Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN PENDAHULUAN APENDISITIS

KONSEP DASAR PENYAKIT


A. DEFINISI
Appendiks adalah ujung seperti jari yang kecil panjangnya kira-kira 10 cm (94
inci), melekat pada sekum tepat di bawah katup ileosekal. Appendiks berisi makanan
dan mengosongkan diri secara teratur ke dalam sekum. Karena pengosongannya tidak
efektif dan lumennya kecil, appendiks cenderung menjadi tersumbat dan rentan
terhadap infeksi. (Smeltzer, 2002).
Apendisitis adalah peradangan dari apendiks vermivormis, dan merupakan
penyebab abdomen akut yang paling sering. Penyakit ini dapat mengenai semua umur
baik laki-laki maupun perempuan, tetapi lebih sering menyerang laki-laki berusia
antara 10 sampai 30 tahun (Mansjoer, Arief,dkk, 2007).
Apendisitis adalah infeksi pada appendiks karena tersumbatnya lumen oleh
fekalith (batu feces), hiperplasi jaringan limfoid, dan cacing usus. Obstruksi lumen
merupakan penyebab utama Apendisitis. Erosi membran mukosa appendiks dapat
terjadi karena parasit seperti Entamoeba histolytica, Trichuris
trichiura, danEnterobius vermikularis (Ovedolf, 2006).
Apendisitis merupakan inflamasi apendiks vermiformis, karena struktur yang
terpuntir, appendiks merupakan tempat ideal bagi bakteri untuk berkumpul dan
multiplikasi (Chang, 2010)
Apendisitis merupakan inflamasi di apendiks yang dapt terjadi tanpa penyebab
yang jelas, setelah obstruksi apendiks oleh feses atau akibat terpuntirnya apendiks atau
pembuluh darahya (Corwin, 2009).

B. ETIOLOGI
Apendisitis belum ada penyebab yang pasti atau spesifik tetapi ada factor
prediposisi yaitu:
a. Faktor yang tersering adalah obstruksi lumen. Pada umumnya obstruksi ini terjadi
karena:
1) Hiperplasia dari folikel limfoid, ini merupakan penyebab terbanyak.
2) Adanya faekolit dalam lumen appendiks
3) Adanya benda asing seperti biji-bijian
4) Striktura lumen karena fibrosa akibat peradangan sebelumnya.
b. Infeksi kuman dari colon yang paling sering adalah E. Coli dan Streptococcus
c. Laki-laki lebih banyak dari wanita. Yang terbanyak pada umur 15-30 tahun (remaja
dewasa). Ini disebabkan oleh karena peningkatan jaringan limpoid pada masa
tersebut.
d. Tergantung pada bentuk apendiks:
1) Appendik yang terlalu panjang
2) Massa appendiks yang pendek
3) Penonjolan jaringan limpoid dalam lumen appendiks
4) Kelainan katup di pangkal appendiks
(Nuzulul, 2009)

C. KLASIFIKASI
a. Apendisitis akut
Apendisitis akut adalah : radang pada jaringan apendiks. Apendisitis akut
pada dasarnya adalah obstruksi lumen yang selanjutnya akan diikuti oleh proses
infeksi dari apendiks.
Penyebab obstruksi dapat berupa :
1) Hiperplasi limfonodi sub mukosa dinding apendiks.
2) Fekalit
3) Benda asing
4) Tumor.
Adanya obstruksi mengakibatkan mucin / cairan mukosa yang diproduksi tidak
dapat keluar dari apendiks, hal ini semakin meningkatkan tekanan intra luminer
sehingga menyebabkan tekanan intra mukosa juga semakin tinggi.
Tekanan yang tinggi akan menyebabkan infiltrasi kuman ke dinding apendiks
sehingga terjadi peradangan supuratif yang menghasilkan pus / nanah pada
dinding apendiks.Selain obstruksi, apendisitis juga dapat disebabkan oleh
penyebaran infeksi dari organ lain yang kemudian menyebar secara hematogen
ke apendiks.
b. Apendisitis Purulenta (Supurative Appendicitis)
Tekanan dalam lumen yang terus bertambah disertai edema menyebabkan
terbendungnya aliran vena pada dinding appendiks dan menimbulkan trombosis.
Keadaan ini memperberat iskemia dan edema pada apendiks. Mikroorganisme
yang ada di usus besar berinvasi ke dalam dinding appendiks menimbulkan
infeksi serosa sehingga serosa menjadi suram karena dilapisi eksudat dan fibrin.
Pada appendiks dan mesoappendiks terjadi edema, hiperemia, dan di dalam
lumen terdapat eksudat fibrinopurulen. Ditandai dengan rangsangan peritoneum
lokal seperti nyeri tekan, nyeri lepas di titik Mc Burney, defans muskuler, dan
nyeri pada gerak aktif dan pasif. Nyeri dan defans muskuler dapat terjadi pada
seluruh perut disertai dengan tanda-tanda peritonitis umum.
c. Apendisitis kronik
Diagnosis apendisitis kronik baru dapat ditegakkan jika dipenuhi semua
syarat : riwayat nyeri perut kanan bawah lebih dari dua minggu, radang kronik
apendiks secara makroskopikdan mikroskopik, dan keluhan menghilang satelah
apendektomi.
Kriteria mikroskopik apendiksitis kronik adalah fibrosis menyeluruh dinding
apendiks, sumbatan parsial atau total lumen apendiks, adanya jaringan parut dan
ulkus lama dimukosa, dan infiltrasi sel inflamasi kronik. Insidens apendisitis
kronik antara 1-5 persen.
d. Apendissitis rekurens
Diagnosis rekuren baru dapat dipikirkan jika ada riwayat serangan nyeri
berulang di perut kanan bawah yang mendorong dilakukan apeomi dan hasil
patologi menunjukan peradangan akut. Kelainan ini terjadi bila serangn
apendisitis akut pertama kali sembuh spontan. Namun, apendisitis tidak perna
kembali ke bentuk aslinya karena terjadi fribosis dan jaringan parut. Resiko untuk
terjadinya serangn lagi sekitar 50 persen. Insidens apendisitis rekurens biasanya
dilakukan apendektomi yang diperiksa secara patologik.
Pada apendiktitis rekurensi biasanya dilakukan apendektomi karena
sering penderita datang dalam serangan akut.
e. Mukokel Apendiks
Mukokel apendiks adalah dilatasi kistik dari apendiks yang berisi musin
akibat adanya obstruksi kronik pangkal apendiks, yang biasanya berupa jaringan
fibrosa. Jika isi lumen steril, musin akan tertimbun tanpa infeksi. Walaupun
jarang,mukokel dapat disebabkan oleh suatu kistadenoma yang dicurigai bisa
menjadi ganas.
Penderita sering datang dengan eluhan ringan berupa rasa tidak enak di
perut kanan bawah. Kadang teraba massa memanjang di regio iliaka kanan. Suatu
saat bila terjadi infeksi, akan timbul tanda apendisitis akut. Pengobatannya adalah
apendiktomi.
f. Tumor Apendiks/Adenokarsinoma apendiks
Penyakit ini jarang ditemukan, biasa ditemukan kebetulan sewaktu
apendektomi atas indikasi apendisitis akut. Karena bisa metastasis ke limfonodi
regional, dianjurkan hemikolektomi kanan yang akan memberi harapan hidup
yang jauh lebih baik dibanding hanya apendektomi.
g. Karsinoid Apendiks
Ini merupakan tumor sel argentafin apendiks. Kelainan ini jarang
didiagnosis prabedah,tetapi ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan
patologi atas spesimen apendiks dengan diagnosis prabedah apendisitis akut.
Sindrom karsinoid berupa rangsangan kemerahan (flushing) pada muka, sesak
napas karena spasme bronkus, dan diare ynag hanya ditemukan pada sekitar 6%
kasus tumor karsinoid perut. Sel tumor memproduksi serotonin yang
menyebabkan gejala tersebut di atas.
Meskipun diragukan sebagai keganasan, karsinoid ternyata bisa
memberikan residif dan adanya metastasis sehingga diperlukan opersai radikal.
Bila spesimen patologik apendiks menunjukkan karsinoid dan pangkal tidak
bebas tumor, dilakukan operasi ulang reseksi ileosekal atau hemikolektomi kanan

D. PATOFISIOLOGI
Apendisitis biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen apendiks oleh
hiperplasia folikel limfoid, fekalit, benda asing, striktur karena fibrosis akibat
peradangan sebelumnya, atau neoplasma.
Obstruksi tersebut menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa
mengalami bendungan. Makin lama mukus tersebut makin banyak, namun
elastisitas dinding apendiks mempunyai keterbatasan sehingga menyebabkan
penekanan tekanan intralumen. Tekanan yang meningkat tersebut akan
menghambat aliran limfe yang mengakibatkan edema, diapedesis bakteri, dan
ulserasi mukosa. Pada saat inilah terjadi terjadi apendisitis akut fokal yang ditandai
oleh nyeri epigastrium.
Bila sekresi mukus terus berlanjut, tekanan akan terus meningkat. Hal
tersebut akan menyebabkan obstruksi vena, edema bertambah, dan bakteri akan
menembus dinding. Peradangan yang timbul meluas dan mengenai peritoneum
setempat sehingga menimbulkan nyeri di daerah kanan bawah. Keadaan ini disebut
dengan apendisitis supuratif akut.
Bila kemudian aliran arteri terganggu akan terjadi infark dinding apendiks
yang diikuti dengan gangren. Stadium ini disebut dengan apendisitis gangrenosa.
Bila dinding yang telah rapuh itu pecah, akan terjadi apendisitis perforasi.
Bila semua proses di atas berjalan lambat, omentum dan usus yang
berdekatan akan bergerak ke arah apendiks hingga timbul suatu massa lokal yang
disebut infiltrat apendikularis. Peradangan apendiks tersebut dapat menjadi abses
atau menghilang. Pada anak-anak, karena omentum lebih pendek dan apediks lebih
panjang, dinding apendiks lebih tipis. Keadaan tersebut ditambah dengan daya
tahan tubuh yang masih kurang memudahkan terjadinya perforasi. Sedangkan
pada orang tua perforasi mudah terjadi karena telah ada gangguan pembuluh darah
(Mansjoer, 2007) .
F. MANIFESTASI KLINIS
a. Nyeri kuadran bawah terasa dan biasanya disertai dengan demam ringan, mual,
muntah dan hilangnya nafsu makan.
b. Nyeri tekan local pada titik McBurney bila dilakukan tekanan.
c. Nyeri tekan lepas dijumpai.
d. Terdapat konstipasi atau diare.
e. Nyeri lumbal, bila appendiks melingkar di belakang sekum.
f. Nyeri defekasi, bila appendiks berada dekat rektal.
g. Nyeri kemih, jika ujung appendiks berada di dekat kandung kemih atau ureter.
h. Pemeriksaan rektal positif jika ujung appendiks berada di ujung pelvis.
i. Tanda Rovsing dengan melakukan palpasi kuadran kiri bawah yang secara
paradoksial menyebabkan nyeri kuadran kanan.
j. Apabila appendiks sudah ruptur, nyeri menjadi menyebar, disertai abdomen
terjadi akibat ileus paralitik.
k. Pada pasien lansia tanda dan gejala appendiks sangat bervariasi. Pasien mungkin
tidak mengalami gejala sampai terjadi ruptur appendiks.

G. KOMPLIKASI
Komplikasi terjadi akibat keterlambatan penanganan Apendisitis. Faktor
keterlambatan dapat berasal dari penderita dan tenaga medis. Faktor penderita
meliputi pengetahuan dan biaya, sedangkan tenaga medis meliputi kesalahan
diagnosa, menunda diagnosa, terlambat merujuk ke rumah sakit, dan terlambat
melakukan penanggulangan. Kondisi ini menyebabkan peningkatan angka
morbiditas dan mortalitas. Proporsi komplikasi Apendisitis 10-32%, paling sering
pada anak kecil dan orang tua. Komplikasi 93% terjadi pada anak-anak di bawah
2 tahun dan 40-75% pada orang tua. CFR komplikasi 2-5%, 10-15% terjadi pada
anak-anak dan orang tua.43 Anak-anak memiliki dinding appendiks yang masih
tipis, omentum lebih pendek dan belum berkembang sempurna memudahkan
terjadinya perforasi, sedangkan pada orang tua terjadi gangguan pembuluh darah.
Adapun jenis komplikasi diantaranya:
a. Abses
Abses merupakan peradangan appendiks yang berisi pus. Teraba massa
lunak di kuadran kanan bawah atau daerah pelvis. Massa ini mula-mula berupa
flegmon dan berkembang menjadi rongga yang mengandung pus. Hal ini terjadi bila
Apendisitis gangren atau mikroperforasi ditutupi oleh omentum
b. Perforasi
Perforasi adalah pecahnya appendiks yang berisi pus sehingga bakteri
menyebar ke rongga perut. Perforasi jarang terjadi dalam 12 jam pertama sejak awal
sakit, tetapi meningkat tajam sesudah 24 jam. Perforasi dapat diketahui praoperatif
pada 70% kasus dengan gambaran klinis yang timbul lebih dari 36 jam sejak sakit,
panas lebih dari 38,50C, tampak toksik, nyeri tekan seluruh perut, dan leukositosis
terutamapolymorphonuclear (PMN). Perforasi, baik berupa perforasi bebas maupun
mikroperforasi dapat menyebabkan peritonitis.
c. Peritononitis
Peritonitis adalah peradangan peritoneum, merupakan komplikasi berbahaya
yang dapat terjadi dalam bentuk akut maupun kronis. Bila infeksi tersebar luas pada
permukaan peritoneum menyebabkan timbulnya peritonitis umum. Aktivitas
peristaltik berkurang sampai timbul ileus paralitik, usus meregang, dan hilangnya
cairan elektrolit mengakibatkan dehidrasi, syok, gangguan sirkulasi, dan oligouria.
Peritonitis disertai rasa sakit perut yang semakin hebat, muntah, nyeri abdomen,
demam, dan leukositosis.

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Laboratorium
Terdiri dari pemeriksaan darah lengkap dan C-reactive protein (CRP).
Pada pemeriksaan darah lengkap ditemukan jumlah leukosit antara 10.000-
18.000/mm3 (leukositosis) dan neutrofil diatas 75%, sedangkan pada CRP
ditemukan jumlah serum yang meningkat. CRP adalah salah satu komponen
protein fase akut yang akan meningkat 4-6 jam setelah terjadinya proses
inflamasi, dapat dilihat melalui proses elektroforesis serum protein. Angka
sensitivitas dan spesifisitas CRP yaitu 80% dan 90%.
b. Radiologi
Terdiri dari pemeriksaan ultrasonografi (USG) dan Computed
Tomography Scanning(CT-scan). Pada pemeriksaan USG ditemukan bagian
memanjang pada tempat yang terjadi inflamasi pada appendiks, sedangkan pada
pemeriksaan CT-scan ditemukan bagian yang menyilang dengan fekalith dan
perluasan dari appendiks yang mengalami inflamasi serta adanya pelebaran
sekum. Tingkat akurasi USG 90-94% dengan angka sensitivitas dan spesifisitas
yaitu 85% dan 92%, sedangkan CT-Scan mempunyai tingkat akurasi 94-100%
dengan sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi yaitu 90-100% dan 96-97%.
c. Analisa urin bertujuan untuk mendiagnosa batu ureter dan kemungkinan infeksi
saluran kemih sebagai akibat dari nyeri perut bawah.
d. Pengukuran enzim hati dan tingkatan amilase membantu mendiagnosa
peradangan hati, kandung empedu, dan pankreas.
e. Serum Beta Human Chorionic Gonadotrophin (B-HCG) untuk memeriksa
adanya kemungkinan kehamilan.
f. Pemeriksaan barium enema untuk menentukan lokasi sekum. Pemeriksaan
Barium enema dan Colonoscopy merupakan pemeriksaan awal untuk
kemungkinan karsinoma colon.
g. Pemeriksaan foto polos abdomen tidak menunjukkan tanda pasti Apendisitis,
tetapi mempunyai arti penting dalam membedakan Apendisitis dengan obstruksi
usus halus atau batu ureter kanan.

I. PENATALAKSANAAN MEDIS
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada penderita Apendisitis meliputi
penanggulangan konservatif dan operasi.
a. Penanggulangan konservatif
Penanggulangan konservatif terutama diberikan pada penderita yang tidak
mempunyai akses ke pelayanan bedah berupa pemberian antibiotik. Pemberian
antibiotik berguna untuk mencegah infeksi. Pada penderita Apendisitis perforasi,
sebelum operasi dilakukan penggantian cairan dan elektrolit, serta pemberian
antibiotik sistemik
b. Operasi
Bila diagnosa sudah tepat dan jelas ditemukan Apendisitis maka tindakan yang
dilakukan adalah operasi membuang appendiks (appendektomi). Penundaan
appendektomi dengan pemberian antibiotik dapat mengakibatkan abses dan
perforasi. Pada abses appendiks dilakukan drainage (mengeluarkan nanah).
c. Pencegahan Tersier
Tujuan utama dari pencegahan tersier yaitu mencegah terjadinya komplikasi
yang lebih berat seperti komplikasi intra-abdomen. Komplikasi utama adalah infeksi
luka dan abses intraperitonium. Bila diperkirakan terjadi perforasi maka abdomen
dicuci dengan garam fisiologis atau antibiotik. Pasca appendektomi diperlukan
perawatan intensif dan pemberian antibiotik dengan lama terapi disesuaikan dengan
besar infeksi intra-abdomen.
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian Keperawatan
Wawancara untuk mendapatkan riwayat kesehatan dengan cermat khususnya
mengenai:
a. Keluhan utama klien akan mendapatkan nyeri di sekitar epigastrium menjalar ke
perut kanan bawah. Timbul keluhan Nyeri perut kanan bawah mungkin beberapa
jam kemudian setelah nyeri di pusat atau di epigastrium dirasakan dalam beberapa
waktu lalu.Sifat keluhan nyeri dirasakan terus-menerus, dapat hilang atau timbul
nyeri dalam waktu yang lama. Keluhan yang menyertai biasanya klien mengeluh
rasa mual dan muntah, panas.
b. Riwayat kesehatan masa lalu biasanya berhubungan dengan masalah. kesehatan
klien sekarang.
c. Diet,kebiasaan makan makanan rendah serat.
d. Kebiasaan eliminasi.
e. Pemeriksaan Fisik
 Pemeriksaan fisik keadaan umum klien tampak sakit ringan/sedang/berat.
 Sirkulasi : Takikardia.
 Respirasi : Takipnoe, pernapasan dangkal.
f. Aktivitas/istirahat : Malaise.
g. Eliminasi : Konstipasi pada awitan awal, diare kadang-kadang.
h. Distensi abdomen, nyeri tekan/nyeri lepas, kekakuan, penurunan atau tidak ada
bising usus.
i. Nyeri/kenyamanan, nyeri abdomen sekitar epigastrium dan umbilicus, yang
meningkat berat dan terlokalisasi pada titik Mc. Burney, meningkat karena
berjalan, bersin, batuk, atau napas dalam. Nyeri pada kuadran kanan bawah karena
posisi ekstensi kaki kanan/posisi duduk tegak.
j. Demam lebih dari 38oC.
k. Data psikologis klien nampak gelisah.
l. Ada perubahan denyut nadi dan pernapasan.
m. Pada pemeriksaan rektal toucher akan teraba benjolan dan penderita merasa nyeri
pada daerah prolitotomi.
n. Berat badan sebagai indicator untuk menentukan pemberian obat.

2. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul


a. Pre operasi
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologi (distensi jaringan
intestinal oleh inflamasi)
2) Perubahan pola eliminasi (konstipasi) berhubungan dengan penurunan
peristaltik.
3) Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake
menurun.
4) Ansietas berhubungan dengan akan dilaksanakan operasi.
5) Hipertermi berhubungan dengan penyakit
b. Post operasi
1) Nyeri berhubungan dengan agen injuri fisik (luka insisi post operasi
appenditomi).
2) Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasif (insisi post
pembedahan).
3) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keterbatasan fisik .
3. Rencana Keperawatan
PRE OPERASI
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN NOC NIC
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri NOC NIC
biologi (distensi jaringan intestinal oleh  Pain Level Pain Management
inflamasi)  Pain control  Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
Definisi : Pengalaman sensori dan emosional  Comfort level termasuk lokasi, karakteristik, durasi frekuensi,
yang tidak menyenangkan yang muncul kualitas dan faktor presipitasi
akibat kerusakan jaringan yang aktual atau Kriteria Hasil :  Observasi reaksi nonverbal dan
potensial atau digambarkan dalam hal  Mampu mengontrol nyeri (tahu ketidaknyamanan
kerusakan sedemikian rupa (International penyebab nyeri, mampu menggunakan  Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk
Association for the study of Pain): awitan tehnik nonfarmakologi untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien
yang tiba-tiba atau lambat dan intensitas mengurangi nyeri, mencari bantuan)  Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
ringan hingga berat dengan akhir yang dapat  Melaporkan bahwa nyeri berkurang  Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
diantisipasi atau diprediksi dan berlangsung dengan menggunakan manajemen  Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain
<6 bulan nyeri tentang ketidakefektifan kontrol nyeri masa
 Mampu mengenali nyeri (skala, Iampau
Batasan Karakteristik : intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)  Bantu pasierl dan keluarga untuk mencari dan
 Perubahan selera makan  Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri menemukan dukungan
 Perubahan tekanan darah berkurang  Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi
 Perubahan frekwensi jantung - nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan
 Perubahan frekwensi pernapasan kebisingan
 Laporan isyarat  Kurangi faktor presipitasi nyeri
 Diaforesis  Pilih dan lakukan penanganan nyeri
 Perilaku distraksi (mis,berjaIan mondar- (farmakologi, non farmakologi dan inter
mandir mencari orang lain dan atau personal)
aktivitas lain, aktivitas yang berulang)  Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan
 Mengekspresikan perilaku (mis, gelisah, intervensi
merengek, menangis)  Ajarkan tentang teknik non farmakologi
 Masker wajah (mis, mata kurang  Berikan anaIgetik untuk mengurangi nyeri
bercahaya, tampak kacau, gerakan mata  Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
berpencar atau tetap pada satu fokus  Tingkatkan istirahat
meringis)  Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan
 Sikap melindungi area nyeri dan tindakan nyeri tidak berhasil
 Fokus menyempit (mis, gangguan  Monitor penerimaan pasien tentang manajemen
persepsi nyeri, hambatan proses berfikir, nyeri
penurunan interaksi dengan orang dan Analgesic Administration
lingkungan)  Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan
 Indikasi nyeri yang dapat diamati derajat nyeri sebelum pemberian obat
 Perubahan posisi untuk menghindari  Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis,
nyeri dan frekuensi
 Sikap tubuh melindungi  Cek riwayat alergi
 Dilatasi pupil  Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi
 Melaporkan nyeri secara verbal dari analgesik ketika pemberian lebih dari satu
 Gangguan tidur  Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan
beratnya nyeri
Faktor Yang Berhubungan :  Tentukan analgesik pilihan, rute pemberian, dan
 Agen cedera (mis, biologis, zat kimia, dosis optimal
fisik, psikologis)  Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri secara teratur
 Monitor vital sign sebelum dan sesudah
pemberian analgesik pertama kali
 Berikan analgesik tepat waktu terutama saat
nyeri hebat
 Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan gejala

2. Konstipasi NOC NIC


 Bowel elimination Constipation/Impaction Management
Definisi : Penurunan pada frekwensi normal  Hydration  Monitor tanda dan gejala konstipasi
defakasi yang disetai oleh kesulitan atau  Monior bising usus
pengeluaran tidak Iengkap fases/atau Kriteria Hasil :  Monitor feses : frekuensi, konsistensi dan volume
pengeluaran fases yang kering, keras, dan  Mempertahankan bentuk feses lunak  Konsultasi dengan dokter tentang penurunan dan
banyak. setiap 1-3 hari peningkatan bising usus
 Bebas dari ketidaknyamanan dan  Monitor tanda dan gejala ruptur usus/peritonitis
konstipasi  Jelaskan etiologi dan rasionalisasi tindakan
terhadap pasien
Batasan Karakteristik :  Mengidentifikasi indicator untuk  Identifikasi faktor penyebab dan kontribusi
 Nyeri abdomen mencegah konstipasi konstipasi
 Nyeri tekan abdomen dengan teraba  Feses lunak dan berbentuk  Dukung intake cairan
resistensi otot  Kolaborasikan pemberian laksatif
 Nyeri tekan abdomen tanpa teraba  Pantau tanda-tanda dan gejala impaksi
resistensi otot  Memantau gerakan usus, termasuk konsistensi
 Anoraksia frekuensi, bentuk, volume, dan warna
 Penampilan tidak khas pada lansia (mis,  Memantau bising usus
perubahan pada status mental,  Konsultasikan dengan dokter tentang penurunan /
inkontinensia urinarius, jatuh yang tidak kenaikan frekuensi bising usus
ada penyebabnya, peningkatan suhu  Pantau tanda-tanda dan gejala pecahnya usus dan /
tubuh) atau peritonitis
 Borbogirigmi  Jelaskan etiologi masalah dan pemikiran untuk
 Darah merah pada feses tindakan untuk pasien
 Perubahan pada pola defekasi  Menyusun jadwal ketoilet
 Penurunan frekwensi  Mendorong meningkatkan asupan cairan, kecuali
 Penurunan volume fases dikontraindikasikan
 Distensi abdomen  Evaluasi profil obat untuk efek samping
 Rasa rektal penuh gastrointestinal
 Rasa tekanan rectal  Anjurkan pasien / keluarga untuk mencatat warna,
 Keletihan umum volume, frekuensi, dan konsistensi tinja
 Feses keras dan berbentuk  Ajarkan pasieri / keluarga bagaimana untuk
 Sakit kepala menjaga buku harian makanan
 Bising usus hiperaktif  Anjurkan pasien / keluarga untuk diet tinggi serat
 Bising usus hipoaktif  Anjurkan pasien / keluarga pada penggunaan yang
 Peningkatan tekanan abdomen tepat dan obat pencahar
 Tidak dapat makan, Mual  Anjurkan pasien / keluarga pada hubungan asupan
 Rembesan feses cair diet, olahraga, dan cairan sembelit / impaksi

 Nyeri pada saat defekasi  Menyarankan pasien untuk berkonsultasi dengan

 Massa abdomen yang dapat diraba dokter jika sembelit atau ìmpaksi terus ada

 Adanya feses lunak, seperti pasta  Menginformasikan pasien prosedur penghapusan

didalam rektum manual dari tinja, jika perlu

 Perkusi abdomen pekak  Lepaskan impaksi tinja secara manual, jika perlu

 Sering flatus  Timbang pasien secara teratur

 Mengejan pada saat defekasi  Ajarkan pasien atau keluarga tentang proses

 Tidak dapat mengeluarkan feses pencernaan yang normal

 Muntah  Ajarkan pasien / keluarga tentang kerangka waktu


untuk resolusi sembelit

Faktor Yang Berhubungan :  Berikan makanan tinggi serat.

Fungsional  Berikan obat sesuai indikasi, contoh : pelunak

 Kelemahan otot abdomen feses


 Kebiasaan mengabaikan dorongan
defekasi
 Ketidakadekuatan toileting (mis, batasan
waktu, posisi untuk
 defekasi, privasi)
 Kurang aktivitas fisik
 Kebiasaan defekasi tidak teratur
 Perubahan lingkungan saat ini
Psikologis
 Depresi, Stres emosi
 Konfusi mental
Farmakologis
 Antasida mengandung aluminium
 Antikolinergik, Antikonvulsan
 Antidepresan
 Agens antilipemik
 Garam bismuth
 Kalsium karbonat
 Penyekat saluran kalsium
 Diuretik, Garam besi
 Penyalahgunaan laksatif
 Agens anti inflamasi non steroid
 Opiate, Fenotiazid, Sedative
 Simpatomimemik
Mekanis
 Ketidakseimbangan elektrolit
 Kemoroid
 Penyakit Hirschsprung
 Gangguan neurologist
 Obesitas
 Obstruksi pasca-bedah
 Kehamilan
 Pembesaran prostat
 Abses rectal
 Fisura anak rektal
 Striktur anak rectal
 Prolaps rectal, Ulkus rectal
 Rektokel, Tumor
Fisiologis
 Perubahan pola makan
 Perubahan makanan
 Penurunan motilitas traktus
gastrointestinal
 Dehidrasi
 Ketidakadekuatan gigi geligi
 Ketidakadekuatan higiene oral
 Asupan serat tidak cukup
 Asupan cairan tidak cukup
 Kebiasaan makan buruk
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari NOC NIC
kebutuhan tubuh  Nutritional Status : Nutrition Management
 Nutritional Status : food and Fluid  Kaji adanya alergi makanan
Definisi : Asupan nutrisi tidak cukup untuk Intake  Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
memenuhi kebutuhan metabolik  Nutritional Status: nutrient Intake jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien.
 Weight control  Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe
Batasan Karakteristik :  Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan
 Kram abdomen Kriteria Hasil : vitamin C
 Nyeri abdomen  Adanya peningkatan berat badan sesuai  Berikan substansi gula
 Menghindari makanan dengan tujuan  Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi
 Berat badan 20% atau lebih dibawah  Berat badan ideal sesuai dengan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
berat badan ideal badan  Berikan makanan yang terpilih (sudah
 Kerapuhan kapiler dikonsultasikan dengan ahli gizi)
 Diare
 Kehilangan rambut berlebihan  Mampu mengidentifikasi kebutuhan  Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan
 Bising usus hiperaktif nutrisi makanan harian.
 Kurang makanan  Tidak ada tanda-tanda malnutrisi  Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
 Kurang informasi  Menunjukkan peningkatan fungsi  Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
 Kurang minat pada makanan pengecapan dan menelan  Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan
 Penurunan berat badan dengan asupan  Tidak terjadi penurunan berat badan nutrisi yang dibutuhkan
makanan adekuat yang berarti Nutrition Monitoring
 Kesalahan konsepsi  BB pasien dalam batas normal
 Kesalahan informasi  Monitor adanya penurunan berat badan
 Mambran mukosa pucat  Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa
 Ketidakmampuan memakan makanan dilakukan

 Tonus otot menurun  Monitor interaksi anak atau orangtua selama

 Mengeluh gangguan sensasi rasa makan

 Mengeluh asupan makanan kurang dan  Monitor lingkungan selama makan

RDA (recommended daily allowance)  Jadwalkan pengobatan dan perubahan pigmentasi

 Cepat kenyang setelah makan  Monitor turgor kulit

 Sariawan rongga mulut  Monitor kekeringan, rambut kusam, dan mudah

 Steatorea patah

 Kelemahan otot pengunyah  Monitor mual dan muntah

 Kelemahan otot untuk menelan  Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan
kadar Ht
 Monitor pertumbuhan dan perkembangan
Faktor Yang Berhubungan :  Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan
 Faktor biologis jaringan konjungtiva
 Faktor ekonomi  Monitor kalori dan intake nutrisi
 Ketidakmampuan untuk mengabsorbsi  Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila
nutrien lidah dan cavitas oral.
 Ketidakmampuan untuk mencerna  Catat jika lidah berwarna magenta, scarlet
makanan
 Ketidakmampuan menelan makanan
 Faktor psikologis

4. Tujuan dan Kriteria Hasil : Intervensi Keperawatan :


Ansietas NOC NIC
Definsi : Perasaan tidak nyaman atau  Anxiety self-control Anxiety Reduction (penurunan kecemasan)
kekawatiran yang Samar disertai respon  Anxiety level  Gunakan pendekatan yang menenangkan
autonom (sumber sering kali tidak spesifik  Coping  Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku
atau tidak diketahui oleh individu); perasaan pasien
takut yang disebabkan oleh antisipasi Kriteria Hasil :  Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan
terhadap bahaya. Hal ini merupakan isyarat  Klien mampu mengidentifikasi dan selama prosedur
kewaspadaan yang memperingatkan individu mengungkapkan gejala cemas.  Pahami prespektif pasien terhadap situasi stres
akan adanya bahaya dan kemampuan individu  Temani pasien untuk memberikan keamanan dan
untuk bertindak menghadapi ancaman. mengurangi takut
 Mengidentifikasi, mengungkapkan dan  Dorong keluarga untuk menemani anak
Batasan Karakteristik menunjukkan tehnik untuk mengontol  Lakukan back / neck rub
Perilaku : cemas.  Dengarkan dengan penuh perhatian
 Penurunan produktivitas  Vital sign dalam batas normal.  Identifikasi tingkat kecemasan
 Gerakan yang ireleven  Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa  Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan
 Gelisah tubuh dan tingkat aktivfitas kecemasan
 Melihat sepintas menunjukkan berkurangnya  Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan,
 Insomnia kecemasan. ketakutan, persepsi
 Kontak mata yang buruk -  Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi
 Mengekspresikan kekawatiran karena  Berikan obat untuk mengurangi kecemasan
perubahan dalam peristiwa hidup -
 Agitasi
 Mengintai
 Tampak waspada
Affektif :
 Gelisah, Distres
 Kesedihan yang mendalam
 Ketakutan
 Perasaan tidak adekuat
 Berfokus pada diri sendiri
 Peningkatan kewaspadaan
 Iritabihtas
 Gugup senang beniebihan
 Rasa nyeri yang meningkatkan
ketidakberdayaan
 Peningkatan rasa ketidak berdayaan yang
persisten
 Bingung, Menyesal
 Ragu/tidak percaya diri
 Khawatir
Fisiologis :
 Wajah tegang, Tremor tangan
 Peningkatan keringat
 Peningkatan ketegangan
 Gemetar, Tremor
 Suara bergetar
Simpatik :
 Anoreksia
 Eksitasi kardiovaskular
 Diare, Mulut kering
 Wajah merah
 Jantung berdebar-debar
 Peningkatan tekanan darah
 Peningkatan denyut nadi
 Peningkatan reflek
 Peningkatan frekwensi pernapasan
 Pupil melebar
 Kesulitan bernapas
 Vasokontriksi superfisial
 Lemah, Kedutan pada otot
Parasimpatik :
 Nyeri abdomen
 Penurunan tekanan darah
 Penurunan denyut nadi
 Diare, Mual, Vertigo
 Letih, Ganguan tidur
 Kesemutan pada ekstremitas
 Sering berkemih
 Anyang-anyangan
 Dorongan cegera berkemih
Kognitif :
 Menyadari gejala fisiologis
 Bloking fikiran, Konfusi
 Penurunan lapang persepsi
 KesuIitan berkonsentrasi
 Penurunan kemampuan belajar
 Penurunan kemampuan untuk
memecahkan masalah
 Ketakutan terhadap konsekwensi yang
tidak spesifik
 Lupa, Gangguan perhatian
 Khawatir, Melamun
 Cenderung menyalahkan orang lain.
Faktor Yang Berhubungan :
 Perubahan dalam (status ekonomi,
lingkungan,status kesehatan, pola
interaksi, fungsi peran, status peran)
 Pemajanan toksin
 Terkait keluarga
 Herediter
 Infeksi/kontaminan interpersonal

5. Hipertermi NOC NIC


Definisi : Peningkatan suhu tubuh diatas Thermoregulation Fever treatment
kisaran normal
Kriteria Hasil: □ Monitor suhu sesering mungkin
Batasan Karakteristik : □ Monitor IWL
□ Suhu tubuh dalam rentang normal
□ Monitor warna dan suhu kulit
□ Konvulsi □ Nadi dan RR dalam rentang normal
□ Monitor tekanan darah, nadi dan RR
□ Kulit kemerahan □ Tidak ada perubahan warna kulit dan
□ Monitor penurunan tingkat kesadaran
□ Peningkatan suhu tubuh diatas kisaran tidak ada pusing
□ Monitor WBC, Hb, dan Hct
normal
□ Monitor intake dan output
□ Kejang
□ Berikan anti piretik
□ Takikardi
□ Berikan pengobatan untuk mengatasi penyebab
□ Takipnea
demam
□ Kulit terasa hangat
□ Selimuti pasien
□ Lakukan tapid sponge

Faktor Yang Berhubungan: □ Kolaborasi pemberian cairan intravena


□ Kompres pasien pada lipat paha dan aksila
□ Anastesia
□ Tingkatkan sirkulasi udara
□ Penurunan respirasi
□ Berikan pengobatan untuk mencegah terjadinya
□ Dehidrasi
menggigil
□ Pemajanan lingkungan yang panas
□ Temperature regulation
□ Penyakit
□ Monitor suhu minimal tiap 2 jam
□ Pemakaian pakaian yang tidak sesuai
□ Rencanakan monitoring suhu secara kontinyu
dengan suhu lingkungan
□ Monitor warna dan suhu kulit
□ Peningkatan laju metabolisme □ Monitor tanda-tanda hipertermi dan hipotermi
□ Medikasi □ Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
□ Trauma □ Selimuti pasien untuk mencegah hilangnya
□ Aktivitas berlebihan kehangatan tubuh
□ Ajarkan pada pasien cara mencegah keletihan
akibat panas
□ Diskusikan tentang pentingnya pengaturan suhu
dan kemungkinan efek negatif dan kedinginan
□ Beritahukan tentang indikasi terjadinya keletihan
dan penanganan emergency yang diperlukan
□ Ajarkan indikasi dan hipotermi dan penanganan
yang diperlukan
□ Berikan anti piretik jika perlu

Vital sign Monitoring

□ Monitor TD, nadi, suhu, dan RR


□ Catat adanya fluktuasi tekanan darah
□ Monitor VS saat pasien berbaring, duduk atau
berdiri
□ Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan
□ Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan
setelah aktivitas
□ Monitor kualitas dari nadi
□ Monitor frekuensi dan irama pernapasan
□ Monitor suara paru
□ Monitor pola pernapasan abnormal
□ Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit
□ Monitor sianosis perifer
□ Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi yang
melebar, bradikardi, peningkatan sistolik)
□ Identifikasi penyebab dari perubahan Vital sign

POST OPERASI
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN NOC NIC
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri NOC NIC
biologi (distensi jaringan intestinal oleh  Pain Level, Pain Management
inflamasi)  Pain control  Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
Definisi : Pengalaman sensori dan emosional  Comfort level termasuk lokasi, karakteristik, durasi frekuensi,
yang tidak menyenangkan yang muncul akibat kualitas dan faktor presipitasi
kerusakan jaringan yang aktual atau potensial
atau digambarkan dalam hal kerusakan Kriteria Hasil :  Observasi reaksi nonverbal dan
sedemikian rupa (International Association for  Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab ketidaknyamanan
the study of Pain): awitan yang tiba-tiba atau nyeri, mampu menggunakan tehnik  Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk
lambat dan intensitas ringan hingga berat dengan nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mengetahui pengalaman nyeri pasien
akhir yang dapat diantisipasi atau diprediksi dan mencari bantuan)  Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
berlangsung <6 bulan  Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan  Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
menggunakan manajemen nyeri  Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain
Batasan Karakteristik :  Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, tentang ketidakefektifan kontrol nyeri masa
 Perubahan selera makan frekuensi dan tanda nyeri) Iampau
 Perubahan tekanan darah  Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri  Bantu pasierl dan keluarga untuk mencari dan
 Perubahan frekwensi jantung berkurang menemukan dukungan
 Perubahan frekwensi pernapasan -  Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi
 Laporan isyarat nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan
 Diaforesis kebisingan
 Perilaku distraksi (mis,berjaIan mondar-  Kurangi faktor presipitasi nyeri
mandir mencari orang lain dan atau  Pilih dan lakukan penanganan nyeri
aktivitas lain, aktivitas yang berulang) (farmakologi, non farmakologi dan inter
 Mengekspresikan perilaku (mis, gelisah, personal)
merengek, menangis)  Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan
 Masker wajah (mis, mata kurang bercahaya, intervensi
tampak kacau, gerakan mata berpencar atau  Ajarkan tentang teknik non farmakologi
tetap pada satu fokus meringis)  Berikan anaIgetik untuk mengurangi nyeri
 Sikap melindungi area nyeri  Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
 Fokus menyempit (mis, gangguan persepsi  Tingkatkan istirahat
nyeri, hambatan proses berfikir, penurunan  Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan
interaksi dengan orang dan lingkungan) dan tindakan nyeri tidak berhasil
 Indikasi nyeri yang dapat diamati  Monitor penerimaan pasien tentang manajemen
 Perubahan posisi untuk menghindari nyeri nyeri
 Sikap tubuh melindungi Analgesic Administration
 Dilatasi pupil  Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan
 Melaporkan nyeri secara verbal derajat nyeri sebelum pemberian obat
 Gangguan tidur  Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis,
dan frekuensi
Faktor Yang Berhubungan :  Cek riwayat alergi
 Agen cedera (mis, biologis, zat kimia, fisik,  Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi
psikologis) dari analgesik ketika pemberian lebih dari satu
 Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan
beratnya nyeri
 Tentukan analgesik pilihan, rute pemberian, dan
dosis optimal
 Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri secara teratur
 Monitor vital sign sebelum dan sesudah
pemberian analgesik pertama kali
 Berikan analgesik tepat waktu terutama saat
nyeri hebat
 Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan gejala
2. Risiko Infeksi NOC NIC
Definisi : Mengalami peningkatan resiko  Immune Status Infection Control (Kontrol infeksi)
terserang organisme patogenik  Knowledge : Infection control  Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain
 Risk control  Pertahankan teknik isolasi
Faktor Resiko :  Batasi pengunjung bila perlu
Penyakit kronis. Kriteria Hasil:  Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci
 Diabetes melitus  Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi tangan saat berkunjung dan setelah berkunjung
 Obesitas  Mendeskripsikan proses penularan penyakit, meninggalkan pasien
Pengetahuan yang tidak cukup untuk faktor yang mempengaruhi penularan serta  Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci tangan
menghindari pemanjanan patogen. penatalaksanaannya  Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah
Pertahanan tubuh primer yang tidak  Menunjukkan kemampuan untuk mencegah tindakan keperawatan
adekuat. timbulnya infeksi  Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat
 Gangguan peritalsis  Jumlah leukosit dalam batas normal pelindung
 Kerusakan integritas kulit (pemasangan  Menunjukkan perilaku hidup sehat  Pertahankan lingkungan aseptik selama
kateter intravena, prosedur invasif) - pemasangan alat
 Perubahan sekresi pH  Ganti letak IV perifer dan line central dan
 Penurunan kerja siliaris dressing sesuai dengan petunjuk umum
 Pecah ketuban dini  Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan
 Pecah ketuban lama infeksi kandung kencing
 Merokok  Tingktkan intake nutrisi
 Stasis cairan tubuh  Berikan terapi antibiotik bila perlu
 Trauma jaringan (mis, trauma destruksi  Infection Protection (proteksi terhadap infeksi)
jaringan)  Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan
Ketidakadekuatan pertahanan sekunder lokal
 Penurunan hemoglobin  Monitor hitung granulosit, WBC
 Imunosupresi (mis, imunitas didapat tidak  Monitor kerentangan terhadap infeksi
adekuat, agen farmaseutikal termasuk  Batasi pengunjung
imunosupresan, steroid, antibodi  Sering pengunjung terhadap penyakit menular
monoklonal, imunomudulator)  Pertahankan teknik aspesis pada pasien yang
 Supresi respon inflamasi beresiko
Vaksinasi tidak adekuat  Pertahankan teknik isolasi k/p
Pemajanan terhadap patogen lingkungan  Berikan perawatan kulit pada area epidema
meningkat  Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap
 Wabah kemerahan, panas, drainase
Prosedur invasif  Inspeksi kondisi luka / insisi bedah
Malnutrisi  Dorong masukkan nutrisi yang cukup
 Dorong masukan cairan
 Dorong istirahat
 Instruksikan pasien untuk minum antibiotik
sesuai resep
 Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala
infeksi
 Ajarkan cara menghindari infeksi
 Laporkan kecurigaan infeksi
 Laporkan kultur positif
3. Intoleransi aktivitas NOC NIC
Definisi : Ketidakcukupan energi psikologis  Energy conservation Activity Therapy
atau fisiologis untuk melanjutkan atau  Activity tolerance  Kolaborasikan dengan tenaga rehabilitasi medik
menyelesaikan  Self Care : ADLs dalam merencanakan program terapi yang tepat
aktifitas kehidupan sehari-hari yang harus atau  Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang
yang ingin dilakukan. mampu dilakukan
Kriteria Hasil :
 Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa  Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang

disertai peningkatan tekanan darah, nadi dan sesuai dengan kemampuan fisik, psikologi dan
Batasan Karakteristik : social
RR
 Respon tekanan darah abnormal terhadap  Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan
 Mampu melakukan aktivitas sehari-hari
aktivitas sumber yang diperlukan untuk aktivitas yang
(ADLs) secara mandiri
 Respon frekwensi jantung abnormal diinginkan
 Tanda-tanda vital normal
terhadap aktivitas  Bantu untuk mendapatkan alat bantuan aktivitas
 Energy psikomotor
 Perubahan EKG yang mencerminkan seperti kursi roda, krek
 Level kelemahan
aritmia  Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang
 Mampu berpindah: dengan atau tanpa
 Perubahan EKG yang mencerminkan disukai
bantuan alat
iskemia
 Ketidaknyamanan setelah beraktivitas  Status kardiopulmunari adekuat  Bantu klien untuk membuat jadwal latihan
 Dipsnea setelah beraktivitas  Sirkulasi status baik diwaktu luang
 Menyatakan merasa letih  Status respirasi : pertukaran gas dan ventilasi  Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi
 Menyatakan merasa lemah adekuat kekurangan dalam beraktivitas
-  Sediakan penguatan positif bagi yang aktif
beraktivitas
Faktor Yang Berhubungan :
 Tirah Baring atau imobilisasi  Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi
diri dan penguatan
 Kelemahan umum
 Monitor respon fisik, emosi, social dan spiritual
 Ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen
 Imobilitas
 Gaya hidup monoton
DAFTAR PUSTAKA

Elizabeth, J, Corwin. (2009). Biku saku Fatofisiologi, EGC, Jakarta.

Johnson, M.,et all, 2002, Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition, IOWA
Intervention Project, Mosby.

Mansjoer, A. (2001). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius FKUI

Mc Closkey, C.J., Iet all, 2002, Nursing Interventions Classification (NIC) second Edition, IOWA
Intervention Project, Mosby.

NANDA, 2012, Diagnosis Keperawatan NANDA : Definisi dan Klasifikasi.

Smeltzer, Bare (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Brunner & Suddart. Edisi 8.
Volume 2. Jakarta, EGC

Anda mungkin juga menyukai