PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bayi baru lahir atau neonatus meliputi umur 0 – 28 hari. Kehidupan
pada masa neonatus ini sangat rawan oleh karena memerlukan penyesuaian
fisiologik agar bayi di luar kandungan dapat hidup sebaik-baiknya. Hal ini
dapat dilihat dari tingginya angka kesakitan dan angka kematian neonatus.
Diperkirakan 2/3 kematian bayi di bawah umur satu tahun terjadi pada masa
neonatus. Peralihan dari kehidupan intrauterin ke ekstrauterin memerlukan
berbagai perubahan biokimia dan faali. Asfiksia neonatus adalah keadaan bayi
baru lahir yang tidak dapat bernafas secara spontan dan teratur dalam satu
menit setelah lahir (Mansjoer, 2011).
Penilaian bayi pada kelahiran adalah untuk mengetahui derajat vitalitas
fungsi tubuh. Derajat vitalitas adalah kemampuan sejumlah fungsi tubuh yang
bersifat essensial dan kompleks untuk kelangsungan hidup bayi seperti
pernafasan, denyut jantung, sirkulasi darah dan reflek-reflek primitif seperti
menghisap dan mencari puting susu. Bila tidak ditangani secara tepat, cepat
dan benar keadaan umum bayi akan menurun dengan cepat dan bahkan
mungkin meninggal. Pada beberapa bayi mungkin dapat pulih kembali dengan
spontan dalam 10 – 30 menit sesudah lahir namun bayi tetap mempunyai resiko
tinggi untuk cacat (Sarwono, 2010).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu membuat asuhan keperawatan pada klien dengan
masalah asfiksia neonatorum.
2. Tujuan Khusus
a) Mahasiswa mampu membuat pengkajian pada klien dengan masalah
asfiksia neonatorum.
b) Mahasiswa mampu menegakkan diagnose pada klien dengan masalah
asfiksia neonatorum.
c) Mahasiswa mampu mengimplementasi pada klien dengan masalah
asfiksia neonatorum.
d) Mahasiswa mampu mengevaluasi pada klien dengan masalah asfiksia
neonatorum.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. KONSEP DASAR
1. Definisi
Asfiksia berarti hipoksia yang progresif, penimbunan CO2 dan
asidosis, bila proses ini berlangsung terlalu jauh dapat mengakibatkan
kerusakan otak atau kematian. Asfiksia juga dapat mempengaruhi fungsi
organ vital lainnya. Asfiksia neonatorum adalah keadaan dimana bayi tidak
dapat segera bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir. (Sarwono,
2010).
Asfiksia neonatus adalah keadaan bayi yang tidak dapat bernafas
spontan dan teratur, sehingga dapat meurunkan O2 dan makin meningkatkan
CO2 yang menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut.
(Manuaba, 2009).
Asfiksia Neonatus adalah suatua keadaan bayi baru lahir yang tidak
segera bernafas secara spontan dan teratur setelah dilahirkan. (Mochtar,
2010).
2. Klasifikasi
Tabel penilaian APGAR SCORE
Tanda 0 1 1
Frekuensi Jantung Tidak ada < 100 x/menit > 100 x/menit
3. Etiologi
a. Faktor ibu
· Preeklampsia dan eklampsia
· Pendarahan abnormal (plasenta previa atau solusio plasenta)
· Partus lama atau partus macet
· Demam selama persalinan Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV)
· Kehamilan Lewat Waktu (sesudah 42 minggu kehamilan)
b. Faktor Tali Pusat
· Lilitan tali pusat
· Tali pusat pendek
· Simpul tali pusat
· Prolapsus tali pusat
c. Faktor Bayi
· Bayi prematur (37 minggu usia kehamilan atau sebelumnya)
· Persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi kembar, distosia bahu,
ekstraksi vakum, ekstraksi forsep)
· Kelainan bawaan (kongenital)
· Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan)
Penolong persalinan harus mengetahui faktor-faktor resiko
yang berpotensi untuk menimbulkan asfiksia. Apabila ditemukan
adanya faktor risiko tersebut maka hal itu harus dibicarakan dengan
ibu dan keluarganya tentang kemungkinan perlunya tindakan
resusitasi. Akan tetapi, adakalanya faktor risiko menjadi sulit dikenali
atau (sepengetahuan penolong) tidak dijumpai tetapi asfiksia tetap
terjadi. Oleh karena itu, penolong harus selalu siap melakukan
resusitasi bayi pada setiap pertolongan persalinan (Mochtar, 2010).
4. Manifestasi
a. Pernapasan terganggu
b. Detik jantung menurun
c. Refleks/ respons bayi melemah
d. Tonus otot menurun
e. Warna kulit biru atau pucat
f. Kejang
g. Penurunan kesadaran
5. Patofisiologi
Pada penderita asfiksia telah dikemukakan bahwa gangguan
pertukaran gas serta transport 02 akan menyebabkan berkurangnya
penyediaan 02 dan kesulitan pengeluaran C02. Keadaan ini akan
mempengaruhi fungsi sel tubuh dan tergantung dari berat dan lamanya
asfiksia fungsi tadi dapat reversibel atau menetap, sehingga menimbulkan
komplikasi, gejala sisa, atau kematian penderita (Sarwono, 2010).
Pada tingkat permulaan, gangguan ambilan 02 dan pengeluaran C02
tubuh ini mungkin hanya menimbulkan asidosis respiratorik. Apabila
keadaan tersebut berlangsung terus, maka akan terjadi metabolisme
anaerobik berupa glikolisis glikogen tubuh. Asam organik yang terbentuk
akibat metabolisme ini menyebabkan terjadinya keseimbangan asam basa
berupa asidosis metabolik. Keadaan ni akan menganggu fungsi organ tubuh,
sehingga mungkin terjadi penurunan sirkulasi kardiovaskuler yang ditandai
oleh penurunan tekanan darah dan frekwensi denyut jantung (Manuaba,
2009)
6. Pathway
(Manuaba, 2009)
7. Komplikasi
Komplikasi yang muncul pada asfiksia neonatus antara lain :
a. Edema otak & Perdarahan otak
Pada penderita asfiksia dengan gangguan fungsi jantung yang telah
berlarut sehingga terjadi renjatan neonatus, sehingga aliran darah ke otak
pun akan menurun, keadaaan ini akan menyebabkan hipoksia dan
iskemik otak yang berakibat terjadinya edema otak, hal ini juga dapat
menimbulkan perdarahan otak.
b. Anuria atau oliguria
Disfungsi ventrikel jantung dapat pula terjadi pada penderita asfiksia,
keadaan ini dikenal istilah disfungsi miokardium pada saat terjadinya,
yang disertai dengan perubahan sirkulasi. Pada keadaan ini curah jantung
akan lebih banyak mengalir ke organ seperti mesentrium dan ginjal. Hal
inilah yang menyebabkan terjadinya hipoksemia padapembuluh darah
mesentrium dan ginjal yang menyebabkan pengeluaran urine sedikit.
c. Kejang
Pada bayi yang mengalami asfiksia akan mengalami gangguan
pertukaran gas dan transport O2 sehingga penderita kekurangan
persediaan O2 dan kesulitan pengeluaran CO2 hal ini dapat
menyebabkan kejang pada anak tersebut karena perfusi jaringan tak
efektif.
d. Koma
Apabila pada pasien asfiksia berat segera tidak ditangani akan
menyebabkan koma karena beberapa hal diantaranya hipoksemia dan
perdarahan pada otak.
8. Pemeriksaan penunjang
· Analisis gas darah ( ph kurang dari 7,20 )
· Penilaian apgar scor meliputi ( warna kulit, usaha bernafas, tonus
otot,refleks )
· Pemeriksaan EEG dan CT scan jika sudah terjadi komplikasi atau foto
thorak babygram
· Pengkajian spesifik
9. Penatalaksanaan
a. Terapi suportif
Tindakan untuk mengatasi asfiksia neonatorum disebut resusitasi bayi
baru lahir yang bertujuan untuk rnempertahankan kelangsungan hidup
bayi dan membatasi gejala sisa yang mungkin muncul. Tindakan
resusiksi bayi baru tahir mengikuti tahap tahapan-tahapan yang dikenal
dengan ABC resusitasi :
1. Memastikan saluran nafas terbuka :
a. Meletakkan bayi pada posisi yang benar.
b. Menghisap mulut kemudian hidung kalau perlu trakea.
c. Bila perlu masukkan ET untuk memastikan pernafasan terbuka
2. Memulai pernapasan :
a. Lakukan rangsangan taktil.
b. Bila perlu lakukan ventilasi tekanan positif
c. Mempertahankan sirkulasi darah (Rangsang dan pertahankan
sirkulasi darah dengan cara kompresi dada atau bila perlu
menggunakan obat-obatan)
Bikarbonat
Indikasi:
1. Asidosis metabolik, bayi-bayi baru lahiryang mendapatkan
resusitasi. Diberikan bila ventilasi dan sirkulasi sudah baik.
2. Penggunaan bikarbonat pada keadaan asidosis metabolik dan
hiperkalemia Harus disertai dengan pemerIksaan analisa gas
darah dan kimia.
Dosis : 1-2 mEq/keBB atau 2 ml/kgBB (4,2%) atau 1 ml/kgBB
(7’4%).
Cara : diencerkan dengan aqua bidest dan destrosa 5 % sama banyak
diberikan secara i.v dengan kecepaten min 2 menit.
Efek sarnping : pada keadaan hiperosmolarita, dan kandungan CO2
dari bikarbonat merusak furgsi miokardium dan otak.
Nalokson
Nalokson Hidroklorida adalah antagonis narkotik yang tidak
rnenyebabkan depresi pernapasan.
Indikasi:
1. Depresi psmapa$an pada bayi bam lahir yang ibunya
menggunailcan narkotik 4 jam sebelurn pmsalinan.
2. Sebelum diberikan nalokson, ventilasi harus adekuat dan stabil.
3. Jangan diberilm pada bayi brug lahir yang ibrmya baru dicurigai
sebagai pemakai obat narkotika sebab akan menyebabkan tanpa
with drawl tiba-tiba pada sebagian bayi.
Dosis : 0,1 mg/kgBB ( 0,4 mg/ml atau lmg/ml)
Cara : i.v endotrakheal atau bila perfusi baik diberikan i.m atau s.c
B. ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
1. Data subyektif, terdiri dari: Biodata atau identitas pasien (Bayi) meliputi
nama, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, Orangtua; meliputi nama (ayah dan
ibu, umur, agama, suku atau kebangsaan, pendidikan, penghasilan pekerjaan,
dan alamat, Riwayat kesehatan, Riwayat antenatal, Riwayat natal, komplikasi
persalinan, Riwayat post natal, Pola eliminasi, Latar belakang sosial budaya,
Kebiasaan ibu merokok, ketergantungan obat-obatan tertentu terutama jenis
psikotropika, Kebiasaan ibu mengkonsumsi minuman beralkohol, Hubungan
psikologis.
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA BY.S DENGAN ASFIKSIA SEDANG
DI RUANG TULIP RSUD dr. ADYATMA, MPH TUGUREJO SEMARANG
Nama Mahasiswa : Chotijah
Oky
Rio Orey
Tri Yuni
Vivi
Tempat praktek : Ruang Tulip
A. PENGKAJIAN
Tanggal/ jam pengkajian : 25 Februari 2019 jam 07.30 WIB
Nama Ayah-Ibu : Ny. S dan Tn. A
Alamat : Demak
RIWAYAT KELAHIRAN LALU
No Tahun L/P BB Keadaan Komplikasi Jenis Tempat Ket
Lahir Lahir Bayi Persalinan lahir
- - - - - - - - -
RIWAYAT PERSALINAN
BB/TB Ibu : 60 kg / 155 cm
Persalinan di : RSJ Amino Ghondo Semarang
Keadaan umum ibu : Baik
Tanda vital : TD:130/90 mmHg, N: 80 x/m, RR: 18 x/m,
S: 36,5 0C
Jenis persalinan : Spontan
Proses persalinan : Kala 1 : 6 jam
Indikasi : Kala II : 30 menit
Komplikasi persalinan Ibu : prematur, asfiksia
Fetus : prematur
Lamanya Ketuban Pecah : 5 menit
Kondisi Ketuban : utuh, jernih
NILAI APGAR
NILAI APGAR SCORE Nilai
Tanda 0 1 2 1m 5m 10m
Frekuensi Tidak Ada Kurang dari 100 Lebih dari 100 2 2 2
Jantung X/menit X/menit
Usaha Tidak Ada Lambat, Tidak Menangis 1 1 1
Bernafas Teratur Kuat
Tonus Otot Lumpuh Ekstremitas Fleksi Gerakan Aktif 1 1 1
Sedikit
Refleks Tidak Ada Gerakan Sedikit Menangis 0 1 1
Warna Kulit Biru/Pucat Tubuh Kemerahan, Tubuh dan 1 1 2
Ekstremitas Biru Ekstremitas
Kemerahan
JUMLAH NILAI 5 6 7
Kesimpulan : dalam batas Asfiksia sedang
Tindakan resusitasi : iya
Plasenta
Berat : ±2500 kg
Ukuran : ± 20 cm
Kelainan : tidak ada
Tali pusat : basah
Panjang : ±25 cm
Kelainan : tidak ada
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium (tanggal, 23 Februari 2019)
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai normal
HEMA LENGKAP
Hema Rutin
Lekosit 8.66 10^3/ul 5.0-21
Eritrosit 5.23 10^6/ul 4.0-6.8
Hemoglobin 19.30 g/dl 15.0-24.6
Hematokrit 55.30 % 50-82
MCV 105.70 Fl 94-150
MCH 36.90 Pg 29-45
MCHC 34.90 g/dl 24-36
Trombosit L 106 10^3/ul 229-553
RDW H 19.40 % 11.5-14.5
PLCR . %
Diff Count
Eosinofil absolute 0.20 10^3/ul 0.045-0.44
Basofil absolute 0.03 10^3/ul 0-0.2
Netrofil absolute 3.57 10^3/ul 1.8-8
Limfosit absolute 3.14 10^3/ul 0.9-5.2
Monosit absolute H 41.20 10^3/ul 0.16-1
Eosinofil 2.30 % 2-4
Basofil 0.30 % 0-1
Netrofil L 41.20 % 50-70
Limfosit 36.30 % 20-70
Monosit H 19.90 % 1-11
Kimia Klinik
Bilirubin total 11.33 Mg/dl 0.10-12.0
Bilirubin direc H 0.64 Mg/dl 0.00-0.20
Bilirubin inderec H 10.69 Mg/dl 0.10-0.80
Terapi Obat
Injeksi Vit K dan HB 0
Infus D10 8 ml/jam
+Nacl 3% 21 ml
+Kcl otsu 11 ml
+ca glukonas 10% 12 ml
Infus aministeril 6% 3ml/jam
Infus lipid 20% 1ml/jam
Injeksi
Ampicilin 2x100 mg
Gentamicin 2x10 mg
Ca glukonas 1x 0,7 ml
Ranitidin 2x4 ml
Terpasang nasal kanul 2l/menit
Diit : ASI 8x4 ml
1. ANALISA DATA
No Data Fokus Problem Etiologi
1 Ds: - Pola nafas tidak Hipoventilasi
Do: efektif
- By. Nampk menangis tidak kuat
- gerak tidak aktif
- terpasang nasal kanul 2 l/menit,
- terpasang OGT
- pernapasan cepat dan dangkal
- RR: 36x/menit, N: 117 x/menit,
- pengembangan dada terlihat
- SPO2: 99%
- kesan pulmo pada hasil rongsent adalah
neonatal pneumonia meteorismus
- APGAR Score 6-7-8
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hipoventilasi
b. Ketidakefektifan nutrisi bayi berhubungan dengan keterlambatan
neurologis, prematuria, reflek hisap tidak adekuat
c. Risiko ketidakseimbangan suhu tubuh berhubungan dengan perubahan
metabolisme
2 19.35 2 S: -
wib O: Bayi menangis kurang kencang
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi (3)
3 19.40 3 S: -
wib O: kulit bayi tampak kemerahan teraba
badan dingin 35.8 ºc
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi (1,2,3,4)
01/4/18 1 S: -
O: bayi tampak sudah terbiasa
terpasang O2 2 litter, dan bila kurang
nyaman by menangis
A: masalah teratasi
P: pertahankan intervensi (2,4,5)
2 S: ibu By. Mengatakan mengerti
tentang tanda dan gejala infeksi
O: ekspresi ibu tenang tidak cemas dan
khawatir
A: kecemasan dan kekhawatiran ibu
tertasi
P: pertahankan intervensi (4) dan
lanjutkan intervensi (1,2,3)
3 S: -
O: kulit By tampak kemerahan
,sianosis berkurang. S: 36,7ºc SPO2:
98%
A: sianosis teratasi, dan tidak hipotermi
P: pertahankan intervensi
monitoring suhu, Rr, spo2 dan
nadi
2/4/2018 1 S: ibu mengatakan anaknya menangis,
O2 lapas, tidkak masuk ke tempatnya
(hidung)
O: pasang O2 2 litter, bayi tampak
menangis kencang dan ibu tampak
khawatir. (Jam. 11.05) O2 Lepas
A: masalah teratasi
P: intervensi teratasi
Pada diagnosa pertama By. S mengalami pola nafas tidak efektif, hal ini
disebabkan karena hipoventilasi, masalah pola nafas tidak efektif ditandai dengan
nafas nampak dangkal dan pendek, ttv pasien, spo2, nampak tidak menagis kuat.
Intervensi yang dapat dilakukan dengan mengkaji ku dan ttv pasien, posisikan bayi
terlentang dan kepala lebih tinggi, memasang nasal kanul, dan kolaborasi
pemberian obat.
Kemudian pada diagnosa kedua ketidakefektifan nutrisi bayi disebabkan
karena adanya keterlambatan neurologis, prematuria, reflek hisab tidak adekuat,
ditandai bayi nampak lemah, reflek hisap negative, menangis tidak kuat, BB stabil
atau meningkat, turgor kulit baik, intervensi yang dapat dilakukan adalah observasi
reflek hisab dan menelan bayi, berikan intake ASI, observasi adanya residu,
kolaborasi pemberian obat.
Selanjutnya untuk diagnose ke 3 dan risiko ketidakseimbangan suhu tubuh
disebabkan karena perubahan metabolisme., ditandai dengan suhu abnormal, spo2,
akarl teraba dingin. Intervensi yang bisa dilakukan yaitukaji ku dan ttv bayi,
menempatkan bayi pada inkubator, hindari pembukaan inkubator terlalu sering,
ajari ibu perawatan bayi dengan metode kanguru.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Asfiksia berarti hipoksia yang progresif, penimbunan CO2 dan
asidosis, bila proses ini berlangsung terlalu jauh dapat mengakibatkan
kerusakan otak atau kematian. Asfiksia juga dapat mempengaruhi fungsi
organ vital lainnya. (Saiffudin, 2009). Asfiksia neonatorum adalah keadaan
dimana bayi tidak dapat segera bernafas secara spontan dan teratur setelah
lahir. (Sarwono, 2007).
Asfiksia neonatus adalah keadaan bayi yang tidak dapat bernafas
spontan dan teratur, sehingga dapat meurunkan O2 dan makin meningkatkan
CO2 yang menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut.
(Manuaba, 2008).
Etiologi terjadinya asfiksia bisa dari faktor ibu yaitu preeklampsia
dan eklampsia, pendarahan abnormal (plasenta previa atau solusio plasenta,
Partus lama atau partus macet, demam selama persalinan Infeksi berat
(malaria, sifilis, TBC, HIV), kehamilan Lewat Waktu (sesudah 42 minggu
kehamilan). Dari faktor tali pusat bisa karena lilitan tali pusat, tali pusat
pendek, simpul tali pusat, prolapsus tali pusat. Sedangkann faktor bayi, bayi
prematur (37 minggu usia kehamilan atau sebelumnya), persalinan dengan
tindakan (sungsang, bayi kembar, distosia bahu, ekstraksi vakum, ekstraksi
forsep), kelainan bawaan (kongenital), air ketuban bercampur mekonium
(warna kehijauan).
B. SARAN
1. Bagi mahasiswa:
Hendaknya mahasiswa/i dapat melakukan askep sesuai dengan masalah
kebutuham dasar pasien selama masa pendidikan baik di akademik maupun
di lapangan praktek.
2. Pasien
Hendaknya pasien mampu dan mau mengikuti program terapi dengan baik
serta kooperatif pada saat dilakukan tindakan, baik tindakan medis maupun
tindakan keperawatan
3. Keluarga
Agar keluarga selalu memberikan dukungan seperti meningkatkan motivasi
kepada pasien dan juga berperan dalam perawatan pasien pada saat di rumah
sakit maupun saat dirumah.
4. Rumah sakit
Meningkatkan peralatan dan pelayanan serta pemberian asuhan yang dapat
meningkatkan proses penyembuhan pasien.
5. Perawat
Hendaknya perawat tetap melakukan asuhan keperawatan sesuai dengan
SOP yang ada serta tetap meningkatkan asuhan keperawatan dengan
mengutamakan keselamatan dan kesembuhan pasien.
6. Institusi pendidikan
Hendaknya bagi institusi pendidikan tetap meningkatkan program
pendidikan yang paripurna dan berkwalitas, serta siap mencetak calon
tenaga keperawatan yang siap bersaing di era global
DAFTAR PUSTAKA
Butcher, H., dkk. 2013. NOC (Nursing Outcomes Classsification). Jakarta : Elsevier.
http://www.scribd.com/doc/31144164/ASKEP-ASFIKSIA-NEONATORUM
Wilkinson. 2015. Buku Saku Diagnosa Keperawatan dengan Intervensi NIC
dan Criteria Hasil NOC. Edisi 7. Jakarta : EGC
Mubarak, W. I. 2008. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia: Teori dan Aplikasi
Dalam Praktik. Jakarta: Media Aesculapius