Isi Karet
Isi Karet
Latar Belakang
industri otomotif. Karet (Heveabrasiliensis) berasal dari benua Amerika dan saat
ini menyebar luas ke seluruh dunia. Karet dikenal di Indonesia sejak masa
lebih dari 3,4 juta hektar perkebunan karet di Indonesia, 85% di antaranya (2,9
juta hektar) merupakan perkebunan karet yang dikelola oleh rakyat atau petani
skala kecil, dan sisanya dikelola oleh perkebunan besar milik negara atau swasta
Kondisi areal karet rakyat tua tersebar di setiap kabupaten. Areal karet
tua/rusak di Provinsi Jambi seluas 171.060 ha dari total areal 557.042 ha, dengan
rendah adalah : tanaman karet rakyat sebagian besar sudah tua dan selama ini
Luas lahan karet yang dimiliki Indonesia mencapai 3-3,5 juta hektar. Ini
merupakan luas lahan karet terluas di dunia. Sementara luas lahan karet di
Thailand sekitar 2 juta hektar, Malaysia sekitar 1,3 juta hektar. Sayangnya
perluasan karet yang luas ini tidak diimbangi dengan produktivitas yang baik.
Produktivitas luas karet di Indonesia rata-ratab rendah dan mutu karet yang
perekonomian nasional, yaitu sebagai sumber devisa, sumber bahan baku industri,
komoditi karet ini dimasa yang akan datang, maka upaya untuk meningkatakan
pendapatan petani melalui perluasan tanaman karet dan peremajaaan kebun bisa
merupakan langkah yang efektif untuk dilaksanakan. Guna mendukung hal ini,
perlu diadakan bantuan yang bisa memberikan modal bagi petani atau pekebun
Eksistensi hara dalam tanah sangat erat kaitannya dengan daur hara yang
terjadi di dalam tanah. Hara dari dalam tanah berasal dari pelapukan mineral
batuan dan berasal dari dekomposisi bahan organik baik manusia, hewan maupun
tumbuhan. Di areal perkebunan karet hara yang ada dalam tanah diserap dalam
bentuk ion oleh tanaman karet dan terakumulasi atau terimmobilisasi sebagai
tanaman tetapi pada suatu waktu dapat kembali lagi ke tanah apabila tanaman
kehilangan hara. Tanaman karet yang berumur 190 bulan dengan kerapatan 335
tegakan/ha di dalam jaringan tubuhnya terakumulasi hara yang setara dengan
Akumulasi hara juga terjadi di dalam tanaman kacangan penutup tanah (LCC)
Tanaman karet di Indonesia, yang memproduksi 1,2 juta pada tahun 1988,
untuk parameter seperti ph, bod, cod, ss dan amonia nitrogen untuk kedua lateks
Tujuan Percobaan
Kegunaan Penulisan
Adapun kegunaan penulisan ini adalah sebagai salah satu syarat untuk
utara, medan serta sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan
Hipotesis Percobaan
• Media yang digunakan adalah Top Soil dan Pasir dengan Perbanding (2:1)
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman
Tanaman karet memiliki sistem perakaran yang terdiri dari akar tunggang,
akar lateral yang menempel pada akar tunggang dan akar serabut. Pada tanaman
yang berumur 3 tahun kedalaman akar tunggang sudah mencapai 1,5 m. Apabila
kedalaman lebih dari 2,5 m. Pada konsisi tanah yang gembur akar lateral dapat
berkembang sampai pada kedalaman 40-80 cm. Akar lateral berfungsi untuk
menyerap air dan unsur hara dari tanah. Pada tanah yang subur akar serabut masih
dijumpai sampai kedalaman 45 cm. Akar serabut akan mencapai jumlah yang
maksimum pada musim semi dan pada musim gugur mencapai jumlah minimum
diameter batang yang cukup besar. Umumnya, batang karet tumbuh lurus ke atas
Daun karet berwarna hijau. Apabila akan rontok berubah warna menjadi
kuning atau merah. Daun mulai rontok apabila memasuki musim kemarau. Daun
karet terdiri dari tangkai daun utama dan tangkai anak daun. Panjang tangkai daun
utama sekitar 3-20 cm. Panjang tangkai anak daun sekitar 3-10 cm. Biasanya
terdapat 3 anak daun pada setiap helai daun karet. Anak daun karet berbentuk
elips, memanjang dengan ujung yang meruncing, tepinya rata dan tidak tajam
Karet termasuk bunga yang sempurna karena memiliki bunga jantan dan
betina dalam satu pohon, terdapat dalam malai payung yang jarang. Pangkal
tenda bunga berbentuk lonceng dan diujungnya terdapat lima taju yang
sempit. Bunga betina berambut viit dengan ukuran sedikit lebih besar
dibandingkan dengan jantannya dan mengandung bakal buah yang beruang tiga
enam ruang. Garis tengah buah sekitar 3-5 cm. Bila telah masak, maka buah akan
pengembangbiakan tanaman karet secara alami yaitu biji terlontar sampai jauh
dan akan tumbuh dalam lingkungan yang mendukung (Marsono dan Sigit, 2005).
vegetatif (okulasi). Biji yang akan dipakai untuk bibit, terutama untuk penyediaan
Syarat Tumbuh
Iklim
Tanaman karet adalah tanaman daerah tropis yang tumbuh antara 15° LS
dan 15° LU. Tanaman ini tumbuh optimal di dataran rendah antara 0-200 meter
200 m – 400 m dari permukaan laut (dpl). Pada ketinggian > 400 m dpl dan suhu
harian lebih dari 30oC, akan mengakibatkan tanaman karet tidak bisa tumbuh
Curah hujan tahunan yang cocok untuk pertumbuhan tanaman karet tidak
kurang dari 2000 mm. Optimal antara 2000 – 4000 mm/tahun, yakni pada
ketinggian sampai 200 m diatas permukaan laut. Untuk pertumbuhan karet yang
baik memerlukan suhu antara 250- 350 C, dengan suhu optimal rata-rata 280C.
yang berasal dari klon-klon tertentu yang peka terhadap angin kencang
(Setyamidjaja, 1993).
Kelembaban nisbi (RH) yang sesuai untuk tanaman karet adalah rata-rata
berkisar diantara 75-90%. Lama penyinaran dan intensitas cahaya matahari sangat
faktor pembatas adalah kurangnya air, sebaliknya di daerah yang terlalu banyak
hujan, cahaya matahari menjadi faktor pembatas. Dalam sehari tanaman karet
membutuhkan sinar matahari dengan intensitas yang cukup paling tinggi antara 5
– 7 jam. Angin yang bertiup kencang dapat mengakibatkan patah batang, cabang
Tanaman karet dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah, baik pada tanah-
tanah vulkanis muda ataupun vulkanis tua, aluvial dan bahkan tanah gambut.
terutama dari segi struktur, tekstur, solum, kedalaman air tanah, aerasi dan
drainasemya. Akan tetapi, sifat-sifat kimianya umumnya cukup subur. Tetapi sifat
(Setyamidjaja, 1993).
kurang baik sehingga drainase dan aerasenya kurang baik. Tanah-tanah kurang
subur seperti podsolik merah kuning yang ada di negeri ini dengan bantuan
Tanaman karet bukanlah tanaman manja, dapat tumbuh pada tanah – tanah
yang mempunyai sifat fisik baik, atau sifat fisiknya dapat diperbaiki. Tanah yang
permukaan air tanah rendah. Sangat toleran terhadap kemasaman tanah, dapat
tumbuh pada pH 3,8 hingga 8,0, tetapi pada pH yang lebih tinggi sangat menekan
mempersyaratkan sifat fisik tanah dibandingkan dengan sifat kimianya. Hal ini
disebabkan perlakuan kimia tanah agar sesuai dengan syarat tumbuh tanaman
karet baik tanah vulkanis muda dan tua, bahkan pada tanah gambut < 2 m. Tanah
vulkanis mempunyai sifat fisika yang cukup baik terutama struktur, tekstur,
sulum, kedalaman air tanah, aerasi dan drainasenya, tetapi sifat kimianya secara
umum kurang baik karena kandungan haranya rendah. Tanah alluvial biasanya
cukup subur, tetapi sifat fisikanya terutama drainase dan aerasenya kurang baik.
Reaksi tanah berkisar antara pH 3,0 ‐ pH 8,0 tetapi tidak sesuai pada pH < 3,0 dan
vegetatif suatu tanaman sehingga ciri-ciri dari tanaman tersebut merupakan ciri-
ciri dari tanaman induknya. Untuk memperoleh tanaman karet yang seragam di
memerlukan bibit hasilk okulasi yang entresnya diambil dari kebun entres yang
Bibit karet klonal atau stum okulasi mata tidur (OMT) adalah
pembibitan main nursery yang menggunakan batang bawah yang telah diokulasi
dengan mata okulasi terpilih. Stum okulasi mata tidur tahan hidup, seragam,
mudah dikemas, mudah diatur dan mudah diangkut. Bibit karet yang akan ditanan
di lapang harus berasal dari klon unggul yang terpilih, pertumbuhan bibit dalam
Kriteria bibit stump mata tidur yang baik yaitu memiliki akar tunggang
lurus, tidak bercabang, panjang minimal 35 cm dan akar lateral yang disisakan
panjangnya 5 cm, tinggi batang di atas okulasi sekitar 5-7 cm, memiliki diameter
batang sekitar 2,5 cm. Bagian bekas pemotongan diolesi TB 192 atau parafin,
apabila diperoleh pada bagian okulasi berwarna hijau, jika bibit memiliki akar
tunggang lebih dari satu, pilih satu akar tunggang yang paling baik dan yang
sebagai batang bawah. Setelah mencapai umur 9-12 bulan, batang bawah
diokulasi dengan mata entres yang diambil dari kebun induk yang terpilih. Setelah
tempat tumbuhnya setelah tempelan okulasi dipastikan hidup. Setelah okulasi jadi,
(Suylistya, 2005).
Kompos
Kompos memiliki fungsi kimia yang penting seperti: (1) penyediaan hara
makro (N, P, K, Ca, Mg, dan S) dan mikro seperti Zn, Cu, Mo, Co, B, Mn, dan Fe,
organic diserap oleh tanaman melalui akar. Pemberian nitrogen yang tepat dapat
membentuk bagian-bagian penting tanaman seperti batang, daun dan akar. Jika N
terpenuhi sintesis protein dan pembentukan sel-sel baru dapat tercapai sehingga
molekul klorofil dan aktivator enzim juga berperan dalam proses fotosintesis
pertumbuhan dan perkembangannya, seperti unsur hara N dan P yang ada pada
bahan organik walaupun dalam jumlah sedikit, maka pemberian bahan organik
harus lebih banyak dosisnya. Nitrogen (N) berperan sebagai penyusun protein dan
Fosfor (P) yang penting dalam transfer energi diperlukan untuk kegiatan fisiologis
tanaman dapat menjadi besar. Namun jika jumlah unsur hara yang tersedia belum
pemanjangan sel sehingga tanaman dapat menjadi besar. Namun jika jumlah unsur
hara yang tersedia belum mencukupi kebutuhan bibit, maka kurang mendukung
tidak berproduksi lagi. Tanpa pemupukan produksi karet tidak akan maksimal.
Jika pada masa komposisi I atau sebelum disadap tanaman karet harus dipupuk,
kelapa sawit sebagai objek percobaan, kompos sebagai campuran media tanam,
top soil dan sub soil sebagai bahan campuran media tanam, air untuk menyiram
Adapun alat yang digunakan pada percobaan ini adalah cangkul untuk
mengaduk media tanam, gembor sebagai wadah air untuk menyiram tanaman,
ayakan pasir untuk mengayak media tanam, jangka sorong untuk mengukur
merekatkan label, Timbangan untuk menimbang berat kompos, alat tulis dan buku
Metode Penelitian
perlakuan :
K0 :
K1 :
K2 :
K3 :
K4 :
K0 K1 K2 K3 K4
Jumlah ulangan :3
Persiapan Lahan
Media tanam yang digunakan adalah pasir, topsoil, dan kompos. Media
Penanaman
Stum karet ditanam pada bulan Maret 2015 dalam polibag berukuran 10
kg. Pada masing – masing polibag diberikan air sedikit untuk melembapi media
Pemeliharaan Tanaman
Penyiraman
Penyiangan
Pengamatan Parameter
Kecepatan Melentis
Kecepatan melentis diamati setiap hari dari hari pertama tanam hingga 30
hari setelah tanaman. Dicatat hari keberapa mata tunas yang melentis dari semua
tanaman.
MST.Daun yang dihitung adalah daun yang telah terbuka sempurna yaitu keadaan
dimulai dari atas permukaan tanah hingga ujung daun dan dilakukan satu kali
Diameter Tunas
Pengukuran diambil dibagian tengah tunas dan dilakukan satu kali dalam
Budi, Gede W., Ilahang, Ratna A., Laxman J., Eric P., dan Janudianto. 2008.
Pembangunan Kebun Wanatani Berbasis Karet Klonal
www.worldagroforestry.org/pdf. Diakses pada tanggal 6 April 2014
Janudianto, Andi P., Horas N., Subekti R. 2013. Panduan Budidaya Karet untuk
Petani Skala Kecil. www.worldagroforestry.org/pdf. Diakses pada tanggal
17 Maret 2014
Kasno,A., Sri R dan Bambang H.P. 2009. Deposit, Penyebaran, dan Karakteristik
Posfat Alam. www.balai.litbang.deptan.ac.id/pdf. Diakses pada tanggal 5
April 2014
Sulistya I.I. 2005. Bibit Karet Klonal dalam Polibag Cocok untuk Lahan Bekas
Hutan. Balai Penilitian Getas, Salatiga
Teddy M. S, Sri R dan Achmad R. 2009. Pemanfaatan Fosfat Alam Ditinjau Dari
Aspek Lingkungan.www.balai.litbang.deptan.ac.id/pdf. Diakses pada
tanggal 5 April 2014
Thia, C.E ang Len R.G. 1992. Waste Management in the Coastal Areas of The
ASEAN Region. Ministry of Environment ASEAN centre, Philliphines
Tim Penulis PS. 2008. Panduan Lengkap Karet. Penebar Swadaya, Jakarta