Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

1. 1 LATAR BELAKANG
Tuntutan kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan pada abad ke-21,
termasuk tuntutan terhadap asuhan keperawatan yang berkualitas akan semakin
besar. Dengan adanya globalisasi, dimana perpindahan penduduk antar negara
(imigrasi) dimungkinkan, menyebabkan adaya pergeseran terhadap tuntutan
asuhan keperawatan.
Keperawatan sebagai profesi memiliki landasan body of knowledge yang kuat,
yang dapat dikembangkan serta dapat diaplikasikan dalam praktek keperawatan.
Perkembangan teori keperawatan terbagi menjadi 4 level perkembangan yaitu
metha theory, grand theory, midle range theory dan practice theory.
Salah satu teori yang diungkapkan pada midle range theory adalah
Transcultural Nursing Theory. Teori ini berasal dari disiplin ilmu antropologi dan
dikembangkan dalam konteks keperawatan. Teori ini menjabarkan konsep
keperawatan yang didasari oleh pemahaman tentang adanya perbedaan nilai-nilai
kultural yang melekat dalam masyarakat. Leininger beranggapan bahwa sangatlah
penting memperhatikan keanekaragaman budaya dan nilai-nilai dalam penerapan
asuhan keperawatan kepada klien. Bila hal tersebut diabaikan oleh perawat, akan
mengakibatkan terjadinya cultural shock.
Cultural shock akan dialami oleh klien pada suatu kondisi dimana perawat
tidak mampu beradaptasi dengan perbedaan nilai budaya dan kepercayaan. Hal ini
dapat menyebabkan munculnya rasa ketidaknyamanan, ketidakberdayaan dan
beberapa mengalami disorientasi. Salah satu contoh yang sering ditemukan adalah
ketika klien sedang mengalami nyeri. Pada beberapa daerah atau negara
diperbolehkan seseorang untuk mengungkapkan rasa nyerinya dengan berteriak
atau menangis. Tetapi karena perawat memiliki kebiasaan bila merasa nyeri hanya
dengan meringis pelan, bila berteriak atau menangis akan dianggap tidak sopan,
maka ketika ia mendapati klien tersebut menangis atau berteriak, maka perawat
akan memintanya untuk bersuara pelan-pelan, atau memintanya berdoa atau malah
memarahi pasien karena dianggap telah mengganggu pasien lainnya. Kebutaan
budaya yang dialami oleh perawat ini akan berakibat pada penurunan kualitas
pelayanan keperawatan yang diberikan.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN TRANSCULTURAL NURSING


Transcultural Nursing adalah suatu area/wilayah keilmuwan budaya pada
proses belajar dan praktek keperawatan yang fokus memandang perbedaan dan
kesamaan diantara budaya dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan
pada nilai budaya manusia, kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan
untuk memberikan asuhan keperawatan khususnya budaya atau keutuhan budaya
kepada manusia (Leininger,2002).

A. Konsep Dalam Transcultural Nursing


1. Budaya adalah norma atau aturan tindakan dari anggota kelompok yang di pelajari, dan
dibagi serta memberi petunjuk dalam berfikir, bertindak dan mengambil keputusan.

2. Nilai budaya adalah keinginan individu atau tindakan yang lebih diinginkan atau sesuatu
tindakan yang dipertahankan pada suatu waktu tertentu dan melandasi tindakan dan
keputusan.

3. Perbedaan budaya dalam asuhan keperawatan merupakan bentuk yang optimal dari
pemberian asuhan keperawatan, mengacu pada kemungkinan variasi pendekatan
keperawatan yang dibutuhkan untuk memberikan asuhan budaya yang menghargai nilai
budaya individu, kepercayaan dan tindakan termasuk kepekaan terhadap lingkungan dari
individu yang datang dan individu yang mungkin kembali lagi (Leininger, 1985).

4. Etnosentris adalah persepsi yang dimiliki oleh individu yang menganggap bahwa
budayanya adalah yang terbaik diantara budaya-budaya yang dimiliki oleh orang lain.

5. Etnis berkaitan dengan manusia dari ras tertentu atau kelompok budaya yang digolongkan
menurut ciri-ciri dan kebiasaan yang lazim.

6. Ras adalah perbedaan macam-macam manusia didasarkan pada mendiskreditkan asal


muasal manusia

7. Etnografi adalah ilmu yang mempelajari budaya. Pendekatan metodologi pada penelitian
etnografi memungkinkan perawat untuk mengembangkan kesadaran yang tinggi pada
perbedaan budaya setiap individu, menjelaskan dasar observasi untuk mempelajari
lingkungan dan orang-orang, dan saling memberikan timbal balik diantara keduanya.

8. Care adalah fenomena yang berhubungan dengan bimbingan, bantuan,


dukungan perilaku pada individu, keluarga, kelompok dengan adanya kejadian
untuk memenuhi kebutuhan baik aktual maupun potensial untuk meningkatkan
kondisi dan kualitas kehidupan manusia.

9. Caring adalah tindakan langsung yang diarahkan untuk membimbing,


mendukung dan mengarahkan individu, keluarga atau kelompok pada keadaan
yang nyata atau antisipasi kebutuhan untuk meningkatkan kondisi kehidupan
manusia.
10. Cultural Care berkenaan dengan kemampuan kognitif untuk mengetahui nilai,
kepercayaan dan pola ekspresi yang digunakan untuk mebimbing, mendukung
atau memberi kesempatan individu, keluarga atau kelompok untuk
mempertahankan kesehatan, sehat, berkembang dan bertahan hidup, hidup
dalam keterbatasan dan mencapai kematian dengan damai.

11. Culturtal imposition berkenaan dengan kecenderungan tenaga kesehatan


untuk memaksakan kepercayaan, praktik dan nilai diatas budaya orang lain
karena percaya bahwa ide yang dimiliki oleh perawat lebih tinggi daripada
kelompok lain.

2.2 PARADIGMA TRANSCULTURAL NURSING


Leininger (1985) mengartikan paradigma keperawatan transcultural sebagai
cara pandang, keyakinan, nilai-nilai, konsep-konsep dalam terlaksananya asuhan
keperawatan yang sesuai dengan latar belakang budaya terhadap empat konsep
sentral keperawatan yaitu : manusia, sehat, lingkungan dan keperawatan (Andrew
and Boyle, 1995).
 Manusia
Seseorang yang diberi perawatan dan harus diperhatikan kebutuhannya
 Kesehatan
Konsep yang penting dalam perawatan transkultural
 Lingkungan
Tidak didefinisikan secara khusus, namun jika dilihat bahwa telah terwakili
dalam kebudayaan, maka lingkungan adalah inti utama dari teori Leininger
 Keperawatan
Leininger menyajikan 3 tindakan yang sebangun dengan kebudayaan klien yaitu
Cultural care preservation, accomodation dan repatterning

2.3 PROSES KEPERAWATAN TRANSCULTURAL NURSING


Model konseptual yang dikembangkan oleh Leininger dalam menjelaskan
asuhan keperawatan dalam konteks budaya digambarkan dalam bentuk matahari
terbit (Sunrise Model). Geisser (1991) menyatakan bahwa proses keperawatan ini
ini digunakan oleh perawat sebagai landasan berfikir dan memberikan solusi terhadap
masalah klien (Andrew and Boyle, 1995). Pengelolaan asuhan keperawatan dilaksanakan dari
mulai tahap pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

2.4 DIAGNOSA KEPERAWATAN TRANSCULTURAL NURSING


Diagnosa keperawatan adalah respon klien sesuai latar belakang
budayanya yang dapat dicegah, diubah atau dikurangi melalui intervensi keperawatan. (Giger
and Davidhizar, 1995). Terdapat tiga diagnosa keperawatan yang sering ditegakkan dalam
asuhan keperawatan transkultural yaitu :
1) Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan perbedaan kultur
2) Gangguan interaksi sosial berhubungan disorientasi sosiokultural
3) Ketidakpatuhan dalam pengobatan berhubungan dengan sistem nilai yang diyakini.
2.5 PERUMUSAN DIAGNOSA
Diagnosis keperawatan biasanya terdiri dari 3 komponen yaitu respon manusia, faktor
yang berhubungan, dan gejala.

Respon manusia Faktor yang berhubungan

 

Problem Etiologi

Tanda & gejala

Simptom

1. Respon Manusia (Problem), disingkat P


Respon manusia adalah respon klien dalam bentuk (bio psiko sosio spiritual) terhadap
situasi atau keadaan yang diidentifikasi oleh perawat melalui pengkajian. Respon
manusia bisa mdalam bentuk situasi atau keadaan yang mengganggu adanya keadaan
patologis dalam tubuhnya karena adanya gangguan tumbuh kembangnya sehingga
mengganggu pemenuhan kebutuhannya.

Contoh :

a) Ny.Wulan mengeluh tidak bisa tidur selama 2 hari ini karena terganggu oleh jeritan
klien di sebelahnya.
 Dari kasus diatas maka respon klien adalah gangguan pola tidur sehngga
kebutuhan tidurnya tidak terpenuhi
b) Ny.Arik mengeluh sesak nafas dan dari pemeriksaan didapatkan pengumpulan sekresi
sehingga mukus berlebih, didapatkan wheezing di paru-parunya. Frekuensi pernafasan
26 x/menit.
 Dari kasus diatas maka adanya keadaan patologis dalam diri Ny.Arik responnya
adalah ketidakefektifan jalan nafas.
2. Faktor Yang Berhubungan (Etiologi), disingkat E

Etiologi adalah identifikasi dari situasi atau keadaan patologis atau faktor tumbuh
kembang yang dianggap sebagai penyebab dari masalah. Secara menyeluruh faktor yang
berhubungan dapat di cerminkan dalam respon fisiologi yang dipengaruhi oleh unsur
psikososial, spiritual dan faktor-faktor lingkungan yang dipercaya berhubungan dengan
masalah baik sebagai penyebab ataupun faktor risiko.

Cara penulisan Etiologi meliputi beberapa hal, yaitu :

 Patofisiologi dari penyakit


Semua proses penyakit masuk dalam kategori ini
Contoh :
Ketidakmampuan berkomunikasi berhubungan dengan CVA, inubation
 Situasional (keadaan lingkungan perawatan)
Contoh :
Kurangnya pengetahuan, isolasi sosial, kurangnya penjelasan, kekurangan biaya,
kurangnya antisipasi klien dalam mengambil keputusan dan lain-lain.
 Medication (mengobatan yang diberikan)
Contoh :
Keterbatasan institusi atau rumah sakit sehingga tidak sanggup memberikan
perawatan.
3. Tanda dan Gejala (Simptom), disingkat S

Tanda dan gejala adalah data yang menunjang adanya masalah maupun etiologi dan
disebut juga karakteristik penjelas. Cara penulisan simptom dalam diagnosa keperawatan
adalah dengan kata-kata “yang dimanifestasikan dengan atau yang ditandai dengan”.
Dalam penulisan didalam diagnosa keperawatan perawat hanya boleh
mendokumentasikan tanda dan gejala yang paling sigbifikan yang berkaitan dengan
respon manusia untuk menghindari diagnosis keperawatan yang panjang.

Contoh diagnosa keperawatan :

Ketidakefektifan pembersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan dan


kentalnya sekresi trakeobronkial/paru yang dimanifestasikan /ditandai dengan sekret banyak
dan kental, adanya rokhi, frekuensi nafas meningkat 26 x/menit, tidak ada batuk.

Keterangan :

 Ketidakefektifan jalan nafas adalah problem/masalah.


 Berhubungan dengan peningkatan dan kentalnya sekresi trakeobronkial/paru
adalah etiologi
 Dimanifestasikan/ditandai dengan sekret banyak dan kental, adanya rokhi,
frekuensi nafas meningkat 26 x/menit, batuk tidak ada adalah tanda dan gejala
2.8 CONTOH KASUS TRANSCULTURAL NURSING

 Contoh Kasus Trancultural Pada Fraktur


An.A diantarkan orang tuanya ke R umah Sakit Harapan Kita. Orang tua dari
An.A mengatakan nyerinya timbul akibat anak tersebut jatuh dari sebuah pohon
keramat didesanya. Kemudian menurut kepercayaan orang sekitar An.A terjatuh akibat
didorong oleh penunggu pohon keramat tersebut. Menurut cerita yang dikatakan orang tua
An.A, saat anaknya terjatuh dari pohon langsung dibawa ke dukun, lalu dipijat menggunakan
batang sereh yang dibakar dengan bacaan doa-doa. Orang tua An.A mengatakan bahwa
anaknya dilarang mengkonsumsi makanan seperti ikan,daging, dan telur. Namun An.A masih
tampak lemah, lesu, dan tampak kesakitan, pada saat di berikan pemeriksaan kesehatan,
orang tua An.A masih terlihat kebingungan. Setelah dilakukan pemeriksaan melalaui rontgen,
hasilnya memperlihatkan bahwa terdapat retak pada tulang kering An.A.

NO. DATA ETIOLOGI MASALAH


(PENYEBAB) (PROBLEM)
1. DS : An.A An.A terjatuh dari An.A mengatakan
mengatakan nyeri pohon nyeri pda tulang
pada tulang kering keringnya
nya karena jatuh dari
pohon

DO : An.A tampak
lemas dan kesakitan

2. DS : Orang tua An.A Saat An.A terjatuh Kurangnya


mengatakan saat dari pohon langsung pengetahuan akan
An.A terjatuh dari dibawa ke dukun pengobatan yang
pohon langsung dipilih keluarga
dibawa ke dukun

DO : An.A tampak
meringis kesakitan

3. DS : Orang tua An.A Dukun desa melarang Ketidak seimbangan


mengatakan dukun An.A mengonsumsi nutrisi kurang dari
desa melarang An.A ikan, daging dan telur kebutuhan tubuh
mengonsumsi ikan,
daging dan telur

DO : An.A tampak
letih dan lesu
2.9 DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNCUL

1. Gangguan rasa nyaman dan nyeri berhubungan dengan fatigue disertai terjatuh dari
pohon
2. Kurangnya pengetahuan akan pengobatan yang dipilih keluarga berhubungan dengan
budaya animisme yang masih dominan
3. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
nutrisi yang tidak adequat

Anda mungkin juga menyukai