Anda di halaman 1dari 38

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bayi baru lahir atau neonatus meliputi umur 0 – 28 hari. Kehidupan
pada masa neonatus ini sangat rawan oleh karena memerlukan penyesuaian
fisiologik agar bayi di luar kandungan dapat hidup sebaik-baiknya. Hal ini
dapat dilihat dari tingginya angka kesakitan dan angka kematian neonatus.
Diperkirakan 2/3 kematian bayi di bawah umur satu tahun terjadi pada masa
neonatus. Peralihan dari kehidupan intrauterin ke ekstrauterin memerlukan
berbagai perubahan biokimia dan faali. Asfiksia neonatus adalah keadaan bayi
baru lahir yang tidak dapat bernafas secara spontan dan teratur dalam satu
menit setelah lahir (Mansjoer, 2011).
Penilaian bayi pada kelahiran adalah untuk mengetahui derajat vitalitas
fungsi tubuh. Derajat vitalitas adalah kemampuan sejumlah fungsi tubuh yang
bersifat essensial dan kompleks untuk kelangsungan hidup bayi seperti
pernafasan, denyut jantung, sirkulasi darah dan reflek-reflek primitif seperti
menghisap dan mencari puting susu. Bila tidak ditangani secara tepat, cepat
dan benar keadaan umum bayi akan menurun dengan cepat dan bahkan
mungkin meninggal. Pada beberapa bayi mungkin dapat pulih kembali dengan
spontan dalam 10 – 30 menit sesudah lahir namun bayi tetap mempunyai resiko
tinggi untuk cacat (Sarwono, 2010).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu membuat asuhan keperawatan pada klien dengan
masalah asfiksia neonatorum.
2. Tujuan Khusus
a) Mahasiswa mampu membuat pengkajian pada klien dengan masalah
asfiksia neonatorum.
b) Mahasiswa mampu menegakkan diagnose pada klien dengan masalah
asfiksia neonatorum.
c) Mahasiswa mampu mengimplementasi pada klien dengan masalah
asfiksia neonatorum.
d) Mahasiswa mampu mengevaluasi pada klien dengan masalah asfiksia
neonatorum.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. KONSEP DASAR
1. Definisi
Asfiksia berarti hipoksia yang progresif, penimbunan CO2 dan
asidosis, bila proses ini berlangsung terlalu jauh dapat mengakibatkan
kerusakan otak atau kematian. Asfiksia juga dapat mempengaruhi fungsi
organ vital lainnya. Asfiksia neonatorum adalah keadaan dimana bayi tidak
dapat segera bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir. (Sarwono,
2010).
Asfiksia neonatus adalah keadaan bayi yang tidak dapat bernafas
spontan dan teratur, sehingga dapat meurunkan O2 dan makin meningkatkan
CO2 yang menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut.
(Manuaba, 2009).
Asfiksia Neonatus adalah suatua keadaan bayi baru lahir yang tidak
segera bernafas secara spontan dan teratur setelah dilahirkan. (Mochtar,
2010).
2. Klasifikasi
Tabel penilaian APGAR SCORE
Tanda 0 1 1

Frekuensi Jantung Tidak ada < 100 x/menit > 100 x/menit

Usaha bernafas Tidak ada Lambat tak teratur Menangis kuat

Tanus otot Lumpuh Ekstremitas agak Gerakan aktif


fleksi (Lemas)

Refleks Tidak ada Gerakan sedikit Gerakan


kuat/melawan
Warna kulit Biru/pucat Tubuh kemerahan, Seluruh tubuh
eks biru kemerahan

Klasifikasi klinis APGAR SCORE :


a. Asfiksia berat (Nilai APGAR 0-3)
Pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung tidak ada atau <
100 x/ menit, tonus otot buruk/lemas, sianosis berat, tidak ada reaksi,
respirasi tidak ada.
b. Asfiksia ringan – sedang (Nilai APGAR 4 – 6)
Pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung < 100 / menit, tonus
otot kurang baik atau baik , sianosis (badan merah, anggota badan
biru), menangis. Respirasi lambat, tidak teratur.
c. Bayi normal atau sedikit asfiksia 7 – 9
Pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung > 100 / menit, tonus
otot baik/ pergerakan aktif , seluruh badan merah, menangis kuat.
Respirasi baik.
d. Bayi normal dengan nilai APGAR 10
Bayi dianggap sehat, tidak perlu tindakan istimewa.

3. Etiologi
a. Faktor ibu
· Preeklampsia dan eklampsia
· Pendarahan abnormal (plasenta previa atau solusio plasenta)
· Partus lama atau partus macet
· Demam selama persalinan Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV)
· Kehamilan Lewat Waktu (sesudah 42 minggu kehamilan)
b. Faktor Tali Pusat
· Lilitan tali pusat
· Tali pusat pendek
· Simpul tali pusat
· Prolapsus tali pusat
c. Faktor Bayi
· Bayi prematur (37 minggu usia kehamilan atau sebelumnya)
· Persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi kembar, distosia bahu,
ekstraksi vakum, ekstraksi forsep)
· Kelainan bawaan (kongenital)
· Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan)
Penolong persalinan harus mengetahui faktor-faktor resiko
yang berpotensi untuk menimbulkan asfiksia. Apabila ditemukan
adanya faktor risiko tersebut maka hal itu harus dibicarakan dengan
ibu dan keluarganya tentang kemungkinan perlunya tindakan
resusitasi. Akan tetapi, adakalanya faktor risiko menjadi sulit dikenali
atau (sepengetahuan penolong) tidak dijumpai tetapi asfiksia tetap
terjadi. Oleh karena itu, penolong harus selalu siap melakukan
resusitasi bayi pada setiap pertolongan persalinan (Mochtar, 2010).
4. Manifestasi
a. Pernapasan terganggu
b. Detik jantung menurun
c. Refleks/ respons bayi melemah
d. Tonus otot menurun
e. Warna kulit biru atau pucat
f. Kejang
g. Penurunan kesadaran

5. Patofisiologi
Pada penderita asfiksia telah dikemukakan bahwa gangguan
pertukaran gas serta transport 02 akan menyebabkan berkurangnya
penyediaan 02 dan kesulitan pengeluaran C02. Keadaan ini akan
mempengaruhi fungsi sel tubuh dan tergantung dari berat dan lamanya
asfiksia fungsi tadi dapat reversibel atau menetap, sehingga menimbulkan
komplikasi, gejala sisa, atau kematian penderita (Sarwono, 2010).
Pada tingkat permulaan, gangguan ambilan 02 dan pengeluaran C02
tubuh ini mungkin hanya menimbulkan asidosis respiratorik. Apabila
keadaan tersebut berlangsung terus, maka akan terjadi metabolisme
anaerobik berupa glikolisis glikogen tubuh. Asam organik yang terbentuk
akibat metabolisme ini menyebabkan terjadinya keseimbangan asam basa
berupa asidosis metabolik. Keadaan ni akan menganggu fungsi organ tubuh,
sehingga mungkin terjadi penurunan sirkulasi kardiovaskuler yang ditandai
oleh penurunan tekanan darah dan frekwensi denyut jantung (Manuaba,
2009)
6. Pathway

(Manuaba, 2009)
7. Komplikasi
Komplikasi yang muncul pada asfiksia neonatus antara lain :
a. Edema otak & Perdarahan otak
Pada penderita asfiksia dengan gangguan fungsi jantung yang telah
berlarut sehingga terjadi renjatan neonatus, sehingga aliran darah ke otak
pun akan menurun, keadaaan ini akan menyebabkan hipoksia dan
iskemik otak yang berakibat terjadinya edema otak, hal ini juga dapat
menimbulkan perdarahan otak.
b. Anuria atau oliguria
Disfungsi ventrikel jantung dapat pula terjadi pada penderita asfiksia,
keadaan ini dikenal istilah disfungsi miokardium pada saat terjadinya,
yang disertai dengan perubahan sirkulasi. Pada keadaan ini curah jantung
akan lebih banyak mengalir ke organ seperti mesentrium dan ginjal. Hal
inilah yang menyebabkan terjadinya hipoksemia padapembuluh darah
mesentrium dan ginjal yang menyebabkan pengeluaran urine sedikit.
c. Kejang
Pada bayi yang mengalami asfiksia akan mengalami gangguan
pertukaran gas dan transport O2 sehingga penderita kekurangan
persediaan O2 dan kesulitan pengeluaran CO2 hal ini dapat
menyebabkan kejang pada anak tersebut karena perfusi jaringan tak
efektif.
d. Koma
Apabila pada pasien asfiksia berat segera tidak ditangani akan
menyebabkan koma karena beberapa hal diantaranya hipoksemia dan
perdarahan pada otak.

8. Pemeriksaan penunjang
· Analisis gas darah ( ph kurang dari 7,20 )
· Penilaian apgar scor meliputi ( warna kulit, usaha bernafas, tonus
otot,refleks )
· Pemeriksaan EEG dan CT scan jika sudah terjadi komplikasi atau foto
thorak babygram
· Pengkajian spesifik
9. Penatalaksanaan
a. Terapi suportif
Tindakan untuk mengatasi asfiksia neonatorum disebut resusitasi bayi
baru lahir yang bertujuan untuk rnempertahankan kelangsungan hidup
bayi dan membatasi gejala sisa yang mungkin muncul. Tindakan
resusiksi bayi baru tahir mengikuti tahap tahapan-tahapan yang dikenal
dengan ABC resusitasi :
1. Memastikan saluran nafas terbuka :
a. Meletakkan bayi pada posisi yang benar.
b. Menghisap mulut kemudian hidung kalau perlu trakea.
c. Bila perlu masukkan ET untuk memastikan pernafasan terbuka
2. Memulai pernapasan :
a. Lakukan rangsangan taktil.
b. Bila perlu lakukan ventilasi tekanan positif
c. Mempertahankan sirkulasi darah (Rangsang dan pertahankan
sirkulasi darah dengan cara kompresi dada atau bila perlu
menggunakan obat-obatan)

d. Koreksi gangguan metabolik (cairan, glukosa darah, elektrolit )


Cara resusitasi dibagi dalam tindakan umum dan tindakan khusus
1. Tindakan Umum
a. Pengawasan suhu
b. Pembersihan jalan nafas
c. Rangsang untuk menimbulkan pernafasan
3. Tindakan Khusus
Tindakan ini dikerjakan setelah tindakan umum
diselenggarakan tanpa hasil prosedur yang dilakukan
disesuaikan dengan beratnya asfiksia yang timbul pada bayi,
yang dinyatakan oleh tinggi-rendahnya Apgar.
1) Asfiksia berat (nilai Apgar 0 – 3)
Resusitasi aktif harus segera dilaksanakan langkah utama
memperbakti ventilasi paru dengan pemberian 02 dengan tekanan
dan intemitery cara terbaik dengan intubasi endotrakeal lalu
diberikan 02 tidak lebih dari 30 mmHg. Asfikasi berat hampir selalu
disertai asidosis, koreksi dengan bikarbonas natrium 2-4
mEq/kgBB, diberikan pula glukosa 15-20 % dengan dosis 2-4
mEq/kgBB Kedua obat ini disuntikan ke dalam intra vena perlahan
melalui vena umbilikatis, reaksi obat ini akan terlihat jelas jika
ventilasi paru sedikit banyak telah berlangsung. Usaha pernapasan
biasanya mulai timbul setelah tekanan positif diberikan 1-3 kali, bila
setelah 3 kali inflasi tidak didapatkan perbaikan. Pernapasan atau
frekuensi jantung, maka masase jantung eksternal dikerjakan dengan
& frekuensi 80-I00/menit. Tindakan ini diselingi ventilasi tekanan
dalam perbandingan 1 : 3 yaitu setiap kali satu ventilasi tekanan
diikuti oleh 3 kali kompresi dinding torak. Jika tindakan ini tidak
berhasil bayi harus dinilai kembali, mungkin hal ini disebabkan oleh
ketidakseimbangan asam dan basa yang belum dikorekrsi atau
gangguan organik seperti hernia diaftagmatika atau stenosis jalan
nafas.

2) Asfiksia ringan – sedang (nilai Apgar 4 – 6)


Stimulasi agar timbul reflek pernafasan dapat dicoba bila dalam
waktu 30-60 detik tidak timbul pernapaan spontary ventilasi aktif
harus segera dilakukan. Ventilasi sederhana dengan kateter 02
intranasal dengan filtrat 1-2 x/mnt, bayi diletakkan dalam posisi
dorsofleksi kepala. Kemudian dilakukan gerakan membuka dan
menutup nares dan mulut disertai gerakan dagu keatas dan kebawah
dengan frekuensi 20 kali/menit, sambil diperhatikan gerakan
dinding torak dan abdomen. Bila bayi memperlihatkan gerakan
pernapasan spontan, usahakan mengikuti gerakan tersebut, ventilasi
dihehtikan jika hasil tidak dicapai dalam 1-2 menit sehingga
ventilasi paru dengan tekanan positif secara tidak langsung segera
dilakukan, ventilasi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dari
mulut ke rnulut atau dari ventilasi ke kantong masker. Pada ventitasi
dari mulut ke mulut, sebelumnya mulut penolong diisi dulu dengan
02, ventilasi dilahirkan dengan frekuensi 20-30 kali permenit dan
perhatikan gerakan nafas spontan yang mungkin timbul. Tindakan
dinyatakan tidak berhak jika setelah dilekuknn berberapa saat teqadi
penurunan frekuens jantung atau perbaikan tonus otot intubasi
endotrakheal harus segera dilahirkan, bikarbonas natrikus dan
glukosa dapat segera diberikan, apabila 3 menit setelah lahir tidak
memperlihatkan pernapasan teratur meskipun ventilasi telah
dilakukan dengan adekuat.
Terapi Medikamentosa
Epinefrin
Indikasi:
1. Denyut jantung bayi < 60x/menit setelah paling tidak 30 detik
dilakukan ventilasi adekuat dan kompresi dada belun ada respon.
2. Sistotik
Dosis : 0,1-0,3 ml / kgBB dalam lanrtan I : 10.000 (0,1 mg – 0,03
mg / kgBB). Cara : i.v atau endotakheal. Dapat diulang setiap 3-5
menit bila perlu
Volume Ekspander
Indikasi:
1. Bayi baru lahir yang dilahirkan resusitasi rnengalami
hipovolernia dan tidak ada respon dengan resueitasi.
2. Hipovolemi kemungkinan akibat adanya perdarahan atau syok.
Klinis ,diitandai dangan adanya pucat perfusi buruk, nadi kecil /
lemah dan pada resusitasi tidak memberikan respons yang
adekuat.
Jenis Cairan :
1. Larutan laistaloid isotonis (NaCL 0,9, Ringer Laktat). Dosis :
dosis awal 10 ml / kg BB i.v pelan selama 5-10 menit. Dapat
diulang sampai menunjukkan respon klinis.
2. Transfursi darah gol O negatif jika diduga kehilangn darah
banyak.

Bikarbonat
Indikasi:
1. Asidosis metabolik, bayi-bayi baru lahiryang mendapatkan
resusitasi. Diberikan bila ventilasi dan sirkulasi sudah baik.
2. Penggunaan bikarbonat pada keadaan asidosis metabolik dan
hiperkalemia Harus disertai dengan pemerIksaan analisa gas
darah dan kimia.
Dosis : 1-2 mEq/keBB atau 2 ml/kgBB (4,2%) atau 1 ml/kgBB
(7’4%).
Cara : diencerkan dengan aqua bidest dan destrosa 5 % sama banyak
diberikan secara i.v dengan kecepaten min 2 menit.
Efek sarnping : pada keadaan hiperosmolarita, dan kandungan CO2
dari bikarbonat merusak furgsi miokardium dan otak.

Nalokson
Nalokson Hidroklorida adalah antagonis narkotik yang tidak
rnenyebabkan depresi pernapasan.
Indikasi:
1. Depresi psmapa$an pada bayi bam lahir yang ibunya
menggunailcan narkotik 4 jam sebelurn pmsalinan.
2. Sebelum diberikan nalokson, ventilasi harus adekuat dan stabil.
3. Jangan diberilm pada bayi brug lahir yang ibrmya baru dicurigai
sebagai pemakai obat narkotika sebab akan menyebabkan tanpa
with drawl tiba-tiba pada sebagian bayi.
Dosis : 0,1 mg/kgBB ( 0,4 mg/ml atau lmg/ml)
Cara : i.v endotrakheal atau bila perfusi baik diberikan i.m atau s.c

B. ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
1. Data subyektif, terdiri dari: Biodata atau identitas pasien (Bayi) meliputi
nama, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, Orangtua; meliputi nama (ayah dan
ibu, umur, agama, suku atau kebangsaan, pendidikan, penghasilan pekerjaan,
dan alamat, Riwayat kesehatan, Riwayat antenatal, Riwayat natal, komplikasi
persalinan, Riwayat post natal, Pola eliminasi, Latar belakang sosial budaya,
Kebiasaan ibu merokok, ketergantungan obat-obatan tertentu terutama jenis
psikotropika, Kebiasaan ibu mengkonsumsi minuman beralkohol, Hubungan
psikologis.

2. Data Obyektif, terdiri dari:


a. Keadaan umum Tanda-tanda Vital, Untuk bayi preterm beresiko
terjadinya hipothermi. bila suhu tubuh < 36 C dan beresiko terjadi
hipertermi bila suhu tubuh < 37 0C. Sedangkan suhu normal tubuh antara
36,5 C – 37,5 C, nadi normal antara 120-140 kali per menit respirasi
normal antara 40-60 kali permenit.
b. Pemeriksaan fisik.
· Kulit; warna kulit tubuh merah, sedangkan ekstrimitas berwarna biru, pada
bayi preterm terdapat lanugo dan verniks.
· Kepala; kemungkinan ditemukan caput succedaneum atau cephal
haematom, ubun-ubun besar cekung atau cembung.
· Mata; warna conjunctiva anemis atau tidak anemis, tidak ada bleeding
conjunctiva, warna sklera tidak kuning, pupil menunjukkan refleksi
terhadap cahaya.
· Hidung terdapat pernafasan cuping hidung dan terdapat penumpukan
lendir.
· Mulut; Bibir berwarna pucat ataupun merah, ada lendir atau tidak.
· Telinga; perhatikan kebersihannya dan adanya kelainan Leher; perhatikan
kebersihannya karena leher nenoatus pendek
· Thorax; bentuk simetris, terdapat tarikan intercostal, perhatikan suara
wheezing dan ronchi, frekwensi bunyi jantung lebih dari 100 kali per
menit.
· Abdomen, bentuk silindris, hepar bayi terletak 1 – 2 cm dibawah arcus
costaae pada garis papila mamae, lien tidak teraba, perut buncit berarti
adanya asites atau tumor, perut cekung adanya hernia diafragma, bising
usus timbul 1 sampai 2 jam setelah masa kelahiran bayi, sering terdapat
retensi karena GI Tract belum sempurna. Umbilikus, tali pusat layu,
perhatikan ada pendarahan atau tidak, adanya tanda-tanda infeksi pada tali
pusat.
· Genitalia; pada neonatus aterm testis harus turun, lihat adakah kelainan
letak muara uretra pada neonatus laki – laki, neonatus perempuan lihat
labia mayor dan labia minor, adanya sekresi mucus keputihan, kadang
perdarahan.
· Anus; perhatikan adanya darah dalam tinja, frekuensi buang air besar serta
warna dari faeses.
· Ekstremitas; warna biru, gerakan lemah, akral dingin, perhatikan adanya
patah tulang atau adanya kelumpuhan syaraf atau keadaan jari-jari tangan
serta jumlahnya.
· Refleks; pada neonatus preterm post asfiksia berat reflek moro dan sucking
lemah. Reflek moro dapat memberi keterangan mengenai keadaan susunan
syaraf pusat atau adanya patah tulang (Iskandar, 2011)
DIAGNOSA
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan produksi mukus
banyak.
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hipoventilasi/ hiperventilasi
3. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan perfusi
ventilasi.
4. Risiko cedera berhubungan dengan anomali kongenital tidak terdeteksi atau
tidak teratasi pemajanan pada agen-agen infeksius.
5. Risiko ketidakseimbangan suhu tubuh berhubungan dengan kurangnya
suplai O2 dalam darah
6. Proses keluarga terhenti berhubungan dengan pergantian dalam status
kesehatan anggota keluarga.

NURSING CARE PLAN


DIAGNOSA NOC NIC RASIONAL
Bersihan jalan Setelah dilakukan 1.Tentukan 1.pengumpulan data
nafas tidak efektif tindakan kebutuhan oral/ untuk perawatan
b.d produksi keperawatan suction tracheal optimal
mukus banyak selama proses 2.Auskultasi suara 2.membantu
keperawatan nafas sebelum dan mengevaluasi
diharapkan jalan sesudah suction keefektifan upaya
nafas lancar 3.Bersihkan daerah batuk klien
dengan kriteria: bagian tracheal 3.meminimaliasi
1. RR normal 30- setelah suction penyebaran
60 x/menit selesai dilakukan. mikroorganisme
2. Pengeluaran 4.Monitor status 4.untuk mengetahui
sputum melalui oksigen pasien, efektifitas dari
jalan nafas. status suction.
hemodinamik
segera sebelum,
3.Tidak ada suara selama dan sesudah
nafas tambahan suction.
(rongki, whezing)
4. Nadi dalam
batas normal 100-
175 x/menit
Pola nafas tidak Setelah dilakukan 1.Pertahankan 1.untuk
efektif b.d tindakan kepatenan jalan membersihkan jalan
hipoventilasi. keperawatan nafas dengan nafas
selama proses melakukan 2.guna
keperawatan pengisapan lendir. meningkatkan kadar
diharapkan pola 2.Pantau status oksigen yang
nafas menjadi pernafasan dan bersirkulasi dan
efektif. oksigenasi sesuai memperbaiki status
1. Kriteria hasil : dengan kebutuhan. kesehatan
Pasien 3.Auskultasi jalan 3.membantu
menunjukkan pola nafas untuk mengevaluasi
nafas yang efektif. mengetahui adanya keefektifan upaya
2.Ekspansi dada penurunan batuk klien
simetris. ventilasi. 4.perubahan AGD
3.Tidak ada bunyi 4.Kolaborasi dapat mencetuskan
nafas tambahan. dengan dokter disritmia jantung.
4.Kecepatan dan untuk pemeriksaan 5.terapi oksigen
irama respirasi AGD dan dapat membantu
dalam batas pemakaian alat mencegah gelisah
normal. bantu nafas bila klien menjadi
5.Berikan dispneu, dan ini
oksigenasi sesuai juga membantu
kebutuhan. mencegahedema
paru.
Kerusakan Setelah dilakukan 1.Kaji bunyi paru, 1. membantu
pertukaran gas b.d tindakan frekuensi nafas, mengevaluasi
ketidakseimbangan keperawatan kedalaman nafas keefektifan upaya
perfusi ventilasi. selama proses dan produksi batuk klien
keperawatan sputum. 2. membantu
diharapkan 2.Auskultasi bunyi mengevaluasi
pertukaran gas nafas, catat area keefektifan upaya
teratasi. penurunan aliran batuk klien
Kriteria hasil : udara dan / bunyi 3. perubahan AGD
1. Tidak sesak tambahan. dapat mencetuskan
nafas 3.Pantau hasil disritmia jantung
2. Fungsi paru Analisa Gas Darah
dalam batas normal

Risiko cedera b.d Tujuan : Setelah 1. Cuci tangan 1. untuk mencegah


anomali kongenital dilakukan tindakan setiap sebelum dan infeksi nosokomial
tidak terdeteksi keperawatan sesudah merawat 2. untuk mencegah
atau tidak teratasi selama proses bayi. infeksi nosokomial
pemajanan pada keperawatan 2. Pakai sarung 3. untuk mencegah
agen-agen diharapkan risiko tangan steril. keadaan yang kebih
infeksius. cidera dapat 3. Lakukan buruk.
dicegah. pengkajian fisik 4. untuk
Kriteria hasil : secara rutin meningkatkan
1. Bebas dari terhadap bayi baru pengetahuan
cidera/ komplikasi. lahir, perhatikan keluarga dalam
2. pembuluh darah deteksi awal suatu
Mendeskripsikan tali pusat dan penyakit
aktivitas yang tepat adanya anomali.
dari level 4. Ajarkan
keluarga tentang
perkembangan tanda dan gejala
anak. infeksi dan
3. melaporkannya
Mendeskripsikan pada pemberi
teknik pertolongan pelayanan
pertama kesehatan.
5. Berikan agen
imunisasi sesuai
indikasi
(imunoglobulin
hepatitis B dari
vaksin hepatitis

Risiko Setelah dilakukan 1. Hindarkan 1. untuk menjaga


ketidakseimbangan tindakan pasien dari suhu tubuh agar
suhu tubuh b.d keperawatan kedinginan dan stabil.
kurangnya suplai selama proses tempatkan pada 2. untuk
O2 dalam darah. keperawatan lingkungan yang mendeteksi lebih
diharapkan suhu hangat awal perubahan
tubuh normal. 2. Monitor gejala yang terjadi guna
Kriteria Hasil : yang berhubungan mencegah
1. Temperatur dengan hipotermi, komplikasi
badan dalam batas misal fatigue, 3. peningkatan
normal. apatis, perubahan suhu dapat
2. Tidak terjadi warna kulit dll. menunjukkan
distress pernafasan. 3. Monitor TTV. adanya tanda-tanda
3. Tidak 4. Monitor infeksi
gelisah. adanya bradikardi. 4. penurunan
4. Perubahan 5. Monitor status frekuensi nadi
warna kulit. pernafasan. menunjukkan
terjadinya asidosis
5. P Bilirubin resporatori karena
dalam batas kelebihan retensi
normal. CO2.

Proses keluarga Setelah dilakukan 1. Tentukan tipe 1. untuk


terhenti b.d tindakan proses keluarga. mengetahui tindakan
pergantian dalam keperawatan 2. Identifikasi yang tepat untuk
status kesehatan selama proses efek pertukaran diberikan
anggota keluarga. keperawatan peran dalam proses 2. untuk
diharapkan koping keluarga. mempersiapkan
keluarga adekuat. 3. Bantu psikologi keluarga
Kriteria Hasil : anggota keluarga 3. untuk
1. Percaya dapat untuk memanfaatkan
mengatasi masalah. menggunakan dukungan yang ada
2. Kestabilan mekanisme support dari keluarga.
prioritas. yang ada. 4. untuk mengatasi
3. Mempunyai 4. Bantu situasi yang tidak
rencana darurat. anggota keluarga terduga.
4. Mengatur untuk
ulang cara merencanakan
perawatan. strategi normal
dalam segala
situasi.

BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN
PADA BY.S DENGAN ASFIKSIA SEDANG
DI RUANG TULIP RSUD dr. ADYATMA, MPH TUGUREJO SEMARANG
Nama Mahasiswa : Chotijah
Oky
Rio Orey
Tri Yuni
Vivi
Tempat praktek : Ruang Tulip

A. PENGKAJIAN
Tanggal/ jam pengkajian : 25 Februari 2019 jam 07.30 WIB
Nama Ayah-Ibu : Ny. S dan Tn. A
Alamat : Demak
RIWAYAT KELAHIRAN LALU
No Tahun L/P BB Keadaan Komplikasi Jenis Tempat Ket
Lahir Lahir Bayi Persalinan lahir
- - - - - - - - -

STATUS GRAVIDA IBU


P1A0
Usia Kehamilan : 37 minggu
Presentasi bayi : presentase kepala dibawah
Pemeriksaan Antenatal : teratur (minimal 1 bulan sekali)
Komplikasi Antenatal : tidak ada

RIWAYAT PERSALINAN
BB/TB Ibu : 60 kg / 155 cm
Persalinan di : RSJ Amino Ghondo Semarang
Keadaan umum ibu : Baik
Tanda vital : TD:130/90 mmHg, N: 80 x/m, RR: 18 x/m,
S: 36,5 0C
Jenis persalinan : Spontan
Proses persalinan : Kala 1 : 6 jam
Indikasi : Kala II : 30 menit
Komplikasi persalinan Ibu : prematur, asfiksia
Fetus : prematur
Lamanya Ketuban Pecah : 5 menit
Kondisi Ketuban : utuh, jernih

KEADAAN BAYI SAAT LAHIR


Lahir tanggal : 18 Februari 2018
Jam : 18.10
Jenis kelamin : perempuan
Kelahiran : Tunggal

NILAI APGAR
NILAI APGAR SCORE Nilai
Tanda 0 1 2 1m 5m 10m
Frekuensi Tidak Ada Kurang dari 100 Lebih dari 100 2 2 2
Jantung X/menit X/menit
Usaha Tidak Ada Lambat, Tidak Menangis 1 1 1
Bernafas Teratur Kuat
Tonus Otot Lumpuh Ekstremitas Fleksi Gerakan Aktif 1 1 1
Sedikit
Refleks Tidak Ada Gerakan Sedikit Menangis 0 1 1
Warna Kulit Biru/Pucat Tubuh Kemerahan, Tubuh dan 1 1 2
Ekstremitas Biru Ekstremitas
Kemerahan
JUMLAH NILAI 5 6 7
Kesimpulan : dalam batas Asfiksia sedang
Tindakan resusitasi : iya
Plasenta
Berat : ±2500 kg
Ukuran : ± 20 cm
Kelainan : tidak ada
Tali pusat : basah
Panjang : ±25 cm
Kelainan : tidak ada

PENGKAJIAN FISIK BAYI


Umur : 7 hari Jam: 07.30 BB: kg, PB: cm S: 36,4 0C
KEPALA DADA Lingkar dada 29 cm
Bentuk dada simetris
Retraksi dinding dada
ada
Bunyi nafas abnormal
(ronki)
Bentuk Bulat JANTUNG &
PARU
Kepala Molding  Bunyi nafas Ronki
Kaput irama nafas dangkal
Cephal Hemathome teratur
Ubun-ubun Besar Pernafasan 36 x/menit
Kecil  Denyut jantung 98 x/menit
Satura menutup
Mata Posisi: simetris PERUT Lembek 
Kotoran: tidak ada Kembung
Perdarahan : tidak ada Benjolan
Bising usus x/mneit
Telinga Posisi: simetris Lanugo Ada
Bentuk : normal Vernik Ada
Lubang telinga : ada Mekonium Ada
Keluaran : tidak ada
Mulut Simetris  PUNGGUNG
Palatum mole  Keadaan Simetris 
Palatum durum  punggung Pilonidal dimple
Gigi
Terpasang OGT  Fleksibelitas Kelainan : tidak ada
tulang
Hidung Lubang hidung : ada GENETALIA
Keluaran: tidak ada Perempuan Menonjol 
Pernafasan cuping Labia minor Tertutup labia mayor 
hidung: iya Keluaran: tidak ada
Terpasang nasal kanul 2 Anus Kelainan: tidak ada
l/m 
Leher Pergerakan leher: ada Ekstermitas
Jari tangan Tidak ada kelainan
Jari kaki Tidak ada kelainan
Pergerakan Aktif 
Asimetris
tremor
Nadi Brakial  Status Neurologi
Femoral  Reflek Tendon
Garis telapak Simetris  Moro 
tangan Rooting
Posisi Tangan dan kaki terdapat Menghisap
garis simetris  Babinski 
Menggenggam
Menangis 
Berjalan
NUTRISI TULANG
Jenis makanan ASI  Lingkar kepala 31 Cm
PASI Lingkar dada 29 Cm
Lingkar perut 32 Cm
Eliminasi
BAB pertama Tgl 18/2/2019
BAK pertama Tgl 18/2/2019

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium (tanggal, 23 Februari 2019)
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai normal
HEMA LENGKAP
Hema Rutin
Lekosit 8.66 10^3/ul 5.0-21
Eritrosit 5.23 10^6/ul 4.0-6.8
Hemoglobin 19.30 g/dl 15.0-24.6
Hematokrit 55.30 % 50-82
MCV 105.70 Fl 94-150
MCH 36.90 Pg 29-45
MCHC 34.90 g/dl 24-36
Trombosit L 106 10^3/ul 229-553
RDW H 19.40 % 11.5-14.5
PLCR . %
Diff Count
Eosinofil absolute 0.20 10^3/ul 0.045-0.44
Basofil absolute 0.03 10^3/ul 0-0.2
Netrofil absolute 3.57 10^3/ul 1.8-8
Limfosit absolute 3.14 10^3/ul 0.9-5.2
Monosit absolute H 41.20 10^3/ul 0.16-1
Eosinofil 2.30 % 2-4
Basofil 0.30 % 0-1
Netrofil L 41.20 % 50-70
Limfosit 36.30 % 20-70
Monosit H 19.90 % 1-11
Kimia Klinik
Bilirubin total 11.33 Mg/dl 0.10-12.0
Bilirubin direc H 0.64 Mg/dl 0.00-0.20
Bilirubin inderec H 10.69 Mg/dl 0.10-0.80

Pemeriksaan Radiologi (tanggal,25 Februari 2019)


Kesan:
Cor : normal
Pulmo : neonatal pneumonia meteorismus

Terapi Obat
Injeksi Vit K dan HB 0
Infus D10 8 ml/jam
+Nacl 3% 21 ml
+Kcl otsu 11 ml
+ca glukonas 10% 12 ml
Infus aministeril 6% 3ml/jam
Infus lipid 20% 1ml/jam
Injeksi
Ampicilin 2x100 mg
Gentamicin 2x10 mg
Ca glukonas 1x 0,7 ml
Ranitidin 2x4 ml
Terpasang nasal kanul 2l/menit
Diit : ASI 8x4 ml
1. ANALISA DATA
No Data Fokus Problem Etiologi
1 Ds: - Pola nafas tidak Hipoventilasi
Do: efektif
- By. Nampk menangis tidak kuat
- gerak tidak aktif
- terpasang nasal kanul 2 l/menit,
- terpasang OGT
- pernapasan cepat dan dangkal
- RR: 36x/menit, N: 117 x/menit,
- pengembangan dada terlihat
- SPO2: 99%
- kesan pulmo pada hasil rongsent adalah
neonatal pneumonia meteorismus
- APGAR Score 6-7-8

2 Ds: - Ketidakefektifan Keterlambatan


Do: nutrisi bayi neurologis,
- By. Ny D lahir spontan dengan usia 37 prematuria, reflek
minggu hisab tidak adekuat
- BBL/ PB : 2.100 gram/ 46 cm
- Terpasang OGT
- Terpasang O2
- Reflek hisab negative
- Diit: 8x4 ml ASI
- Residu negative
3 Ds : - Resiko ketidak Perubahan
Do: seimbangan metabolisme
- Bayi nampak menagis tidak kuat suhu tubuh
- Suhu 36.4ºc
- Bayi di inkubator
- Spo2 : 99%
- Kulit kering
- Akral teraba dingin
- Tromosit L 106, lekosit 8.66

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hipoventilasi
b. Ketidakefektifan nutrisi bayi berhubungan dengan keterlambatan
neurologis, prematuria, reflek hisap tidak adekuat
c. Risiko ketidakseimbangan suhu tubuh berhubungan dengan perubahan
metabolisme

3. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


No Dx.Kep Tujuan Dan KH Intervensi Rasional Ttd
1 Ketidak efektifan Setelah dilakukan 1. Pertahankan 1 untuk
pola nafas b.d tindakan keperawatan kepatenan jalan membersihkan
hipoventilasi. selama proses nafas dengan jalan nafas
keperawatan 3x 24 jam melakukan 2 guna
diharapkan pola nafas pengisapan lendir. meningkatkan
menjadi efektif. 2. Pantau status kadar oksigen
Kriteria hasil : pernafasan dan yang
Pasien menunjukkan oksigenasi sesuai bersirkulasi dan
pola nafas yang dengan kebutuhan. memperbaiki
efektif. 3. Auskultasi jalan status kesehatan
a. Ekspansi dada nafas untuk 3 membantu
simetris. mengetahui adanya mengevaluasi
b. Tidak ada bunyi penurunan ventilasi. keefektifan
nafas tambahan.
c. Kecepatan dan 4. Kolaborasi dengan upaya batuk
irama respirasi dokter untuk klien
dalam batas pemeriksaan AGD 4 perubahan AGD
normal. dan pemakaian alat dapat
bantu nafas mencetuskan
5. Berikan oksigenasi disritmia
sesuai kebutuhan. jantung.
5 terapi oksigen
dapat
membantu
mencegah
gelisah bila
klien menjadi
dispneu, dan
ini juga
membantu
mencegah
edema paru
2 Ketidakefektifan Setelah dilakukan 1. Obserasi reflek 1. Mengetahui
nutrisi bayi b.d tindakan keperawatan hisap dan keadaan
keterlambatan selama proses menelan bayi bayi
neurologis, keperawatan 3x24 jam 2. Berikan itake 2. Memberika
prematuria, reflek diharapkan nutrisi ASI n asupan
hisab tidak adekuat pada bayi adekuat 3. Obserasi adanya nutrisi pada
Kriteria Hasil : residu bayi
a. Reflek hisab baik 4. Posisikan bayi 3. Mengetahui
b. Bayi menangis denagn kepala keadaan
kuat lebih tinggi metabolism
c. Gerak aktif 5. Kolaborasi e bayi
d. Turgor kulit baik pemberian obat 4. Mempelanc
e. BB mengalami ar
kenaikan masuknya
ASI / nutrisi
5. Mencukupi
kebutuhan
cairan/obat
pada bayi
3 Risiko ketidak Setelah dilakukan 1. Hindarkan pasien 1 untuk menjaga
seimbangan suhu tindakan keperawatan dari kedinginan dan suhu tubuh agar
tubuh b.d selama proses tempatkan pada stabil.
perubahan keperawatan 3x24 jam lingkungan yang 2 untuk
metabolisme diharapkan suhu tubuh hangat mendeteksi
normal. 2. Monitor gejala yang lebih awal
Kriteria Hasil : berhubungan dengan perubahan yang
a. Temperatur badan hipotermi, misal terjadi guna
dalam batas fatigue, apatis, mencegah
normal. perubahan warna komplikasi
b. Tidak terjadi kulit dll. 3 peningkatan
distress pernafasan. 3. Monitor TTV. suhu dapat
c. Tidak gelisah. 4. Monitor adanya menunjukkan
d. Perubahan warna bradikardi. adanya tanda-
kulit. 5. Monitor status tanda infeksi
e. Bilirubin dalam pernafasan. 4 penurunan
batas normal. frekuensi nadi
menunjukkan
terjadinya
asidosis
resporatori
karena
kelebihan
retensi CO2.
B. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
No.Dx
No Tgl/Jam Kep Tindakan Respon Ttd
25/2/2019 1  Memberikan O2 sesuai Ds: - &
kebutuhan (2 litter) Do: O2 2litter
 Mengkolaborasi dengan Ds: -
dokter Do: -
 Mengauskultasi jalan Ds: sudah tidak ada suara &
nafas tambahan

2  Pengkajian fisik (TTV) Ds: - &


Do: terlihat tidak ada
 Menjelaskan tanda dan cacat, menangis kurang
gejalah infeksi kencang.
 Bab + Bak lancar
Nadi: 140x/menit
Rr: 48x/memit
Sp02: 98%
T: 35.8ºc

3  Membedong by.D Ds: - &


supaya hangat Do: bayi merasa nyaman
 Memonitor TTV Ds: -
Do: Bb: 2480 gram
 Rr: 48x/menit &
 Spo2: 98%
T: 35.8 ºc
01/4/18 1  Memberikan O2 sesuai Ds: -
kebutuhan Do: terpasang O2 1 litter

2 Menjelaskan tentang Ds: -


tanda dan gejala infeksi Do: ibu By terlihat
menyemak,
mendengarkan apa yang
dijelaskan oleh perawat
dan kooperatif.
3  Membedong bayi
supaya hangat Ds: -
Do: bayi terlihat tenang
 Memonitor TTV dan tidak rewel
Ds: -
Do: BB 2600 gram
Nadi: 135x/menit
T : 36.7ºc
Rr: 46x/menit
02/4/18 1.2.3  Memonitor TTV Ds: -
Do: BB 2601.gram
Nadi: 126x/menit
T : 36.9ºc
Rr: 35x/menit
 Membedong By.D Ds: ibu mengatakan minta
supaya hangat tolong supaya anaknya
dibedong biar hangat dan
nyaman.
Do: ibu terlihat tenang
dan ibu terlihat senang.
C. CATATAN PERKEMBANGAN
No.Dx
No Tgl/Jam Evaluasi Ttd
Kep
1 31/3/18 1 S: -
19.30 O: By.D tampak kurang nyaman
wib dengan pemakaian O2 dihidungnya
(gelisah) dan rawel
A: masalah suplai O2 belum teratasi
Rr: 46 x/m
P: lanjutkan intervensi (2,4,5)

2 19.35 2 S: -
wib O: Bayi menangis kurang kencang
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi (3)

3 19.40 3 S: -
wib O: kulit bayi tampak kemerahan teraba
badan dingin 35.8 ºc
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi (1,2,3,4)
01/4/18 1 S: -
O: bayi tampak sudah terbiasa
terpasang O2 2 litter, dan bila kurang
nyaman by menangis
A: masalah teratasi
P: pertahankan intervensi (2,4,5)
2 S: ibu By. Mengatakan mengerti
tentang tanda dan gejala infeksi
O: ekspresi ibu tenang tidak cemas dan
khawatir
A: kecemasan dan kekhawatiran ibu
tertasi
P: pertahankan intervensi (4) dan
lanjutkan intervensi (1,2,3)

3 S: -
O: kulit By tampak kemerahan
,sianosis berkurang. S: 36,7ºc SPO2:
98%
A: sianosis teratasi, dan tidak hipotermi
P: pertahankan intervensi
 monitoring suhu, Rr, spo2 dan
nadi
2/4/2018 1 S: ibu mengatakan anaknya menangis,
O2 lapas, tidkak masuk ke tempatnya
(hidung)
O: pasang O2 2 litter, bayi tampak
menangis kencang dan ibu tampak
khawatir. (Jam. 11.05) O2 Lepas
A: masalah teratasi
P: intervensi teratasi

2 S: ibu menanyakan keadaan bayi nya


dan ibu tidak khawatir lagi tentang bayi
nya
O: BB 2600 gram Nadi: 135x/menit
T : 36.7ºc Rr: 46x/menit
Bayi.D tampak tenang dan tidur
nyenyak
A: masalah teratasi
P: pertahankan intervensi
3
S: ibu mengatakan minta tolong supaya
anaknya dibedong biar hangat dan
nyaman.
O: ibu terlihat tenang dan ibu terlihat
senang. By tampak nyaman dengan ibu
memberikan ASI
A: masalah teratasi
P: Intervensi Teratasi
BAB IV
PEMBAHASAN

Dari konsep teori terdapat berbagai diagnosa masalah yang mungkin


muncul pada bayi dengan asfiksia sedang adalah muncul beberapa masalah
keperawatan, namun pada tinjauan kasus kami hanya mengambil 3 diagnosa yaitu
pola nafas tidak efektif b.d hipoventilasi, ketidakefektifan nutrisi bayi b.d
keterlambatan neurologis, prematuria, reflek hisab tidak adekuat, risiko
ketidakseimbangan suhu tubuh b.d perubahan metabolisme.

Pada diagnosa pertama By. S mengalami pola nafas tidak efektif, hal ini
disebabkan karena hipoventilasi, masalah pola nafas tidak efektif ditandai dengan
nafas nampak dangkal dan pendek, ttv pasien, spo2, nampak tidak menagis kuat.
Intervensi yang dapat dilakukan dengan mengkaji ku dan ttv pasien, posisikan bayi
terlentang dan kepala lebih tinggi, memasang nasal kanul, dan kolaborasi
pemberian obat.
Kemudian pada diagnosa kedua ketidakefektifan nutrisi bayi disebabkan
karena adanya keterlambatan neurologis, prematuria, reflek hisab tidak adekuat,
ditandai bayi nampak lemah, reflek hisap negative, menangis tidak kuat, BB stabil
atau meningkat, turgor kulit baik, intervensi yang dapat dilakukan adalah observasi
reflek hisab dan menelan bayi, berikan intake ASI, observasi adanya residu,
kolaborasi pemberian obat.
Selanjutnya untuk diagnose ke 3 dan risiko ketidakseimbangan suhu tubuh
disebabkan karena perubahan metabolisme., ditandai dengan suhu abnormal, spo2,
akarl teraba dingin. Intervensi yang bisa dilakukan yaitukaji ku dan ttv bayi,
menempatkan bayi pada inkubator, hindari pembukaan inkubator terlalu sering,
ajari ibu perawatan bayi dengan metode kanguru.
BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Asfiksia berarti hipoksia yang progresif, penimbunan CO2 dan
asidosis, bila proses ini berlangsung terlalu jauh dapat mengakibatkan
kerusakan otak atau kematian. Asfiksia juga dapat mempengaruhi fungsi
organ vital lainnya. (Saiffudin, 2009). Asfiksia neonatorum adalah keadaan
dimana bayi tidak dapat segera bernafas secara spontan dan teratur setelah
lahir. (Sarwono, 2007).
Asfiksia neonatus adalah keadaan bayi yang tidak dapat bernafas
spontan dan teratur, sehingga dapat meurunkan O2 dan makin meningkatkan
CO2 yang menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut.
(Manuaba, 2008).
Etiologi terjadinya asfiksia bisa dari faktor ibu yaitu preeklampsia
dan eklampsia, pendarahan abnormal (plasenta previa atau solusio plasenta,
Partus lama atau partus macet, demam selama persalinan Infeksi berat
(malaria, sifilis, TBC, HIV), kehamilan Lewat Waktu (sesudah 42 minggu
kehamilan). Dari faktor tali pusat bisa karena lilitan tali pusat, tali pusat
pendek, simpul tali pusat, prolapsus tali pusat. Sedangkann faktor bayi, bayi
prematur (37 minggu usia kehamilan atau sebelumnya), persalinan dengan
tindakan (sungsang, bayi kembar, distosia bahu, ekstraksi vakum, ekstraksi
forsep), kelainan bawaan (kongenital), air ketuban bercampur mekonium
(warna kehijauan).
B. SARAN
1. Bagi mahasiswa:
Hendaknya mahasiswa/i dapat melakukan askep sesuai dengan masalah
kebutuham dasar pasien selama masa pendidikan baik di akademik maupun
di lapangan praktek.
2. Pasien
Hendaknya pasien mampu dan mau mengikuti program terapi dengan baik
serta kooperatif pada saat dilakukan tindakan, baik tindakan medis maupun
tindakan keperawatan
3. Keluarga
Agar keluarga selalu memberikan dukungan seperti meningkatkan motivasi
kepada pasien dan juga berperan dalam perawatan pasien pada saat di rumah
sakit maupun saat dirumah.
4. Rumah sakit
Meningkatkan peralatan dan pelayanan serta pemberian asuhan yang dapat
meningkatkan proses penyembuhan pasien.
5. Perawat
Hendaknya perawat tetap melakukan asuhan keperawatan sesuai dengan
SOP yang ada serta tetap meningkatkan asuhan keperawatan dengan
mengutamakan keselamatan dan kesembuhan pasien.
6. Institusi pendidikan
Hendaknya bagi institusi pendidikan tetap meningkatkan program
pendidikan yang paripurna dan berkwalitas, serta siap mencetak calon
tenaga keperawatan yang siap bersaing di era global
DAFTAR PUSTAKA

Butcher, H., dkk. 2013. NOC (Nursing Outcomes Classsification). Jakarta : Elsevier.

Butcher, H., dkk,.2013. NIC (Nursing Interventions Classsification). Jakarta :


Elsevier.

Carpenito. 2011. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta : EGC

Hidayat, Alimul, Azis. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta :


Salemba Medika

Herdman, T. Heather, dkk. 2018. NANDA International Diagnosis Keperawatan :


Definisi dan Klasifikasi 2018-2022. Jakarta: EGC.

http://www.scribd.com/doc/31144164/ASKEP-ASFIKSIA-NEONATORUM
Wilkinson. 2015. Buku Saku Diagnosa Keperawatan dengan Intervensi NIC
dan Criteria Hasil NOC. Edisi 7. Jakarta : EGC

Mubarak, W. I. 2008. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia: Teori dan Aplikasi
Dalam Praktik. Jakarta: Media Aesculapius

Mansjoer, S. 2011. Asuhan Keperawatan Pada Anak Lengkap. Jakarta : Salemba


Medika

Anda mungkin juga menyukai