Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

PENYAKIT HIPERTENSI

A. KONSEP TEORI
1. Pengertian
Hipertensi adalah peningkatan tekanan sistole, yang tingginya tergantung umur individu yang
terkena. Tekanan darah berfluktuasi dalam batas-batas tertentu tergantung posisi tubuh, umur, dan tingkat
stres yang dialami (dr. Jan Tambayong, 2000,94). Hipertensi adalah tekanan darah sistolik > 140 mmHg
dan tekanan darah diastolik > 90 mmHg atau bila pasien memakai obat anti hipertensi. (Arief Mansjoer,
2001 : 518).
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya
diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg. Hipertensi dikategorikan ringan apabila
tekanan diastoliknya antara 95 – 104 mmHg, hipertensi sedang jika tekanan diastoliknya antara 105 dan
114 mmHg, dan hipertensi berat bila tekanan diastoliknya 115 mmHg atau lebih. Pembagian ini
berdasarkan peningkatan tekanan diastolic karena dianggap lebih serius dari peningkatan sistolik (Smith
Tom, 1995). Menurut WHO, penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan sistolik lebih besar atau
sama dengan 160 mmHg dan atau tekanan diastolic sama atau lebih besar 95 mmHg (Kodim Nasrin,
2003).
Dari pengertian diatas dapat di simpulkan bahwa Hipertensi adalah adalah meningkatnya
tekanan darah yang menetap dengan hasil tekanan darah sistol > 140 mmHg dan distole > 90 mmHg yang
biasanya ditemukan pada orang dewasa atau lanjut usia.
2. Etiologi/Penyebab
1. Usia
Hipertensi akan makin meningkat dengan meningkatnya usia hipertensi pada yang berusia dari 35
tahun dengan jelas menaikkan insiden penyakit arteri dan kematian premature.
2. Jenis Kelamin
Berdasar jenis kelamin pria umumnya terjadi insiden yang lebih tinggi daripada wanita. Namun pada
usia pertengahan, insiden pada wanita mulai meningkat, sehingga pada usia di atas 65 tahun, insiden
pada wanita lebih tinggi.
3. Ras
Hipertensi pada yang berkulit hitam paling sedikit dua kalinya pada yang berkulit putih.
4. Pola Hidup
Faktor seperti halnya pendidikan, penghasilan dan faktor pola hidup pasien telah diteliti, tanpa hasil
yang jelas. Penghasilan rendah, tingkat pendidikan rendah dan kehidupan atau pekerjaan yang penuh
stress agaknya berhubungan dengan insiden hipertensi yang lebih tinggi. Obesitas juga dipandang
sebagai faktor resiko utama. Merokok dipandang sebagai faktor resiko tinggi bagi hipertensi dan
penyakit arteri koroner. Hiperkolesterolemia dan hiperglikemia adalah faktor faktor utama untuk
perkembangan arterosklerosis yang berhubungan dengan hipertensi.
Hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2 golongan besar (Lany Gunawan,
2001),Yaitu :
1. Hipertensi essensial ( hipertensi primer ) yaitu hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya
2. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit lain
Hipertensi primer terdapat pada lebih dari 90 % penderita hipertensi, sedangkan 10 % sisanya disebabkan
oleh hipertensi sekunder. Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-
data penelitian telah menemukan beberapa factor yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi. Factor
tersebut adalah sebagai berikut :
- Faktor keturunan Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar
untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi
- Ciri yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah umur (jika umur bertambah maka TD
meningkat), jenis kelamin (laki-laki lebih tinggi dari perempuan) dan ras (ras kulit hitam lebih banyak
dari kulit putih)
Kebiasaan hidup Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah konsumsi
garam yang tinggi (melebihi dari 30 gr), kegemukan atau makan berlebihan, stress dan pengaruh lain
misalnya merokok, minum alcohol, minum obat-obatan (ephedrine, prednison, epineprin)
3. MANIFESTASI KLINIK
Bila timbul gejala, penyakit hipertensi sudah lanjut, gejala klasik yaitu sakit kepala, epistaksis, pusing
dan tinitus yang diduga berhubungan dengan naiknya tekanan darah, ternyata sama seringnya dengan
yang terdapat pada tekanan darah tinggi. namun, gejala sakit kepala sewaktu tidur, mata kabur, sesak
nafas, depresi dan nokturi ternyata meningkat pada hipertensi yang tidak diobati. (dr. Jan Tambayong,
2000 ; 96)
4. PATOFISIOLOGI
Mekanisme yang mengontrol konnstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat vasomotor, pada
medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda
spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan
pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf
simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan
merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya
noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai factor seperti kecemasan dan
ketakutan dapat mempengaruhirespon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu
dengan hipertensi sangat sensitive terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas
mengapa hal tersebut bisa terjadi.

Pada saat bersamaan dimana system saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai
respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas
vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks
adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor
pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan
pelepasan rennin. Rennin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi
angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh
korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan volume intra vaskuler. Semua factor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
Perubahan structural dan fungsional pada system pembuluh perifer bertanggungjawab pada
perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis,
hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada
gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta
dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh
jantung (volume sekuncup), mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer
(Brunner & Suddarth, 2002).

5. TANDA DAN GEJALA


Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi (Edward K Chung, 1995) :
- Tidak ada gejala Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan
tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi
arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.
- Gejala yang lazim Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri
kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang mengenai
kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.
6. KLASIFIKASI HIPERTENSI
Hipertensi di klasifikasikan dalam beberapa tingkatan berdasarkan tinggi sistolik dan
diastolik. adapun klasifikasinya dapat dilihat pada tabel berikut :

7. KOMPLIKASI
Adapun komplikasi yang bisa berlangsung pada penyakit hipertensi menurut TIM POKJA
RS Harapan Kita (2003 : 64) & Dr. Budhi Setianto (Depkes, 2007) yakni diantaranya :
 Penyakit pembuluh darah otak seperti stroke, perdarahan otak, dan transient ischemic attack
 Penyakit jantung seperti gagal jantung, angina pectoris, infark miocard acut (IMA).
 Penyakit ginjal seperti gagal ginjal.
 Penyakit mata seperti perdarahan retina, penebalan retina, oedema pupil.
8. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Riwayat dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh
2. Pemeriksaan retina
3. Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kerusakan organ seperti ginjal dan jantung
4. EKG untuk mengetahui hipertropi ventrikel kiri
5. Urinalisa untuk mengetahui protein dalam urin, darah, glukosa
6. Pemeriksaan : renogram, pielogram intravena arteriogram renal, pemeriksaan fungsi ginjal terpisah
dan penentuan kadar urin.
7. Foto dada dan CT scan
9. PENATALAKSANAAN
Olah raga lebih banyak dihubungkan bersama pengobatan hipertensi, sebab olah raga isotonik (spt
bersepeda, jogging, aerobic) yg rutin bisa memperlancar peredaran darah maka bisa menurunkan tekanan
darah. Olah raga dapat juga digunakan buat mengurangi/ mencegah obesitas & mengurangi asupan garam
ke dalam badan (badan yg berkeringat akan mengeluarkan garam melalui kulit).
Pengobatan hipertensi dengan cara garis besar dibagi jadi 2 type adalah :
1. Pengobatan non obat (non farmakologis)
Pengobatan non farmakologis kadang-kadang bisa mengontrol tekanan darah maka pengobatan
farmakologis jadi tak digunakan atau sekurang-kurangnya ditunda. Sedangkan pada kondisi di mana
obat anti hipertensi diperlukan, pengobatan non farmakologis akan dimanfaatkan sebagai pelengkap utk
mendapati efek pengobatan yg tambah baik. Pengobatan non farmakologis diantaranya yakni :
a. Diet rendah garam/kolesterol/lemak jenuh
b. Mengurangi asupan garam ke dalam badan
Nasehat pengurangan garam, mesti memperhatikan rutinitas makan penderita. Pengurangan asupan
garam dengan cara drastis dapat susah dilaksanakan. Trik pengobatan ini hendaknya tidak dipakai
yang merupakan pengobatan tunggal, namun lebih baik dipakai juga sebagai pelengkap pada
pengobatan farmakologis.
c. Ciptakan kondisi rileks Bermacam Macam trick relaksasi seperti meditasi, yoga atau hipnosis
sanggup mengontrol system saraf yg hasilnya mampu menurunkan tekanan darah.
d. Melaksanakan olah raga seperti senam aerobik atau jalan serentak selama 30-45 menit jumlahnya 3-4
kali seminggu.
e. Berhenti merokok & mengurangi mengonsumsi alkohol.
2. Pengobatan dgn obat-obatan (farmakologis)
Terdapat tidak sedikit tipe obat antihipertensi yg beredar sekarang ini. Buat pemilihan obat yg pas
diharapkan menghubungi dokter.
a. Diuretik
Obat-obatan type diuretik bekerja secara mengeluarkan cairan tubuh (melalui kencing) maka volume
cairan ditubuh menyusut yg mengakibatkan daya pompa jantung jadi lebih ringan. Sample obatannya
merupakan Hidroklorotiazid.
b. Penghambat Simpatetik
Golongan obat ini bekerja dgn menghambat gerakan saraf simpatis (saraf yg bekerja pada disaat kita
beraktivitas). Contoh obatnya adalah : Metildopa, Klonidin & Reserpin.
c. Betabloker Prosedur kerja anti-hipertensi
Obat ini ialah lewat penurunan daya pompa jantung. Type betabloker tak dianjurkan kepada
penderita yg sudah didapati mengidap kesukaran pernapasan seperti asma bronkial. Contoh obatnya
yakni : Metoprolol, Propranolol & Atenolol. Terhadap penderita diabetes melitus mesti hati-hati,
dikarenakan akan menutupi gejala hipoglikemia (keadaan di mana kadar gula dalam darah turun jadi
teramat rendah yg dapat berakibat bahaya bagi penderitanya). Kepada ortu terdapat gejala
bronkospasme (penyempitan saluran pernapasan) maka pemberian obat mesti hati-hati.
d. Vasodilator
Obat golongan ini bekerja cepat terhadap pembuluh darah dgn relaksasi otot polos (otot pembuluh
darah). Yg termasuk juga dalam golongan ini yakni : Prasosin, Hidralasin. Efek samping yg mungkin
saja bakal terjadi dari pemberian obat ini merupakan : sakit kepala dan pusing.
e. Penghambat ensim konversi Angiotensin
Trick kerja obat golongan ini merupakan menghambat pembentukan zat Angiotensin II (zat yg bisa
menyebabkan peningkatan tekanan darah). Contoh obat yg termasuk juga golongan ini yaitu
Kaptopril. Efek samping yg bisa jadi timbul ialah : batuk kering, pusing, sakit kepala & lemas.
f. Antagonis kalsium
Golongan obat ini menurunkan daya pompa jantung secara menghambat kontraksi jantung
(kontraktilitas). Yang termasuk juga golongan obat ini yakni : Nifedipin, Diltiasem dan Verapamil.
Efek samping yg bisa jadi timbul merupakan : sembelit, pusing, sakit kepala dan muntah.
g. Penghambat Reseptor Angiotensin II
Kiat kerja obat ini yaitu dgn menghalangi penempelan zat Angiotensin II kepada reseptornya yg
mengakibatkan ringannya daya pompa jantung. Obat-obatan yg termasuk juga dalam golongan ini
yaitu Valsartan (Diovan). Efek samping yg bisa saja timbul adalah : sakit kepala, pusing, lemas &
mual. Dgn pengobatan & kontrol yg rutin, pula menghindari perihal dampak terjadinya hipertensi,
sehingga angka kematian akibat penyakit ini bisa ditekan.
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTENSI
a. Pengkajian
1. Aktivitas / istirahat
Gejala : kelemahan, letih, napas pendek, gaya hidup monoton
Tanda : frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea
2. Sirkulasi
Gejala : Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner, penyakit serebrovaskuler
Tanda : Kenaikan TD, hipotensi postural, takhikardi, perubahan warna kulit, suhu dingin
3. Integritas Ego
Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, factor stress multipel
Tanda : Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinue perhatian, tangisan yang meledak, otot
muka tegang, pernapasan menghela, peningkatan pola bicara.
4. Eliminasi
Gejala : gangguan ginjal saat ini atau yang lalu
5. Makanan / Cairan
Gejala : Makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi garam, lemak dan kolesterol
Tanda : BB normal atau obesitas, adanya edema
6. Neurosensori
Gejala : Keluhan pusing/pening, sakit kepala, berdenyut sakit kepala, berdenyut, gangguan
penglihatan, episode epistaksis
Tanda : Perubahan orientasi, penurunan kekuatan genggaman, perubahan retinal optik
7. Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala : Angina, nyeri hilang timbul pada tungkai, sakit kepala oksipital berat, nyeri abdomen
8. Pernapasan
Gejala : Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas, takipnea, ortopnea, dispnea nocturnal proksimal,
batuk dengan atau tanpa sputum, riwayat merokok
Tanda : Distress respirasi/ penggunaan otot aksesoris pernapasan, bunyi napas tambahan, sianosis
9. Keamanan
Gejala : Gangguan koordinasi, cara jalan
Tanda : episode parestesia unilateral transien, hipotensi psotural
10.Pembelajaran/Penyuluhan
Gejala : Factor resiko keluarga, hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung, DM , penyakit ginjal
Faktor resiko etnik, penggunaan pil KB atau hormon
b. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload,
vasokonstriksi, iskemia miokard, hipertropi ventricular
Tujuan : Afterload tidak meningkat, tidak terjadi vasokonstriksi, tidak terjadi iskemia miokard
Intervensi keperawatan :
a. Pantau TD, ukur pada kedua tangan, gunakan manset dan tehnik yang tepat
b. Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer
c. Auskultasi tonus jantung dan bunyi napas
d. Amati warna kulit, kelembaban, suhu dan masa pengisian kapiler
e. Catat edema umum
f. Berikan lingkungan tenang, nyaman, kurangi aktivitas.
g. Pertahankan pembatasan aktivitas seperti istirahat ditemapt tidur/kursi
h. Bantu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai kebutuhan
i. Lakukan tindakan yang nyaman spt pijatan punggung dan leher
j. Anjurkan tehnik relaksasi, panduan imajinasi, aktivitas pengalihan
k. Pantau respon terhadap obat untuk mengontrol tekanan darah
l. Berikan pembatasan cairan dan diit natrium sesuai indikasi
m. Kolaborasi untuk pemberian obat-obatan sesuai indikasi
Hasil yang diharapkan :
- Berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan TD
- Mempertahankan TD dalam rentang yang dapat diterima
- Memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil
2. Nyeri ( sakit kepala ) berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral
Tujuan : Tekanan vaskuler serebral tidak meningkat
Intervensi keperawatan :
a. Pertahankan tirah baring, lingkungan yang tenang, sedikit penerangan
b. Minimalkan gangguan lingkungan dan rangsangan
c. Batasi aktivitas
d. Hindari merokok atau menggunkan penggunaan nikotin
e. Beri obat analgesia dan sedasi sesuai pesanan
f. Beri tindakan yang menyenangkan sesuai indikasi seperti kompres es, posisi nyaman,
tehnik relaksasi, bimbingan imajinasi, hindari konstipasi
Hasil yang diharapkan :
Pasien mengungkapkan tidak adanya sakit kepala dan tampak nyaman
3. Potensial perubahan perfusi jaringan: serebral, ginjal, jantung berhubungan dengan gangguan
sirkulasi
Tujuan : sirkulasi tubuh tidak terganggu
Intervensi :
a. Pertahankan tirah baring; tinggikan kepala tempat tidur
b. Kaji tekanan darah saat masuk pada kedua lengan; tidur, duduk dengan pemantau
tekanan arteri jika tersedia
c. Pertahankan cairan dan obat-obatan sesuai pesanan
d. Amati adanya hipotensi mendadak
e. Ukur masukan dan pengeluaran
f. Pantau elektrolit, BUN, kreatinin sesuai pesanan
g. Ambulasi sesuai kemampuan; hibdari kelelahan
Hasil yang diharapkan :
- Pasien mendemonstrasikan perfusi jaringan yang membaik seperti ditunjukkan dengan :
TD dalam batas yang dapat diterima, tidak ada keluhan sakit kepala, pusing, nilai-nilai
laboratorium dalam batas normal.
- pengeluaran urin 30 ml/ menit
- Tanda-tanda vital stabil
4. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit dan
perawatan diri
Tujuan : Klien terpenuhi dalam informasi tentang hipertensi
Intervensi :
a. Jelaskan sifat penyakit dan tujuan dari pengobatan dan prosedur
b. Jelaskan pentingnya lingkungan yang tenang, tidak penuh dengan stress
c. Diskusikan tentang obat-obatan : nama, dosis, waktu pemberian, tujuan dan efek
samping atau efek toksik
d. Jelaskan perlunya menghindari pemakaian obat bebas tanpa pemeriksaan dokter
e. Diskusikan gejala kambuhan atau kemajuan penyulit untuk dilaporkan dokter : sakit
kepala, pusing, pingsan, mual dan muntah.
f. Diskusikan pentingnya mempertahankan berat badan stabil
g. Diskusikan pentingnya menghindari kelelahan dan mengangkat berat
h. Diskusikan perlunya diet rendah kalori, rendah natrium sesuai pesanan
i. Jelaskan penetingnya mempertahankan pemasukan cairan yang tepat, jumlah yang
diperbolehkan, pembatasan seperti kopi yang mengandung kafein, teh serta alcohol
j. Jelaskan perlunya menghindari konstipasi dan penahanan
Hasil yang diharapkan :
- Pasien mengungkapkan pengetahuan dan ketrampilan penatalaksanaan perawatan dini
- Melaporkan pemakaian obat-obatan sesuai pesanan
c. Penatalaksanaan
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas akibat komplikasi
kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90
mmHg.
Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :
1. Terapi tanpa Obat Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan sebagai
tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat.
Terapi tanpa obat ini meliputi :
a. Diet
Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
1. Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr
2. Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
3. Penurunan berat badan
4. Penurunan asupan etanol
5. Menghentikan merokok
6. Diet tinggi kalium
b. Latihan Fisik Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan untuk penderita
hipertensi adalah olah raga yang mempunyai empat prinsip yaitu :
1. Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging, bersepeda, berenang dan lain-
lain
2. Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas aerobik atau 72-87 % dari denyut
nadi maksimal yang disebut zona latihan. Denyut nadi maksimal dapat ditentukan dengan rumus
220 – umur
3. Lamanya latihan berkisar antara 20 – 25 menit berada dalam zona latihan
4. Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x perminggu
c. Edukasi Psikologis Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :
1. Tehnik Biofeedback Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk menunjukkan pada
subyek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang secara sadar oleh subyek dianggap tidak
normal. Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi gangguan somatik seperti
nyeri kepala dan migrain, juga untuk gangguan psikologis seperti kecemasan dan ketegangan.
2. Tehnik relaksasi Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk mengurangi
ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih penderita untuk dapat belajar membuat otot-
otot dalam tubuh menjadi rileks.
d. Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan ) Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan
pengetahuan pasien tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien dapat
mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
2. Terapi dengan Obat
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja tetapi juga
mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar penderita dapat bertambah kuat.
Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur hidup penderita. Pengobatan standar yang
dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli Hipertensi (JOINT NATIONAL COMMITTEE ON
DETECTION, EVALUATION AND TREATMENT OF HIGH BLOOD PRESSURE, USA, 1988)
menyimpulkan bahwa obat diuretika, penyekat beta, antagonis kalsium, atau penghambat ACE dapat
digunakan sebagai obat tunggal pertama dengan memperhatikan keadaan penderita dan penyakit lain
yang ada pada penderita. Pengobatannya meliputi :
a. Step 1 : Obat pilihan pertama : diuretika, beta blocker, Ca antagonis, ACE inhibitor
b. Step 2 : Alternatif yang bisa diberikan :
1. Dosis obat pertama dinaikan
2. Diganti jenis lain dari obat pilihan pertama
3. Ditambah obat ke –2 jenis lain, dapat berupa diuretika , beta blocker, Ca antagonis, Alpa
blocker, clonidin, reserphin, vasodilator
c. Step 3 : Alternatif yang bisa ditempuh :
1. Obat ke-2 diganti
2. Ditambah obat ke-3 jenis lain
d. Step 4 : alternatif pemberian obatnya :
1. Ditambah obat ke -3 dan ke - 4
2. Re-evaluasi dan konsultasi
3. Follow Up untuk mempertahankan terapi Untuk mempertahankan terapi jangka panjang
memerlukan interaksi dan komunikasi yang baik antara pasien dan petugas kesehatan
(perawat, dokter) dengan cara pemberian pendidikan kesehatan.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam interaksi pasien dengan petugas kesehatan adalah
sebagai berikut :
1. Setiap kali penderita periksa, penderita diberitahu hasil pengukuran tekanan darahnya
2. Bicarakan dengan penderita tujuan yang hendak dicapai mengenai tekanan darahnya
3. Diskusikan dengan penderita bahwa hipertensi tidak dapat sembuh, namun bisa dikendalikan
untuk dapat menurunkan morbiditas dan mortilitas
4. Yakinkan penderita bahwa penderita tidak dapat mengatakan tingginya tekanan darah atas dasar
apa yang dirasakannya, tekanan darah hanya dapat diketahui dengan mengukur memakai alat
tensimeter
5. Penderita tidak boleh menghentikan obat tanpa didiskusikan lebih dahulu
6. Sedapat mungkin tindakan terapi dimasukkan dalam cara hidup penderita
7. Ikut sertakan keluarga penderita dalam proses terapi
8. Pada penderita tertentu mungkin menguntungkan bila penderita atau keluarga dapat mengukur
tekanan darahnya di rumah
9. Buatlah sesederhana mungkin pemakaian obat anti hipertensi misal 1 x sehari atau 2 x sehari
10.Diskusikan dengan penderita tentang obat-obat anti hipertensi, efek samping dan masalah-
masalah yang mungkin terjadi
11.Yakinkan penderita kemungkinan perlunya memodifikasi dosis atau mengganti obat untuk
mencapai efek samping minimal dan efektifitas maksimal
12.Usahakan biaya terapi seminimal mungkin
13.Untuk penderita yang kurang patuh, usahakan kunjungan lebih sering
14.Hubungi segera penderita, bila tidak datang pada waktu yang ditentukan. Melihat pentingnya
kepatuhan pasien dalam pengobatan maka sangat diperlukan sekali pengetahuan dan sikap
pasien tentang pemahaman dan pelaksanaan pengobatan hipertensi.
15. Setiap kali penderita periksa, penderita diberitahu hasil pengukuran tekanan darahnya
16. Bicarakan dengan penderita tujuan yang hendak dicapai mengenai tekanan darahnya
17.Diskusikan dengan penderita bahwa hipertensi tidak dapat sembuh, namun bisa dikendalikan
untuk dapat menurunkan morbiditas dan mortilitas
18.Yakinkan penderita bahwa penderita tidak dapat mengatakan tingginya tekanan darah atas dasar
apa yang dirasakannya, tekanan darah hanya dapat diketahui dengan mengukur memakai alat
tensimeter
19. Penderita tidak boleh menghentikan obat tanpa didiskusikan lebih dahulu
20. Sedapat mungkin tindakan terapi dimasukkan dalam cara hidup penderita
21. Ikutsertakan keluarga penderita dalam proses terapi
22.Pada penderita tertentu mungkin menguntungkan bila penderita atau keluarga dapat mengukur
tekanan darahnya di rumah
23. Buatlah sesederhana mungkin pemakaian obat anti hipertensi misal 1 x sehari atau 2 x sehari
24.Diskusikan dengan penderita tentang obat-obat anti hipertensi, efek samping dan masalah-
masalah yang mungkin terjadi
25.Yakinkan penderita kemungkinan perlunya memodifikasi dosis atau mengganti obat untuk
mencapai efek samping minimal dan efektifitas maksimal
26. Usahakan biaya terapi seminimal mungkin
27. Untuk penderita yang kurang patuh, usahakan kunjungan lebih sering
28.Hubungi segera penderita, bila tidak datang pada waktu yang ditentukan. Melihat pentingnya
kepatuhan pasien dalam pengobatan maka sangat diperlukan sekali pengetahuan dan sikap
pasien tentang pemahaman dan pelaksanaan pengobatan hipertensi.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah Vol 2, Jakarta, EGC, 2002
Chung, Edward.K. Penuntun Praktis Penyakit Kardiovaskuler, Edisi III, diterjemahkan oleh Petrus Andryanto,
Jakarta, Buku Kedokteran EGC, 1995
Doengoes, Marilynn E, Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian
Perawatan pasien, Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, 2000
Doenges, Moorhouse & Geissler. 2001. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC; Jakarta
Kodim Nasrin. Hipertensi : Yang Besar Yang Diabaikan, @ tempointeraktif.com, 2003
Gunawan, Lany. Hipertensi : Tekanan Darah Tinggi , Yogyakarta, Penerbit Kanisius, 2001
Heni Rokhaeni,dkk. 2001. Keperawatan Kardiovaskuler Pusat Jantung Nasional Harapan Kita. EGC: Jakarta.
Mansjoer,arif.dkk.2001. Kapita Selekta kedokteran , Ed-3, jilid I. Jakarta:FKUI Media Aesculapius
Slamet Suyono. 2001. Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II Edisi ketiga. EGC: Jakarta.
ASUHAN KEPERAWATAN HOME CARE
PASIEN DENGAN HIPERTENSI

I .Pengkajian:
Nama : Ibu. L.
Umur : 51 Tahun
Agama : Hindu Kaharingan
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku : Dayak
Pendidikan : S1
Pekerjaan : PNS
Alamat : Jl. Mangko Rasat RT 05 Desa Timpah
II. Analisa Data
Data subjektif:
Klien mengeluh sakit kepala, nyeri dibelakang leher, telinga terasa mendengung dan
pengelihatan berkurang, mengatakan susah tidur pada malam hari dan sering terbangun
Data objektif :
Klien terlihat menahan pusing , dan sesekali memijat-mijat tekuk belakang lehernya.
III. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri Kepala berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskular serebral
2. Gangguan pola istirahat berhubungan dengan keadaan fisik
3. Kurang pengetahuan tentang hipertensi berhubungan dengan kurangnya informasi tentang
hipertensi
IV. Intervensi Keperawatan
- Nyeri Kepala berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskular serebral
Tujuan : klien mampu melakukan aktivitas fisik dengan optimal
Tujuan khusus :
- Klien nampak Rileks
- Tekanan darah klien menurun
- Skala nyeri 1-3 ( ringan)
- Tanda- tanda vital dalam batas normal
Kriteria evaluasi :
- Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam :
- Gangguan rasa nyeri kepala (pusing) dapat teratasi/berkurang
- Tanda- tanda vital dalam batas normal
- Gangguan pola istirahat berhubungan dengan keadaan fisik
Tujuan : Kebutuhan Istirahat klien terpenuhi 6 – 8 jam per hari
Tujuan khusus :
- Mampu menciptakan pola tidur yang adekuat ± 6 – 8 jam per hari
- Tampak dapat istirahat dengan cukup
- TTV dalam batas normal
Kriteria evaluasi :
Tidak terjadi gangguan pola tidur setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 1 x 24 jam

- Kurang pengetahuan tentang hipertensi berhubungan dengan kurangnya informasi tentang


hipertensi
Tujuan : Klien dapat memahami dan tentang Tanda dan gejala hipertensi serta cara
mengatasinya
Kriteria evaluasi :
- Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan klien memahami
tentang penyakit hipertensi.
- Klien dapat memahami dan tentang Tanda dan gejala hipertensi serta cara
mengatasinya

Dx Diagnosa Intervensi
Keperawatan
1. Nyeri Kepala berhubungan - Observasi keadaan umum
dengan peningkatan tekanan - Monitor tanda-tanda vital
vaskular serebral - Kaji keluhan nyeri pada klien
- Ajarkan cara mengatasi nyeri dengan tehnik relaksasi
- Menganjurkan tirah baring selama fase akut
- Menganjurkan meminimalkan aktivitas yang dapat
meningkatkan sakit kepala
- Berikan penjelasan mengenai penyakit hipertensi
- Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapy
2. Gangguan pola istirahat - Bina hubungan saling percaya dengan Klien
berhubungan dengan keadaan - Identifikasi situasi yang mencetuskan gejala kurang tidur.
fisik - Identifikasi metode koping yang digunakan dalam
menghadapi gejala kurang tidur.
- Identifikasi tanda – tanda gejala kurang tidur
- Ajarkan Klien cara mengatasi kurang tidur dengan
tehnik rileksasi
3. Kurang pengetahuan tentang - Kaji tingkat pengetahuan klien
hipertensi berhubungan dengan - Berikan pendidikan kesehatan tentang cara mencegah dan
kurangnya informasi tentang mengatasi hipertensi
hipertensi - Evaluasi tingkat pengetahuan klien
Jadwal Kegiatan Kunjungan Home Care

No. Waktu Kegiatan Pelaksana

- Menjalin Hubungan Baik


1 Kunjungan 1 - Menandatangani Inform Consent Mahasiswa Home Care
- Menyepakati Masalah Yang Ditemukan
- Setuju Dengan Waktu Yang Ditentukan
2 Kunjungan 2 - Mengkaji Keadaan Klien dan keluarga Mahasiswa Home Care
- Mendata Segala kebutuhan klien
- Melakukan Observasi TTV
3 Kunjungan 3 - Melakukan Penkes tentang Penyakit Mahasiswa Home Care
Hipertensi
- Melakukan Observasi TTV
4 Kunjungan 4 - Melakukan evaluasi Pengetahuan Klien Mahasiswa Home Care
setelah dilakukan Penkes hipertensi
5 Kunjungan 5 - Melakukan Observasi TTV Mahasiswa Home Care
- Melakukan Penkes Tehnik relaksasi
- Melakukan Observasi TTV
6 Kunjungan 6 - Melakukan evaluasi akan kemampuan Mahasiswa Home Care
klien melakukan tehnik rileksasi
- Melakukan pengukuran TTV klien Mahasiswa Home Care
7 Kunjungan 7 - Melaksanakan Penkes tentang diit
makanan penyakit hipertensi
- Melakukan pengukuran TTV klien
- Melakukan evaluasi pengetahuan klien
8 Kunjungan 8 tentang penkes yang telah dilakukan Mahasiswa Home Care
mengenai diit makanan penderita
hipertensi
9 Kunjungan 9 Kunjungan dan kegiatan evaluasi dari semua Mahasiswa Home Care
kunjungan selama 9 hari
10 Kunjungan 10 Terminasi Mahasiswa Home Care
KEGIATAN HOME CARE PASIEN HIPERTENSI

No Tanggal Kegiatan Masalah Rencana kegiatan Implementasi Evaluasi


1 11-04- Kontrak Klien Adalah - Jelaskan maksud dan - Menjelaskan maksud dan S :
2018 waktu pasien dengan tujuan kegiatan home care tujuan kegiatan home - Klien mengatakan mengerti
untuk Dx. - Tanyakan kesediaan klien care tentang kegiatan home care
kunjungan Hipertensi untuk bersedia menjadi - Menanyakan kesediaan yang akan dilaksanakan
home care mengeluh ± 5 klien home care dan tanda klien untuk bersedia - Klien bersedia menjadi
Bulan tangan persetujuan menjadi klien home care pasien home care selama 10
(Home Care (inform consent) dan menanda tangani hari kedepan dengan
hari ke-1) - Atur jadwal/kontrak persetujuan (inform menandatangani lembar
waktu dengan klien untuk consent) persetujuan
waktu kunjungan selama - Mengatur jadwal/kontrak O :
10 hari waktu dengan klien - Klien tampak mendengarkan
untuk waktu kunjungan penjelasan yang diberikan
selama 10 hari - Klien menanda tangani
lembar persetujuan
A:
- Kontrak waktu untuk home
care dan tanda tangan
persetujuan terlaksana
P;
- Mengatur waktu untuk
kunjungan berikutnya yaitu
pengkajian
- Klien bersedia dikunjungi
mulai tgl.12-04- 2018 untuk
pengkajian
KEGIATAN HOME CARE PASIEN HIPERTENSI

No Tanggal Kegiatan Masalah Rencana kegiatan Implementasi Evaluasi


1 12-04- Melakukan Klien Adalah Melakukan pengkajian - Melakukan pengkajian data S :
2018 Pengkajian pasien dengan data klien dan analisa klien O:
Dx. Hipertensi masalah klien - Menganalisa masalah klien - Klien tampak kooperatif
mengeluh ± 5 (Diagnosa keperawatan) - Klien tampak menjawab
bulan pertanyaan yang diberikan
(Home Care A:
hari ke-2) Diagnosa keperawatan :
1)Nyeri Kepala berhubungan
dengan peningkatan tekanan
vaskular serebral
2)Gangguan pola istirahat
berhubungan dengan
keadaan fisik
3) Kurang pengetahuan
tentang hipertensi
berhubungan dengan
kurangnya informasi
tentang hipertensi
P:
- Mengatur waktu
kunjungan berikutnya
- Memberikan rencana dan
tindakan keperawatan
sesuai dengan masalah
- Kontrak waktu untuk
penkes tentang Penyakit
Hipertensi
- Klien bersedia besok tgl
15-04- 2018 jam 16.00
Wib untuk Penkes tentang
Hipertensi
KEGIATAN HOME CARE PASIEN HIPERTENSI

No Tanggal Kegiatan Masalah Rencana kegiatan Implementasi Evaluasi


1 15-04 Melakukan Klien Adalah Berikan Pendidikan Memberikan pendidikan S:
2018 Penkes pasien dengan Kesehatan tentang : kesehatan tentang : Klien mengatakan paham
tentang Dx. Hipertensi - Apa itu Hipertensi - Apa itu Hipertensi sedikit-sedikit tentang
Penyakit mengeluh ± 5 - Tanda dan Gejala - Tanda dan Gejala penyakitnya
Hipertensi bulan - Penyebab - Penyebab O:
(Home Care - Diit makanan - Diit makanan - Klien tampak kooperatif
hari ke-3) - Penatalaksanaan - Penatalaksanaan - Klien tampak menjawab
pertanyaan yang diberikan
A:
- Masalah teratasi sebagian
- Klien dapat memahami
tentang penyakitnya
P;
- Mengatur waktu untuk
kunjungan berikutnya
- Memberikan rencana dan
tindakan keperawatan
sesuai dengan masalah
klien
- Kontrak waktu untuk
Kunjungan berikutnya
- Klien bersedia besok tgl
17 April 2018 jam 16.00
Wib untuk Evaluasi
penkes
KEGIATAN HOME CARE PASIEN HIPERTENSI

No Tanggal Kegiatan Masalah Rencana kegiatan Implementasi Evaluasi


1 17-04- Melakukan Klien Adalah Kaji pemahaman dan Mengkaji pemahaman dan S :
2018 evaluasi pasien dengan pengetahuan klien pengetahuan klien tentang hasil O:
Pengetahuan Dx. Hipertensi tentang hasil penkes penkes hipertensi dengan tanya- Klien mampu menjawab
Klien setelah mengeluh ± 5 hipertensi jawab setiap pertanyaan yang
dilakukan bulan diberikan
Penkes (Home Care A:
hari ke-4) Masalah teratasi
P:
- Mengatur jadwal
kunjungan selanjutnya
- Klien bersedia tgl.18-04-
2018 jam 16.00 Wib
Penkes
KEGIATAN HOME CARE PASIEN HIPERTENSI

No Tanggal Kegiatan Masalah Rencana kegiatan Implementasi Evaluasi


1 18-04- Melakukan Klien Adalah Berikan Pendidikan - Mengkaji kemampuan pasien S:
2018 Penkes Tehnik pasien dengan Kesehatan tentang : dan TTV klien sebelum Klien mengatakan dapat
rileksasi Dx. Hipertensi - Tehnik rileksasi melakukan latihan relaksasi melakukan latihan sedikit
mengeluh ± 5 mengatasi masalah - Menjelaskan tujuan dari demi sedikit
Bulan tidur dan nyeri relaksasi O:
(Home Care - Memberikan latihan dan - Klien tampak kooperatif
hari ke-5) demonstrasikan cara relaksasi - TTV klien :
- Melakukan pendampingan - TD.180/120 mmHg
dan bantu pasien saat latihan - N. 72 x/m
relaksasi - R. 24 x/m
- Menganjurkan klien untuk - S. ºC
meredemonstrasikan teknik A:
relaksasi - Masalah teratasi sebagian
- Klien dapat melakukan
teknik relaksasi
P:
- Mengevaluasi kemampuan
klien melakukan tehnik
rileksasi dan observasi
TTV dihari kunjungan
berikutnya
- Mengatur jadwal
kunjungan selanjutnya
- Klien bersedia tgl 19-04-
2018 jam 16.00 Wib untuk
mengevaluasi kemampuan
tehnik relaksasi yang telah
diajarkan dan Penkes Diit
Makanan
KEGIATAN HOME CARE PASIEN HIPERTENSI

No Tanggal Kegiatan Masalah Rencana kegiatan Implementasi Evaluasi


1 19-04- Melakukan Klien Adalah - Kaji/evaluasi - Melakukan penkajian/evaluasi S:
2018 evaluasi akan pasien dengan kemampuan pasien kemampuan klien dalam - Klien mengatakan sudah
kemampuan Dx. Hipertensi dalam melakukan melakukan latihan rileksasi mampu melakukan tehnik
klien mengeluh ± 2 latihan Rileksasi - Melaksanakan observasi TTV rileksasi bila susah tidur
melakukan Bulan - Observasi TTV Klien dan bila terasa nyeri.
tehnik rileksasi (Home Care klien - Klien mengatakan teknik
hari ke-6) yang diajarkan sangat
bermanfaat
O:
- Klien tampak kooperatif
- TTV
TD. 160/110 mmHg
N. 72 x/m
R. 24 x/m
S. º C
A:
- Masalah teratasi sebagian
- Klien dapat melakukan
teknik Relaksasi
P:
- Mengatur jadwal
kunjungan selanjutnya
- Klien bersedia tgl 20-04-
2018 jam 16.00 Wib
Penkes Diit Makanan
KEGIATAN HOME CARE PASIEN HIPERTENSI

No Tanggal Kegiatan Masalah Rencana kegiatan Implementasi Evaluasi


1 20-04- Penkes Klien Adalah 1. Mengukur TTV klien 1. Melakukan pengukuran TTV S;
2018 tentang diit pasien dengan 2. Penkes tentang diit klien Klien mengatakan mengerti
makanan Dx. Hipertensi makanan 2. Melaksanakan Penkes tentang diit makanan untuk
mengeluh ± 5 tentang diit makanan penderita hipertensi
tahun penyakit hipertensi O:
( Home Care - Klien tampak kooperatif
hari ke-7) - TTV :
TD. 160/110 mmHg
N. 72 x/m
R. 24 x/m
S. º C
A:
Masalah teratasi sebagian
P:
- Mengatur jadwal untuk
kunjungan dan kegiatan
selanjutnya
- Mengevaluasi hasil kegiatan
Penkes diit makanan
- Klien bersedia tgl 21-04-
2018 jam 16.00 Wib
kunjungan selanjutnya
KEGIATAN HOME CARE PASIEN HIPERTENSI

No Tanggal Kegiatan Masalah Rencana kegiatan Implementasi Evaluasi


1 21-04- Evaluasi Klien Adalah - Mengukur TTV klien - Melakukan pengukuran TTV S :
2018 hasil penkes pasien dengan - Evaluasi klien O:
diit makanan Dx. Hipertensi pengetahuan klien - Melakukan evaluasi - Klien tampak kooperatif
untuk mengeluh ± 2 tentang diit makanan pengetahuan klien tentang - Klien mampu
penderita Bulan penderita hipertensi penkes yang telah dilakukan menyebutkan sebagian
hipertensi ( Home Care mengenai diit makanan makanan yang dapat
hari ke-8) penderita hipertensi dikonsumsi untuk
menurunkan tekanan
darah
- TTV :
TD. 160/110 mmHg
N. 72 x/m
R. 24 x/m
S. º C
A:
Masalah teratasi sebagian
P:
- Mengatur jadwal untuk
kunjungan selanjutnya
- Klien bersedia tgl 22-04-
2018 jam 16.00 Wib
evaluasi kegiatan yang telah
dilakukan
KEGIATAN HOME CARE PASIEN HIPERTENSI

No Tanggal Kegiatan Masalah Rencana kegiatan Implementasi Evaluasi


1 22-04- Evaluasi Klien Adalah - Observasi TTV klien 1. Melakukan pengukuran TTV S;
2018 Terminasi hasil pasien dengan - Evaluasi dan klien - Klien mengatakan
home care Dx. terminasi hasil 2. Melakukan evaluasi dan terimaksih atas kunjungan
Hipertensi kegiatan home care terminasi kegiatan yang telah yang dilakukan
mengeluh ± 2 - Yang telah dilakukan dilakukan O:
Bulan - Klien tampak koperatif
( Home - TTV :
Care hari TD. 160/110 mmHg
ke-9) N. 72 x/m
R. 24 x/m
S. º C
A:
Masalah teratasi sebagian
P:
Memberikan saran kepada
klien untuk menjaga
kesehatan dan memanfaatkan
pelayanan kesehatan

Anda mungkin juga menyukai