BAB I
DEFENISI
A. Latar Belakang
Masalah pernapasan menempati urutan tertinggi dalam menentukan prioritas
penanganan kegawatan maupun kekritisan. Hal ini berdasarkan kenyataan bahwa ketika
seseorang tidak mendapatkan oksigen, meskipun dalam hitungan menit maka bias
berakibat fatal.
Berbagai penyakit yang berkaitan dengan pernapasan pada akhirnya akan
berujung pada kondisi gagal napas. Hal ini membutuhkan penanganan khusus, dimana
oksigenisasi masih tetap terpenuhi meskipun pasien sudah tidak mampu lagi bernapas.
Ventilator adalah suatu system alat bantuan hidup yang dirancang untuk
menggantikan atau menunjang fungsi pernapasan yang normal. Tujuan utama pemberian
dukungan ventilator mekanik adalah untuk mengembalikan fungsi normal pertukaran
udara dan memperbaiki fungsi pernapasan kembali ke keadaan normal. Ventilator
mekanik dibagi menjadi dua, yaitu ventilator mekanik invasive dan ventilator mekanik non
invasive.
Peningkatan kualitas dari ventilator mekanik menyebabkan makin luasnya area
penggunaan mesin tersebut. Tindakan operasi yang membutuhkan penggunaan anestesi
dan sedative sangat terbantu dengan keberadaan alat ini. Resiko terjadinya gagal napas
selama operasi akibat pengaruh obat sedative sudah bisa tertangani dengan keberadaan
ventilator mekanik.
Perawat sebagai ujung tombak pelayanan di rumah sakit khususnya perawat ICU
(Intensive Care Unit dan NICU) perlu memiliki pemahaman dasar mengenai penggunaan
ventilator mekanik. Pemahaman yang tepat sangat membantu perawat dalam memberikan
pelayanan secara optimal. Pada pasien NICU kategori 3 yaitu perawatan bayi sakit kritis
atau belum stabil yang memerlukan support alat bantu nafas mekanik (Bubble Nasal
CPAP atau Ventilator mekanik), tindakan operatif maupun pemberian obat-obatan atau
tindakan intervensi khusus. Yang harus dirawat kategori 3 adalah :
a. bayi dengan sindroma gawat nafas derajat 3 dan 4 yang memerlukan support alat
bantu nafas mekanik (Bubble Nasal CPAP atau Ventilator mekanik), Aspirasi air
ketuban (Meconeum Aspiration Syndrome) atau janin menghirup mekonium yang
tercampur dengan cairan ketuban,
1
PENGGUNAAN VENTILATOR PADA BAYI (NICU)
b. bayi berat badan lahir amat / sangat rendah (kurang dari 1200 gram), atau bayi
dengan umur kehamilan kurang dari 34 minggu yang belum mendapatkan obat
kematangan paru.
c. bayi dengan kelainan kongenital yang membutuhkan tindakan operatif, misalnya
bayi dengan obstruksi saluran pencernaan, hernia diafragmatika, omfalokel,
penyakit jantung bawaan, perforasi usus, atresia anii, dll.;
d. perawatan bayi pasca operasi besar yang membutuhkan support ventilator
mekanik. Bayi yang membutuhkan intervensi invasif, misalnya pemberian surfaktan,
transfusi tukar, pemasangan akses umbilikal, pemasangan akses vena dalam dan
akses arteri, ventilator mekanik.
1. Pengertian
Ventilasi mekanik adalah alat pernafasan bertekanan negatif atau positif yang dapat
mempertahankan ventilasi dan pemberian oksigen dalam waktu yang lama. (Brunner dan
Suddarth, 1996).
Ventilator adalah suatu alat yang digunakan untuk membantu sebagian atau seluruh
proses ventilasi untuk mempertahankan oksigenasi. (Carpenito, Lynda Juall 2000)
Ventilasi mekanik dengan alatnya yang disebut ventilator mekanik adalah suatu alat
bantu mekanik yang berfungsi memberikan bantuan nafas pasien dengan cara
memberikan tekanan udara positif pada paru-paru melalui jalan nafas buatan. Ventilator
mekanik merupakan peralatan “wajib” pada unit perawatan intensif atau ICU. ( Corwin,
Elizabeth J, 2001)
Ventilator adalah suatu system alat bantuan hidup yang dirancang untuk
menggantikan atau menunjang fungsi pernapasan yang normal. Tujuan utama pemberian
dukungan ventilator mekanik adalah untuk mengembalikan fungsi normal pertukaran
udara dan memperbaiki fungsi pernapasan kembali ke keadaan normal. (Bambang
Setiyohadi, 2006)
Ventilator mekanik merupakan alat bantu pernapasan bertekanan positif atau
negative yang menghasilkan aliran udara terkontrol pada jalan napas pasien sehingga
mampu mempertahankan ventilasi dan pemberian oksigen dalam jangka waktu lama.
Tujuan pemasangan ventilator mekanik adalah untuk mempertahankan ventilasi alveolar
2
PENGGUNAAN VENTILATOR PADA BAYI (NICU)
secara optimal dalam rangka memenuhi kebutuhan metabolic pasien, memperbaiki
hipoksemia, dan memaksimalkan transport oksigen. ( Iwan Purnawan, 2010).
3
PENGGUNAAN VENTILATOR PADA BAYI (NICU)
BAB II
RUANG LINGKUP
4
PENGGUNAAN VENTILATOR PADA BAYI (NICU)
BAB III
TATALAKSANA
A. Klasifikasi
Ventilasi mekanik diklasifikasikan berdasarkan cara alat tersebut mendukung ventilasi,
dua kategori umum adalah ventilator tekanan negatif dan tekanan positif.
a. Ventilator Tekanan Negatif
Ventilator tekanan negatif mengeluarkan tekanan negatif pada dada eksternal. Dengan
mengurangi tekanan intratoraks selama inspirasi memungkinkan udara mengalir ke dalam
paru-paru sehingga memenuhi volumenya. Ventilator jenis ini digunakan terutama pada
gagal nafas kronik yang berhubungn dengan kondisi neurovaskular seperti poliomyelitis,
distrofi muscular, sklerosisi lateral amiotrifik dan miastenia gravis. Penggunaan tidak
sesuai untuk pasien yang tidak stabil atau pasien yang kondisinya membutuhkan
perubahan ventilasi sering.
b. Ventilator Tekanan Positif
Ventilator tekanan positif menggembungkan paru-paru dengan mengeluarkan tekanan
positif pada jalan nafas dengan demikian mendorong alveoli untuk mengembang selama
inspirasi. Pada ventilator jenis ini diperlukan intubasi endotrakeal atau trakeostomi.
Ventilator ini secara luas digunakan pada klien dengan penyakit paru primer. Terdapat tiga
jenis ventilator tekanan positif yaitu tekanan bersiklus, waktu bersiklus dan volume
bersiklus.
Ventilator tekanan bersiklus adalah ventilator tekanan positif yang mengakhiri inspirasi
ketika tekanan preset telah tercapai. Dengan kata lain siklus ventilator hidup
mengantarkan aliran udara sampai tekanan tertentu yang telah ditetapkan seluruhnya
tercapai, dan kemudian siklus mati.
Ventilator tekanan bersiklus dimaksudkan hanya untuk jangka waktu pendek di ruang
pemulihan. Ventilator waktu bersiklus adalah ventilator mengakhiri atau mengendalikan
inspirasi setelah waktu ditentukan. Volume udara yang diterima klien diatur oleh
kepanjangan inspirasi dan frekuensi aliran udara .Ventilator ini digunakan pada neonatus
dan bayi. Ventilator volume bersiklus yaitu ventilator yang mengalirkan volume udara pada
setiap inspirasi yang telah ditentukan. Jika volume preset telah dikirimkan pada klien siklus
ventilator mati dan ekshalasi terjadi secara pasif. Ventilator volume bersiklus sejauh ini
adalah ventilator tekanan positif yang paling banyak digunakan.
5
PENGGUNAAN VENTILATOR PADA BAYI (NICU)
4) Intubasi
Intubasi adalah tindakan invasive untuk memasukkan ETT ke dalam trakea dengan
menggunakan alat laryngoskopy. Diperlukan seperangkat peralatan penunjang dan
tenaga ahli karena kejadian hipoksia, aritmia, dan bahkan henti jantung dapat terjadi
dalam beberapa kasus. Untuk mengantisipasinya diperlukan tenaga yang bersertifikasi
PPGD dan ACLS. Alat-alat penunjang diantaranya troli emergency yang dilengkapi obat-
obat resusitasi seperti adrenalin (untuk asistole), sulfas atrophin (untuk bradikardia),
amiodarone (anti aritmia), inotropik jenis dobutamine atau dopamine untuk meningkatkan
afterload – preload – kontraktifitas ventrikel jika terjadi gangguan hemodinamik saat
intubasi.
Peralatan lain seperti defibrillator diperlukan untuk mengantisipasi aritmia ventrikel yang
dapat mengancam jiwa (Ventrycular Tachycardia dan Ventrycular Fibrilasi). Peralatan
suction diperlukan untuk membebaskan jalan nafas dari kemungkinan penumpukan lendir
(slym) saat intubasi.
Sebelum tindakan dimulai, premedikasi diberikan untuk memberikan efek sedasi dari
yang memiliki efek cepat seperti golongan opioid atau lambat seperti benzodiazepine.
Paralise otot nafas dapat dipertimbangkan jika proses intubasi masih sulit dilakukan. Jenis
premedikasi dipilih yang memiliki resiko minimal terhadap organ yang sedang mengalami
gangguan.
Sebelum intubasi dimulai, hiperoksigenasi dilakukan melalui ambubag dengan
kecepatan aliran 12 – 15 liter/menit, sampai saturasi oksigen meningkat > 95%. Tujuan
dari intubasi yaitu : mengembalikan asam basa dan kadar PO2 dalam batas normal, dan
memenuhi kebutuhan tidal volume ( TV ) atau menit volume ( MV ) dengan tekanan
puncak ( PIP ) dalam batas normal.
Indikasi untuk dilakukan intubasi adalah
a. Henti jantung ( cardiac arrest )
b. Henti nafas ( Respiratory arrest )
c. Hipoksemia yang tidak teatasi dengan pemberian oksigen non invasive
7
PENGGUNAAN VENTILATOR PADA BAYI (NICU)
d. Asidosis respiratory yang tidak teratasi dengan obat-obatan dan pemberian oksigen
non invasive
e. Kelelahan pernafasan yang tidak responsive dengan obat-obatan dan penberian
oksigen non invasive.
f. Gagal nafas dengan manifestasi klinis : takhipneu, penggunaan otot pernafasan
tambahan (scalene, sternokleidomastoid,intercosta , abdomen)
g. Penurunan kesadaran
h. Saturasi oksigen menurun drastic
i. Tindakan pembedahan yang menggunakan anastesi umum
6. Modus Operasional
Untuk menentukan modus operasional ventilator terdapat sepuluh parameter yang
diperlukan untuk pengaturan pada penggunaan volume cycle ventilator, yaitu :
a. Frekuensi pernafasan permenit
Frekwensi napas adalah jumlah pernapasan yang dilakukan ventilator dalam satu
menit. Penyetingan RR ini tergantung volume tidal, jenis kelainan paru pasien, target PO2
yang ingin dicapai. Parameter alarm RR diseting diatas dan dibawah nilai RR yang diset.
Misalnya set RR sebesar 10x/menit, maka setingan alarm sebaliknya diatas 12x/menit dan
dibawah 8x/menit. Sehingga cepat mendeteksi terjadinya hiperventilasi atau hipoventilasi.
8
PENGGUNAAN VENTILATOR PADA BAYI (NICU)
b. Tidal volume
Volume tidal merupakan jumlah gas yang dihantarkan oleh ventilator ke pasien setiap
kali bernapas. Umumnya disetting antara 5-15 cc/kgBB, tergantung dari compliance,
resistance, dan jenis kelainan paru. Pasien dengan paru normal mampu mentolerir volume
tidal 10-15 cc/kgBB, sedangkan untuk pasien PPOK cukup dengan 5-8 cc/kgBB.
Parameter alarm tidsl volume diseting diatas dan dibawah nilai yang kita seting. Monitoring
volume tidal sangat perlu jika pasien menggunakan time cycled.
c. Konsentrasi oksigen (FiO2)
FiO2 adalah jumlah kandungan oksigen dalam udara inspirasi yang diberikan oleh
ventilator ke pasien. Konsentrasinya berkisar 21-100%. Settingan FiO2 pada awal
pemasangan ventilator direkomendasikan sebesar 100%. Untuk memenuhi kebutuhan
FiO2 yang sebenarnya, 15 menit pertama setelah pemasangan ventilator dilakukan
pemeriksaan analisa gas darah. Berdasarkan pemeriksaan AGD tersebut maka dapat
dilakukan penghitungan FiO2 yang tepat bagi pasien.
d. Rasio inspirasi : ekspirasi
Rumus Rasio inspirasi : Ekspirasi
Waktu inspirasi + waktu istirahat
Waktu ekspirasi
Keterangan :
1) Waktu inspirasi merupakan waktu yang diperlukan untuk memberikan volume tidal atau
mempertahankan tekanan.
2) Waktu istirahat merupakan periode diantara waktu inspirasi dengan ekspirasi
3) Waktu ekspirasi merupakan waktu yang dibutuhkan untuk mengeluarkan udara
pernapasan.
Rasio inspirasi : ekspirasi biasanya disetiing 1:2 yang merupakan nilai normal fisiologis
inspirasi dan ekspirasi. Akan tetapi terkadang diperlukan fase inspirasi yang sama atau
lebih lama dibandingkan ekspirasi untuk menaikan PaO2.
e. Limit pressure / inspiration pressure
Pressure limit berfungsi untuk mengatur jumlah tekanan dari ventilator volume cycled.
Tekanan terlalu tinggi dapat menyebabkan barotrauma.
f. Flow rate/peak flow
Flow rate merupakan kecepatan ventilator dalam memberikan volume tidal
pernapasan yang telah disetting permenitnya. Biasanya flow rate disetting antara 40-100
L/menit.
9
PENGGUNAAN VENTILATOR PADA BAYI (NICU)
g. Sensitifity/trigger
Sensitifity berfungsi untuk menentukan seberapa besar usaha yang diperlukan pasien
dalam memulai inspirasi dai ventilator. Pressure sensitivity memiliki nilai sensivitas antara
2 sampai -20 cmH2O, sedangkan untuk flow sensitivity adalah antara 2-20 L/menit.
Semakin tinggi nilai pressure sentivity maka semakin mudah seseorang melakukan
pernapasan. Kondisi ini biasanya digunakan pada pasien yang diharapkan untuk memulai
bernapas spontan, dimana sensitivitas ventilator disetting -2 cmH2O. Sebaliknya semakin
rendah pressure sensitivity maka semakin susah atau berat pasien untuk bernapas
spontan. Settingan ini biasanya diterapkan pada pasien yang tidak diharapkan untuk
bernaps spontan.
h. Alarm
Ventilator digunakan untuk mendukung hidup. Sistem alarm perlu untuk
mewaspadakan perawat tentang adanya masalah. Alarm tekanan rendah menandakan
adanya pemutusan dari pasien (ventilator terlepas dari pasien), sedangkan alarm tekanan
tinggi menandakan adanya peningkatan tekanan, misalnya pasien batuk, cubing tertekuk,
terjadi fighting, dan lain-lain. Alarm volume rendah menandakan kebocoran. Alarm jangan
pernah diabaikan tidak dianggap dan harus dipasang dalam kondisi siap.
i. Kelembaban dan suhu
Ventilasi mekanis yang melewati jalan nafas buatan meniadakan mekanisme
pertahanan tubuh unmtuk pelembaban dan penghangatan. Dua proses ini harus
digantikan dengan suatu alat yang disebut humidifier. Semua udara yang dialirkan dari
ventilator melalui air dalam humidifier dihangatkan dan dijenuhkan. Suhu udara diatur
kurang lebih sama dengan suhu tubuh. Pada kasus hipotermi berat, pengaturan suhu
udara dapat ditingkatkan. Suhu yang terlalu itnggi dapat menyebabkan luka bakar pada
trachea dan bila suhu terlalu rendah bisa mengakibatkan kekeringan jalan nafas dan
sekresi menjadi kental sehingga sulit dilakukan penghisapan. Pada kasus hypotermi suhu
dapat dinaikkan lebih dari 370 C - 380 C.Kewaspadaan dianjurkan karena lama dan
tingginya suhu inhalasi menyebabkan luka bakar pada trakea, lebih mudah terjadinya
pengentalan sekresi dan akibatnya obstruksi jalan nafas bisa terjadi. Sebaliknya apabila
suhu ke pasien kurang dari 360 C membuat kesempatan untuk tumbuhnya kuman.
Humidifikasi yang lain yaitu system Heating wire dimana kehangatan udara
dialirkan melalui wire di dalam sirkuit dan tidak terjadi kondensasi air.
10
PENGGUNAAN VENTILATOR PADA BAYI (NICU)
Pada kasus penggunaan Ventilasi Mekanik yang singkat tidak lagi menggunakan kedua
system diatas, tetapi humidifasi jenis Moisture echanger yang di pasang pada ujung sirkuit
Ventilasi Mekanik.
j. Positive end respiratory pressure (PEEP)
PEEP adalah aplikasi dari konstan, tekanan positif pada jalan napas sehingga pada
akhir ekspirasi tekanan tidak akan pernah kembali ke tekanan atmospire. PEEP dapat di
ukur dalam cmH2O. Tipikal pengaturan untuk PEEP berkisar antara 5-20 cm H2O.
tekanan positif biasanya dilakukan pada siklus ventilasi tetapi hal ini digunakan untuk efek
fisiologis pada akhir ekspirasi. Dengan memanfaatkan tekanan positif pada akhir ekspirasi,
PEEP merekrut atelectaksis alveoli, lebih dalam dengan memisahkan alveoli dan
melembung kembali alveoli yang sudah paten, menyeimbangkan alveolar dan penutupan
jalan nafas yang lebih kecil saat ekspirasi, dan mendistribusikan kembali cairan paru.
PEEP mendistribusikan kembali cairan ekstravaskular paru dari alveoli ke ruang
perifaskular, dimana dampak dari kelebihan cairan paru pada pertukaran gas telah
dikurangi. Melalui mekanisme ini, PEEP mengurangi penyaluran intrapulmoner,
meningkatkan kapasitas fungsional residual (FRC), meningkatkan pemenuhan,
menurunkan jarak difusi untuk oksigen, dan meningkatkan oksigenasi.
PEEP (Possitive End Expiratory Pressure) atau tekanan positif akhir ekspirasi: 0-5
Cm, ini diberikan pada pasien yang mengalami edema paru dan untuk mencegah
atelektasis. Pengesetan untuk pasien ditentukan oleh tujuan terapi dan perubahan
pengesetan ditentukan oleh respon pasien yang ditujunkan oleh hasil analisa gas darah
(Blood Gas).
Fungsi PEEP:
•Redistribusi cairan ekstravaskular paru
•Meningkatkan volume alveolus
•Mengembangkan alveoli yg kolaps
PEEP ditentukan tergantung dari keadaan klinis pasien. Pada pasien dengan
edema paru, PEEP dimulai dengan 5 mmHg. Pada pasien tidak dengan edema paru,
PEEP dimulai dari nol, tetapi FiO2 dinaikan sampai 50%. Bila FiO2 tidak naik, baru
diberikan PEEP mulai dari 5 mmHg.
Catatan :
•Selama pemakaian Ventilator, FiO2 diusahakan kurang dari 50 %
•PEEP dapat dinaikkan secara bertahap 2,5 mmHg, sampai batas maximal 15 mmHg.
11
PENGGUNAAN VENTILATOR PADA BAYI (NICU)
Modus operasional ventilasi mekanik terdiri dari :
a. Controlled Ventilation
Ventilator mengontrol volume dan frekuensi pernafasan. Indikasi untuk pemakaian
ventilator meliputi pasien dengan apnoe. Ventilasi mekanik adalah alat pernafasan
bertekanan negatif atau positif yang dapat mempertahankan ventilasi dan pemberian
oksigen dalam waktu yang lama.Ventilator tipe ini meningkatkan kerja pernafasan klien.
b. Assist/Control
Ventilator jenis ini dapat mengontrol ventilasi, volume tidal dan kecepatan. Bila klien
gagal untuk ventilasi, maka ventilator secara otomatis. Ventilator ini diatur berdasarkan
atas frekuensi pernafasan yang spontan dari klien, biasanya digunakan pada tahap
pertama pemakaian ventilator.
c. Intermitten Mandatory Ventilation
Model ini digunakan pada pernafasan asinkron dalam penggunaan model kontrol,
klien dengan hiperventilasi. Klien yang bernafas spontan dilengkapi dengan mesin dan
sewaktu-waktu diambil alih oleh ventilator.
d. Synchronized Intermitten Mandatory Ventilation (SIMV)
SIMV dapat digunakan untuk ventilasi dengan tekanan udara rendah, otot tidak begitu
lelah dan efek barotrauma minimal. Pemberian gas melalui nafas spontan biasanya
tergantung pada aktivasi klien. Indikasi pada pernafasan spontan tapi tidal volume
dan/atau frekuensi nafas kurang adekuat.
12
PENGGUNAAN VENTILATOR PADA BAYI (NICU)
Pada pernafasan spontan inspirasi terjadi karena diafragma dan otot intercostalis
berkontrkasi, rongga dada mengembang dan terjadi tekanan negatif sehingga aliran udara
masuk ke paru, sedangkan fase ekspirasi berjalan secara pasif.
Pada pernafasan dengan ventilasi mekanik, ventilator mengirimkan udara dengan
memompakan ke paru pasien, sehingga tekanan sselama inspirasi adalah positif dan
menyebabkan tekanan intra thorakal meningkat. Pada akhir inspirasi tekanan dalam
rongga thorax paling positif.
9. Komplikasi
Komplikasi yang dapat timbul dari penggunaan ventilasi mekanik, yaitu :
a. Obstruksi jalan nafas
b. Hipertensi
c. Tension pneumotoraks
d. Atelektase
e. Infeksi pulmonal
f. Kelainan fungsi gastrointestinal ; dilatasi lambung, perdarahan
g. Gastrointestinal.
h. Kelainan fungsi ginjal
i. Kelainan fungsi susunan saraf pusat
4. Dukungan Nutrisi
Pada pasien dengan dipasangnya Ventilasi Mekanik dukungan nutrisi harus diperhatikan
secara dini. Apabila hal ini terabaikan tidak sedikit terjadinya efek samping yang
memperberat kondisi pasien, bahkan bisa menimbulkan komplikasi paru dan kematian.
15
PENGGUNAAN VENTILATOR PADA BAYI (NICU)
Bila saluran gastrointestinal tidak ada gangguan, Nutrisi Enteral dapat diberikan melalui
Nasogastric tube (NGT) yang dimulai dengan melakukan test feeding terlebih dahulu,
terutama pada pasien dengan post laparatomy dengan reseksi usus.
Alternatif lain apabila tidak memungkinkan untuk diberikan nutrisi melalui enteral bisa
dilakukan dengan pemberian nutrisi parenteral.
Pemberian nutrisi.
5. Perawatan Mata
Pada pasien dengan pemasangan Ventilasi Mekanik perawatan mata itu sangat penting
dalam asuhan keperawatan. Pengkajian yang sering dan pemberian tetes mata/zalf mata
bisa menurunkan keringnya kornea. Bila refleks berkedip hilang, kelopak mata harus di
plester untuk mencegah abrasi kornea, kering dan trauma. edema sclera dapat terjadi
pada pasien dengan Ventilasi Mekanik bila tekanan vena meningkat. Atur posisi kepala
lebih atas/ekstensi (Taryono, 2007).
16
PENGGUNAAN VENTILATOR PADA BAYI (NICU)
BAB IV
DOKUMENTASI
17
PENGGUNAAN VENTILATOR PADA BAYI (NICU)
18