkaan
yang hebat, hinaan dan sakit hati yang mendalam (Kartono, 1981).
1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana konsep gangguan jiwa, konsep Waham, dan Asuhan Keperawatan


Waham.

1.3 Tujuan Penulis


1.3.1 Tujuan Umum
Agar mahasiswa mampu memahami tentang gangguan jiwa dengan
masalah waham.
1.3.2 Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu menjelaskan:
1. Konsep Gangguan Jiwa
2. Konsep Waham
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Gangguan Jiwa
Gangguan jiwa adalah sindrom atau pola prilaku yang secara klinis
bermakna yang berkaitan langsung distress (penderitaan) dan menimbulkan
hendaya (disabilitas) pada satu atau lebih fungsi kehidupan manusia.
Fungsi jiwa yang terganggu meliputi fungsi biologis, psikologis, sosial,
dan spiritual. Secara umum gangguan fungsi jiwa yang dialami seseorang
individu dapat terlihat dari penampilan, komunikasi, proses berpikir, interaksi
dan aktifitasnya sehari-hari.
2.1.1 Psikotik
Adalah gangguan jiwa yang ditandai dengan ketidak mampuan
individu menilai kenyataan yang terjadi, misalnya, terdapat halusinasi,
waham atau perilaku kacau atau aneh. Dibagi menjadi dua:
1. Gangguan Psikotik akut adalah gangguan yang terjadi dengan awitan
yang akut (dalam masa 2 minggu atau kurang) dengan gejala-gejala
psikotik yang menjadi nyata dan mengganggu sedikitnya beberapa
aspek kehidupan dan pekerjaan sehari-hari, ada sindrom yang khas,
ada stress akut yang berkaitan, dan tidak diketahui berapa lama
gangguan akan berlangsung.
2. Gangguan Psikotik kronik adalah merupakan suatu gangguan dengan
gejala negatif dari skizofrenia yang menonjol, sedikitnya ada riwayat
satu episode psikotik yang jelas dimasa lampau, sedikitnya sudah
melampaui kurung waktu satu tahun dengan intensitas dan frekuensi
gejala yang nyata seperti waham dan halusinasi.
2.1.2 Depresi
Adalah gangguan jiwa yang ditandai dengan sedih yang
berkepanjangan, proses pikir melambat disertai penurunan motivasi dan
prilaku lamban yang terkesan malas (trias depresi).

2.1.3 Panik
Diartikan sebagai gangguan akibat kecemasan yang memuncak dan
pasien merasakan “rasa yang tak dapat dijelaskan”, seringkali disertai
dengan keluhan fisik atau aktifitas motorik tertentu. Ini adalah gangguan
yang lazim dan dapat diobati.
2.1.4 Ganngguan Penyesuaian
Adalah keluhan kejiwaan dalam berbagai bentuk setelah mengalami
trauma.
2.2 Konsep Masalah Waham
2.2.1 Pengertian

Waham adalah suatu keyakinan yang salah yang dipertahankan


secara kuat/terus menerus namun tidak sesuai dengan kenyataan (Budi
Anna dkk, 2007). Keyakinan yang salah yang secara kokoh dipertahankan
walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan realita
normal (Stuart dan Sundeen, 1998).

Waham adalah keyakinan klien yang tidak sesuai dengan


kenyataan tetapi dipertahankan dan tidak dapat dirubah secara logis oleh
orang lain, keyakinan ini berasal dari pemikiran klien dimana sudah
kehilangan kontrol (Dep Kes RI, 1994).

2.2.2 Proses Terjadinya Waham

1. Fase Lack of Huma need

Waham diawali dengan terbatasnya kebutuhan-kebutuhan klien baik


secara fisik maupun psikis. Secara fisik klien dengan waham dapat
terjadi pada orang-orang dengan status sosial dan ekonomi sangat
terbatas. Ada juga klien yang secara sosial dan ekonmi terpenuhi
tetapi kesenjangan antara reality dengan self ideal sangat tinggi.
Waham terjadi karena sangat pentingnya pengakuan bahwa ia eksis di
dunia ini. Dapat dipengaruhi juga oleh rendahnya penghargaan saat
tumbuh kembang.

2. Fase Lack of Self Esteem

Tidak adanya pengakuan dari lingkungan dan tingginya kesenjangan


antara self ideal dan self reality ( kenyataan dengan harapan) serta
dorongan kebutuhan yang tidak terpenuhi sedangkan standar
lingkungan sudah melampaui kemampuannya.
3. Fase Control Internal Eksternal

Klien mencoba berpikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau apa-
apa yang ia katakan adalah kebohongan, menutupi kekurangan dan
tidak sesuai dengan kenyataan. Tetapi menghadapi kenyataan bagi
klien adalah sesuatu yang sangat berat, karena kebutuhannya untuk
diakui, kebutuhan untuk dianggap penting dan diterima lingkungan
menjadi prioritas dalam hidupnya, karena kebutuhan tersebut belum
terpenuhi sejak kecil secara optimal.

4. Fase Environment Support

Adanya beberapa orang yang mempercayai dengan lingkungannya


menyebabkan klien merasa di dukung, lama-kelamaan klien
menganggap sesuatu yang dikatakan tersebut sebagai suatu kebenaran
karena seringnya diulang-ulang. Dari sinilah mulai terjadinya
kerusakan kontrol diri dan tidak berfungsinya norma (super ego) yang
ditandai dengan tidak ada lagi perasaan dosa saat berbohong.

5. Fase Comforting

Klien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta


menganggap bahwa semua orang sama yaitu akan mempercayai dan
mendukungnya. Keyakinan sering disertai halusinasi pada saat klien
menyendiri dari lingkungannya. Selanjutnya klien lebih sering
menyendiri dan menghindari interaksi sosial (isolasi sosial).

6. Fase Improving

Apabila tidak ada konfrontasi dan upaya-upaya koreksi, setiap waktu


keyakinan yang salah pada klien akan meningkat. Tema waham yang
muncul sering berkaitan dengan traumatik masa lalu atau kebutuhan
kebutuhan yang tidak terpenuhi (rantai yang hilang). Waham bersifat
menetap dan sulit untuk dikoreksi. Isi waham yang dapat
menimbulkan ancaman diri dan orang lain. Penting sekali untuk
mengguncang keyakinan klien dengan cara konfrontatif serta
memperkaya keyakinan religiusnya bahwa apa-apa yang dilakukan
menimbulkan dosa besar serta ada konsekuensi sosial.

2.3 Asuhan Keperawatan Masalah Waham

2.3.1 Pengkajian

Menurut tim Depkes RI (1994), pengkajian adalah langkah awal dan


dasar proses keperawatan secara menyeluruh. Pada tahap ini pasien yang
dibutuhkan dikumpulkan untuk menentukan masalah keperawatan. Setiap
melakukan pengkajian, tulis tempat klien dirawat dan tanggal dirawat. Isi
pengkajiannya meliputi:

1. Identifikasi klien

Perawat yang merawat klien melakukan perkenalan dan kontrak


dengan klien tentang: Nama klien, panggilan klien, Nama perawat,
tujuan, waktu pertemuan, topik pembicaraan.
2. Keluhan utama / alasan masuk
Tanyakan pada keluarga / klien hal yang menyebabkan klien dan
keluarga datang ke Rumah Sakit, yang telah dilakukan keluarga untuk
mengatasi masalah dan perkembangan yang dicapai.
3. Tanyakan pada klien / keluarga, apakah klien pernah mengalami
gangguan jiwa pada masa lalu, pernah melakukan, mengalami,
penganiayaan fisik, seksual, penolakan dari lingkungan, kekerasan
dalam keluarga dan tindakan kriminal. Dapat dilakukan pengkajian
pada keluarga faktor yang mungkin mengakibatkan terjadinya
gangguan:
a. Psikologis

Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat


mempengaruhi respon psikologis dari klien.
b. Biologis
Gangguan perkembangan dan fungsi otak atau SSP,
pertumbuhan dan perkembangan individu pada prenatal,
neonatus dan anak-anak.
c. Sosial budaya

Seperti kemiskinan, konflik sosial budaya (peperangan,


kerusuhan, kerawanan), kehidupan yang terisolasi serta stress
yang menumpuk.

d. Aspek fisik atau biologis

Mengukur dan mengobservasi tanda-tanda vital: TD, nadi,


suhu, pernafasan. Ukur tinggi badan dan berat badan, kalau
perlu kaji fungsi organ kalau ada keluhan.

e. Aspek psikososial
1) Membuat genogram yang memuat paling sedikit tiga
generasi yang dapat menggambarkan hubungan klien dan
keluarga, masalah yang terkait dengan komunikasi,
pengambilan keputusan dan pola asuh.
2) Konsep diri
a) Citra tubuh: mengenai persepsi klien terhadap
tubuhnya, bagian yang disukai dan tidak disukai.

b) Identitas diri: status dan posisi klien sebelum dirawat,


kepuasan klien terhadap status dan posisinya dan
kepuasan klien sebagai laki-laki / perempuan.

c) Peran: tugas yang diemban dalam keluarga / kelompok


dan masyarakat dan kemampuan klien dalam
melaksanakan tugas tersebut.

d) Ideal diri: harapan terhadap tubuh, posisi, status, tugas,


lingkungan dan penyakitnya.
e) Harga diri: hubungan klien dengan orang lain, penilaian
dan penghargaan orang lain terhadap dirinya, biasanya
terjadi pengungkapan kekecewaan terhadap dirinya
sebagai wujud harga diri rendah.

f) Hubungan sosial dengan orang lain yang terdekat dalam


kehidupan, kelompok yang diikuti dalam masyarakat.

g) Spiritual, mengenai nilai dan keyakinan dan kegiatan


ibadah.

h) Status mental

i) Nilai penampilan klien rapi atau tidak, amati


pembicaraan klien, aktivitas motorik klien, alam
perasaan klien (sedih, takut, khawatir), afek klien,
interaksi selama wawancara, persepsi klien, proses
pikir, isi pikir, tingkat kesadaran, memori, tingkat
konsentasi dan berhitung, kemampuan penilaian dan
daya tilik diri.

3) Kebutuhan persiapan pulang

a) Kemampuan makan klien, klien mampu menyiapkan


dan membersihkan alat makan.

b) Klien mampu BAB dan BAK, menggunakan dan


membersihkan WC serta membersihkan dan merapikan
pakaian.

c) Mandi klien dengan cara berpakaian, observasi


kebersihan tubuh klien.

d) Istirahat dan tidur klien, aktivitas di dalam dan di luar


rumah.
e) Pantau penggunaan obat dan tanyakan reaksi yang
dirasakan setelah minum obat.

f) Masalah psikososial dan lingkungan dari data keluarga


atau klien mengenai masalah yang dimiliki klien.

g) Pengetahuan
Data didapatkan melalui wawancara dengan klien
kemudian tiap bagian yang dimiliki klien disimpulkan
dalam masalah.

h) Aspek medik

Terapi yang diterima oleh klien: ECT, terapi antara lain


seperti terapi psikomotor, terapi tingkah laku, terapi
keluarga, terapi spiritual, terapi okupasi, terapi
lingkungan. Rehabilitasi sebagai suatu refungsionalisasi
dan perkembangan klien supaya dapat melaksanakan
sosialisasi secara wajar dalam kehidupan
bermasyarakat.

f. Untuk mendapatkan data waham, lakukan observasi terhadap


perilaku berikut ini:

1) Waham kebesaran. Meyakini bahwa ia meimiliki kebesaran


atau kekuasaan khusus, diucapkan berulang kali tetapi tidak
seusuai kenyataan. Contoh : “Saya ini pejabat di
departemen kesehatan lho.” Atau “Saya punya tambang
emas”.

2) Waham curiga. Meyakini bahwa ada seseorang atau


kelompok yang berusaha merugikan/mencederai dirinya,
diucapkan berulangkali tetapi tidak sesuai kenyataan.
Contoh: “Saya tahu. Anda ingin menghancurkan hidup saya
karena iri dengan kesuksesan saya.”
3) Waham agama. Memiliki keyakinan terhadap suatu agam
secara berlebihan, diucapkan berulang kali tetapi tidak
sesuai kenyataan. Contoh: “Kalau saya mau masuk surga
saya harus menggunakan pakaian putih, setiap hari.

4) Waham somatik. Meyakini bahwa tubuh atau bagian


tubuhnya terganggu terserang penyakit, diucapkan
berulangkali tetapi tidak sesuati kenyataan. Contoh: “Saya
sakit kanker”. Setelah pemeriksaan laboratorium tidak
ditemukan tanda-tanda kanker namun pasien terus
mengatakan bahwa ia terserang kanker.

5) Waham nihilistik. Meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada


di dunia/meinggal, diucapkan berulangkali tetapi tidak
sesuai kenyataan. Contoh: “Ini kan alam kubur ya, semua
yang ada di sini adalah roh-roh.

Berikut ini beberapa contoh pertanyaan yang dapat digunakan


sebagai panduan untuk mengkaji pasien dengan waham:

1) Apakah pasien memiliki pikiran/isi pikir yang berulang-ulang


diungkapkan dan menetap?

2) Apakah pasien takut terhadap objek atau situasi tertentu, atau


apakah pasien cemas secara berlebihan tentang tubuh atau
kesehatannya?

3) Apakah pasien pernah merasakan bahwa benda-benda di


sekitarnya aneh dan tidak nyata?

4) Apakah pasien pernah merasakan bahwa ia berada di luar


tubuhnya?

5) Apakah pasien pernah merasa diawasi atau dibicarakan oleh


orang lain?
6) Apakah pasien berpikir bahwa pikiran atau tindakannya
dikontrol oleh orang lain atau kekuatan dari luar?

7) Apakah pasien menyatakan bahwa ia meimliki kekuatan fisik


atau kekuatan lainnya atau yakin bahwa orang lain dapat
membaca pikirannya?

Selama pengkajian dengarkan dan perhatikan semua informasi


yang diberikan oleh pasien tentang wahamnya. Untuk
mempertahankan hubungan saling percaya yang telah terbina
jangan menyangkal, menolak, atau menerima keyakinan pasien.

2.3.2 Diagnosis Keperawatan

Masalah keperawatan yang sering muncul yang dapat disimpulkan


dari hasil pengkajian adalah:
1. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan
waham.
2. Perubahan proses pikir : waham berhubungan dengan harga diri rendah.

2.3.2 Perencanaan dan Intervensi Keperawatan

1. Perencanaan Keperawatan

Tindakan keperawatan untuk pasien

Tujuan tindakan :

a. Pasien dapat berorientasi kepada realitas secara bertahap.

b. Pasien dapat memenuhi kebutuhan dasar.

c. Pasien mampu berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan.

d. Pasien menggunakan obat dengan teratur.

Tindakan Keperawatan:

a. Bina Hubungan saling percaya. Sebelum memulai mengkaji


pasien dengan waham, bina hubungan saling percaya terlebih
dahulu agar pasien merasa aman dan nyaman saat berinteraksi.
Tindakan yang harus dilakukan dalam rangka membina
hubungan saling percaya:

1) Mengucapkan salam terapeutik

2) Berjabat tangan

3) Menjelaskan tujuan interaksi

4) Membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali


bertemu pasien.

b. Bantu orientasi realita.

1) Tidak mendukung atau membantah waham pasien.

2) Yakinkan pasien berada dalam keadaan aman.

3) Observasi pengaruh waham terhadap aktivitas sehari-hari

4) Jika pasien terus-menerus membicarakan wahamnya


dengarkan tanpa memberikan dukungan atau menyangkal
sampai pasien berhenti membicarakannya.

5) Fokuskan pembicaraan pada realitas, (mis., memanggil


nama pasien, menjelaskan hal yang sesuai realita).

6) Berikan pujian bila penampilan dan orientasi pasien sesuai


dengan realita.

c. Diskusikan kebutuhan psikologis/emosional yang tidak


terpenuhi sehingga menimbulkan kecemasan, rasa takut, dan
marah. Misalnya yang menyangkut masalah-masalah masa
kecil, dirumah, dikantor, hubungan dengan keluarga, ditempat
pekerjaan atau harapan-harapan yang selama ini tidak tercapai.

d. Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan fisik dan


emosional pasien.
e. Berdiskusi tentang kemampuan positif yang dimiliki pada saat
yang lalu dan saat ini.

f. Bantu melakukan kemampuan yang dimiliki.

g. Libatkan pada kegiatan sehari-hari di rumah sakit serta


tingkatkan aktifitas yang dapat memenuhi kebutuhan fisik dan
emosional klien, misalnya menggambar, bernanyi, membuat
puisi, religious terapi, dsb.

h. Lakukan kontrak dengan klien untuk berbicara dalam konteks


realita seperti cara-cara mengisi waktu, cara meningkatkan
ketrampilan yang mendatangkan uang, cara belajar menjahit,
menjaga kebersihan, dsb.

i. Berdiskusi tentang obat yang diminum (manfaat, dosis obat,


jenis, dan efek samping obat yang diminum serta cara
meminum obat yang benar).

j. Libatkan dan diskusikan dengan keluarga tentang waham yang


dialami klien, cara merawat klien dengan waham dirumah,
follow up dan keteraturan pengobatan serta lingkungan yang
tepat untuk klien.

2. Intervensi dan Rasional

a. Diagnosa 1: Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan


berubungan dengan waham.
Tujuan umum : Klien tidak menciderai diri, orang lain, dan
lingkungan.
Tujuan khusus : Klien dapat membina hubungan saling
percaya dengan perawat.
Rasional : Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk
kelancaran hubungan interaksinya.
Tindakan :
a) Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik,
perkenalkan diri, jelaskan tujuan interaksi, ciptakan
lingkungan yang tenang, buat kontrak yang jelas (topik,
waktu, tempat).
1) Jangan membantah dan mendukung waham klien :
katakan perawat menerima keyakinan klien "saya
menerima keyakinan anda" disertai ekspresi menerima,
katakan perawat tidak mendukung disertai ekspresi
ragu dan empati, tidak membicarakan isi waham klien.
2) Yakinkan klien berada dalam keadaan aman dan
terlindungi: katakan perawat akan menemani klien dan
klien berada di tempat yang aman, gunakan
keterbukaan dan kejujuran jangan tinggalkan klien
sendirian.
3) Observasi apakah wahamnya mengganggu aktivitas
harian dan perawatan diri.
b) Klien dapat mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki.

Rasional : Dengan mengetahui kemampuan yang dimiliki


klien, maka akan memudahkan perawat untuk mengarahkan
kegiatan yang bermanfaat bagi klien dari pada hanya
memikirkannya.
Tindakan :
1) Beri pujian pada penampilan dan kemampuan klien
yang realistis.
2) Diskusikan bersama klien kemampuan yang
dimiliki pada waktu lalu dan saat ini yang realistis.
3) Tanyakan apa yang biasa dilakukan kemudian
anjurkan untuk melakukannya saat ini (kaitkan
dengan aktivitas sehari hari dan perawatan diri).
4) Jika klien selalu bicara tentang wahamnya,
dengarkan sampai kebutuhan waham tidak ada.
Perlihatkan kepada klien bahwa klien sangat
penting.
c) Klien dapat mengidentifikasikan kebutuhan yang tidak
terpenuhi.

Rasional : Dengan mengetahui kebutuhan klien yang


belum terpenuhi perawat dapat merencanakan untuk
memenuhinya dan lebih memperhatikan kebutuhan klien
tersebut sehingga klien merasa nyaman dan aman.
Tindakan :
1) Observasi kebutuhan klien sehari-hari.
2) Diskusikan kebutuhan klien yang tidak terpenuhi
baik selama di rumah maupun di rumah sakit (rasa
sakit, cemas, marah).
3) Hubungkan kebutuhan yang tidak terpenuhi dan
timbulnya waham.
4) Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi
kebutuhan klien dan memerlukan waktu dan tenaga
(buat jadwal jika mungkin).
5) Atur situasi agar klien tidak mempunyai waktu
untuk menggunakan wahamnya.
d) Klien dapat berhubungan dengan realitas.

Rasional : Menghadirkan realitas dapat membuka pikiran


bahwa realita itu lebih benar dari pada apa yang dipikirkan
klien sehingga klien dapat menghilangkan waham yang
ada.
Tindakan :
1) Berbicara dengan klien dalam konteks realitas (diri,
orang lain, tempat dan waktu).
2) Sertakan klien dalam terapi aktivitas kelompok :
orientasi realitas.
3) Berikan pujian pada tiap kegiatan positif yang
dilakukan klien.
e) Klien dapat menggunakan obat dengan benar.

Rasional : Penggunaan obat yang secara teratur dan benar


akan mempengaruhi proses penyembuhan dan memberikan
efek dan efek samping obat.
Tindakan :
1) Diskusikan dengan klien tentang nama obat, dosis,
frekuensi, efek dan efek samping minum obat.
2) Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar
(nama pasien, obat, dosis, cara dan waktu).
3) Anjurkan klien membicarakan efek dan efek samping
obat yang dirasakan.
4) Beri reinforcement bila klien minum obat yang benar.
f) Klien dapat dukungan dari keluarga.

Rasional : Dukungan dan perhatian keluarga dalam


merawat klien akan mambentu proses penyembuhan klien.
Tindakan :
1) Diskusikan dengan keluarga melalui pertemuan
keluarga tentang : gejala waham, cara merawat klien,
lingkungan keluarga dan follow up obat.
2) Beri reinforcement atas keterlibatan keluarga
b. Diagnosa 2: Perubahan proses pikir : waham berhubungan
dengan harga diri rendah.

Tujuan umum : klien tidak mengalami perubahan isi pikir :


waham kebesaran

Tujuan khusus : Klien dapat menyebutkan penyebab dirinya


menarik diri dengan kriteria evaluasi, klien dapat mengetahui
penyebabnya, Klien dapat menyebutkan keuntungan dan
kerugian berhubungan dengan orang lain.
1) Klien dapat menyebutkan keuntungan dan kerugian
berhubungan dengan orang lain.
2) Kaji pengetahuan klien dengan prilaku menarik diri
sehingga dapat mengenali tanda-tanda menarik diri.
Rasional : klien dapat menyadari tanda-tanda menarik diri
sehingga memudahkan perawat memberikan intervensi
selanjutnya.
3) Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya
terutama penyebab prilaku menarik diri.
Rasional : klien dapat mengungkapkan penyebab prilaku
menarik diri dapat membantu perawat dalam
mengidentifikasi tindakan yang dilakukan.
4) Berikan pujian terhadap kemampuan berhubungan dengan
orang lain dan kerugian bila tidak mau berhubungan dengan
orang lain.
Rasional : pujian akan dapat memotivasi klien untuk mau
berhubungan dengan orang lain.
2.3.3 Evaluasi

a. Klien percaya dengan perawat, terbuka untuk ekspresi


waham

b. Klien menyadari kaitan kebutuhan yg tdk terpenuhi dg


keyakinannya (waham) saat ini
c. Klien dapat melakukan upaya untuk mengontrol waham
d. Keluarga mendukung dan bersikap terapeutik terhadap
klien
STRATEGI PELAKSANAAN PADA KLIEN DENGAN WAHAM
Tindakan Keperawatan Bina Hubungan Saling Percaya

Masalah : Waham Kebesaran


Pertemuan : Ke 1 (satu)
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Klien tenang, kooperatif, duduk sendiri, nonton televisi sambil duduk di kursi
2. Diagnosa Keperawatan
Waham Kebesaran
3. Tujuan khusus
Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat
4. Tindakan Keperawatan
a. Memberikan salam terapeutik
b. Memperkenalkan diri kepada pasien
c. Memberitahu tujuan interaksi kepada pasien
d. Melakukan kontrak waktu yang tepat dengan pasien
e. Menciptakan lingkungan yang aman dan tenang untuk berinteraksi
f. Mengajak pasien mengobrol ringan mengenai kehidupannya.
g. Mengobservasi respon verbal dan non verbal dari pasien
h. Menunjukkan sikap empati kepada pasien
i. Memberikan reinforcemen positif pada setiap jawaban yang diberikan
oleh pasien
B. Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan (SP)
1. Fase Orientasi
a. Salam terapeutik
“Halo, selamat pagi Mbok. Perkenalkan, saya perawat Yumang. Mulai
hari ini saya bertugas untuk merawat Ibu selama 1 minggu ke depan. Nama
Mbok siapa? nama lengkapnya? suka dipanggil siapa? oh ya, baiklah. Saya
panggil Mbok Kadek saja ya. Hari ini saya jaga pagi dari jam 8 sampai jam
2 sore. Jadi, jika Mbok ada keperluan, bisa mencari saya di ruang perawat”
b. Evaluasi/ Validasi
“Bagaimana kabarnya hari ini, Mbok? tadi pagi Mbok sudah sarapan?
c. Kontrak
Topik:
“Hari ini kita akan berbincang-bincang untuk saling mengenal”
Waktu:
“Lamanya 15 menit, bagaimana Mbok? Jadi, kita akan ngobrol dari jam 10
sampai jam 10 lewat 15 menit nanti ya?”
Tempat:
“Ingin ngobrol dimana, Mbok? Bagaimana jika di teras depan kamar
Mbok?”
2. Fase Kerja
“Bagaimana perasaan dan keadaan Mbok hari ini? Apakah ada yang
dikeluhkan atau ditanyakan sebelum kita berbincang-bincang?”
“Mbok tidak usah khawatir karena kita berada di tempat yang aman. Saya
dan perawat-perawat di sini akan selalu menjadi teman dan membantu Mbok”
“Mbok, bisa saya bertanya tentang identitas Mbok, baik alamat, keluarga,
hobi atau mungkin keinginan untuk saat ini?”
“Bagus sekali Mbok sudah dapat menceritakannya dengan sangat detil.
Mbok dulu bekerja dimana? Mbok suka dengan pekerjaan itu? Bagaimana
dengan teman-teman di sana?”
“Bagaimana dengan teman-teman sekamar Mbok? Mbok sudah kenal
dengan mereka semua? Ada berapa orang semuanya? bagus sekali Mbok bisa
menghafal semua nama teman-temannya dengan baik”
“Wah terima kasih Mbok karena sudah mau berkenalan dengan saya dan
sekarang saya akan memberitahu identitas saya, Mbok mau kan
mendengarkan?”
“Nah karena kita sudah saling mengenal maka sekarang kita berteman, jadi
Mbok tidak perlu sungkan lagi. Bila ada masalah bisa diceritakan pada saya,
Mbok mau kan berteman dengan saya?”

3. Fase terminasi
a. Evaluasi
Subyektif : “Bagaimana perasaan Mbok setelah kita berbincang-
bincang?”
Obyektif : Pasien mau menjawab setiap pertanyaan yang diberikan
perawat serta mampu bercerita dengan nyaman dengan
sesekali melihat ke arah perawat.
4. Rencana Tindak Lanjut
“Coba bisa diulang tadi, nama saya siapa? Wah, bagus sekali Mbok bisa
ingat nama saya.”
“Saya sangat senang bisa berkenalan dengan Mbok dan Mbok sudah bisa
mengungkapkan perasaan dengan baik dan mau berkenalan dan berteman
dengan saya.”
”Baiklah, sesuai janji di awal, hari ini kita akan berbincang-bincang
selama 15 menit dan ternyata waktunya sudah habis. Jika ada yang ingin
Mbok bicarakan, Mbok bisa mencari saya di ruang perawat.”
5. Kontrak
Topik :
“Bagaimana jika besok kita berbincang-bincang lagi? Besok kita akan
membahas tentang cara mempraktekkan membina hubungan dengan orang
lain dan membicarakan kemampuan yang Mbok miliki.”
Tempat:
“Mau dimana kita bincang-bincang? Bagaimana kalau tetap
disini?”
Waktu:
“Kira-kira 15 menit lagi ya. Kalau begitu, Saya pamit dulu. Terima kasih
Mbok. Sampai jumpa besok.”

STRATEGI PELAKSANAAN PADA KLIEN DENGAN WAHAM


Tindakan Keperawatan Klien dapat Mengidentifikasi Kemampuan yang
Dimiliki

Masalah : Waham Kebesaran


Pertemuan : Ke 2 (dua)
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Klien tenang, kooperatif, duduk sendiri, sambil duduk di meja makan.
2. Diagnosa Keperawatan
Waham Kebesaran
3. Tujuan khusus
Klien dapat mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki
4. Tindakan Keperawatan
a. Beri pujian pada penampilan dan kemampuan klien yang realistis.
b. Diskusikan bersama klien kemampuan yang dimiliki pada waktu lalu
dan saat ini yang realistis.
c. Tanyakan apa yang biasa dilakukan kemudian anjurkan untuk
melakukannya saat ini (kaitkan dengan aktivitas sehari hari dan
perawatan diri).
d. Jika klien selalu bicara tentang wahamnya, dengarkan sampai
kebutuhan waham tidak ada. Perlihatkan kepada klien bahwa klien
sangat penting.
B. Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan (SP)
1. Fase Orientasi
a. Salam terapeutik
“Selamat pagi Mbok. Apa kabar pagi ini?”
b. Evaluasi/ Validasi
“Kemarin kita sudah berkenalan. Mbok masih ingat dengan nama saya?
bagus sekali Mbok masih mengingat nama saya.”
c. Kontrak
Topik:
“Melanjutkan pertemuan kita kemarin dan sesuai dengan kesepatan kita,
hari ini kita akan mencoba mempraktekkan kembali dalam membina
hubungan dengan orang lain dengan cara berkenalan baik dengan sesama
klien maupun dengan perawat, dan kita juga akan membicarakan tentang
kemampuan yang dimiliki Mbok.”
Waktu:
“Kita ngobrol 20 menit hari ini, bagaimana Mbok? Jadi, kita akan ngobrol
dari jam 9 sampai jam 9 lewat 20 menit nanti ya?”
Tempat:
“Bagaimana kalau ngobrolnya di lobi depan saja?”
2. Fase Kerja
“Penampilan Mbok hari ini bagus, rapi dan bersih. Bagus sekali, Mbok.
Hal seperti ini harus dipertahankan”.
“Mbok sudah mandi tadi? Mbok kelihatan segar sekali.”
“Mbok, seperti yang sudah saya sampaikan tadi, saya ingin melihat Mbok
berkenalan dengan teman (klien) dan perawat, coba sekarang Mbok
praktekkan.”
“Bagus sekali, ternyata Mbok mampu berkenalan. Bagaimana rasanya,
Mbok? senang kan punya banyak teman.”
” Mbok sudah tahu nama teman-temannya yang berada di sini ya? Bisa
Mbok sebutkan kembali? wah, hebat sekali Mbok.”
“Sekarang Mbok berkenalan dengan perawat juga ya. Ayo ini ada Ibu
perawat, silahkan berkenalan juga.”
“Wah hebat Mbok sudah berani berkenalan dengan Bu perawat yang baru
dilihat. Bagaimana, Mbok? senang kan mempunyai kenalan banyak? Nah,
coba sebutkan dengan siapa saja tadi yang sudah diajak berkenalan. Hebat
sekali, Mbok. Daya ingatannya bagus sekali.”
“Mbok, sekarang kita akan membicarakan kemampuan yang dimiliki oleh
Mbok. Kalau saya lihat selama di ruangan ini Mbok jarang beraktivitas, Jadi
saya ingin tahu kemampuan atau keterampilan yang dimiliki oleh Mbok apa
saja? Misalnya menyapu, mengepel, merapikan tempat tidur sendiri, dll. Wah
hebat sekali. Selain itu apa lagi Mbok? Bagus sekali ternyata Mbok pandai
menari ya. Mbok kalau di rumah sering menari ya?”
“Kalau di rumah aktivitas sehari-hari apa yang Mbok kerjakan? Oh ya, di
sini Mbok bisa juga melakukannya, tempat ini bisa dianggap rumah sendiri
jadi harus dipertahankan kemampuan yang dimiliki. Terus, Mbok bisa juga
menonton TV, melakukan aktivitas seperti di rumah ataupun merawat diri
seperti mandi, gosok gigi, keramas dll”
3. Fase terminasi
a. Evaluasi
Subyektif : “Bagaimana perasaan Mbok setelah kita berbincang-
bincang? Mbok juga tadi sudah mampu berkenalan
dengan teman yang lain serta dengan perawat.”
Obyektif : Pasien mau menjawab setiap pertanyaan yang diberikan
perawat serta mampu berkenalan dengan teman serta
perawat lainnya meskipun masih agak canggung.
b. Rencana Tindak Lanjut
“Sementara cukup di sini dulu ya, pembicaraan kita. Saya senang Mbok
mau mengobrol dengan saya. Tadi Mbok sudah bagus bisa berkenalan dan
mengungkapkan kemampuan apa yang dimiliki dengan baik, pertahankan.”
c. Kontrak
Topik :
“Besok kita akan bertemu lagi, berbincang lagi tentang kebutuhan-
kebutuhan Mbok yang belum terpenuhi, Mbok setuju?”
Tempat:
“Mau dimana kita bincang-bincang? Bagaimana kalau tetap disini?”
Waktu:
“Jam 10 lagi ya, Mbok. Kita akan ngobrol kira-kira 20 menit lagi ya. Baik,
saya permisi dulu, Mbok bisa melanjutkan kegiatan yang lainnya
terimakasih ya atas waktunya”
STRATEGI PELAKSANAAN PADA KLIEN DENGAN WAHAM
Tindakan Keperawatan Klien dapat Mengidentifikasi Stressor / Pencetus
Wahamnya
Masalah : Waham Kebesaran
Pertemuan : Ke 3 (tiga)
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
2. Keadaan umum klien tenang, klien sering mengatakan bahwa dirinya
adalah presiden, baju yang dipakai tampak kurang rapi, kontak mata bagus
saat diajak bicara.
3. Diagnosa Keperawatan
Waham Kebesaran
4. Tujuan khusus
Klien dapat mengidentifikasi stressor / pencetus wahamnya.
5. Tindakan Keperawatan
a. Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, menanyakan kepada
klien masih ingat tidak dengan perawat, lakukan kontrak waktu dan
jelaskan tujuan pertemuan dengan klien.
b. Bantu klien mengidentifikasi kebutuhan yang tidak terpenuhi serta
kejadian yang menjadi faktor pencetus wahamnya.
c. Diskusikan kebutuhan / harapan yang belum dapat dipenuhi serta
kejadian – kejadian traumatik.
d. Diskusikan dengan klien antara keinginan yang klien ingin capai saat
ini.
B. Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan (SP)
1. Orientasi
a. Salam terapeutik
“Selamat pagi Mbok, apa kabar hari ini? Masih ingat dengan saya?”
“Bagus Mbok masih ingat dengan saya”
b. Evaluasi
“Apa yang Mbok rasakan hari ini?
c. Kontrak
Topik:
“Seperti janji saya kemarin, sekarang kita akan mengobrol tentang apa
yang Mbok pikirkan / rasakan. ”
Waktu:
“Ya seperti janji kita kemarin kita bicara 15 menit dari pukul 15.00 –
15.15 WITA”
Tempat:
“Bagaimana kalau kita ngobrolnya di sini saja?”
2. Kerja
“Apa yang pikirkan saat ini? Mbok bisa ceritakan kepada saya tentang
pikiran / perasaan Mbok yang muncul secara berulang – ulang itu”
“Apa yang Mbok bisa ceritakan kepada saya tentang kepercayaan dan
pikiran-pikiran Mbok tersebut? Apa yang menyebabkan Ibu memiliki
perasaan / pikiran seperti itu?”
“Apa yang Mbok rasakan ketika Mbok mempercayai pikiran – pikiran
itu? Wah menarik sekali, terima kasih sudah mau mengungkapkan
perasaannya kepada saya.”
3. Fase terminasi
a. Evaluasi
Subjektif: “setelah ngobrol tadi, apa yang Mbok rasakan setelah kita
bicara ? Mbok masih ingat apa yang kita bicarakan tadi?”
Objektif: ”klien mau menjawab setiap pertanyaan yang diberikan tapi
kontak mata kurang.”
b. Tindak lanjut
“Mbok, sudah 15 menit kita ngobrol – ngobrolnya,sekarang Mbok bisa
beristirahat, nanti kita ngobrol lagi. Terima kasih.”
c. Kontak yang akan datang
Topik:
”Bagaimana kalau besok kita membicarakan pengalaman –
pengalaman Mbok yang lain.”
Waktu: ”Kita nanti ngobrol – ngobrolnya 15 menit ya Mbok?”
Tempat: ”Kita betemu disini saja ya ni?” Di ruang tamu . kalau begitu
sampai bertemu besok ya, Mbok. Terima kasih.
STRATEGI PELAKSANAAN PADA KLIEN DENGAN WAHAM
Tindakan Keperawatan Klien dapat Mengidentifikasi Wahamnya
Masalah : Waham Kebesaran
Pertemuan : Ke 4 (empat)
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Keadaan umum klien tenang, klien sering mengatakan dirinya adalah
presiden, baju yang dipakai tampak kurang rapi, kontak mata bagus saat
diajak bicara.
2. Diagnosa Keperawatan
Waham Kebesaran
3. Tujuan khusus
Klien dapat mengidentifikasi wahamnya
4. Tindakan Keperawatan
a. Bina hubungan saling percaya: salam terapeutik, perkenalkan diri, ajak
berjabat tangan, ciptakan lingkungan yang terapeutik, jelaskan tujuan.
b. Diskusikan dengan klien pengalaman wahamnya tanpa
berargumentasi.
c. Katakan kepada klien akan keraguan perawat terhadap pernyataan
klien.
d. Diskusikan dengan klien respon perasaan terhadap wahamnya.
e. Bantu klien membedakan situasi nyata dengan situasi yang
dipersepsikan salah oleh klien.
B. Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan (SP)
1. Orientasi
a. Salam terapeutik
“Selamat pagi Mbok, masih ingat dengan saya? bagaimana kabar Mbok
sekarang? ”
b. Evaluasi
“Bagaiman perasaan Mbok sekarang?”
c. Kontrak
(Topik) : “Sesuai dengan janji saya ke Mbok kemarin, sekarang kita
ngobrol tentang pengalaman – pengalaman yang Mbok alami.”
(Waktu) : “Kita ngobrolnya 15 menit saja ya Mbok hari ini. Apakah Mbok
bersedia?”
(Tempat) : “Mbok kita ngobrolnya seperti biasa ya Mbok, ditempat ini
saja.”
2. Kerja
“Mbok, bisa tidak Mbok menceritakan kembali tentang pengalaman –
pengalaman Mbok yang lain seperti yang Mbok ceritakan kemarin?
Bagaimana perasaan Mbok saat menghadapi pengalaman itu?”
“Pengalaman apa saja yang paling sering Mbok alami? Hmm….., maaf
ya Mbok, saya percaya dengan apa yang Mbok katakan tapi saya belum
pernah lihat yang Mbok alami tersebut.”
“Mbok, saya kurang yakin kalau Mbok adalah seorang presiden,
karena seorang presiden yang sekarang adalah bapak SBY. Sekarang coba
Mbok tanyakan kepada perawat lain, atau teman di ruangan ini, apakah
mereka setuju dengan apa yang Mbok katakan tadi.”
3. Terminasi
a. Evaluasi
Subyektif: “Mbok, setelah ngobrol – ngobrol tadi bagaimana perasaan
Mbok sekarang?”
Obyektif: “Klien dapat mengidentifikasi wahamnya, kontak mata ada.”
b. Tindak Lanjut
“Sepertinya pertemuan kita hari ini sudah cukup, sekarang Ibu bisa
beristirahat, kalau Mbok mau bercerita lagi / hal lain yang ingin
disampaikan, Mbok bisa cari saya, atau mencari perawat yang
lainnya.”
c. Kontrak yang akan datang
Topik: “Mbok nanti sore bagaimana kalau kita ngobrol lagi, tentang
masalah yang Ibu hadapi selama disini.”
Waktu: “Mbok nanti sore kita ngobrolnya berapa lama?”
Tempat: “Mbok, dimana nanti kita ngobrolnya? Mbok mau di ruangan ini
lagi?”
STRATEGI PELAKSANAAN PADA KLIEN DENGAN WAHAM
Tindakan Keperawatan Klien Mendapat Dukungan Keluarga
Masalah : Waham Kebesaran
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
-
2. Diagnosa keperawatan
Waham Kebesaran
3. Tujuan Khusus: Klien mendapat dukungan keluarga
4. Rencana Tindakan Keperawatan
a. Beri salam terapeutik kepada keluarga dan klien
b. Buat kontrak(topik,waktu,tempat) yang jelas
c. Perkenalkan nama, nama pangilan dan tujuan perawat berinteraksi
d. Diskusikan pentingnya peran serta keluarga sebagai pendukung klien
untuk mengatasi waham
e. Diskusikan potensi keluarga untuk membantu klien mengatasi waham
f. Jelaskan pengertian, penyebab dan cara merawat klien dengan waham
yang dapat dilaksanakan oleh keluarga
g. Peragakan cara merawat klien dalam menangani pasien dengan waham
B. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
1. Orientasi
a. Salam terapeutik
“Selamat pagi bapak, ibu, dan anggota keluarga yang lain. Nama saya Sri
Sundari, saya biasa dipanggil Yumang”
“Saya yang merawat Mbok Kadek keluarga bapak, selama Mbok Kadek
dirawat di sini”
b. Evaluasi
-
c. Kontrak
Saya disini setiap hari bertugas untuk merawat Mbok Kadek.
Bagaimana kalau kita sekarang mendiskusikan keadaan Mbok Kadek
selama dirawat di sini? Untuk membicarakan hal tersebut kita ngobrol 15
menit ya pak? Kita ngobrolnya disini saja ya pak? Bagaimana anggota
keluarga yang lain apakah setuju?
2. Fase Kerja
“Pak kalau saya boleh tahu sudah berapa lama Mbok Kadek berhalusinasi
seperti ini? Apakah bapak bisa menceritakan kepada saya mengapa Mbok
Kadek bisa berperilaku seperti ini?”
“Biasanya siapa yang menemani Mbok Kadek di rumah? Begini pak,
perilaku Mbok Kadek yang sering menganggap dirinya adalah seorang
dokter ini dinamakan waham dan jika ini dibiarkan akan dapat
mengakibatkan pasien terus mengalami halusinasi karena isi pikirnya tidak
sesuai dengan kenyataan, Kemudian dapat mengakibatkan interaksi pasien
dengan lingkungan semakin memburuk”
“Sampai disini ada yang ingin bapak tanyakan untuk anggota keluarga lain
ada yang kurang jelas? Baiklah, untuk menghindari hal-hal yang tidak
diinginkan bapak dapat mengajak Mbok Kadek mengobrol sesuai realita dan
jika sudah ada tanda-tanda Mbok Kadek berhalusinasi atau menganggap
dirinya dokter bapak bisa menegur Mbok Kadek dan mengarahkannya untuk
berpikir logis. Apakah bapak mengerti?”
“Ada yang ingin bapak tanyakan?”
3. Terminasi
a. Evaluasi
Subyektif: “Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap?
Sekarang coba bapak peragakan cara untuk menangani Mbok Kadek
jika ia sudah menampakkan tanda-tanda waham”.
Obyektif : “Keluarga mau menjawab pertanyaan perawat dan tidak
meninggalkan tempat”.

b. Tindak lanjut
“Nah, ini sudah 15 menit jadi kita cukupkan dulu pembicaraan kita.
Sekarang Bapak, Ibu dan semuanya silahkan berbincang dengan Mbok
Kadek. Namun bapak tidak usah khawatir kalau ada yang kurang jelas
bapak bisa tanya ulang dan saya pasti membantu”
c. Kontrak yang akan datang
Topik : “Kita akan membicarakan tentang pentingnya
mengonsumsi obat-obat sesuai program dokter”.
Waktu : “Mbok Kadek, Mbok sebentar setelah makan siang sekitar
pukul 13.00 saya akan kembali lagi”
Tempat : “Kita bertemu di tempat ini lagi ya Mbok Kadek”.
STRATEGI PELAKSANAAN
Tindakan Keperawatan Klien Dapat Menggunakan Obat Sesuai Program yang
Telah Ditetapkan
Masalah : Waham Kebesaran
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
-
2. Diagnosa keperawatan
Waham Kebesaran
3. Tujuan Khusus: Klien dapat menggunakan obat sesuai program yang telah
ditetapkan.
4. Rencana Tindakan Keperawatan
a. Beri salam terapeutik
b. Buat kontrak(topik,waktu,tempat) yang jelas
c. Jelaskan manfaat menggunakan obat secara teratur dan kerugian jika
tidak menggunakan obat
d. Motivasi klien untuk meminum obat secara benar dan sesuai program
yang telah ditetapkan
e. Beri pujian atas usaha yang telah dilakukan klien.

B. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan


1. Orientasi
a. Salam terapeutik
“Selamat siang Mbok.”
b. Evaluasi
“Bagaimana perasaan Mbok hari ini? apakah Mbok sudah minum obat?”
c. Kontrak
Topik: “Sesuai janji yang sudah kita sepakati tadi pagi, sekarang kita akan
membahas tentang obat yang Mbok konsumsi selama dirawat di sini
dan betapa pentingnya mengonsumsi obat sesuai program”.
Waktu: “Janji kita tadi pagi kita akan ngobrol-ngobrol selama 15 menit”.
Tempat: “Enaknya kita ngobrol dimana Mbok?”
2. Kerja
“Mbok obat apa saja yang Mbok konsumsi?”
“Adakah seseorang yang menemani atau mengingatkan Mbok minum
obat? Mbok bisa jelaskan kapan saja Mbok minum obat?”
“Ya sekarang saya jelaskan ya, obat ini diminum sesudah makan
sebanyak tiga kali dalam sehari”.
“Apakah Mbok paham dengan tulisan 3x1 pada obat ini? 3x1 artinya
dalam 24 jam Mbok minum obat sebanyak tiga kali yaitu pagi, sore, dan
malam”.
“Mari saya bantu meminumkan obatnya”
3. Terminasi
a. Evaluasi
Subyektif: “Setelah kita ngobrol tadi selama 15 menit, bagaimana apakah
Mbok sudah mengerti?”
Obyektif : “Klien mau menjawab pertanyaan perawat dan tampak antusias
untuk bertanya hal-hal yang belum jelas”.
b. Tindak lanjut
“Mbok sekarang sudah pukul 13.15 Wita sesuai dengan janji kita
latihan hanya 15 menit. Kalau nanti ada yang mau ditanyakan kepada saya
lebih baik Mbok sampaikan sekarang karena saya akan pindah jaga di
RSUD Klungkung mulai besok atau Mbok bisa bertanya kepada petugas di
sini”.
c. Kontrak yang akan datang
“Mbok Kadek sampai jumpa lagi, sekarang pertemuan kita yang
terakhir karena mulai besok saya sudah pindah ke RSUD Klungkung.
Ingat pesan-pesan saya ya. Sampai jumpa semua. Terima kasih atas
kepercayaan yang diberikan selama ini kepada saya dalam merawat
keluarga Bapak dan Ibu

DAFTAR PUSTAKA
Keliat, Anna Budi. Akemat. Helena, Novy, dkk. 2007. Keperawatan Kesehatan
Jiwa Komunitas: CMHN (Basic Care). Jakarta: EGC

Hawari, Dadang. 2001. Manajemen stress, cemas dan depresi. Jakarta: FKUI.

Ariawan D, Made. Ratep, Nyoman. Westa, Wayan. GANGGUAN WAHAM


MENETAP PADA PASIEN DENGAN RIWAYAT PENYALAHGUNAAN
GANJA: SEBUAH LAPORAN KASUS. 2014. [Diakses: 16 Sept 2014]
Diambil dari:
http://ojs.unud.ac.id/index.php/eum/article/download/9635/7146.

Kartono, Kartini. 1981. Patologi Sosial – jilid 1. Bandung: Rajagrafindo Persada.

Anda mungkin juga menyukai